1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis membahas
mengenai “KOMUNIKASI KERJA”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terkhusus kepada Dosen Pengampu pada mata kuliah Pengantar Manajemen yakni
Bapak Rahmat junaidi S.E,.M.M yang telah memberikan ilmunya sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis sadar makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
Bab 1 (Pendahuluan).........................................................................................1
A. Latar belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
Bab II (Pembahasan).........................................................................................3
A. Konsep Dasar (defenisi) Komunikasi...................................................3
B. Fungsi Komunikasi...............................................................................4
C. Faktor – faktor yang mempengaryuhi komunikasi...............................6
D. Saluran Komunikasi..............................................................................7
E. Proses Komunikasi...............................................................................9
F. Jenis-jenis Komunikasi.........................................................................12
G. Komunikasi Antar Pribadi dan Lintas Budaya.....................................14
H. Komunikasi dalam Organisasi..............................................................19
I. Hambatan – hambatan dalam Komunikasi Efektif...............................20
J. Peningkatan Efektifitas Komunikasi....................................................22
K. Studi Kasus...........................................................................................24
Bab III...............................................................................................................29
A. Kesimpulan...........................................................................................29
Daftar pustaka...................................................................................................30
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah sebuah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi merupakan suatu proses
untuk menyampaikan sesuatu dari seseorang kepada orang lain dengan suatu media
tertentu dalam suatu organisasi sehingga si penerima itu mengerti apa yang
disampaikan sesuai dengan maksud orang yang menyampaikannya.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
Memahami apa itu komunikasi dalam lingkup organisasi agar dapat
menerapkannya dalam kehidupan organisasi.Dan terciptanya suatu organisasi yang
teratur dan terorganisir dengan baik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Komunikasi berarti terjadinya berbagi informasi atau pemberian informasi
maupun pengertian (sharing meaning), sehingga pemberian informasi maupun
pengertian ini dapat terjadi, maka pihak – pihak yang berkomunikasi perlu
menyadari dan mengerti berbagai istilah atau pengertian yang mereka gunakan
dalam melakukan komunikasi. Jika tidak, maka kemungkinan terjadinya salah
persepsi dalam komunikasi sangat tinggi.
Komunikasi melibatkan simbol-simbol, yang berarti komunikasi dapat berupa
bahasa tubuh, suara, huruf, angka, dan lain-lain sebagai bentuk simbolis dari
komunikasi yang dilakukan.
Agar suatu komunikasi itu efektif itu diperlukan beberapa syarat yaitu:
Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu
upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa komunikasi dapat diartikan mengadakan pembicaraan dengan
4
mengirimkan dan menerima pesan yang melibatkan dua orang atau lebih dalam
mencapai kesamaan pemahaman dengan menggunakan cara berkomunikasi yang
biasa melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal nonverbal .
a. Fungsi Pengawasan.
Organisasi umumnya mempunyai struktur dan perintah. Komunikasi
membantu anggota tentang bagaimana dan apa yang seharusnya mereka
lakukan guna bekerja sesuai standar yang telah ditentukan.
b. Sebagai Motivasi.
c. Pengungkapan Emosi.
d. Informasi.
5
Hal ini berhubungan dengan pengambilan keputusan. Kegiatan
komunikasi yang dilakukan dapat memberi informasi yangberguna dalam
langkah pengambilan keputusan.
1. Fungsi Informatif
Organisasi dilihat sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information
processing system) di mana seluruh anggota organisasi berharap bisa
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai fungsi informatif yaitu sebagai
komunikator atau orang yang berperan sebagai penyampai informasi.
2. Fungsi Regulatif.
Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan-peraturan yang ada pada
suatu organisasi. Fungsi komunikasi dalam organisasi sebagai fungsi regulatif
yaitu sebagai pengatur atau pengendalian terhadap apa yang boleh dilakukan
dan tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut.
3. Fungsi Persuasif.
Fungsi komunikasi organisasi sebagai fungsi persuasif yang dilakukan
sebagai komunikator mempengaruhi sikap, nilai-nilai atau mendorong orang
lain melakukan sesuatu.
4. Fungsi Integratif.
Fungsi komunikasi organisasi sebagai fungsi integrative yaitu untuk
menyatukan semua elemen yang berada di dalam organisasi. Saluran
komunikasi terdiri dari 2 yaitu saluran komunikasi formal dan informal
sehingga para anggota yang berada dalam organisasi tersebut dapat
menyampaikan segala ide-ide dan hal-hal yang ingin disampaikannya dalama
saluran tersebut sehingga semua aspirasi dari tiap anggota dapat tertampun
6
C.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
7
Yaitu yang berkaitan dengan sarana media penyampaian pesan.
Sebaiknya komunikator menggunakan media yang tepat. Pengiriman informasi atau
komunikasi ini harus dilakukan dengan media yang digunakan oleh masyarakat
umum ya contohnya seperti macam-macam media komunikasi yang sering digunakan
oleh masyarakat umum seperti media cetak media audio media visual ataupun audio-
visual yang sekiranya familiar digunakan di masyarakat umum, dengan begitu maka
komunikasi dapat berjalan dengan baik.
D. Saluran komunikasi
Saluran Komunikasi memiliki peran penting dalam membentuk satu komunikasi
yang baik. Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi organisasi dapat
diperoleh dengan mengetahui dan mempelajari arah-arah dasar gerakannya yang
tampak dengan terbentuknya saluran-saluran komunikasi. Saluran komunikasi ada
dua, yaitu komunikasi formal dan informal.
Komunikasi Formal, adalah komunikasi yang terjadi diantara karyawan satu
dengan karyawan lain dengan tingkatan yang berbeda sesuai struktur organisasi yang
disahkan manajemen. Struktur organisasi ini merupakan sebuah sistem yang
menyimpan makna ataupun maksud dari bagaimana prosedur kerja, instruksi, dan
umpan balik mengenai pelaksanaan kerja yang disampaikan pemimpin organisasi
yang lebih tinggi jabatannya ke karyawan yang tingkatanya lebih rendah. Dalam
komunikasi formal terdapat tipe saluran dasar komunikasi, yaitu komunikasi vertikal,
lateral atau horizontal, dan diagonal.
1. Komunikasi Vertikal Komunikasi vertikal merupakan komunikasi yang proses
penyampaian pesannya berjalan dari atasan menuju bawahan dan sebaliknya dari
bawahan ke atasan, sesuai dengan struktur organisasi yang telah disahkan
manajemen.
2. Komunikasi Lateral atau Horizontal Komunikasi horizontal merupakan
komunikasi yang proses penyampaian pesan dari satu anggota organisasi ke anggota
8
yang lain, seperti yang tergambar dalam struktur organisasi yang telah disahkan
manajemen.
3. Komunikasi Diagonal Komunikasi diagonal bisa disebut juga komunikasi lintas
saluran. Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang berjalan dengan tidak
memperhatikan struktur organisasi (garis kewenangan), berjalan menyilang.
Misalnya, bagian teknik, akunting, dan personalia mengumpulkan data rencana
persiapan kegiatan organisasi, dan memberi nasihat kepada manajer mengenai
pekerjaan pegawai di semua bagian organisasi.
Komunikasi Informal, adalah komunikasi yang terjadi pada karyawan secara
bebas dan tidak terkekang dengan status jabatan mereka (Masmuh, 2013, Jurnal
UMM, 2018).
Meskipun komunikasi yang terjadi mengikuti pola yang bebas dari struktur
organisasi, namun saluran komunikasi ini juga penting karena dapat menyebar ke
seluruh bagian dalam organisasi tanpa memandang struktur komunikasi formal
(jabatan). Fungsi komunikasi informal yaitu memelihara hubungan sosial
(petemanan, persahabatan) dan penyebaran informasi yang bersifat pribadi, gosip,
serta desas-desus. Salah satu model dari komunikasi informal adalah “grapevine”,
yaitu menerima informasi (pesan) tidak dari sumber aslinya melainkan dari rumor,
kabar burung, atau selentingan. Hal ini dipercaya dapat merusak organisasi karena
akan terjadi penyebaran pesan yang tidak tepat, tidak lengkap, dan menyimpang.
Namun grapevine ini teryata dapat memuaskan kebutuhan karyawan untuk
berkomunikasi. Di sisi lain juga grapevine dianggap lebih cepat, lebih akurat, dan
lebih efektif 13 dalam menyalurkan informasi. Menurut Hershey yang dikutip oleh
Masmuh Abdullah dalam bukunya “komunikasi organisasi dalam perpektif teori dan
praktek” menyatakan bahwa, ada cara untuk mengendalikan grapevine untuk
mengurangi kerasnya desas-desus yang disampaikan seseorang ke orang lain.
Hershey menyarankan sebagai berikut: “jagalah agar informasi tetap terbuka, berikan
fakta yang positif dan dapat dipercaya dari setiap masalah yang terjadi, dan
ciptakanlah rasa percaya terhadap kredibilitas sumber informasi manajemen. Karena
9
proses komunikasi tidak sempurna, maka manajer harus berusaha menganalisa desas-
desus, memahaminya, dan mengambil langkah positif untuk mencegah terjadinya”.
E. Proses Komunikasi
Menurut Erni tisnawati Sule dan Kurniawan Saifullah dalam bukunya
pengantar manajemen edisi pertama proses terjadinya komunikasi berawal dari
adanya pesan atau informasi yang akan dikirim atau disampaikan dari pengirim
kepada penerima. Dalam hal ini mengirim dinamakan sebagai sumber pesan atau
sumber informasi. Pesan atau informasi yang kemudian akan dikirim atau
disampaikan kepada penerima tersebut pertama kali mengalami proses Enkoding
(encoding) di mana pesan atau informasi yang akan disampaikan tersebut mengalami
transformasi ke dalam bentuk simbol atau sesuatu yang menjadi representasi
pengirim pesan dalam menyampaikan pesannya. Misalnya, untuk menyampaikan
pesan atau informasi mengenai persetujuan encoding yang terjadi adalah dari pikiran
atau perasaan setuju yang dirasakan oleh pengirim menjadi simbol dalam bentuk
kalimat "ya" atau "saya setuju" atau juga mungkin transformasinya berupa bahasa
non verbal seperti anggukan kepala, simbol-simbol tersebut merupakan pesan/
informasi yang mempresentasikan pikiran atau perasaan yang ingin disampaikan oleh
pengirim.
Simbol tersebut kemudian dapat disampaikan secara langsung oleh pengirim
kepada penerima jika pengirim dan penerima berada dalam satu tempat Dan
katakanlah berhadapan langsung. Namun juga dimungkinkan melalui mediator seperti
telepon, komputer, dan bentuk mediator lainnya ketika pengirim dan penerima tidak
berhadapan langsung. Mediator juga bisa berupa orang lain sebagai perantara
pengirim pesan, alat komunikasi seperti telepon internet atau juga dapat berupa surat,
dan lain sebagainya.
Sangat mungkin pada saat komunikasi dilakukan terdapat berbagai gangguan
(noise) sehingga pesan yang dikirimkan ternyata depresepsikan secara keliru.
Gangguan ini dapat berupa kesalahan persepsi dari si penerima ketika
10
menerjemahkan kata-kata dari pengirim (yaitu pada saat decoding), atau juga terjadi
pada mediator, terlebih apabila mediator tersebut berupa alat telekomunikasi, orang,
ataupun bentuk mediator lainnya, sedangkan pihak pengirim dan penerima terpisah
oleh jarak dan waktu.
11
1. Instructuve, artinya komunikasi dalam hal ini berfungsi untuk memberikan
perintah dari atasan kepada bawahannya.
2. Evaluative, artinya komunikasi berfungsi untuk menyampaikan laporan dari
bawahan kepada atasannya.
3. Informative, adalah komunikasi dalam hal ini berfungsi untuk menyampaikan
informasi, berita, dan pesan - pesan lainnya.
4. Influencing, artinya komunikasi dalam hal ini berfungsi untuk memberikan
saran -saran, nasihat -nasihat dari seseorang kepada orang lain.
d. Ruang lingkup komunikasi
1. Komunikasi massa (public communication)
2. Business communication
e. Tipe -tipe komunikasi
1. Komunikasi formal
2. Komunikasi informal
f. Metode komunikasi
1. Komunikasi langsung
2. Komunikasi tidak langsung
3. Komunikasi searah
4. Komunikasi dua arah
g. Hambatan -hambatan komunikasi
1. Hambatan semantis, yaitu hambatan karena bahasa, kata-kata atau kalimat-
kalimat yang dipergunakan penafsirannya banyak
2. Hambatan teknis, adalah hambatan yang disebabkan oleh alat-alat teknis yang
dipergunakan untuk berkomunikasi yang kurang baik.
3. Hambatan biologis adalah hambatan yang ditimbulkan oleh kurang baiknya
panca indra komunikator atau komunikan misalnya
12
F. Jenis-jenis Komunikasi
Terdapat berbagai klasifikasi tentang jenis-jenis komunikasi, namun pada
dasarnya jenis komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis utama berdasarkan
bentuk penyampaiannya yaitu komunikasi verbal, komunikasi non-verbal dan
komunikasi tertulis. Berikut ini adalah pembahasan singkat tentang ketiga jenis
komunikasi tersebut.
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal adalah komunikasi Lisan yang disampaikan melalui kata-
kata yang diucapkan seperti pidato, presentasi, diskusi dan dialog tatap muka. Dalam
komunikasi Verbal ini, pengirim informasi berbagi pemikirannya dalam bentuk kata-
kata. Nada pembicara dan kualitas kata yang digunakan memainkan peranan yang
sangat penting dalam komunikasi verbal. Dalam penyampaiannya, pembicara harus
menggunakan suara yang keras atau nada yang lebih tinggi dan isi atau konten
informasi yang jelas agar si penerima informasi dapat dengan jelas memahami apa
yang ingin disampaikan oleh si pengirim informasi sehingga tidak menimbulkan
kebingungan dan kesalahpahaman.
Pengirim infomasi atau pembicara juga harus memeriksa kembali apakah
pendengar atau penerima informasi tersebut telah mengerti dan memahami konten
informasi yang disampaikannya. Oleh karena itu, feedback atau umpan balik dari si
penerima informasi juga penting untuk diperhatikan sehingga komunikasi dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
b. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi Non-Verbal ini meliputi bahasa tubuh (body languange), gerak
tubuh (gesture), ekspresi wajah (facial expression) dan bentuk tubuh (posture).
Dengan kata lain, si pengirim informasi tidak menggunakan kata-kata dalam
menyampaikan sesuatu yang diinginkannya namun dengan menggunakan bahasa
tubuh atau ekspresi wajah dan gerak tubuh tertentu untuk mengirimkan informasi
yang ingin disampaikannya. Kadang-kadang, bahasa tubuh atau ekspresi wajah atau
13
gerak tubuh tersebut terjadi secara tidak sengaja, contohnya seperti berkeringat saat
ketakutan atau pipinya merah saat merasa malu.
Sebagai contoh, pada saat kita ingin menyampaikan suatu pesan
ketidaksenangan dalam suatu perintah dari atasan dalam rapat namun kita tidak berani
menolaknya dengan kata-kata, biasanya kita akan menampilkan ekspresi wajah yang
tidak senang atau mengeleng-gelengkan kepala. Contoh lainnya seperti sakit kepala,
kita akan meletakan tangan di kening kita untuk menandakan ketidaknyamanan
kepala kita, ini juga merupakan salah satu dari bentuk komunikasi non-verbal.
c. Komunikasi Tertulis (Written Communication)
Komunikasi Tertulis atau written communication adalah proses penyampaian
informasi dengan menggunakan berbagai tanda, simbol, gambar dan tipografi.
Informasi atau pesan yang ingin disampaikan tersebut dapat dicetak ataupun ditulis
dengan tulisan tangan. Komunikasi tertulis ini sangat penting untuk
mengkomunikasikan informasi yang rumit seperti Statistik dan data-data penting
lainnya yang tidak mudah untuk disampaikan melalui pidato atau dialog.
Komunikasi Tertulis ini memungkinkan informasi dicatat sehingga dapat dijadikan
referensi atau rujukan di kemudian hari dan hasil dari komunikasi tertulis ini juga
dapat dibahas berulang kali. Ada juga menyebutkan komunikasi tertulis ini sebagai
14
G. Komunikasi antar Pribadi dan Lintas Budaya
West and Turner, 2008 (dalam modul Dr. Nurbeni M. Si., 2018)
mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang terjadi secara
langsung antara dua orang.
Cassata dan Asante (Kurniawati, Nia K, 2014, dalam modul Dr. Nurbeni M. Si.,
2018) menggambarkan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang melibatkan
komunikator yang independen dengan pesan pribadi atau terbatas, saluran yang
digunakan yang independen dengan pesan pribadi atau terbatas, saluran yang
digunakan.
Elihu Katz dan Paul Lazarsfeld (dalam Budiatna & Nin, 1994, dalam modul
Dr. Nurbeni M. Si., 2018) berpendapat Komunikasi antarpribadi merupakan
komunikasi yang terjadi antara dua atau tiga orang yang dilakukan interaksi secara
tatap muka, dapat memanfaatkan semua atau sebagian alat indra yang ada pada
manusia, dan dalam interaksi tersebut tidak digunakan alat-alat mekanis seperti
telepon, surat atau kamera televisi yang dapat menghubungkan pihak-pihak yang
berkomunikasi secara terpisah. Jadi menurut mereka kehadiran pihak-pihak yang
berkomunikasi secara tatap muka dan berhadapan merupakan syarat utama bagi
terjadinya komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi dapat dijabarkan ke dalam dua definisi, yakni
definisi situasional (situational definition) dan definisi kualitatif (qualitative
definition). Jika menggunakan pendekatan situasional, komunikasi antarpribadi
didefinisikan sebagai komunikasi yang melibatkan sejumlah kecil orang yang
mempunyai hubungan dekat satu sama lain. Pendekatan ini melihat kepada berapa
banyak orang yang terlibat, apakah mereka dekat satu sama lain, berapa banyak akses
yang mereka miliki (contohnya seperti seberapa sering mereka saling melihat,
mendengar, bersentuhan dan seberapa mudah untuk mendapatkan feedback).
Pada komunikasi definisi kualitatif, pendekatan tidak difokuskan kepada
jumlah orang yang berkomunikasi melainkan kualitas interaksi di antara individu
yang terlibat, bagaimana cara mereka menghadapi satu sama lain. Kedua contoh di
15
awal tersebut termasuk dalam komunikasi antarpribadi jika melihat pada pendekatan
kualitatif ini.
Budaya setiap individu berbeda-beda, namun secara mutlak dimiliki oleh
seluruh manusia dan merupakan suatu faktor pemersatu jika orang-orang yang
ditemui memiliki persamaan dalam bentuk-bentuk budaya tertentu. Mulanya akan
tampak kontradiksi, apa yang dimakan orang dalam satu budaya, menjadi menjijikkan
dalam budaya lain, begitu pula sebaliknya. Maka untuk memudahkan hubungan-
hubungan antarbudaya dan mengurangi distorsidistorsi, kita harus keluar dari
kungkungan budaya dari kita sendiri untuk memasuki dunia orang lain (Mulyana dan
Rakhmat, 2005: 56 dalam modul Dr. Nurbeni M. Si., 2018)
Perbedaan budaya akan mempengaruhi pola komunikasi antarpribadi
seseorang. Budaya setiap individu berbeda-beda, namun secara mutlak dimiliki oleh
seluruh manusia dan merupakan suatu faktor pemersatu jika orang-orang yang
ditemui memiliki persamaan dalam bentuk-bentuk budaya tertentu. Mulanya akan
tampak kontradiksi, apa yang dimakan orang dalam satu budaya, menjadi menjijikkan
dalam budaya lain, begitu pula sebaliknya. Maka untuk memudahkan hubungan-
hubungan antarbudaya dan mengurangi distorsidistorsi, kita harus keluar dari
kungkungan budaya dari kita sendiri untuk memasuki dunia orang lain (Mulyana dan
Rakhmat, 2005: 56 dalam modul Dr. Nurbeni M. Si., 2018)
Perbedaan budaya akan mempengaruhi pola komunikasi antarpribadi
seseorang Hofstede dalam (Devito, 2016: 34 dalam modul Dr. Nurbeni M. Si., 2018)
mengungkapkan ada lima hal yang mempengaruhi Komunikasi yang efektif
berdasarkan perbedaan budayanya. Berikut ini uraiannya.
1. Individual and colletive orientation, pada satu sisi sebuah kebudayaan
sebagai suatu wadah yang penting terhadap suatu nilai dari identitas individu: di sisi
lain kebudayaan mempunyai nilai terhadap identitas sebuah kelompok. Ting Toomey
(dalam West & Turner, 2004, dalam modul Dr. Nurbeni M. Si., 2018) menyebutkan,
pada individual culture orientation orang akan menekankan nilai-nilai individu saat
berkomunikasi dan pada collectivist orientation penekanannya pada keberadaan
16
kelompok. Kebudayaan individualisme adalah kebudayaan yang “mandiri” dan
kebudayaan kolektivisme adalah kebudayaan yang saling “bergantung”. Kedua sisi
ini berperan penting dalam mengatur identitas dan konflik. Masyarakat Indonesia
cenderung menganut kebudayaan kolektivisme, yakni saling bergantung dengan
individu lain untuk melakukan sesuatu. Kebudayaan ini melahirkan komunitas atau
kelompok karena telah menjadi budaya masyarakat Indonesia bahwa sesuatu akan
terasa ringan ketika dikerjakan bersama- sama.
2. Konteks Tinggi dan konteks Rendah (Hight and low conteks cultures),
Setiap kebudayaan mengajarkan cara-cara tertentu untuk memproses informasi yang
masuk dan keluar, dari atau ke lingkungan sekitar kita.Ada kelompok kebudayaan
yang mengajarkan cara-cara yang lebih praktis dalam memproses informasi meskipun
informasi tersebut dipertukarkan dalam sejumlah situasi yang berbeda-beda. Sebuah
kebudayaan yang prosedur pengalihan informasi menjadi lebih sukar
dikomunikasikan disebut dengan kebudayaan tingkat tinggi sebaliknya suatu
kebudayaan yang prosedur pengalihan informasi lebih mudah atau gampang
dikomunikasikan disebut dengan kebudayaan tingkat rendah.
3. Jarak Kekuasaan (Power Distance) Jarak kekuasaan mengacu pada to the
degree to which people accept authority and hierarshical organization asa natural part
of their culture (Tubbs and Moss 2003, dalam modul Dr. Nurbeni M. Si., 2018).
Kesenjangan kekuasaan telah diukur dalam banyak budaya menggunakan Indeks
Kesenjangan Kekuasaan (IKK). Budaya dengan nilai IKK tinggi mempunyai
kekuasaan dan pengaruh yang lebih terpusat dalam tangan sedikit orang daripada
terbagi dengan cukup merata di seluruh penduduk. Negara dengan IKK tertinggi
adalah Filipina, Meksiko, Venezuela, Indiadan Singapura. Dalam hal ini Indonesia
terletak di urutan ke 8 sangat tinggi. Sistem sosial dengan perbedaan kekuasaan juga
menghasilkan perilaku kinesik yang berbeda. India misalnya, masih ada sebagian
keluarga yang menganggap kasta sangatlah penting, tetapi hanya pada orang-orang
yang berpendidikan rendah saja.
17
4. Masculine and Feminime Cultures, menggambarkan sejauh mana derajat
suatu budaya membedakan secara tegas peran perempuan dan peran lakilaki. Budaya
maskulin lebih menghargai kinerja, ambisi, kekuasaan dan lain-lain. Dalam budaya
maskulin yang tinggi lelaki dipandang tegas, berorientasi pada kesuksesan materi dan
kuat. Di sisi lain perempuan dipandang rendah hati, fokus pada kualitas hidup dan
lemah lembut. Budaya maskulin menganggap penting kompetisi dan ketegasan,
sedangkan budaya feminin lebih mementingkan pengasuhan dan perasaan. Tidak
heran, maskulinitas suatu budaya dihubungkan secara negatif dengan persentase
perempuan dalam pekerjaan teknis dan profesional, serta dihubungkan secara positif
dengan pemisahan kedua jenis kelamin dalam pendidikan tinggi.
5. Penghindaran ketidakpastian (Uncertainty Avoidance), adalah ukuran
perluasan yang mana anggota suatu kebudayaan berusaha menghindari ketidakpastian
dan ambiguitas tentang orang lain. Beberapa kebudayaan dengan penghindaran
ketidakpastian tertinggi, seperti Spanyol, Belgia dan Yunani mereka lebih menikmati
dalam situasi dimana sedikit ambiguitas dan banyak informasi. Mereka lebih suka
peraturan yang banyak dan perilaku yang bisa diperkirakan serta sedikit toleransi
keberagaman. Sedangkan kebudayaan dengan penghindaran ketidakpastian terendah,
seperti Kanada, Amerika dan Negara lainnya mereka lebih terbuka akan perubahan
dan keberagaman.secara keseluruhan menyetujui bahwa setiap individu memiliki
kecenderungan yang berbeda dalam menghadapi setiap tantangan.
Dengan meningkatkan motivasi, pengetahuan dan kemampuan komunikasi,
secara keseluruhan akan meningkatkan kemampuan dan kompetensi interaksi
antarbudaya individu.Kompetensi komunikasi lintas budaya berkembang dalam
kajian riset kompetensi komunikasi lintas pribadi.
Perbedaan kontekstual pada interaksi lintas budaya sebagai isu kompetensi
komunikasi yang khas. Memungkinkan bahwa seorang individu sangat berkompeten
dalam berkomunikasi dengan pihak lain dalam kultur kelompoknya namun tidak
memiliki kompetensi ketika berinteraksi dengan pihak lain yang berlatar belakang
budaya berbeda (Gudykunst, 2005 dalam modul Dr. Nurbeni M. Si., 2018) .
18
Setiap individu menghadapi perbedaan budaya, dengan level kapasitas yang
berbeda untuk menangani berbagai tantangan dan tekanan yang muncul, bagaimana
bereaksi dan bertindak pada partner interaksi dengan budaya berbeda. Ting-Tomeey
(dalam Berger, 2014, dalam modul Dr. Nurbeni M. Si., 2018) menawarkan model
konsepsi untuk meningkatkan kompetensi komunikasi antarbudaya, yaitu secara
spesifik menghindari atau meminimalisir konflik di antara dua individu yang
berinteraksi. Selain itu berbagai model yang berbeda yang ditawarkan Komunikasi
Antarpribadi dapat terjadi dalam konteks komunikasi manapun, termasuk komunikasi
antarpribadi. Setiap individu menghadapi perbedaan budaya, dengan level kapasitas
yang berbeda untuk menangani berbagai tantangan dan tekanan yang muncul,
bagaimana bereaksi dan bertindak pada partner interaksi dengan budaya berbeda.
Asumsi dasar dari kompetensi antarpribadi dalam perbedaan budaya, yaitu
suatu kesadaran aktif dari individu sebagai pribadi yang kompleks secara kultural dan
pengaruh dari budaya sendiri dalam pemikiran dan tindakan, sebuah kemampuan
untuk mengikut sertakan orang lain untuk mengeksplorasi asumsitacit yang
mendasari perilaku dan tujuan, sebuah keterbukaan dalam melihat suatu cara dan
perilaku yang berbeda. Kompetensi ini memungkinkan individu menjelajahi sudut
pandang realitas yang berbeda, yang mendorong terciptanya pemahaman umum dan
tindakan bersama. Kita menyebutnya sebagai ketrampilan menegosiasikan realitas.
Didalam suatu organisasi semua orang akan melakukan komunikasi dengan orang
lain, terjadinya kesalahan dalam berkomunikasi akan berdampak pada konflik antar
individu, tim kerja dalam suatu organisasi. Dilihat dari tingginya waktu yang
dihabiskan oleh seseorang baik dalam bentuk komunikasi dengan tulisan, membaca,
berbicara, mendengarkan, di mana jika komunikasi di dalam organisasi tidak berjalan
19
secara efektif akan menghambat kesuksesan organisasi itu, Robbins,(2006)dalam
Nana Triapnita Nainggolan(2021)
Proses komunikasi saat pesan ide ataupan gagasan dikirimkan seseorang dan diterima
oleh orang seorang atau lebih, dan si penerima pesan akan memberikan umpan balik
dari proses tersebut, selain itu komunikasi jaga dapat diartikan sebagai proses
penyampaian informasi atau pengiriman pesan kepada orang lain, (Rivai and
Mulyadi. 2013). Komanikasi juga dapat dilakukan melalui lisan, dengan alam
mumpun menggunakan media komunikasi seperti telepon untuk menyampaikan atau
bertukar informasi dari pengirim kepada penerima, (Sopiah, 2018).
Proses komunikasi dalam organisasi memiliki peran yang sangat penting untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Untuk mengoptimalkan peran tersebut
komunikasi dalam organisasi juga perlu memperhatikan bagaimana cara, media,
dalam berkomunikasi seperti komunikasi antara atasan, atasan bawahan, sesama
bawahan agar tidak terjadi kesalahan dalam menyampaikan informasi maupun pesan
di dalam organisasi. Untuk itu, peran dari komunikasi dalam organisasi perlu
dipahami oleh seluruh pihak yang berkaitan. Jika komunikasi berjalan dengan baik,
maka bubungan antara atasan dengan bawahan, sesama bawahan terjalin dengan
hammonis.
20
mengendalikan orang lain juga merupakan hambatan hambatan terhadapa
komunikasi. Banyak atas merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima
berbagai masalah, kondisi atau hasil yang dapat membuat mereka tampak lemah.
Sebaliknya, banyakan menghindari situasi dimana mereka harus mengungkapkan
informasi yang dapat membuat mereka dalam posisi yang tidak menguntungkan.
Sebagai hasilnya ada "leveling" antara atasan dan bawahan.
Manajer masih akan menghadapi kemungkinan bahwa berita yang mereka kirim akan
berubah, bahkan bila hambatan- hambatan komunikasi organisasional tidak ada.
Banyak kesalahan komunikasi yang disebabkan bukan oleh faktor-faktor organisasi,
tetapi oleh masalah-masalah ketidaksempurnaan manusia dan bahasa. Manajer perlu
memperhatikan hambatan-hambatan antar pribadi seperti,
a) persepsi selektif.
a) Persepsi selektif persepsi adalah proses yang menyeluruh dengan mana seseorang
menseleksi, mengorganisasikam, dan mengartikan segala sesuatu di sekitarnya,
segera setelah menerima sesuatu, mengorganisasikan menjadi berbagai jenis
informasi yang berarti. Dalam hal ini pengalaman mengajarkan seseorang dengan
reaksi tertentu, bila seseorang mendengar suara api, maka dia akan melihat kreta api.
Seorang karyawan menjadi "definisi" secara otomatis bila dipanggil oleh atasannya
dengan kata lain, apa yang diinginkan seseorang untuk melihat atau mendengarkan
21
orang, objek atau situasi adalah sesuatu yang ingin dilihat atau didengar. hal ini
disebut selektif selektif.
c) Keadaan membela diri, perasaan pembelaan diri pada pengirim, penerima berita
atau keduanya juga menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi. Keadaan
membela diri seseorang mengakibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan
pembicaraan tertentu, dan sebaliknya meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain
22
komunikasi dengan bantuannya kepada para penyelia memecahkan masalah-masalah
komunikasi internal; penentuan strategi komunikasi perusahaan sehubungan dengan
“layoffs”, penutupan pabrik atau relokasi, dan terminasi; serta pengukuran kualitas
kegiatan-kegiatan komunikasi, melalui interview (wawancara) atau survey.
2. Penggunaan Umpan-Balik
Dilain pihak, para manajer perlu secara aktif mencari umpan balik.
Manajemen partisipatif dan komunikasi tatap muka merupakan cara-cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas kominukasi melalui penggunaan umpan
balik.
23
3. Menjadi Komunikator Yang Lebih Efektif
Salah satu peralatan yang digunakan secara efektif oleh para psikolog, dan
orang-orang yang profesinya memerlukan pemahaman yang mendalam tentang klien
mereka, yaitu active listening (aktif mendengarkan), dapat dipergunakan untuk
mengembangkan dimensi baru keterampilan manajemen para manajer. Prinsip dasar
peralatan ini adalah penggunaan reflective statements (pernyataan baik) oleh
pendengar. Bagaimanapun posisi kunci para manajer dalam proses komunikasi,
membuat kebutuhan mendesak bagi pengembangan diri untuk menjadi komunikator
yang lebih efektif.
24
3. Pertimbangkan keadaan fisik dan manusia keseluruhan kapan saja
komunikasi akan dilakukan.
5. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita
selama berkomunikasi.
25
L. STUDI KASUS
PERMASLAHAN MASALAH
26
mengantre berjam-jam demi membeli minyak.Ia juga mempertanyakan para ibu yang
terlalu banyak menggoreng.
"Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya
minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya
menggoreng sampai begitu rebutannya?" kata Megawati dalam webinar "Cegah
Stunting untuk Generasi Emas" yang disiarkan Youtube Tribunnews, Jumat
(18/3/2022).Meski demikian, Mega tak menampik pentingnya minyak goreng dalam
urusan rumah tangga. Namun, menurut dia, minyak goreng bukanlah kebutuhan
primer.
"Nanti dipikirnya saya tidak membantu rakyat kecil. Lho padahal, ini
kebutuhan apa tidak? Sebetulnya ini kan bukan primer sebetulnya, kalau mikirnya
kita kreatif," kata Presiden ke-5 RI itu.
Megawati, menurut Kunto, sementara menggantikan posisi Menteri Perdagan
gan (Mendag) Muhammad Lutfi sebagai sasaran tembak public ihwal minyak goreng.
Kunto menilai, gaya komunikasi Mega ini menunjukkan adanya diskrepansi atau gap
yang besar antara elite politik dengan kalangan akar rumput.Bahwa rupanya tak
seluruh elite politik menganggap kisruh minyak goreng sebagai masalah prioritas,
sementara bagi publik persoalan ini sangat mendasar.
"Ini yang harus menurut saya jadi problem. Berarti ada saluran komunikasi,
saluran aspirasi dari bawah ke atas yang mandek," ujar Kunto.Namun demikian,
27
Kunto berpandangan, blunder Megawati ini tidak akan berpengaruh besar pada
dukungan PDI-Perjuangan. Sebab, Pemilu 2024 masih cukup lama.
Selain itu, lanjut Kunto, kecerobohan Mega ini bukan sesuatu yang fatal dan
membuat orang sangat marah. Dia memprediksi, setelah ini masyarakat akan lupa
pada kontroversi pernyataan Mega soal minyak."Kalau dilihat orang kemudian
menyindir, membuat ini sebagai humor, membuat ini sebagai bahan bercanda dan
menurut saya kerusakannya tidak begitu besar ke PDI-P," tutur pengajar di Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini.Dalih pdip.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto telahmenyampaikan
pembelaan terkait pernyataan Megawati ini.Hasto mengatakan, pernyataan Mega
yang mempertanyakan kenapa masyarakat tidak membuat masakan yang direbus dan
dikukus merupakan solusi atas kelangkaan minyak goreng. Ia mengeklaim bahwa
Mega memahami persoalan dapur rakyat Indonesia.
"Ketika minyak goreng harganya tinggi, Ibu Megawati memberi opsi dan
solusi ke rakyat, meminta Ibu-ibu untuk kreatif. Ibu Megawati begitu memahami
persoalan dapur rakyat sehingga memberikan solusi praktis," kata Hasto dalam
keterangan tertulis, Jumat (18/3/2022).
Hasto mengeklaim,PDI-P telah memerintahkan seluruh kepala daerah,anggota
legislatif, dan struktur partai untuk membantu rakyat dan bergotong royong mengatas
persoalan minyak goreng.
28
BAB 3
A. Kesimpulan
Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam berorganisasi,
tanpa adanya komunikasi yang baik maka akan tercipta ruang lingkup
organisasi yang buruk begitu pula sebaliknya apabila komunikasi yang terjadi
didalam organisasi itu baik maka ruang lingkup organisasi itu juga akan
menjadi baik pula.Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang di
dalamnya terdapat proses dan saluran komunikasi yang baik dan minimnya
hambatan komunikasi yang ada untuk meningkatkan efektifitas dalam
berkomunikasi dan berorganisasi.
29
Daftar pustaka
Ernie tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah, pengantar manajemen edisi pertama,
2012
Nainngolan,Nana Triapnita dkk.2021. Komunikasi organisasi:Teori,Inovasi dan Etia.
Yayasan Kita Menulis. Budi,M.Pd.I.2021. Dasar-Dasar Komunikasi Organisasi.
Medan:CV.Pusdikra Mitra Jaya
https://youtu.be/wdl2eh3bme8
https://www.google.com/url?q=https://eprints.umm.ac.id/63442/11/BAB
%2520II.pdf&usg=AOvVaw0MMNO1kha58yyEfncnrvim
https://www.google.com/url?q=https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/
pdfmk/SKOM431304-
M1.pdf&usg=AOvVaw0xMDGDN4yghpEV38TmhIWt&hl=in_ID
https://ilmumanajemenindustri.com/jenis-jenis-komunikasi-verbal-non-verbal-
tertulis/
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/22/06000061/-populer-nasional-
kecerobohan-komunikasi-politik-megawati-dalam-polemik
30