Dosen Pengampu:
Oleh:
Deri Sugiarto
NIM 2230120005
PASCASARJANA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Perubahan
Sosial” dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teori Ilmu Sosial
dan Humaniora. Terima kasih saya ucapkan kepada bapak selaku dosen pengampu
mata kuliah Teori Ilmu Sosial dan Humaniora dan juga terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN…. ..................................................................................................... 1
C. Metode………….. ................................................................................................. 2
BAB II………………..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN….. ..................................................................................................... 3
PENUTUP ..................................................................................................................... 16
Kesimpulan ................................................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem nilai, norma sosial, sistem pelapisan sosial, stuktur sosial, proses-
proses sosial, pola, dan tindakan sosial, serta lembaga-lembaga kemasyarakatan. Hal ini
dikarenakan sifat perubahan sosial yang berantai dan saling berhubungan antara satu
unsur dengan unsur kemasyarakatan yang lainnya. Secara umum, perubahan sosial
selalu ada dalam kehidupan masyarakat selama masih ada keinginan dalam diri
masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat bersifat dinamis bergerak mengikuti
perubahan.3
1
Soerjono Soekanto. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada., h. 333.
2
Abdulsyani. 2007. Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara, h. 162.
3
Ibid, h.259
1
pada nilai rabb nilai yang ditentukan oleh Allah.4
B. Rumusan Masalah
C. Metode
Pada sub judul ini diuraikan mengenai metode yang digunakan penulis untuk
mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan makalah berjudul “Teori
Perubahan Sosial”.
4
Sidi Gazalba. 1993. Islam dan Perubahan Sosiabudaya: Kajian Islam tentang perubahanmasyarakat.
Jakarta: Pustaka Al-Husna, h. 21.
5
Abdullah Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 182
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kingsley Davis
2. Talcott Parson
3. Emile Durkheim
6
Ibid hlm. 301
7
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar danTerapan, Jakarta: Prenada Media, 2004,
hlm. 350
3
B. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
8
Soerjono Soekanto. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers, h. 426.
9
Soerjono Soekanto, op.cit., h. 345.
4
perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok heterogen baik sifat maupun
susunannya.10
3. Multilined theories of evolution (teori evolusi multilinear)
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap- tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, mengadakan penelitian
variabel pengaruh perubahan sistem pencaharian dan sistem berburu ke pertanian
terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.11
Dewasa ini agak sulit untuk menentukan apakah suatu masyarakat berkembang melalui
tahap-tahap tertentu. Lagipula adalah sangat sukar untuk dipastikan apakah tahap yang
telah dicapai dewasa ini merupakan tahap terakhir. Sebaliknya juga sulit untuk
menentukan kemanakah masyarakat akan berkembang, apakah pasti menuju ke arah
bentuk kehidupan sosial yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan
di masa ini atau bahkan sebaliknya? Karena itu para sosiolog telah banyak
meninggalkan teori-teori evolusi.12
Sementara itu perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung
dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya dinamakan revolusi.
Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan yang cepat dan perubahan
tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Di dalam
revolusi perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau
tanpa rencana. Ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi sebenarnya
bersifat relatif karena revolusi dapat memakan waktu yang lama. Misalnya revolusi
industri di Inggris, di mana perubahan-perubahan terjadi dari tahap produksi tanpa
mesin menuju tahap produksi menggunakan mesin. Perubahan tersebut sangat cepat
karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti sistem
kekeluargaan, hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya. Suatu revolusi
dapat berlangsung dengan didahului oleh suatu pemberontakan yang kemudian
menjelma menjadi revolusi. Pemberontakan para petani di Banten pada 1888 misalnya
didahului dengan suatu kekerasan, sebelum menjadi revolusi yang mengubah sendi-
sendi kehidupan masyarakat.
Secara sosiologis agar suatu revolusi dapat terjadi maka harus dipenuhi syarat-
syarat tertentu antara lain:
a. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan dan harus ada
suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
c. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
masyarakat tersebut.
d. Pemimpin dapat menampung keinginan keinginan masyarakat untuk kemudian
merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program dan arah
gerakan.
e. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan para masyarakat artinya
adalah bahwa tujuan tersebut sifatnya konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat,
diperlukan juga satu tujuan yang sama misalnya perumusan Suatu ideologi tertentu.
f. Harus ada momentum yaitu saat dimana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan
10
Ibid h. 346
11
Ibid h. 347
12
Ibid h. 346
5
baik untuk memulai suatu gerakan apabila muncul di rumah revolusi dapat gagal.13
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
contoh suatu revolusi yang tepat momentumnya pada waktu itu perasaan tidak puas
bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dan ada pemimpin-pemimpin yang mau
menampung keinginan-keinginan tersebut serta sekaligus merumuskan tujuannya. Saat
itu bertepatan dengan kekalahan kerajaan Jepang yang menjajah Indonesia sehingga
sangat tepat untuk memulai suatu revolusi yang diawali dengan proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi suatu negara yang merdeka dan berdaulat penuh.14
13
Ibid h. 347-348.
14
Ibid h. 348
15
Ibid h. 348-349
16
Ibid h. 349
6
yang mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyebabkan pada perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang
dikehendaki atau yang direncanakan berada di bawah pengendalian serta pengawasan
agent of change tersebut. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang
teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial atau sering pula
dinamakan perencanaan sosial.17
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan
pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut
berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki, maka perubahan
tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap perubahan-
perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan tersebut tidak mungkin
diubah tanpa mendapat halangan- halangan masyarakat itu sendiri atau dengan
perkataan lain perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara
mengadakan perubahan- perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada
atau dengan cara membentuk yang baru. Seringkali terjadi bahwa perubahan yang
dikehendaki bekerjasama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses
tersebut saling pengaruh-mempengaruhi.52
Konsep perubahan yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki tidak
mencakup faham apakah perubahan-perubahan tidak diharapkan atau tidak diharapkan
oleh masyarakat. Mungkin suatu perubahan yang tidak dikehendaki sangat diharapkan
dan diterima oleh masyarakat bahkan para agent of changes yang merencanakan
perubahan-perubahan yang dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya perubahan-
perubahan yang tidak terduga di bidang- bidang lain. Pada umumnya sulit untuk
mengadakan ramalan sedang terjadinya perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki
karena proses tersebut biasanya tidak hanya merupakan akibat dari suatu gejala sosial
saja tetapi dari berbagai gejala sosial sekaligus. Sebagai contoh dapat dikemukakan
perubahan yang terjadi di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta sejak akhir
kekuasaan Belanda sekaligus merupakan perubahan-perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki.
Perubahan yang dikehendaki menyangkut bidang politik dan administrasi yaitu
suatu perubahan dari sistem sentralisme autokratis ke suatu desentralisasi demokratis.
Perubahan dipelopori oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebagai salah satu akibat
timbulnya perubahan yang tidak dikehendaki. Tetapi Pamong Praja kehilangan
wewenang atas pemerintahan desa. Suatu keadaan yang tidak diharapkan dalam rangka
kerangka ini adalah bertambah pentingnya peranan dusun-dusun atau bagian-bagian
desa atas dasar administratif yang menyebabkan berkurangnya ikatan antara kekuatan
sosial yang merupakan masyarakat desa. Akibat lain yang juga tidak diharapkan
adalah hilangnya peranan kaum bangsawan secara berangsur-angsur sebagai warga
kelas tinggi.18
Suatu perubahan yang dikehendaki dapat timbul sebagai reaksi yang
direncanakan terhadap perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi
sebelumnya baik yang merupakan perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak
dikehendaki. Terjadinya perubahan-perubahan yang dikehendaki maka perubahan-
17
Ibid h. 348
18
Ibid h. 348
7
perubahan yang kemudian merupakan perkembangan selanjutnya meneruskan proses.
Bila sebelumnya terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki maka perubahan
yang dikehendaki dapat ditafsirkan sebagai pengakuan terhadap perubahan-perubahan
sebelumnya agar kemudian diterima secara luas oleh masyarakat.19
Perubahan yang dikehendaki merupakan suatu teknik yang oleh Thomas dan
Znaniecki ditafsirkan sebagai proses yang berupa perintah dan larangan, artinya
menetralisasikan suatu keadaan krisis dengan suatu akomodasi khususnya arbitrasi,
melegalisasi hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki atau berkembangnya suatu
karya yang dikehendaki legalisasi dilaksanakan dengan tindakan-tindakan fisik yang
bersifat arbitrasi.20
Secara umum para ahli sosiologi membedakan bentuk perubahan sosial
menjadi dua:
1. Progress yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemajuan sehingga bisa
menguntungkan dalam kehidupan sosial bagi masyarakat. Bentuk progres ini
dibedakan menjadi:
2. Planned progress (kemajuan yang dikehendaki), contohnya adalah pembangunan
listrik masuk desa ,intensifikasi pertanian modernisasi desa danlain-lain.
3. Unplanned progress atau kemajuan yang tidak dikehendaki, contohnya adalah
akibat gunung merapi meletus menyebabkan warga masyarakat makin makmur dengan
sawah pertanian yang bertambah subur serta tambah pasir semakin melimpah untuk di
tambang.
4. Regress yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemunduran sehingga kurang
menguntungkan bagi masyarakat, seperti perang yang berakibat hancurnya barang-
barang perabot dan sarana infrastruktur masyarakat serta binasanya ribuan hewan
bahkan jiwa manusia.21
8
Ada juga faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan, antara lain:
1. Kontak dengan kebudayaan lain,
2. Sistem pendidikan yang maju,
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginanuntuk maju,
4. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang,
5. Sistem masyarakat yang terbuka,
6. Penduduk yang heterogen,
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
8. Orientasi ke depan,
9. Nilai meningkatnya taraf hidup.23
Selain itu ada juga faktor-faktor yang menghambat tejadinya perubahan:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain,
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
3. Sikap masyarakat yang tradisionalistis,
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan,
6. Prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing,
7. Hambatan ideologis,
8. Kebiasaan,
9. Nilai pasrah.24
23
Ibid, h. 352
24
Ibid, h. 352
25
Ibid, h. 330
26
Ibid, h. 219
27
Ibid, h. 219
9
4. Teori historis, kemajuan masyarakat mengacu masyarakat maju berdasarkan
zamannya. Episentrumnya berpindah-pindah dari sungai indus atau India, Sungai
Yangtze, lembah Sungai Nil, Yunani, Romawi, Eropa Barat, Amerika sampai
Jepang.
5. Teori relativisme kemajuan masyarakat menuju kepada masyarakat barat khususnya
Amerika Serikat. Episentrumnya barat modernisasi sama dengan westernisasi
dengan kriteria: teknologi maju, organisasi sosial mendukung, ekonomi maju dan
politik mapan.
6. Teori analitik kemajuan masyarakat ditandai dari berbagai aspek ekonomi, politik,
keluarga, mobilisasi sosial dan agama yang semuanya itu bertumpu pada
perkembangan Iptek. 28
Teori-teori ini memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat misalnya linear teori dengan melalui beberapa tahap
menuju ke depan atau menuju perubahan yang lebih baik, contohnya perubahan
masyarakat yang awalnya huruf menjadi huruf setelah adanya pendidikan.29
a. Teori Evolusi
Semua teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap
yang dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat itu melalui urutan tahapan
yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju ke tahap perkembangan
terakhir. Di samping itu, teori-teori evolusioner menyatakan bahwa manakala tahap
terakhir telah dicapai maka pada saat itu perubahan evolusioner pun berakhir.30
1. Auguste Comte seorang sarjana Perancis yang kadangkala disebut sebagai pendiri
sosiologi melihat adanya tiga tahap perkembangan yang dilakukan oleh masyarakat:
1. Tahap teologis, yang diarahkan oleh nilai-nilai yang dialami atau Supernatural.
2. Tahap metafisik, yakni tahap peralihan di mana kepercayaan terhadap unsur
adikodrati digeser oleh prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan
budaya.
3. Tahap positif, atau tahap ilmiah di mana masyarakat diarahkan oleh kenyataan
yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
2. Karl Max
Teori perubahan sosial dari Karl Marx terdiri dari tiga tingkatan yaitu
tingkatan Individual, struktur sosial dan sejarah dunia. Hal ini ditunjukkan oleh
terdapatnya teori tindakan individual dikenal sebagai species being dalam konsepsi
Marx teori perjuangan kelas di tingkat menengah, dan teori formasi sosial ekonomi di
tingkat Puncak atau sejarah dunia.31
Semua teori evolusioner memiliki kelemahan tertentu, diantaranya:
1. Data yang menunjang penentuan masyarakat dalam rangkaian tahap seringkali tidak
cermat, dengan demikian tahap suatu masyarakat ditentukan sesuai dengan tahap
yang dianggap paling cocok dengan teori.
2. Urutan tahap tidak sepenuhnya tegas, karena beberapa masyarakat mampu
28
Ibid, h. 219
29
Ibid, h. 219
30
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1992. Sosiologi: Jilid 2. Jakarta: Erlangga, h. 208-209.
31
Damsar. 2015. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Kencana, h. 68.
10
melengkapi beberapa tahap antara dan langsung, tahap industri atau tahap komunis
serta beberapa masyarakat lainnya bahkan mundur ke tahap terdahulu.
3. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial besar akan berakhir ketika
masyarakat telah mencapai tahap akhir, tampaknya merupakan pandangan yang naif,
jika perubahan memang sesuatu yang konstan, apakah ini dapat diartikan bahwa
setiap rancangan perubahan akan memiliki titik akhir.32
Walaupun demikian teori evolusi masih mengandung banyak deskripsi yang
cermat. Kebanyakan masyarakat telah beralih dari masyarakat sederhana ke masyarakat
kompleks. Sampai pada batas-batas tertentu memang ada tahap-tahap perkembangan
dan pada setiap tahap berbagai unsur budaya terkait ke dalam sistem yang terintegrasi.
Dengan adanya modernisasi, beberapa perubahan sosial telah dianggap perlu, misalnya
sistem transportasi dan spesialisasi pekerjaan dan organisasi sosial yang didukung oleh
peran bukannya oleh jalinan kekerabatan. Semua masyarakat yang melakukan
modernisasi harus mengalami rangkaian perubahan yang kurang lebih sama. Jadi,
walaupun teori tentang adanya serangkaian tapi tidak sepenuhnya benar namun teori itu
pun tidak sepenuhnya salah.33
b. Teori siklus
Para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahap yang harus
dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa proses peralihan
masyarakat bukannya berakhir pada tahap terakhir yang sempurna melainkan
berputarkKembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya.34
1. Oswald Spengler, seorang ahli filsafat Jerman berpandangan bahwa setiap
peradaban besar mengalami proses tahapan kelahiran pertumbuhan dan keruntuhan.
Proses perputaran itu memakan waktu sekitar 1000 tahun.
2. Arnold Toynbee, seorang sejarawan Inggris juga menilai bahwa peradaban besar
berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. Ke-21
peradaban besar muncul untuk menjawab tantangan tertentu tetapi semuanya telah
punah kecuali peradaban barat yang dewasa ini beralih menuju tahap kepunahannya.35
Semua teori siklus menarik dan diperkuat oleh banyak analisis yang terperinci.
Namun demikian, upaya untuk mengidentifikasi, menetapkan waktu secara tepat dan
membandingkan beribu gejala yang menunjukkan perubahan dalam bidang seni, sastra,
musik, hukum, moral, perdagangan, agama, unsur kebudayaan lainnya yang
berlangsung dalam ribuan tahun tidak terlepas dari kemungkinan adanya begitu banyak
pencatatan yang meragukan dan begitu banyak pilihan dan penerkaan sehingga data
yang mendasari teori-teori tersebut tidak dapat dipercaya. Di samping itu teori-teori
tersebut tidak menjelaskan mengapa peradaban mengalami perubahan dan mengapa
beberapa masyarakat yang berbeda memberikan respon terhadap suatu tantangan secara
berbeda pula Teori ini memang menarik tetapi tidak sepenuhnya meyakinkan.36
32
Ibid, h. 209
33
Ibid, h. 210
34
Ibid, h. 210
35
Ibid, h. 210
36
Ibid, h. 210
11
c. Teori Fungsional
1. Pengertian
Teori fungsional juga populer disebut teori integrasi atau teori konsensus.
Tujuan utama pembuatan teori integrasi konsensus atau fungsional ini tidak lain agar
pembaca lebih jelas dalam memahami masyarakat secara integral. Pendekatan
fungsional menganggap masyarakat terintegrasi atas dasar kata sepakat anggota-
anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. General agreements ini memiliki
daya yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara
para anggota masyarakat. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial secara fungsional
terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Oleh sebab itu aliran pemikiran tersebut
disebut fungsional struktural atau fungsional Ismi struktural. Pada mulanya teori
fungsional struktural di alami oleh para pemikir klasik diantaranya socrates Plato
Auguste Comte Spencer emile durkheim Robert k Merton dan talcott parson.37
2. Asumsi Teori Struktural Fungsional
Ralp Dahrendorf, menjelaskan bahwa asumsi teori struktural fungsional
yaitu:
a. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang terstruktur secara relatif
mantap dan stabil
Ketika Anda bangun pagi seperti biasa anda berwudhu dan melaksanakan salat
subuh. Setelah itu Anda bersiap untuk mandi berpakaian dan sarapan pagi selanjutnya
anda meninggalkan rumah menuju tempat kerja. Pada saat di tempat kerja anda
melakukan tugas dan melakukan fungsi seperti yang telah digariskan oleh aturan tempat
kerja anda. Ketika menjelang siang anda bersiap-siap untuk beristirahat makan siang
dan salat. Pada sore hari Anda mulai merapikan pekerjaan untuk di Lanjutkan besok
jika masih belum selesai atau menyerahkan hasil pekerjaan jika selesai. Menjelang
batang anda bersama keluarga di rumah menyambut datangnya malam. Setelah selesai
salat magrib anda makan malam bersama keluarga. Kemudian sesudah salat Isya Anda
beri siap istirahat dan diselingi dengan melakukan aktivitas lainnya seperti membaca
majalah menonton televisi atau membaca Alquran. Orang lain juga melakukan hal yang
sama dengan anda tentunya dengan beragam variasi yang ada. Kegiatan anda dan orang
lain dilakukan dalam satu sistem interaksi antar orang dan kelompok. Anda tidak dapat
melakukannya sendiri tetapi bersama orang lain baik membantu maupun dibantu orang
lain. Setiap individu yang bersama Anda ini memiliki semangat tersendiri bagi
berlangsungnya kebersamaan. Demikianlah aktivitas anda dalam masyarakat juga
aktivitas orang lain dalam masyarakat. Kegiatan seperti ini dilakukan secara mantap
dan stabil. Dari hari ke hari terus keunggulan dan ketahun Anda rasakan relatif sama
hampir tidak berubah.
b. Elemen-elemen struktur tersebut terintegrasi dengan baik
Anda baru saja memahami bahwa jaringan hubungan antara anda dan orang lain
yang terpola dilihat sebagai masyarakat. Jaringan hubungan yang terpola ini
mencerminkan struktur elemen yang terintegrasi dengan baik. Artinya elemen yang
membentuk struktur memiliki kaitan dan jalannya yang bersifat saling mendukung dan
ketergantungan antara satu dan lainnya. Misalnya sebagai pegawai negeri sipil di
Kelurahan adalah salah satu elemen dari masyarakat. Ada banyak elemen lain dari
37
Wirawan. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana PrenadamediaGroup, h. 41
12
masyarakat Dimana anda berhubungan secara timbal balik yang bersifat saling
mendukung dan ketergantungan misalnya pak lurah sebagai atasan anda, warung si
tukang cuci keluarga Bung Tagor si penambal ban motor Anda Kang Asep sih loper
koran anda udah Buyung si penjual nasi dan mengadisi penjual barang harian.
Hubungan yang terjalin berkulit dan bersifat saling mendukung dan ketergantungan ini
membuahkan struktur elemen-elemen terintegrasi dengan baik
c. Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi yaitu memberikan sumbangan
pada bertanya struktur itu sebagai suatu sistem
Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi. Fungsi tersebut memberikan
sumbangan bagi bertanya suatu struktur sebagai suatu sistem. Jika salah satu fungsi
tersebut tidak ada elemen yang mempunyainya maka akan terjadi kekacauan.
d. Setiap struktur yang fungsional dilandaskan pada suatu konsensus nilai
diantara para anggotanya
Fungsi dari elemen-elemen yang terstruktur dilandasi atau dibangun di atas
konsensus nilai diantara para anggotanya. Konsensus nilai tersebut berasal baik dari
kesepakatan yang telah ada dalam masyarakat seperti adat kebiasaan Tata perilaku dan
sebagainya maupun kesepakatan yang dibuat baru.38
3. Perubahan sosial menurut teori fungsional
Baik teori fungsional maupun teori konflik tidak termasuk dalam salah satu
teori besar yang di singgung terdahulu. Para penganut teori fungsional menerima
perubahan sebagai suatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan
dianggap mengacuhkan keseimbangan masyarakat. Proses pengajuan itu berhenti pada
saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke dalam kebudayaan. Perubahan yang
ternyata bermanfaat atau fungsional diterima dan perubahan lain yang tidak terbukti
berguna atau fungsional ditolak.39
d. Teori konflik
1. Pengertian
Teori ini dipaparkan dalam rangka memahami dinamika yang terjadi di dalam
masyarakat. Di dalam realitas masyarakat konflik sebagai hal yang harus ada dan
kehadirannya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Adanya perbedaan kekuasaan dapat
dipastikan menjadi sumber konflik dalam sebuah sistem sosial terutama masyarakat
yang kompleks dan heterogen. Tidak hanya itu sumber daya yang langka terutama
sumber daya ekonomi di dalam masyarakat akan membangkitkan kompetisi di antara
pelaku ekonomi yang memperebutkan dan bukan mustahil berujung pada perceraian
akibat persoalan distribusi sumber daya tersebut yang tidak pernah merata. Kelompok-
kelompok kepentingan yang berbeda dalam sistem sosial akan saling mengejar tujuan
yang berbeda dan saling bersaing. Kondisi semacam ini dalam banyak kasus kerap
menyebabkan terjadinya konflik terbuka sebagaimana dinyatakan oleh Lockwood
bahwa kekuatan-kekuatan akan melahirkan mekanisme ketidakteraturan sosial. Paul B.
Horton dan Chester L. Hunt menyatakan bahwa para teoritisi konflik memandang suatu
masyarakat itu dapat menjadi suatu karena terikat bersama oleh kekuatan-kekuatan
kelompok atau kelas yang dominan dalam masyarakat. Berbeda dengan anggapan para
38
Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop, 50-54.
39
Ibid, h. 211
13
fungsionalisme yang memandang nilai-nilai bersama atau konsensus anggota
masyarakat menjadi suatu ikatan pemersatu maka dalam pandangan teoritisi konflik
konsensus yaitu merupakan ciptaan dari kelompok atau kelas dominan untuk
memaksakan nilai-nilai tertentu yang mereka inginkan.40
2. Asumsi teori konflik
Menurut Ralf Dahrendorf ada beberapa asumsi teori konflik:
a. Setiap masyarakat dalam setiap hal tunduk pada proses perubahan, perubahan
sosial terdapat di mana-mana
Berbeda dengan teori struktural fungsional yang melihat masyarakat selalu
dalam keadaan keseimbangan, teori struktural konflik melihat masyarakat pada proses
perubahan. Hal ini terjadi karena elemen-elemen yang berbeda sebagai pembentuk
masyarakat atau struktur sosial mempunyai perbedaan pola dalam motif maksud
kepentingan atau tujuan. Perbedaan yang ada ini menyebabkan setiap elemen berusaha
untuk mengusung motif atau tujuan yang dipunyai menjadi motif atau tujuan dari
struktur. Ketika motif atau tujuan diri dari suatu elemen telah menjadi bagian dari
struktur maka elemen ini cenderung untuk mempertahankannya di satu sisi. Adapun
pada sisi lain elemen lain terus berjuang mengusung motif atau kepentingan dirinya
menjadi motivator kepentingan. Konsekuensi logis dari keadaan ini adalah perubahan
yang senantiasa diperjuangkan oleh setiap elemen terhadap motif maksud kepentingan
atau tujuan diri.
b. Setiap masyarakat dalam setiap hal memperlihatkan pertikaian dan konflik
konflik sosial terdapat di mana-mana
Kita telah diskusikan bahwa setiap struktur sosial terdiri dari beberapa elemen
yang memiliki motif, maksud, kepentingan atau tujuan yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan ini merupakan sumber terjadinya pertikaian dan konflik di antara berbagai
elemen dalam struktur sosial. Selama perbedaan ini masih terdapat di dalam struktur
maka selama ini pula pertikaian dan konflik dimungkinkan ada. Ketidaksamaan motif
maksud kepentingan atau tujuan ialah realitas kehidupan sosial menurut teoritisi
konflik.
c. Setiap elemen dalam suatu masyarakat menyumbang disintegrasi dan
perubahan
Perbedaan motif maksud kepentingan atau tujuan dari berbagai elemen seperti
dijelaskan di atas merupakan sumber pertikaian dan konflik. Selanjutnya pertikaian dan
konflik menyebabkan disintegrasi dan perubahan dalam struktur sosial. Ini berarti
bahwa berbagai elemen yang membentuk struktur ini mempunyai sumbangan terhadap
terjadinya disintegrasi dan perubahan dalamstruktur ini.
d. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas
orang lain
Keteraturan keharmonisan dan kenormalan yang terlihat dalam masyarakat
dipandang oleh teoritisi konflik sebagai suatu hasil paksaan dari sebagian anggotanya
terhadap sebagian anggota yang lainnya. Kemampuan memaksa dari sebagian anggota
masyarakat berasal dari kemampuan mereka untuk memperoleh kebutuhan dasar yang
bersifat langka seperti hak istimewa kekuasaan kekayaan pengetahuan dan prestise
lainnya.41
40
Ibid, h. 60
41
Ibid h. 57-59.
14
3. Perubahan sosial menurut teori konflik
Banyak penganut teori konflik yang mengikuti pola perubahan evolusionernya
Marx, tetapi teori konflik itu sendiri tidak mempunyai teori perubahan tersendiri. Teori
konflik menilai bahwa apa yang konstan adalah konflik sosial bukannya perubahan.
Perubahan hanyalah akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung
secara terus-menerus maka perubahan pun demikian adanya. Perubahan menciptakan
kelompok baru dan kelas sosial baru. Konflik antar kelompok dan antar kelas sosial
melahirkan perubahan berikutnya. Setiap perubahan tertentu menunjukkan keberhasilan
kelompok atau kelas sosial pemenang dalam memaksakan kehendaknya terhadap
kelompok atau kelas sosial lainnya. Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel,
perbedaan antara teori fungsional dan teori konflik hanya terletak pada penekanan
masalahnya dan di antara keduanya tidak terdapat pertentangan yang mendasar.42
42
Ibid h. 210
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perubahan sosial berarti perubahan yang terjadi di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem nilai, norma sosial, sistem pelapisan sosial, stuktur sosial, proses-
proses sosial, pola, dan tindakan sosial, serta lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Terdapat beberapa jenis teori perubahan social yakni teori evolusi, teori siklus, teori
fungsional dan teori konflik. Perubahan social juga memiliki beberapa bentuk yakni
evolusi, revolusi, perubahan yang dikehendaki, perubahan yang tidak dikehendaki, dan
perubahan kecil serta perubahan yang besar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)
Abdulsyani. 2007. Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar danTerapan, Jakarta:
Prenada Media, 2004,
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1992. Sosiologi: Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sidi Gazalba. 1993. Islam dan Perubahan Sosiabudaya: Kajian Islam tentang
perubahan masyarakat. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Soerjono Soekanto. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Soerjono Soekanto. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers
17