Anda di halaman 1dari 20

TEORI PERUBAHAN SOSIAL

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:


Teori Ilmu Sosial dan Humaniora

Dosen Pengampu:

Dr. Samsudin, M.Ag.

Dr. Djojo Soekarjo, M.Si.

Oleh:

Deri Sugiarto

NIM 2230120005

PROGRAM STUDI: SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

PASCASARJANA

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Perubahan
Sosial” dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teori Ilmu Sosial
dan Humaniora. Terima kasih saya ucapkan kepada bapak selaku dosen pengampu
mata kuliah Teori Ilmu Sosial dan Humaniora dan juga terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini, oleh karena itu saya akan sangat menghargai kritik dan saran untuk membangun
makalah ini menjadi lebih baik lagi, dan semoga makalah ini dapat menjadi manfaat
untuk kita semua.

Bandung, 10 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………….................................................................. .... i

DAFTAR ISI……….. .................................................................................................... ii

BAB I………………. ..................................................................................................... 1

PENDAHULUAN…. ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

C. Metode………….. ................................................................................................. 2

BAB II………………..................................................................................................... 3

PEMBAHASAN….. ..................................................................................................... 3

A. Definisi Perubahan Sosial ...................................................................................... 3

B. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial ............................................................................ 4

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sosial.............................................. 8

D. Macam-Macam Teori Perubahan Sosial……………………… .............................. 9

BAB III .......................................................................................................................... 16

PENUTUP ..................................................................................................................... 16

Kesimpulan ................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-


perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti
kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun
yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga
yang berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh
seseorang yang sempat dalam meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada
suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat
tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak sempat menelaah susunan dan
kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya akan berpendapat bahwa masyarakat
tersebut statis tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan demikian didasarkan pada
pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang teliti. Karena tidak
ada satu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang-
orang desa sudah mengenal perdagangan, alat transport modern, bahkan dapat
mengikuti berita- berita mengenai daerah lain melalui radio, televisi dan sebagainya
yang kesemuanya itu belum dikenal sebelumnya.1

Setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami suatu perubahan.


Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial
yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas.
Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarakat
yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan kehidupan masyarakat yang baru.
Kehidupan masyarakat desa dapat dibandingkan antara sebelum dan sesudah mengenal
surat kabar, listrik dan televise.2

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem nilai, norma sosial, sistem pelapisan sosial, stuktur sosial, proses-
proses sosial, pola, dan tindakan sosial, serta lembaga-lembaga kemasyarakatan. Hal ini
dikarenakan sifat perubahan sosial yang berantai dan saling berhubungan antara satu
unsur dengan unsur kemasyarakatan yang lainnya. Secara umum, perubahan sosial
selalu ada dalam kehidupan masyarakat selama masih ada keinginan dalam diri
masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat bersifat dinamis bergerak mengikuti
perubahan.3

Maju atau mundurnya masyarakat dalam proses perubahannya ditentukan oleh


nilai yang dipedomani atau ukuran yang dipakai dalam melalui perubahan itu. Bagi
kaum materialisme ukuran itu adalah materi, bagi sekularisme ukurannya ialah nilai
dunia, bagi humanisme yang menjadi ukuran nilai manusia. Islam datang dengan ukuran
yang tidak meletakkan ukuran pada benda kehidupan dunia atau akal manusia, tapi

1
Soerjono Soekanto. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada., h. 333.
2
Abdulsyani. 2007. Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara, h. 162.
3
Ibid, h.259
1
pada nilai rabb nilai yang ditentukan oleh Allah.4

B. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan makalah ini, penulis mencoba menjawab persoalan yang


kemudian timbul dari pemaparan diatas diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial ?
2. Apa saja faktor-faktor pendorong dan penghambat perubahan social ?
3. Apa saja bentuk-bentuk dari perubahan sosial ?
4. Apa saja macam-macam teori perubahan sosial ?

C. Metode
Pada sub judul ini diuraikan mengenai metode yang digunakan penulis untuk
mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan makalah berjudul “Teori
Perubahan Sosial”.

Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam menyusun makalah ini adalah


menggunakan metode kajian pustaka, metode ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran tentang hubungan antara topic yang diangkat dalam penulisan makalah
dengan karya-karya ilmiah lain yang telah dibuat, sehingga tidak terjadi pengulangan
yang tidak perlu dan mubadzir.5

4
Sidi Gazalba. 1993. Islam dan Perubahan Sosiabudaya: Kajian Islam tentang perubahanmasyarakat.
Jakarta: Pustaka Al-Husna, h. 21.
5
Abdullah Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 182

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perubahan Sosial

Menurut para ahli mengenai pengertian Teori Perubahan Sosial diantaranya


adalah:

1. Kingsley Davis

Mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan- perubahan yang terjadi dalam


struktur dan fungsi masyarakat. MacIver membedakan antara utilitarian elements
dengan culture elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang
primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke
dalam kedua kategori tersebut. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat
manusia dalam upaya menguasia kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-
sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material.6

2. Talcott Parson

Masyarakat akan mengalami perkembangan menuju masyarakat transisional.


Masyarakat akan berkembang melalui tiga tingkatan utama yaitu primitif,
intermediate dan modern. Dari tiga tahapan ini, oleh Parsons dikembangkan lagi ke
dalam subklasifikasi evolusi sosial sehingga menjadi 5 tingkatan yaitu primitif,
advanced primitif and arcchaic, historis internediate, seedbed sociaties dan modern
sociaties. Parsons menyakini bahwa perkembangan masyarakat berkaitan erat dengan
perkembangan keempat unsur subsistem utama yaitu kultural (pendidikan), kehakiman
(integrasi), pemerintahan (pencapaian tujuan) dan ekonomi (adaptasi).7

3. Emile Durkheim

Perubahan sosial menurut teori Emile Durkheim bahwa Perubahan dari


solidaritas mekanik menjadi solidaritas organik dimulai dengan adanya pertambahan
penduduk disertai oleh kepadatan moral yaitu tingkat kepadatan interaksi antar anggota
masyarakat. Adanya pertambahan penduduk diharapkan disertai adanya pertambahan
komunikasi dan interaksi antara para anggota masyarakat. Konsekuensinya
perjuangan hidup menjadi tajam. Karena perjuangan hidup semakin tajam maka melalui
komunikasi dan interaksi antar kelompok masyarakat diharapkan akan tercipta
kerjasama dan terbitnya gagasan-gagasan baru dalam masyarakat berkenaan dengan
pembagian kerja dalam masyarakat. Oleh sebab itu melalui pembagian kerja setiap
orang mengalami spesialisasi bidang keahlian dan pekerjaannya sehingga konflik tidak
muncul dan masyarakat dapat dipertahankan melaluinya.

6
Ibid hlm. 301
7
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar danTerapan, Jakarta: Prenada Media, 2004,
hlm. 350
3
B. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial

Penjelasan pasal mengenai hirarkis sibernetik pengendalian merupakan suatu


kerangka untuk mengadakan klasifikasi mengenai tempat perubahan sosial. Hal yang
dijelaskan Parson adalah proses kelangsungan informasi dan energi antara berbagai
sistem aksi memberikan peluang bagi terjadinya perubahan di dalam sistem aksi atau
pada hubungan antara berbagai sistem aksi tersebut. Salah satu sumber perubahan itu
adalah akses informasi atau energi. Misalnya akses motivasi atau energi mempunyai
akibat bagi penetapan peranan-peranan organisasi perangkat peranan struktur normatif
dan orientasi nilai kebudayaan. Sumber lain adalah kurangnya informasi atau energi
yang menyebabkan terjadinya penyesuaian kembali baik secara eksternal maupun
internal. Misalnya konflik nilai-nilai yang bersifat informasional akan mengakibatkan
terjadinya konflik kaidah atau anomi yang berpengaruh terhadap sistem-sistem
kepribadian dan organismik. Oleh karena itu, secara konsep-konsep mengenai aspek
statis dan perubahan secara inheren terdapat dalam hierarki sibernetis pengendalian.8

a. Perubahan lambat dan perubahan cepat


Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama dan rentetan- rentetan
perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Pada
evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.
Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru yang timbul
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-perubahan tersebut tidak
perlu sejalan dengan rentetan peristiwa peristiwa dalam sejarah masyarakat yang
bersangkutan.
Ada bermacam-macam teori tentang evolusi pada umumnya dapat digolongkan
kedalam beberapa kategori sebagai berikut:
1. Unilinear theories of evolution (teori evolusi yang unilinear)
Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk
kebudayaannya mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu,
bermula dari bentuk yang sederhana kemudian ke bentuk yang kompleks sampai pada
tahap yang sempurna. Pelopor teori tersebut antara lain Auguste Comte, Herbert
Spencer dan lain-lain. Variasi dari teori tersebut adalah cyclical theories yang
dipelopori Vilfredo Pareto, yang berpendapat bahwa masyarakat dan kebudayaan
mempunyai tahap-tahap perkembangan yang merupakan lingkaran di mana suatu tahap
tertentu dapat dilalui berulang-ulang. termasuk pendukung Teori ini adalah pitirim A.
Sorokin yang pernah mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan. Sorokin
menyatakan bahwa masyarakat berkembang melalui tahap-tahap yang masing-masing
didasarkan pada suatu sistem kebenaran. Dalam tahap pertama dasarnya kepercayaan,
tahap kedua dasarnya adalah manusia, dan terakhir dasarnya adalah kebenaran.9
2. Universal theory of evolution (teori evolusi yang universal)
Menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-
tahap tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan manusia telah
mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraikan oleh
Herbert Spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil

8
Soerjono Soekanto. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers, h. 426.
9
Soerjono Soekanto, op.cit., h. 345.
4
perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok heterogen baik sifat maupun
susunannya.10
3. Multilined theories of evolution (teori evolusi multilinear)
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap- tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, mengadakan penelitian
variabel pengaruh perubahan sistem pencaharian dan sistem berburu ke pertanian
terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan seterusnya.11
Dewasa ini agak sulit untuk menentukan apakah suatu masyarakat berkembang melalui
tahap-tahap tertentu. Lagipula adalah sangat sukar untuk dipastikan apakah tahap yang
telah dicapai dewasa ini merupakan tahap terakhir. Sebaliknya juga sulit untuk
menentukan kemanakah masyarakat akan berkembang, apakah pasti menuju ke arah
bentuk kehidupan sosial yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan
di masa ini atau bahkan sebaliknya? Karena itu para sosiolog telah banyak
meninggalkan teori-teori evolusi.12
Sementara itu perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung
dengan cepat dan menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya dinamakan revolusi.
Unsur-unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan yang cepat dan perubahan
tersebut mengenai dasar-dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Di dalam
revolusi perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau
tanpa rencana. Ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi sebenarnya
bersifat relatif karena revolusi dapat memakan waktu yang lama. Misalnya revolusi
industri di Inggris, di mana perubahan-perubahan terjadi dari tahap produksi tanpa
mesin menuju tahap produksi menggunakan mesin. Perubahan tersebut sangat cepat
karena mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat seperti sistem
kekeluargaan, hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya. Suatu revolusi
dapat berlangsung dengan didahului oleh suatu pemberontakan yang kemudian
menjelma menjadi revolusi. Pemberontakan para petani di Banten pada 1888 misalnya
didahului dengan suatu kekerasan, sebelum menjadi revolusi yang mengubah sendi-
sendi kehidupan masyarakat.
Secara sosiologis agar suatu revolusi dapat terjadi maka harus dipenuhi syarat-
syarat tertentu antara lain:
a. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
b. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan dan harus ada
suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
c. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
masyarakat tersebut.
d. Pemimpin dapat menampung keinginan keinginan masyarakat untuk kemudian
merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi menjadi program dan arah
gerakan.
e. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan para masyarakat artinya
adalah bahwa tujuan tersebut sifatnya konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat,
diperlukan juga satu tujuan yang sama misalnya perumusan Suatu ideologi tertentu.
f. Harus ada momentum yaitu saat dimana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan
10
Ibid h. 346
11
Ibid h. 347
12
Ibid h. 346
5
baik untuk memulai suatu gerakan apabila muncul di rumah revolusi dapat gagal.13
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
contoh suatu revolusi yang tepat momentumnya pada waktu itu perasaan tidak puas
bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dan ada pemimpin-pemimpin yang mau
menampung keinginan-keinginan tersebut serta sekaligus merumuskan tujuannya. Saat
itu bertepatan dengan kekalahan kerajaan Jepang yang menjajah Indonesia sehingga
sangat tepat untuk memulai suatu revolusi yang diawali dengan proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi suatu negara yang merdeka dan berdaulat penuh.14

b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Agak sulit untuk menuliskan masing-masing pengertian tersebut di atas.


Sebagai pegangan dapatlah dikatakan bahwa perubahan-perubahan kecil adalah
perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak
membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian
misalnya, tidak membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat dalam keseluruhan
karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga- lembaga
kemasyarakatan. Sebaliknya suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada
masyarakat agraris misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh
besar pada masyarakat. Berbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan ikut
terpengaruh misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan,
stratifikasi masyarakat dan seterusnya.15
Kepadatan penduduk di pulau Jawa misalnya, telah melahirkan berbagai
perubahan dengan pengaruh yang besar. Areal tanah yang dapat diusahakan menjadi
lebih sempit, pengangguran tersamar kian tampak di desa-desa, mereka yang tidak
mempunyai tanah menjadi buruh tani dan banyak wanita serta anak- anak yang menjadi
buruh pada waktu panen. Sejalan dengan itu terjadi pula proses individualisasi pemilik
tanah. Hak-hak ulayat desa semakin luntur karena areal tanah tidak seimbang dengan
kepadatan penduduk. Timbulnya bermacam- macam lembaga hubungan kerja, lembaga
di tanah, lembaga bagi hasil dan seterusnya yang pada pokoknya bertujuan untuk
mengambil manfaat yang sebesar mungkin dari sebidang tanah yang tidak begitu luas.
Warga masyarakat hanya hidup sedikit di atas tanda minimal. Keadaan atau sistem
sosial yang dimiliki oleh Clifford Geeertz disebut shared proverty.16

c. Perubahan yang Dikehendaki dan Direncanakan atau Perubahan Yang Tidak


Dikehendaki dan Tidak Direncanakan

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang


diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki
perubahan dinamakan Agent of Change yaitu seseorang atau kelompok orang yang
mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Agent of change langsung masyarakat dalam mengubah sistem sosial.
Dalam melaksanakan agent of changes langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan

13
Ibid h. 347-348.
14
Ibid h. 348
15
Ibid h. 348-349
16
Ibid h. 349
6
yang mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyebabkan pada perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan yang
dikehendaki atau yang direncanakan berada di bawah pengendalian serta pengawasan
agent of change tersebut. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang
teratur dan direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial atau sering pula
dinamakan perencanaan sosial.17

Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan
pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut
berlangsung bersamaan dengan suatu perubahan yang dikehendaki, maka perubahan
tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang demikian besarnya terhadap perubahan-
perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian, keadaan tersebut tidak mungkin
diubah tanpa mendapat halangan- halangan masyarakat itu sendiri atau dengan
perkataan lain perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara
mengadakan perubahan- perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada
atau dengan cara membentuk yang baru. Seringkali terjadi bahwa perubahan yang
dikehendaki bekerjasama dengan perubahan yang tidak dikehendaki dan kedua proses
tersebut saling pengaruh-mempengaruhi.52
Konsep perubahan yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki tidak
mencakup faham apakah perubahan-perubahan tidak diharapkan atau tidak diharapkan
oleh masyarakat. Mungkin suatu perubahan yang tidak dikehendaki sangat diharapkan
dan diterima oleh masyarakat bahkan para agent of changes yang merencanakan
perubahan-perubahan yang dikehendaki telah memperhitungkan terjadinya perubahan-
perubahan yang tidak terduga di bidang- bidang lain. Pada umumnya sulit untuk
mengadakan ramalan sedang terjadinya perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki
karena proses tersebut biasanya tidak hanya merupakan akibat dari suatu gejala sosial
saja tetapi dari berbagai gejala sosial sekaligus. Sebagai contoh dapat dikemukakan
perubahan yang terjadi di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta sejak akhir
kekuasaan Belanda sekaligus merupakan perubahan-perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki.
Perubahan yang dikehendaki menyangkut bidang politik dan administrasi yaitu
suatu perubahan dari sistem sentralisme autokratis ke suatu desentralisasi demokratis.
Perubahan dipelopori oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sebagai salah satu akibat
timbulnya perubahan yang tidak dikehendaki. Tetapi Pamong Praja kehilangan
wewenang atas pemerintahan desa. Suatu keadaan yang tidak diharapkan dalam rangka
kerangka ini adalah bertambah pentingnya peranan dusun-dusun atau bagian-bagian
desa atas dasar administratif yang menyebabkan berkurangnya ikatan antara kekuatan
sosial yang merupakan masyarakat desa. Akibat lain yang juga tidak diharapkan
adalah hilangnya peranan kaum bangsawan secara berangsur-angsur sebagai warga
kelas tinggi.18
Suatu perubahan yang dikehendaki dapat timbul sebagai reaksi yang
direncanakan terhadap perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi
sebelumnya baik yang merupakan perubahan yang dikehendaki maupun yang tidak
dikehendaki. Terjadinya perubahan-perubahan yang dikehendaki maka perubahan-

17
Ibid h. 348
18
Ibid h. 348
7
perubahan yang kemudian merupakan perkembangan selanjutnya meneruskan proses.
Bila sebelumnya terjadi perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki maka perubahan
yang dikehendaki dapat ditafsirkan sebagai pengakuan terhadap perubahan-perubahan
sebelumnya agar kemudian diterima secara luas oleh masyarakat.19
Perubahan yang dikehendaki merupakan suatu teknik yang oleh Thomas dan
Znaniecki ditafsirkan sebagai proses yang berupa perintah dan larangan, artinya
menetralisasikan suatu keadaan krisis dengan suatu akomodasi khususnya arbitrasi,
melegalisasi hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki atau berkembangnya suatu
karya yang dikehendaki legalisasi dilaksanakan dengan tindakan-tindakan fisik yang
bersifat arbitrasi.20
Secara umum para ahli sosiologi membedakan bentuk perubahan sosial
menjadi dua:
1. Progress yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemajuan sehingga bisa
menguntungkan dalam kehidupan sosial bagi masyarakat. Bentuk progres ini
dibedakan menjadi:
2. Planned progress (kemajuan yang dikehendaki), contohnya adalah pembangunan
listrik masuk desa ,intensifikasi pertanian modernisasi desa danlain-lain.
3. Unplanned progress atau kemajuan yang tidak dikehendaki, contohnya adalah
akibat gunung merapi meletus menyebabkan warga masyarakat makin makmur dengan
sawah pertanian yang bertambah subur serta tambah pasir semakin melimpah untuk di
tambang.
4. Regress yaitu perubahan sosial yang membawa ke arah kemunduran sehingga kurang
menguntungkan bagi masyarakat, seperti perang yang berakibat hancurnya barang-
barang perabot dan sarana infrastruktur masyarakat serta binasanya ribuan hewan
bahkan jiwa manusia.21

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sosial

Mempelajari perubahan masyarakat perlu diketahui sebab-sebab yang


melatarbelakangi terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab
terjadinya perubahan masyarakat, dapat karena adanya sesuatu yang dianggap sudah
tidak lagi memuaskan. Atau karena ada faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat
sebagai pengganti faktoryang lama.
Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri antara lain:
1. Bertambah atau berkurangnya penduduk,
2. Penemuan-penemuan baru,
3. Pertentangan-pertentangna dalam masyarakat,
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi di dalam tubuh masyarakatitu sendiri.
Sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat antara lain:
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitarmanusia,
2. Peperangan dengan negara lain,
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.22
19
Ibid h. 348
20
Ibid h. 348
21
Abdullah Idi. 2o11. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakatdan Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers., h.
212
22
Soerjono Soekanto, op.cit., hlm 351

8
Ada juga faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan, antara lain:
1. Kontak dengan kebudayaan lain,
2. Sistem pendidikan yang maju,
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginanuntuk maju,
4. Toleransi terhadap perbuatan menyimpang,
5. Sistem masyarakat yang terbuka,
6. Penduduk yang heterogen,
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
8. Orientasi ke depan,
9. Nilai meningkatnya taraf hidup.23
Selain itu ada juga faktor-faktor yang menghambat tejadinya perubahan:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain,
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
3. Sikap masyarakat yang tradisionalistis,
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan,
6. Prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing,
7. Hambatan ideologis,
8. Kebiasaan,
9. Nilai pasrah.24

Adapun proses-proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat


berupa penyesuaian masyarakat terhadap perubahan, saluran-saluran perubahan yang
dilalui oleh suatu proses perubahan, disorganisasi (disintegarsi) dan reorganisasi
(reintegarsi). Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan
bagian dari satu kebulatan yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Disorganisasi
adalah proses berpudarnya norma dan nilai dalam masyarakat, dikarenakan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga masyarakat. Reorganisasi
adalah proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan.25

D. Macam-Macam Teori Perubahan Sosial

Sejumlah teori perubahan sosial yang dapat dikemukakan antara lain:


1. Linear theory yang melalui tahapan-tahapan dan selalu menuju ke depan misalnya
adanya perubahan masyarakat dari masyarakat buta huruf menjadi masyarakat melek
huruf.26
2. Spiralic theory yang melalui pengulangan-pengulangan diiringi kematangan di
dalamnya misalnya pandangan masyarakat dalam berpolitik dengan sistem
multipartai.27
3. Cylical theory melalui putaran panjang yang pada suatu saat menemukan track
yang pernah dilalui misalnya kembalinya masyarakat barat kepada hal- hal yang
natural dalam pengobatan keyakinan dan sebagainya.

23
Ibid, h. 352
24
Ibid, h. 352
25
Ibid, h. 330
26
Ibid, h. 219
27
Ibid, h. 219
9
4. Teori historis, kemajuan masyarakat mengacu masyarakat maju berdasarkan
zamannya. Episentrumnya berpindah-pindah dari sungai indus atau India, Sungai
Yangtze, lembah Sungai Nil, Yunani, Romawi, Eropa Barat, Amerika sampai
Jepang.
5. Teori relativisme kemajuan masyarakat menuju kepada masyarakat barat khususnya
Amerika Serikat. Episentrumnya barat modernisasi sama dengan westernisasi
dengan kriteria: teknologi maju, organisasi sosial mendukung, ekonomi maju dan
politik mapan.
6. Teori analitik kemajuan masyarakat ditandai dari berbagai aspek ekonomi, politik,
keluarga, mobilisasi sosial dan agama yang semuanya itu bertumpu pada
perkembangan Iptek. 28
Teori-teori ini memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat misalnya linear teori dengan melalui beberapa tahap
menuju ke depan atau menuju perubahan yang lebih baik, contohnya perubahan
masyarakat yang awalnya huruf menjadi huruf setelah adanya pendidikan.29

a. Teori Evolusi

Semua teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap
yang dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat itu melalui urutan tahapan
yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju ke tahap perkembangan
terakhir. Di samping itu, teori-teori evolusioner menyatakan bahwa manakala tahap
terakhir telah dicapai maka pada saat itu perubahan evolusioner pun berakhir.30
1. Auguste Comte seorang sarjana Perancis yang kadangkala disebut sebagai pendiri
sosiologi melihat adanya tiga tahap perkembangan yang dilakukan oleh masyarakat:
1. Tahap teologis, yang diarahkan oleh nilai-nilai yang dialami atau Supernatural.
2. Tahap metafisik, yakni tahap peralihan di mana kepercayaan terhadap unsur
adikodrati digeser oleh prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan
budaya.
3. Tahap positif, atau tahap ilmiah di mana masyarakat diarahkan oleh kenyataan
yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
2. Karl Max
Teori perubahan sosial dari Karl Marx terdiri dari tiga tingkatan yaitu
tingkatan Individual, struktur sosial dan sejarah dunia. Hal ini ditunjukkan oleh
terdapatnya teori tindakan individual dikenal sebagai species being dalam konsepsi
Marx teori perjuangan kelas di tingkat menengah, dan teori formasi sosial ekonomi di
tingkat Puncak atau sejarah dunia.31
Semua teori evolusioner memiliki kelemahan tertentu, diantaranya:
1. Data yang menunjang penentuan masyarakat dalam rangkaian tahap seringkali tidak
cermat, dengan demikian tahap suatu masyarakat ditentukan sesuai dengan tahap
yang dianggap paling cocok dengan teori.
2. Urutan tahap tidak sepenuhnya tegas, karena beberapa masyarakat mampu
28
Ibid, h. 219
29
Ibid, h. 219
30
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1992. Sosiologi: Jilid 2. Jakarta: Erlangga, h. 208-209.
31
Damsar. 2015. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Kencana, h. 68.

10
melengkapi beberapa tahap antara dan langsung, tahap industri atau tahap komunis
serta beberapa masyarakat lainnya bahkan mundur ke tahap terdahulu.
3. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial besar akan berakhir ketika
masyarakat telah mencapai tahap akhir, tampaknya merupakan pandangan yang naif,
jika perubahan memang sesuatu yang konstan, apakah ini dapat diartikan bahwa
setiap rancangan perubahan akan memiliki titik akhir.32
Walaupun demikian teori evolusi masih mengandung banyak deskripsi yang
cermat. Kebanyakan masyarakat telah beralih dari masyarakat sederhana ke masyarakat
kompleks. Sampai pada batas-batas tertentu memang ada tahap-tahap perkembangan
dan pada setiap tahap berbagai unsur budaya terkait ke dalam sistem yang terintegrasi.
Dengan adanya modernisasi, beberapa perubahan sosial telah dianggap perlu, misalnya
sistem transportasi dan spesialisasi pekerjaan dan organisasi sosial yang didukung oleh
peran bukannya oleh jalinan kekerabatan. Semua masyarakat yang melakukan
modernisasi harus mengalami rangkaian perubahan yang kurang lebih sama. Jadi,
walaupun teori tentang adanya serangkaian tapi tidak sepenuhnya benar namun teori itu
pun tidak sepenuhnya salah.33

b. Teori siklus

Para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahap yang harus
dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa proses peralihan
masyarakat bukannya berakhir pada tahap terakhir yang sempurna melainkan
berputarkKembali ke tahap awal untuk peralihan selanjutnya.34
1. Oswald Spengler, seorang ahli filsafat Jerman berpandangan bahwa setiap
peradaban besar mengalami proses tahapan kelahiran pertumbuhan dan keruntuhan.
Proses perputaran itu memakan waktu sekitar 1000 tahun.
2. Arnold Toynbee, seorang sejarawan Inggris juga menilai bahwa peradaban besar
berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. Ke-21
peradaban besar muncul untuk menjawab tantangan tertentu tetapi semuanya telah
punah kecuali peradaban barat yang dewasa ini beralih menuju tahap kepunahannya.35
Semua teori siklus menarik dan diperkuat oleh banyak analisis yang terperinci.
Namun demikian, upaya untuk mengidentifikasi, menetapkan waktu secara tepat dan
membandingkan beribu gejala yang menunjukkan perubahan dalam bidang seni, sastra,
musik, hukum, moral, perdagangan, agama, unsur kebudayaan lainnya yang
berlangsung dalam ribuan tahun tidak terlepas dari kemungkinan adanya begitu banyak
pencatatan yang meragukan dan begitu banyak pilihan dan penerkaan sehingga data
yang mendasari teori-teori tersebut tidak dapat dipercaya. Di samping itu teori-teori
tersebut tidak menjelaskan mengapa peradaban mengalami perubahan dan mengapa
beberapa masyarakat yang berbeda memberikan respon terhadap suatu tantangan secara
berbeda pula Teori ini memang menarik tetapi tidak sepenuhnya meyakinkan.36

32
Ibid, h. 209
33
Ibid, h. 210
34
Ibid, h. 210
35
Ibid, h. 210
36
Ibid, h. 210
11
c. Teori Fungsional
1. Pengertian
Teori fungsional juga populer disebut teori integrasi atau teori konsensus.
Tujuan utama pembuatan teori integrasi konsensus atau fungsional ini tidak lain agar
pembaca lebih jelas dalam memahami masyarakat secara integral. Pendekatan
fungsional menganggap masyarakat terintegrasi atas dasar kata sepakat anggota-
anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. General agreements ini memiliki
daya yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara
para anggota masyarakat. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial secara fungsional
terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Oleh sebab itu aliran pemikiran tersebut
disebut fungsional struktural atau fungsional Ismi struktural. Pada mulanya teori
fungsional struktural di alami oleh para pemikir klasik diantaranya socrates Plato
Auguste Comte Spencer emile durkheim Robert k Merton dan talcott parson.37
2. Asumsi Teori Struktural Fungsional
Ralp Dahrendorf, menjelaskan bahwa asumsi teori struktural fungsional
yaitu:
a. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang terstruktur secara relatif
mantap dan stabil
Ketika Anda bangun pagi seperti biasa anda berwudhu dan melaksanakan salat
subuh. Setelah itu Anda bersiap untuk mandi berpakaian dan sarapan pagi selanjutnya
anda meninggalkan rumah menuju tempat kerja. Pada saat di tempat kerja anda
melakukan tugas dan melakukan fungsi seperti yang telah digariskan oleh aturan tempat
kerja anda. Ketika menjelang siang anda bersiap-siap untuk beristirahat makan siang
dan salat. Pada sore hari Anda mulai merapikan pekerjaan untuk di Lanjutkan besok
jika masih belum selesai atau menyerahkan hasil pekerjaan jika selesai. Menjelang
batang anda bersama keluarga di rumah menyambut datangnya malam. Setelah selesai
salat magrib anda makan malam bersama keluarga. Kemudian sesudah salat Isya Anda
beri siap istirahat dan diselingi dengan melakukan aktivitas lainnya seperti membaca
majalah menonton televisi atau membaca Alquran. Orang lain juga melakukan hal yang
sama dengan anda tentunya dengan beragam variasi yang ada. Kegiatan anda dan orang
lain dilakukan dalam satu sistem interaksi antar orang dan kelompok. Anda tidak dapat
melakukannya sendiri tetapi bersama orang lain baik membantu maupun dibantu orang
lain. Setiap individu yang bersama Anda ini memiliki semangat tersendiri bagi
berlangsungnya kebersamaan. Demikianlah aktivitas anda dalam masyarakat juga
aktivitas orang lain dalam masyarakat. Kegiatan seperti ini dilakukan secara mantap
dan stabil. Dari hari ke hari terus keunggulan dan ketahun Anda rasakan relatif sama
hampir tidak berubah.
b. Elemen-elemen struktur tersebut terintegrasi dengan baik
Anda baru saja memahami bahwa jaringan hubungan antara anda dan orang lain
yang terpola dilihat sebagai masyarakat. Jaringan hubungan yang terpola ini
mencerminkan struktur elemen yang terintegrasi dengan baik. Artinya elemen yang
membentuk struktur memiliki kaitan dan jalannya yang bersifat saling mendukung dan
ketergantungan antara satu dan lainnya. Misalnya sebagai pegawai negeri sipil di
Kelurahan adalah salah satu elemen dari masyarakat. Ada banyak elemen lain dari

37
Wirawan. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana PrenadamediaGroup, h. 41

12
masyarakat Dimana anda berhubungan secara timbal balik yang bersifat saling
mendukung dan ketergantungan misalnya pak lurah sebagai atasan anda, warung si
tukang cuci keluarga Bung Tagor si penambal ban motor Anda Kang Asep sih loper
koran anda udah Buyung si penjual nasi dan mengadisi penjual barang harian.
Hubungan yang terjalin berkulit dan bersifat saling mendukung dan ketergantungan ini
membuahkan struktur elemen-elemen terintegrasi dengan baik
c. Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi yaitu memberikan sumbangan
pada bertanya struktur itu sebagai suatu sistem
Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi. Fungsi tersebut memberikan
sumbangan bagi bertanya suatu struktur sebagai suatu sistem. Jika salah satu fungsi
tersebut tidak ada elemen yang mempunyainya maka akan terjadi kekacauan.
d. Setiap struktur yang fungsional dilandaskan pada suatu konsensus nilai
diantara para anggotanya
Fungsi dari elemen-elemen yang terstruktur dilandasi atau dibangun di atas
konsensus nilai diantara para anggotanya. Konsensus nilai tersebut berasal baik dari
kesepakatan yang telah ada dalam masyarakat seperti adat kebiasaan Tata perilaku dan
sebagainya maupun kesepakatan yang dibuat baru.38
3. Perubahan sosial menurut teori fungsional
Baik teori fungsional maupun teori konflik tidak termasuk dalam salah satu
teori besar yang di singgung terdahulu. Para penganut teori fungsional menerima
perubahan sebagai suatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan
dianggap mengacuhkan keseimbangan masyarakat. Proses pengajuan itu berhenti pada
saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke dalam kebudayaan. Perubahan yang
ternyata bermanfaat atau fungsional diterima dan perubahan lain yang tidak terbukti
berguna atau fungsional ditolak.39

d. Teori konflik

1. Pengertian
Teori ini dipaparkan dalam rangka memahami dinamika yang terjadi di dalam
masyarakat. Di dalam realitas masyarakat konflik sebagai hal yang harus ada dan
kehadirannya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Adanya perbedaan kekuasaan dapat
dipastikan menjadi sumber konflik dalam sebuah sistem sosial terutama masyarakat
yang kompleks dan heterogen. Tidak hanya itu sumber daya yang langka terutama
sumber daya ekonomi di dalam masyarakat akan membangkitkan kompetisi di antara
pelaku ekonomi yang memperebutkan dan bukan mustahil berujung pada perceraian
akibat persoalan distribusi sumber daya tersebut yang tidak pernah merata. Kelompok-
kelompok kepentingan yang berbeda dalam sistem sosial akan saling mengejar tujuan
yang berbeda dan saling bersaing. Kondisi semacam ini dalam banyak kasus kerap
menyebabkan terjadinya konflik terbuka sebagaimana dinyatakan oleh Lockwood
bahwa kekuatan-kekuatan akan melahirkan mekanisme ketidakteraturan sosial. Paul B.
Horton dan Chester L. Hunt menyatakan bahwa para teoritisi konflik memandang suatu
masyarakat itu dapat menjadi suatu karena terikat bersama oleh kekuatan-kekuatan
kelompok atau kelas yang dominan dalam masyarakat. Berbeda dengan anggapan para

38
Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop, 50-54.
39
Ibid, h. 211

13
fungsionalisme yang memandang nilai-nilai bersama atau konsensus anggota
masyarakat menjadi suatu ikatan pemersatu maka dalam pandangan teoritisi konflik
konsensus yaitu merupakan ciptaan dari kelompok atau kelas dominan untuk
memaksakan nilai-nilai tertentu yang mereka inginkan.40
2. Asumsi teori konflik
Menurut Ralf Dahrendorf ada beberapa asumsi teori konflik:
a. Setiap masyarakat dalam setiap hal tunduk pada proses perubahan, perubahan
sosial terdapat di mana-mana
Berbeda dengan teori struktural fungsional yang melihat masyarakat selalu
dalam keadaan keseimbangan, teori struktural konflik melihat masyarakat pada proses
perubahan. Hal ini terjadi karena elemen-elemen yang berbeda sebagai pembentuk
masyarakat atau struktur sosial mempunyai perbedaan pola dalam motif maksud
kepentingan atau tujuan. Perbedaan yang ada ini menyebabkan setiap elemen berusaha
untuk mengusung motif atau tujuan yang dipunyai menjadi motif atau tujuan dari
struktur. Ketika motif atau tujuan diri dari suatu elemen telah menjadi bagian dari
struktur maka elemen ini cenderung untuk mempertahankannya di satu sisi. Adapun
pada sisi lain elemen lain terus berjuang mengusung motif atau kepentingan dirinya
menjadi motivator kepentingan. Konsekuensi logis dari keadaan ini adalah perubahan
yang senantiasa diperjuangkan oleh setiap elemen terhadap motif maksud kepentingan
atau tujuan diri.
b. Setiap masyarakat dalam setiap hal memperlihatkan pertikaian dan konflik
konflik sosial terdapat di mana-mana
Kita telah diskusikan bahwa setiap struktur sosial terdiri dari beberapa elemen
yang memiliki motif, maksud, kepentingan atau tujuan yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan ini merupakan sumber terjadinya pertikaian dan konflik di antara berbagai
elemen dalam struktur sosial. Selama perbedaan ini masih terdapat di dalam struktur
maka selama ini pula pertikaian dan konflik dimungkinkan ada. Ketidaksamaan motif
maksud kepentingan atau tujuan ialah realitas kehidupan sosial menurut teoritisi
konflik.
c. Setiap elemen dalam suatu masyarakat menyumbang disintegrasi dan
perubahan
Perbedaan motif maksud kepentingan atau tujuan dari berbagai elemen seperti
dijelaskan di atas merupakan sumber pertikaian dan konflik. Selanjutnya pertikaian dan
konflik menyebabkan disintegrasi dan perubahan dalam struktur sosial. Ini berarti
bahwa berbagai elemen yang membentuk struktur ini mempunyai sumbangan terhadap
terjadinya disintegrasi dan perubahan dalamstruktur ini.
d. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas
orang lain
Keteraturan keharmonisan dan kenormalan yang terlihat dalam masyarakat
dipandang oleh teoritisi konflik sebagai suatu hasil paksaan dari sebagian anggotanya
terhadap sebagian anggota yang lainnya. Kemampuan memaksa dari sebagian anggota
masyarakat berasal dari kemampuan mereka untuk memperoleh kebutuhan dasar yang
bersifat langka seperti hak istimewa kekuasaan kekayaan pengetahuan dan prestise
lainnya.41
40
Ibid, h. 60
41
Ibid h. 57-59.

14
3. Perubahan sosial menurut teori konflik
Banyak penganut teori konflik yang mengikuti pola perubahan evolusionernya
Marx, tetapi teori konflik itu sendiri tidak mempunyai teori perubahan tersendiri. Teori
konflik menilai bahwa apa yang konstan adalah konflik sosial bukannya perubahan.
Perubahan hanyalah akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung
secara terus-menerus maka perubahan pun demikian adanya. Perubahan menciptakan
kelompok baru dan kelas sosial baru. Konflik antar kelompok dan antar kelas sosial
melahirkan perubahan berikutnya. Setiap perubahan tertentu menunjukkan keberhasilan
kelompok atau kelas sosial pemenang dalam memaksakan kehendaknya terhadap
kelompok atau kelas sosial lainnya. Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel,
perbedaan antara teori fungsional dan teori konflik hanya terletak pada penekanan
masalahnya dan di antara keduanya tidak terdapat pertentangan yang mendasar.42

42
Ibid h. 210

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perubahan sosial berarti perubahan yang terjadi di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem nilai, norma sosial, sistem pelapisan sosial, stuktur sosial, proses-
proses sosial, pola, dan tindakan sosial, serta lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Terdapat beberapa jenis teori perubahan social yakni teori evolusi, teori siklus, teori
fungsional dan teori konflik. Perubahan social juga memiliki beberapa bentuk yakni
evolusi, revolusi, perubahan yang dikehendaki, perubahan yang tidak dikehendaki, dan
perubahan kecil serta perubahan yang besar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi. 2o11. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakatdan Pendidikan.


Jakarta: Rajawali Pers.

Abdullah Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)

Abdulsyani. 2007. Sosiologi: Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara

Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Gruop

Damsar. 2015. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Kencana

J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar danTerapan, Jakarta:
Prenada Media, 2004,

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1992. Sosiologi: Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Sidi Gazalba. 1993. Islam dan Perubahan Sosiabudaya: Kajian Islam tentang
perubahan masyarakat. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Soerjono Soekanto. 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Soerjono Soekanto. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers

Wirawan. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana


Prenadamedia Group

17

Anda mungkin juga menyukai