Lawrence Neuman menjelasankan bahwa penelitian lapangan juga sering disebut etnografi
atau panelitian participant observation. Akan tetapi, menurut Neuman etnografi hanyalah
merupakan perluasan dari penelitian lapangan.
Penelitian lapangan merupakan penelitian kualitatif di mana peneliti mengamati dan
berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati budaya
setempat. Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu berbicara dan mengamati
secara langsung orang-orang yang sedang ditelitinya. Melalui interaksi selama beberapa
bulan atau tahun mempelajari tetang mereka, sejarah hidup mereka, kebiasaan mereka,
harapan, ketakutan, dan mimpi mereka. Peneliti bertemu dengan orang atau komunitas baru,
mengembangkan persahabatan, dan menemukan dunia sosial baru, hal ini sering dianggap
menyenangkan. Akan tetapi, penelitian lapangan juga memakan waktu, menguras emosi, dan
kadang-kadang secara fisik berbahaya.
Kapan sebaiknya kita menggunakan penelitian lapangan?
Penelitian lapangan dilakukan ketika pertanyaan penelitian mencakup tentang, memahami,
atau menggambarkan interaksi sekelompok orang. Hal ini biasanya dilakukan jika
pertanyaannya adalah: Bagaimana orang Y di dunia sosial? atau Seperti apakah dunia sosial
dari X? Hal ini dapat digunakan ketika metode lain (misalnya, survei, eksperimen) dianggap
tidak praktis. (CONTOH: bagaimana pelaksanaan pembinaan terhadap WBP di lapas?,
bagaimana mantan narapidana setelah bebas dari lapas dapat menjalankan hidup ditengah
masyarakat?, Bagaimana pelayanan kesehatan diberikan kepada wbp di lapas atau rutan?.
Secara sederhana Metode pengamatan penelitian lapangan (field research) dapat
didefinisikan yaitu secara langsung mengadakan pengamatan untuk memperoleh informasi
yang diperlukan.
Dalam penelitian lapangan dikenal dengan pendekatan etnografi dan etnometodologi
Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti
menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup.
Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi
melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam
pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui
wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau
makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
Contoh menggunakan metode etnografi : 1. dampak radikalisasi terhadap nilai-nilai
kehidupan masyarakat lokal di daerah nanggroe aceh darusalam. Dalam hal ini lebih
mengkaji dengan sisi bagaimana kebudayaan mereka menerima dan menginterpretasikannya
kedalam kebudayaan mereka. 2. Uang dalam kontensasi politik pada pemilikada di kota X
Tahun 2011
Metode pengumpulan data dalam metode etnoggrafi yang digunakan: observasi partisipatif
alasannya lebih menuntut kerja lapangan yang intensif dengan peneliti terlibat penuh di
dalam budaya yang dikajinya.
Etnografi mementingkan asas relativisme (kenisbian) budaya : setiap kelompok manusia akan
mengembangkan budayanya dan budaya itu di hargai sebagaimana adanya tanpa membawa
nilai – nilai dari budaya si peneliti. Ini juga berarti penghargaan penuh (termasuk upaya
empati) terhadap kelompok manusia yang hendak di teliti.
Kelebihan:
Salah satu keuntungan dari penelitian etnografi adalah ia memberikan wawasan tentang aspek
kehidupan sosial, termasuk persepsi dan nilai-nilai, yang tidak dapat ditangkap oleh metode
penelitian lain. Etnografi dapat menjelaskan apa yang diterima begitu saja dan mana yang
tidak diucapkan dalam suatu komunitas.
Etnografi juga memungkinkan peneliti untuk mengembangkan pemahaman yang kaya dan
berharga tentang makna budaya dari praktik dan interaksi. Selain itu, pengamatan terperinci
yang dilakukan dalam penelitian etnografi juga dapat membuktikan bias negatif atau stereotip
tentang populasi yang dipertanyakan.
Kekurangan:
Salah satu kelemahan penelitian etnografi adalah kadang-kadang sulit untuk mendapatkan
akses ke dan membangun kepercayaan dalam situs lapangan yang diinginkan. Mungkin juga
sulit bagi peneliti untuk mendedikasikan waktu yang diperlukan untuk melakukan etnografi
yang ketat, dengan batasan dana penelitian dan komit men profesional mereka yang lain (mis.
Mengajar).
Penelitian etnografi juga memiliki potensi bias pada bagian dari peneliti, yang dapat
membelokkan data dan wawasan yang diperoleh darinya. Selain itu, karena sifat intim dari
penelitian, ada potensi timbulnya masalah etika dan interpersonal. Akhirnya, sifat
mendongeng dari suatu etnografi tampaknya dapat membiaskan interpretasi data.
ETNOMETODOLOGI
Merupakan pendekatan yang berusaha memahami akal sehat yang digunakan oleh
sekelompok manusia untuk dapat berfungsi dalam suatu kelompok yang hendak mencapai
suatu tujuan tertentu. Jadi dengan kata lain lebih memerhatikan hal yang begitu lumrahnya
dalam kehidupan sehari–hari sehingga tidak pernah terpikirkan secara mendalam oleh para
pelakunya.
Metode pengumpulan data pada pendekatan ini biasanya menggunakan studi kasus kemudian
dibantu dengan data sekunder berupa wawancara dan obervasi
Contoh “Studi Etnometodologi Wanita Penjaja Seks (WPS) dan Infeksi Menular Seksual
(IMS) di Lokalisasi Sunan Kuning Kota Semarang, Perilaku Menyusui Bayi pada Etnik
Bugis di Pekkae, 2003.
Keunggulan:
1. Longitudinal: sebagai suatu metode observasi yang sedang
berlangsung, etnometodologi dapat merekam perubahanperubahan apa yang terjadi,
dan tidak harus menyandarkan diri pada ingatan partisipan seperti rekaman dalam
penelitian survey cross sectional.
2. Baik prilaku nonverbal maupun verbal, keduanya dipelajari oleh etnometodologi.
3. Etnometodologi memberikan satu pemahaman tentang bagaimana narasumber
menyadari atau merasa benar-benar dalam keadaan sadar dan mengerti terhadap daftar
pertanyaan yang ada dan bagaimana mereka menjawabnya. Penelitian ini memberikan
bukti yang bermanfaat bagi peneliti dalam menganalisis ‘tidak ada respons’ seperti
sering dialami oleh penelitian survey
4. Etnometodologi memberikan satu pemahaman tentang kekonsistenan reliabilitas yang
terkadang didapat lewat koder-koder (penyandi) yang mengikuti aturan akal sehatnya.
Kelemahan:
1. Produk: Etnometodologi bukan merupakan pilihan yang baik untuk meneliti dan
mempelajari produk-produk sosial. Misalnya dalam melakukan penelitian tidak
seharusnya meneliti tentang sikap etnis tertentu dengan
menggunakan etnometodologi, meskipun bias menggunakannya untuk mempelajari
proses terjadinya atau berasalnya sikap tadi.
2. Studi dalam skala luas: Sikap masyarakat dalam skala luas lebih cocok diteliti dengan
menggunakan metode survey dibandingkan dengan etnometodologi. Disamping itu,
memang sikap adalah produk yang hanya baik jika diteliti dengan menggunakan
metode penelitian survey, atau metode lain yang bukan etnometodologi
Merupakan catatan yang dibuat di tempat penelitian. Catatan ini ringkas dan hanya berisi
kata-kata yang dapat mengingatkan memori di tempat kejadian.[1]
• Catatan pengamatan langsung (Direct Observation Notes)
Merupakan catatan yang dibuat langsung setelah peneliti meninggalkan tempat kejadian.
Catatan ini disusun secara kronologis berdasarkan tempat, waktu, dan urutan kejadian.[1]
• Catatan interpretasi peneliti (Researcher Inference Notes)
Berisi catatan pribadi peneliti mengenai segala hal yang peneliti rasakan dalam
mengadakan penelitian.[1] [2]
• Peta dan diagram
c. Menyiapkan Logistik
Umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi (audio/video), dan kebutuhan-
kebutuhan peserta FGD: seperti transportasi; properti rehat: alat ibadah, konsumsi
(makanan kecil dan atau makan utama); insentif; akomodasi (jika diperlukan); dan
lain sebagainya.
d. Jumlah Peserta
jumlah yang ideal adalah 7 -11 orang,
e. Rekruitmen Peserta : harus sesuai dengan tujuan tujuan awal dibentuknya fgd
Menyusun Pertanyaan FGD
Kunci dalam membuat panduan diskusi yang terarah adalah membuat pertanyaan-pertanyaan
kunci sebagai panduan diskusi. Untuk mengembangkan pertanyaan FGD, lakukan hal-hal
berikut:
– Baca lagi tujuan penelitian
– Baca lagi tujuan FGD
– Pahami jenis informasi seperti apa yang ingin Anda dapatkan dari FGD
– Bagaimana Anda akan menggunakan informasi tersebut
– Tulis pertanyaan umum ke khusus. Sebaiknya jangan lebih dari 5 (lima) pertanyaan
inti.
– Rumuskan pertanyaan dalam bahasa yang sederhana dan jelas. Hindari konsep besar
yang kabur maknanya.
– Uji pertanyaan-pertanyaan tersebut pada teman-teman dalam tim Anda.
Berbeda dengan wawancara, dalam FGD moderator tidaklah selalu bertanya. Bahkan
semestinya tugas moderator bukan bertanya, melainkan mengemukakan suatu permasalahan,
kasus, atau kejadian sebagai bahan pancingan diskusi. Dalam prosesnya memang ia sering
bertanya, namun itu dilakukan hanya sebagai ketrampilan mengelola diskusi agar tidak
didominasi oleh sebagian peserta atau agar diskusi tidak macet
Pelaksanaan FGD
Keberhasilan pelaksanaan FGD sangat ditentukan oleh kecakapan moderator sebagai “Sang
Sutradara”. Peran Moderator dalam FGD dapat dilihat dari aktivitas utamanya, baik yang
bersifat pokok (secara prosedural pasti dilakukan) maupun yang tentatif (hanya diperlukan
jika memang situasi menghendaki demikian). Peran-peran tersebut adalah (a) membuka
FGD, (b) meminta klarifikasi, (c) melakukan refleksi, (d) memotivasi, (e) probing
(penggalian lebih dalam), (f) melakukan blocking dan distribusi (mencegah ada peserta yang
dominan dan memberi kesempatan yang lain untuk bersuara), (g) reframing, (h) refokus, (i)
melerai perdebatan, (j) memanfaatkan jeda (pause), (k) menegosiasi waktu, dan (l) menutup
FGD.
Dalam pelaksanaan FGD, kunci utama agar proses diskusi berjalan baik adalah permulaan.
Untuk membuat suasana akrab, cair, namun tetap terarah, tugas awal moderator terkait
dengan permulaan diskusi yaitu (1) mengucapkan selamat datang, (2) memaparkan singkat
topik yang akan dibahas (overview), (3) membacakan aturan umum diskusi untuk disepakati
bersama (atau hal-hal lain yang akan membuat diskusi berjalan mulus), dan (4) mengajukan
pertanyaan pertama sebagai panduan awal diskusi. Untuk itu usahakan, baik pertanyaan
maupun respon dari jawaban pertama tidak terlalu bertele-tele karena akan menjadi acuan
bagi efisisensi proses diskusi tersebut.