Anda di halaman 1dari 18

Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

TRANFORMASI BUDAYA GOTONG ROYONG DI ERA GLOBALISASI PADA MASYARAKAT


PULAU BAWEAN

Ainun Nafisah
16040254027 (PPKn, FISH, UNESA) ainunnafisah16040254027@mhs.unesa.ac.id

Sarmini
0008086803 (PPKn, FISH, UNESA) sarmini@unesa.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan transformasi bentuk kegiatan gotong royong dan untuk
menjelaskan transformasi bentuk partisipasi gotong royong pada masyarakat Pulau Bawean dalam kegiatan
Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di era globalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Subjek terdiri dari tujuh orang, Informan dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perubahan sosial
pada masyarakat Pulau Bawean lebih banyak mengalami reproduksi daripada transformasi. Adapun
serangkaian indikator transformasi gotong royong yang megalami reproduksi sebagai berikut: (1) konsep
gotong royong: mulai dari kegiatan dalam upaya membantu kepentingan desa, bekerja bersama tanpa
imbalan, sampai pada membangun kekompakan dan solidritas sosial. (2) Implementasi Gotong royong:
Membersihkan lingkungan desa, gotong royong membangun lapangan dan panggung, (3) Partisipasi aktif:
partisipasi tenaga dan konsumsi, (4) Partisipasi pasif: tidak menganggu dan tidak ikut serta, tidak mendukung
dan tidak ikut serta, tidak mendukung dan ikut serta. Satu indiktor yang mengalami transformasi yaitu
partisipasi ide.
Kata Kunci: Gotong royong, Transformasi, Reproduksi

Abstract
The purpose of this study is to explain the transformation of the forms of mutual assistance activities and to
explain the transformation of the forms of gotong royong participation in the Bawean Island community in
the commemoration of the Republic of Indonesia's Independence Day in the era of globalization. This
research uses a qualitative approach with a case study research design. The subject consisted of seven people,
the informants were chosen using purposive sampling technique. Data collection techniques used were in-
depth interviews and documentation. The data obtained were analyzed using an interactive analysis model
proposed by Miles and Huberman. The results showed that the process of social change in the Bawean Island
community experienced more reproduction than transformation. The series of indicators gotong royong
transformation that experienced reproduction are as follows: (1) the concept of gotong royong: starting from
activities in an effort to help the interests of the village, working together without compensation, to building
cohesiveness and social solidarity. (2) Implementation of gotong royong: Clean up the village environment,
gotong royong to build the field and stage, (3) Active participation: labor participation and consumption, (4)
Passive participation: not disturbing and not participating, not supporting and not participating, not support
and participate. One indicator has undergone a transformation that is the participation of ideas.
Keywords : Gotong royong, Transformation, Reproduction

berlangsung di semua bidang kehidupan seperti, bidang


PENDAHULUAN
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
Perkembangan globalisasi ditandai dengan kemajuan keamanan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah
dibidang teknologi informasi dan komunikasi. Dari faktor pendukung utama yang menyebabkan terjadinya
kemajuan dibidang ini kemudian memengaruhi sektor- globalisasi (Suneki, 2012:309).
sektor seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya Masuknya globalisasi ke Indonesia yang sangat gencar
(Nurhaidah, 2015:4). Terjadinya globalisasi tidak serta dengan waktu yang relatif singkat akan mengakibatkan
merta ada begitu saja tetapi melalui beberapa proses terjadinya perubahan sosial budaya secara susul-menyusul
panjang sampai akhirnya menjadi seperti sekarang. (Abdulkarim, 2008:127). Setiap masyarakat berubah,
Globalisasi berlangsung melalui dua dimensi ruang dan perubahan sosial adalah perubahan signifikan dari struktur
waktu dalam interaksi antar bangsa, globalisasi

383
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

sosial berdasarkan siklus perjalanan waktu Harper (1989) royong disebut sebagai gagarumutan atau bagarumutan,
dalam (Muchlis, dkk, 2019:103). Contoh perubahan sosial tolong menolong dalam upacara perkawinan, upacara
akibat adanya perkembangan transportasi, telekomunikasi keagamaan atau upacara kematian (Rahman, 2017: 168).
dan teknologi dalam konteks kebudayaan ialah budaya Pada masyarakat suku Bali ada istilah mepalusan adalah
Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan suatu kegiatan kerja sama antar satu individu terhadap
sopan bergeser ke budaya barat yang lebih individual individu lainnya (Artini, dkk. 2018: 82). Di Papua Barat
(Suketi, 2012:317). Di Aceh, loyalitas dan rasa kepedulian gotong royong dikenal sebagai tradisi baku bantu
masyarakat terhadap tokoh masyarakat mulai berkurang. pembangunan rumah-rumah ibadah yang dilakukan secara
Misalkan, seseorang yang ingin mengajukan gugatan cerai bersama-sama dengan atau gotong-royong (Ernas,
tidak lagi menghadirkan keuchik atau teungku imam 2014:69).
(Muhammad, 2017:161). Keragaman istilah gotong royong menunjukkan bahwa
Sedangkan Dampak pada bidang pertanian yaitu, Pada budaya tersebut merupakan satu akar peradaban yang
masyarakat jambi sistem pertanian tradisional telah dimiliki oleh bangsa Indonesia, selain itu budaya gotong
berganti menjadi sistem pertanian modern dengan royong juga merupakan landasan kehidupan berbangsa dan
mengandalkan teknologi modern (Muchlis, 2019:103). bernegara (Muryanti, 2017:1). Fungsi Budaya gotong
Pada bidang kesenia dampak dari masuknya globalisasi royong bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai identitas
adalah semakin lunturnya kesenian tradisional asli daerah kultural dan sebagai sarana perajut kebersamaan hidup di
Indonesia diakibatkan oleh semakin beragamnya pilihan tengah masyarakat sebagai bangsa majemuk (Djahimo,
kesenian. Contoh kesenian Ludruk, ketoprak sekarang ini Santri E. P. dan Marsel Robot, 2018:37).
tengah mengalami “mati suri” (Suneki, 2012:316), selain Di era global yang telah menghasilkan berbagai
itu perubahan sosial juga tampak dari konsumsi sehari-hari perkembangan dalam kehidupan masyarakat
dimana pola konsumsi masyarakat juga beralih pada menjadikankan gotong royong mulai luntur (Anggorowati,
makanan cepat saji (fast food) yang dianggap lebih 2015:40). Terjadi kemerosotan budaya gotong royong yang
menarik daripada makanan lokal. mulai akut, mulai dari masyarakat perkotaan sampai
Faktor yang menyebabkan masyarakat mengikuti arus merambah pada masyarakat pedesaan (Sahari, 2016:5).
globalisasi dipengaruhi oleh keinginan untuk memperoleh Masyarakat desa yang terkenal dengan nilai-nilai
kebebasan dalam berekspresi (Mubah, 2011:305). Adapun kesopanan, tata krama, kekeluargaan, kebersamaan, dan
fenomena yang saat ini terjadi adalah masyarakat memilih nilai-nilai luhur lainnya perlahan mulai tidak terlihat lagi
meninggalkan kebudayaan asli Indonesia dianggap terlalu (Muhammad, 2017:158). Masyarakat pedesaan yang dulu
kolot dan rumit. Kemudian, kebudayaan bergeser kearah dikenal memiliki budaya gotong royong yang kental pada
kebudayaan yang sedang trend dilakukan oleh masyarakat setiap aspek kehidupan, kini mulai kehilangan jati dirinya.
global karena dianggap lebih keren dan lebih sederhana. Masyarakat pedesaan yang diduga saat ini mengalami
Gempuran globalisasi yang tidak disertai dengan perubahan budaya gotong royong salah satunya adalah
menguatnya resistensi di masyarakat mengakibatkan masyarakat Pulau Bawean. Pulau Bawean merupakan
semakin menurunnya nilai-nilai lokal. Hal ini dikarenakan pulau yang terpencil dikarenakan akses menuju ke sana
globalisasi menghadirkan pencampuran budaya, yang sangat sulit. Pulau ini memiliki dua kecamatan dan Tambak
menghasilkan berbagai budaya baru dan unik (Hisyam, dan dengan populasi penduduk mencapai 107.751 jiwa.
Pamungkas, 2016:56). Gempuran globalisasi juga Sulitnya mencari kerja di Pulau Bawean menyebabkan
memengaruhi budaya warisan nenek moyang bangsa banyak penduduk yang merantau ke Pulau Jawa atau ke
Indonesia yaitu, budaya gotong royong. Dibanyak budaya luar Negeri hal itu pula yang menyebabkan Pulau Bawean
di Dunia fenomena gotong royong telah banyak ditemukan, dikenal sebagai Pulau Putri. Bahasa yang dituturkan oleh
diamati dan didokumentasikan. Dalam beberapa tahun masyarakat Pulau Bawean mirip dengan Bahasa Madura
terakhir, di Indonesia gotong royong telah diangkat oleh atu ada pula beberapa orang yang mengatakan bahwa
para pemimpin Indonesia menjadi cita-cita nasional, kerja Bahasa Bawean adalah Bahasa versi halus dari Bahasa
sama sukarela antar individu di semua tingkatan sosial (Jos Madura (Palupi, dkk, 2013:5).
dan Rizal, 1887:2). Asumsi adanya perubahan budaya gotong royong pada
Gotong royong akar katanya berasal dari ungkapan masyarakat Pulau Bawean jika dikaitkan dengan pespektif
jawa yang kata kerja Jawa ngotong (serumpun dengan Sun- pengkajian teori modernisasi, perubahan terjadi karena
danese ngagotong), yang berarti "beberapa orang masyarakat berkomunikasi dengan ide-ide baru,
membawa sesuatu bersama," ditambah royong yang masyarakat menyadari kesadaran dan keterbelakangannya
menyenangkan (Bown, 2014:546). Di seluruh wilayah (Salim, 2002:131). Masyarakat Asia berubah akibat suatu
Indonesia istilah gotong royong dikenal dalam beberapa bentuk kemajuan yang harus diambil dari luar Ever (1980)
bahasa seperti pada masyarakat Banjar istilah gotong (dalam Salim, 2002:133). Pernyataan dari Salim dan Ever
Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

menjadi asumsi dari penelitian ini dimana masyarakat berlangsung akibat pengaruh ideologi asing, norma-norma
Pulau Bawean juga seharusnya memiliki kemungkinan lama satu per satu diganti dengan norma-norma baru yang
mengalami pergeseran budaya mengingat teknologi dan berbasis pada nilai-nilai individualis (Effendi, 2013).
komunikasi sudah mulai banyak digunakan oleh Selnjutnya kajian dinamika gotong royong pada
masyarakat sana. Penggunaan teknologi dan komunikasi masyarakat nelayan, mengungkapkan bahwa Solidaritas
menyebabkan masyarakat Pulau Bawean lebih mudah dan sikap gotong royong di kalangan masyarakat relatif
berkomunikasi dan mengakses duania luar melalui internet rendah. Untuk mengatasi hal ini, para tokoh masyarakat di
sehingga mereka mulai menyadari ketertinggalan dan Bulutui membentuk pranata sosial yang diberi nama
keterbelakangnnya dari dunia luar yang telah lebih dulu Kerukunan Warga dan Persatuan (Wardiat, 2016). Dan
memiliki kebudayaan yang lebih modern. terakhir kajian Metamorfosis gotong royong dalam
Perlu diketahui Pulau Bawean merupakan salah satu pandangan konstruksi sosial, dimana bentuk gotong royong
Pulau kecil yang masuk dalam wilayah Jawa Timur dan yang awalnya berupa kegiatan fisik kini bergeser menjadi
termasuk dalam wilayah kerja Pemerintah Kabupaten rasa manusiawi yang diwujudkan melalui melakukan
Gresik. Pulau ini terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau gotong royong lewat media online (Irfan, 2016).
Kalimantan. Pulau Bawean terletak 80 mil di sebelah utara Berdasarakan latar belakang di atas, maka
Kabupaten Gresik, Jawa Timur (Kusumaningrum dan permasalahan pokok yang akan di kaji dalam penelitian ini
Kurniawati, 2016: 67). Penduduk Pulau Bawean terdiri atas adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana transformasi bentuk
berbagai jenis pendatang, kebanyakan dari Madura dan gotong royong dalam kegiatan Peringatan Hari
Jawa (Wijayanti, 2016:3). Pada jaman dahulu Bawean Kemerdekaan Republik Indonesia pada masyarakat Pulau
merupakan tempat persinggahan orang-orang yang sedang Bawean di era globalisasi?. (2) Bagaimana transformasi
melakukan perjalanan, beberapa suku bangsa yang singgah bentuk partisipasi masyarakat Pulau Bawean dalam
dalam perkembangannya kemudian tinggal di Pulau melakukan gotong royong pada kegiatan Peringatan Hari
Bawean (Haryono, 2016: 182). Kemerdekaan Republik Indonesia di era globalisasi?.
Berdasarkan hasil observasi, masyarakat Pulau Bawean Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk
masih tergolong masyarakat yang tradisional, hal ini menjelaskan transformasi Bentuk Implementasi gotong
tampak pada cara kerja yang masih menggunakan alat yang royong pada kegiatan Peringatan hari Kemerdekaan
sederhana yang dipergunakan seperti, menghaluskan kopi Republik Indonesia pada masyarakat Pulau Bawean di era
dengan cara ditumbuk, memasak menggunakan tungku dan globalisasi. (2) untuk menjelaskan transformasi bentuk
bahan bakar kayu, dan membajak sawah menggunakan partisipasi aktif dan partisipasi pasif masyarakat Pulau
Sapi atau kerbau. Kegiatan gotong royong pada masyarakat Bawean terhadap budaya gotong royong dalam kegiatan
Bawean tampak dalam berbagai aspek kehidupan mulai Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di era
dari kegiatan rutin sampai pada kegiatan yang sifatnya globalisasi. Sedangkan fokus dari penelitian yaitu
insidental. Kegiatan rutin tahunan yang dilakukan dengan perubahan bentuk yang dialami oleh budaya gotong royong
bergotong royong adalah kegiatan memperingati hari baik perubahan bentuk implementasi maupun perubahan
kemerdekaann Republik Indonesia. bentuk partisipasi pada kegiatan memperingati hari
Menurut keterangan Mahsun selaku panitia kegiatan kemerdekaan Republik Indonesia di Pulau Bawean pada
peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Desa era globalisasi.
Balikterus Pulau Bawean, Kegiatan tersebut merupakan Transformasi akan dicermati dari perspektif teori
kegiatan gotong royong rutin yang dilakukan setiap tahun. proses perubahan sosial Roy Bhaskar (Salim, 2002:21).
Kepala Desa mewajibkan warganya untuk memeriahkan Menurut Roy Bhaskar (1984) yang dikutip oleh Agus
kegiatan ini setiap tahun karena Kepala Desa sudah Salim, Proses perubahan sosial meliputi: proses
menetapkan anggaran dan merancang panitia untuk reproduction dan proses transformation. Proses
memeriahkannya. Masyarakat Pulau Bawean juga sangat reproduction yaitu proses mengulang-ulang, menghasilkan
menantikan adanya tontonan di desa sebagai sarana kembali segala hal yang diterima sebagai warisan budaya
rekreasi. dari nenek moyang kita sebelumnya, dalam hal ini meliputi
Berbagai studi tentang transformasi gotong royong bentuk warisan budaya yang kita miliki (Salim, 2002:20).
telah dilakukan, diantaranya kajian mengenai ketahanan Kemudian Roy Bhaskar dalam (Salim, 2002:21)
kebudayaan paketan etnis Betawi, hasil dari penelitian Menyatakan transformastion adalah suatu proses
menunjukkan bahwa Kebudayaan paketan masih bertahan penciptaan hal baru oleh ilmu pengetahuan dan tekhnologi,
karena adanya partisipasi mayarakat, kerjasama, dan rasa yang berubah adalah aspek budaya yang sifatnya material,
kepercayaan (Pratomo, 2017). Kemudian kajian Budaya sedangkan yang sifatnya norma dan nilai sulit sekali
Gotong-Royong Masyarakat dalam Perubahan Sosial Saat diadakan perubahan (bahkan ada kecenderungan
ini, hasil penelitian mengatakan terjadi disorientasi nilai itu dipertahankan).

385
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

METODE kategorisasi tentang transformasi gotong royong dari segi


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan transformasi bentuk gotong royong dan transformasi
desain penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif megacu bentuk partisipasi gotong royong. Kedua, data
pada pendapat (Sugiono, 2017:9). Peneliti berusaha dikelompokkan berdasarkan tema, berikut: kosep gotong
memahami-interpretasi dalam arti mengidentifikasi atau royong, implementasi gotong royong, partisipasi aktif
berempati dan memahami dalam arti berusaha memaknai dalam kegiatan gotong royong, dan partisipasi pasif dalam
apa yang diutarakan oleh Informan. Desain yang digunakan kegiatan gotong royong. Data didukung dengan data yang
dalam penelitian ini adalah studi kasus mengacu pada diperoleh dari hasil dokumentasi untuk memperkuat dan
pendapat (Conny, 2010:49) suatu kasus menarik diteliti mempertegas letak adanya transformasi kegiatan gotong
karena corak khas kasus tersebut memiliki arti bagi orang royong dulu dengan sekarang.
lain minimal bagi peneliti, studi ini dilakukan karena kasus
tersebut begitu unik, penting dan bermanfaat bagi pembaca HASIL DAN PEMBAHASAN
dan masyarakat. Adapun Perubahan bentuk gotong royong Konsep Gotong Royong Dalam Perspektif Teori
yang dimaksud meliputi: (a) perubahan bentuk gotong Reproduksi Pada Kegiatan Membersihkan
yang royong (b) peruahan bentuk partispasi masyarakat, Lingkungan Desa, Pentas Seni, Dan Perlombaan
Peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Pulau
partisipasi dalam penelitian ini adalah partisipasi aktif dan
Bawean setiap tahun selalu dirayakan dengan meriah.
partisipasi pasif. Dua indikator tersebut akan dianalisis
Kegiatan ini menjadi ajang rekreasi bagi masyarakat Desa
dalam Kegiatan: perlombaan, pentas seni, dan kerja bakti
karena umumnya di desa sangat jarang ada pertunjukan
bersih desa. Subjek penelitian ini adalah Abdul Aziz
yang biasa dinikmati oleh warga dari seluruh kalangan.
sebagai Kepala Desa Balikterus, Saiful Aziz selaku Kepala
Gotong royong pada masyarakat Pulau Bawean masih
Dusun Sudimara, Matrusi sebagai Kepala Dusun
sangat kental, hal ini dapat dilihat dari setiap kegiatan,
Balikterus Deje, Hasyim warga Desa Balikterus, Musa
dimana baik kegiatan rutin maupun insedental oleh
adalah warga Desa Balikterus, Ending sebagai warga Desa
masyarakat sana selalu dilaksanakan dengan
Balikterus serta ketua panitia peringatan Hari
bergotongroyong. Kegiatan rutin, seperti pada kegiatan
Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2019, dan Mahsun
membersihkan irigasi pada saat musim tanam padi,
sebagai warga Desa Balikterus serta sebagai panitia
sedangkan pada kegiatan insidental seperti pada gotong
peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tahun
royong membantu menyumbangkan beras kepada warga
2016-2018. Informan dipilih menggunakan teknik
yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.
Purposive Sampling dengan jumlah informan sebanyak
Begitu pula dengan kegiatan memperingati hari
tujuh orang.
kemerdekaan Republik Indonesia, Namun akibat adanya
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Balikterus, Bawean,
arus globalisasi diduga aktivitas gotong royong pada
Gresik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
masyarakat Pulau Bawean mengalami transformasi.
2019 - Februari 2020. Teknik pengumpulan data
Setiap individu memiliki perspektif berbeda terhadap
menggunakan teknik wawancara mendalam dan
setiap hal, pembentukan persepsi individu dipengaruhi oleh
dokumentasi. Wawancara mendalam dalam penelitian ini
faktor internal. Faktor internal adalah yang bersifat seperti,
digunakan untuk mengumpulkan data dengan indikator: (a)
motif nilai-nilai, minat sikap, pengalaman masalah lalu,
konsep gotong royong, (b) perubahan bentuk implementasi
dan harapan. Faktor eksternal adalah faktor yang berada
gotong royong, (c) perubahan bentuk partisipasi aktif, (d)
diluar diri individu seperti, pendidikan, keluarga, sistem
dan perubahan bentuk partisipasi pasif dalam kegiatan
kepercayaan, dan pergaulan dimasyarakat. Karena hal
gotong royong. Dokumentasi dalam penelitian ini
tersebut gotong royong juga memiliki makna yang
digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan: (a)
berbeda-beda bagi masyarakat Indonesia. Konsep gotong
foto pembangunan insfrastruktur jalan pada desa
royong adalah pengertian dan makna mengenai kegiatan
balikterus, (b) foto lapangan untuk kegiatan perlombaan,
gotong royong dalam perspektif masyarakat di Pulau
(c) foto panggung untuk kegiatan pentas seni, (d) foto
Bawean.
pastisipasi konsumsi dan tenaga masyarakat Desa
Ada tiga konsep gotong royong menurut masyarakat
Balikterus dalam gotong royong pada kegiatan peringatan
Pulau Bawean, yaitu: (1) kegiatan yang dilakukan oleh
hari kemerdekaan Republik Indonesia
masyarakat dalam upaya membantu kepentingan desa.
Di dalam penelitian kualitatif teknik analisis data
Beberapa Masyarakat Bawean memahami istilah gotong
menurut pemodelannya dimulai dari pengumpulan data,
royong hanya sebatas pada pekerjaan yang dilakukan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
secara bersama-sama untuk kepentingan umum atau
Miles dan Huberman (dalam Sugiono 2017:335). Analisis
kepentingan desa dimana instruksinya langsung dari pihak
data dan tekhnik interpretasi dilakukan dengan pemahaman
yang berwenang seperti Kepala Dusun. Mereka meyakini
lebih mendalam. Pertama, penelitian ini melakukan
Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

bahwa istilah gotong royong dipakai ketika masyarakat kepala dusun pada saat musyawarah desa. dan
dikerahkan tenaganya untuk membantu menyukseskan memang benar ada bebeparapa aspirasi masyarakat
program desa atau program dari dusun. dalam rana pribadi yang disetujui oleh desa…” (wawancara, Kamis 27
Februari 2020)
kegiatan seperti itu tidak disebut sebagai gotong royong
Dari data tersebut dapat analisis bahwa masyarakat
melainkan hanya sebatas pada kegiatan tolong menolong
tidak bisa terbuka dalam mengungkapkan apa yang mereka
antar warga yang sifatnya kekeluargaan. Hal tersebut
inginkan, oleh karena hal itu Kepala Dusun membutuhkan
sesuai dengan pengakategorian jenis gotong royong
media dimana tanpa perasaan tertekan warga dapat
menurut Koentjaraningrat tolong-menolong diartikan
mengerluarkan asprasinya dan aspirasi ersebut dapat
sebagai kegiatan gotong royong pada rana antar tetangga
didengar oleh Kepala Dusun sebagai pemimpin yang
dan antar kerabat saja (Koentjaraningrat, 2000:66).
menginginkan kesejahteraan bagi warganya.
Pada kegiatan gotong royong membantu kepentingan
Makna gotong royong bagi masyarakat Pulau Bawean
desa, warga dengan suka rela bekerja karena mereka
jika dicermati dari segi bahasa ada istilah yaitu A Royong
memiliki keyakinan bahwa proyek yang mereka kerjakan
atau dalam bahasa Indonesia artinya gotong-royong. Istilah
bermanfaat bagi mereka. Manfaat yang mereka rasakan
ini dipakai oleh masyarakat ketika ingin menyebutkan
salah satunya adalah kepuasan melihat desanya menjadi
bekerja secara bersama-sama untuk kepentingan umum.
lebih maju. Matrusi menuturkan bahwa
Sedangkan istilah A Tolong atau bahasa Indonesianya
“…suatu kegiatan warga yang bersifat swadaya
adalah membantu digunakan untuk menyebutkan aktivitas
untuk kepentingan umum. …menurut saya makna
gotong royong untuk membantu pembangunan membantu secara bersama-sama dalam rana pribadi. Dari
pemerintah. Dan untuk membangun kemajuan…” segi bahasa terlihat bahwa masyarakat Bawean
(wawancara, Kamis 27 Februari 2020) menganggap bahwa kegiatan gotong royong adalah
Saiful Aziz juga berkeyakinan bahwa gotong royong kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan umum
adalah suatu wadah yang dapat digunakan oleh warga sedangkan dalam kegiatan yang sama tetapi untuk
dalam melakukan pertemuan guna mempererat solidaritas, kepentingan perorangan mereka mengaggap hal itu sebagai
selain itu Saiful Aziz juga berkeyakinan bahwa gotong pertolongan biasa.
royong merupakan suatu dapat digunakan sebagai media Kemudian (2) Bekerja Bersama Tanpa Imbalan. Secara
dalam menampung aspirasi masyarakat. umum gotong royong dapat dikatakan sebagai kegiatan
“...membantu pemerintahan desa untuk bersinergi fisik dimana seseorang secara bersama-sama melakukan
dan membangun silaturrahmi. Tujuannya bagi saya pekerjaan demi suatu tujuan. Wajarnya apabila individu
pribadi juga untuk menampung aspirasi
atau kelompok melakukan suatu pekerjaan mereka akan
masyarakat…” (wawancara, Kamis 27 Februari
2020) mendapatkan imbalan yang bersifat materi, baik berupa
Data tersebut dapat dipahami dalam konteks yang lebih uang maupun barang yang sesuai dengan pekerjaan yang
luas dimana kegiatan ini membuat masyarakat dapat dilakukan dan hasil yang dicapai. Hal ini berbeda dengan
berkumpul, saling berbicara, bertukar ide, dan bahkan gotong royong dalam perspektif masyarakat Bawean,
bercanda. Kegiatan gotong royong dapat digunakan gotong royong merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan
masyarakat juga bisa menjadi hiburan ditengah kejenuhan secara bersama-sama tanpa mendapatkan imbalan. Gotong
rutinitas pribadi masyarakat karena dalam ranah ini mereka royong memiliki satu indikator yang dikaitkan dengan
bertemu dengan semua warga desa dan bisa saling pertukaran sosial, jasa orang yang melakukan gotong ryong
berinteraksi bersama. tidak pernah dibayar dengan uang atau suatu imbalan yang
Selain bertujuan membantu pemerintah desa, kegiatan sifatnya materi semata. Seperti yang dituturkan oleh pak
gotong royong juga dapat membantu Kepala Dusun Musa
menampung aspirasi dari warganya. Seperti keterangan “…menurut saya gotong royong itu bekerja secara
Saiful Aziz bersama yang gak ada sesuatunya, maksudnya tidak
diimbali dengan keuangan atau tidak diimbali
“…dalam gotong royong saya juga mau ingin tau
dengan jasa yang lain” (wawancara, Kamis, 27
sebenarnya masyarakat itu inginnya apa nanti
Februari 2020).
muncul celetukan-celetukan apa yang sebenarnya
Selanjutnya Aziz juga membenarkan pernyataan
diinginkan masyarakat. Karena kalau di tanyakan
langsung masyarakat gak akan mau ngomong. tersebut, bahwa individu yang melakukan gotong royong
Kalau dalam gotong royong kan suasananya tidak dengan cara bekerja tanpa mengharapkan adanya suatu
formal jadi saat ada masyarakat yang nyeletuk imbalan apa pun “…sesuatu pekerjaan yang dikerjakan
aspirasinya hal tersebut dapat memancing yang lain orang banyak atau beramai-ramai tanpa pamrih…”
ikut mengaspirasikan apa yang mereka aspirasikan (wawancara, Jumat 06 Maret 2020). Dari data tersebut
juga. Nanti setelah kepala dusun menampung dapat dianalisis bahwa masyarakat melaksanakan gotong
aspirasi masyarakat maka akan diusulkan saat
royong tujuannya semata-mata untuk meringankan beban

387
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

suatu pekerjaan agar dapat segera selesai dengan waktu suatu kegiatan dimana masyarakat dapat
yang cepat dengan biaya yang sangat minim. Kegiatan berkumpul.” (wawancara, Selasa 02 Maret 2020).
gotong royong juga dimaknai sebagai bekerja bersama- Lebih lanjut Mahsun menganggap bahwa gotong royong
sama untuk menyelesaikan suatu proyek. Hal tersebut dapat meningkatkan solidaritas antar warga desa
diutarakan olah Musa “…untuk menyelesaikan dengan “…gotong royong itu merupakan suatu kegiatan untuk
cara kebersamaan” (wawancara, Kamis, 27 Februari 2020). meningkatkan solidaritas dan keakraban pada masyarakat”
Selain itu Aziz membenarkan bahwa “…Gotong royong itu (wawancara, Sabtu 29 Februari 2020).
manfaatnya beban dimasyarakat di pikul bersma-sama Pola interaksi masyarakat pedesaan adalah dengan
sehingga apa pun bisa cepat dicapai” (wawancara, Jumat prinsip kerukunan dan bersifat horizontal serta
06 Maret 2020). mementingkan kebersamaan. Pola solidaritas sosial
Dari data diatas dapat dianalisis bahwa dengan sukarela masyarakat pedesaan timbul karena ada kesamaan-
masyarakat mengerahkan tenaganya untuk bekerja kesamaan (Yulianthi, 2015:75). Oleh krenanya sebenarnya
bersama dalam menyelesaikan proyek pemerintah desa. dalam diri masyarkat desa telah ada solidaritas karena
Perkerjaan yang mereka lakukan secara nyata mereka adanya kesamaan diantara mereka. Hanya saja untuk tetap
anggap sebagai pekerjaan yang ringan, karena menjaga dan untuk memupuk adanya solidaritas sosial
penyelesaiannya melibatkan warga satu Dusun. Sehingga perlu ada media seperti gotong royong sehingga
tanpa sadar mereka merasa bahwa tenaga yang mereka masyarakat dapat berinteraksi degan warga seluruh dusun
sumbangkan tidak perlu diberi imbalan dengan nilai materi dan lebih mengenal satu sama lain.
seperti uang karena pekerjaan yang mereka lakukan juga Gotong royong merupakan suatu forum yang memaksa
manfaatnya akan kembali ke diri mereka sendiri sebagai masyarakat untuk berkumpul bersama-sama, karena ada
warga Desa. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa perkumpulan maka kemudian terjadi komunikasi secara
kegiatan gotong royong adalah kegiatan yang berorientasi intens yang menyebabkan terjalinnya keakraban antara
pada kepentingan diluar kepentingan pribadi, sebagai warga yang ikut dalam kegiatan gotong royong. Keakraban
bentuk adanya kepedulian masyarakat terhadap suatu hal yang terjalin berdampak pada meningkatnya solidaritas
diluar kepentingan Individu. Hal ini menegaskan bahwa sosial pada diri masyarakat sehingga masyarakat dapat
selain makhluk individu manusia juga merupakan makhluk semakin kompak. Kekompokan dalam tubuh masyarakat
sosial. akan memudahkan berjalannya segala kegiatan yang ada di
Terakhir (3) gotong royong untuk membangun desa baik kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa
solidaritas dan kekompakan warga. Kegiatan gotong maupun kegiatan perorangan.
royong mengharuskan masyarakat berkumpul menjadi satu Jika dicermati dari perspektif proses perubahan sosial
dalam suatu tempat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. menurut Roy Bhaskar konsep gotong royong dari dulu
Agar pekerjaan yang dilakukan dapat selesai dengan sampai sekarang masih sama seperti itu artinya mengalami
sempurna maka memerlukan terjalinnya komunikasi yang reproduksi. Hal ini dinyatakan oleh semua informan bahwa
baik, pengertian, dan kekompakan antar warga. Adanya tidak ada perbedaan makna antara gotong royong dulu
komunikasi dan kepentingan yang sama maka terjalin dengan gotong royong sekarang. Seperti yang dinayatakan
keakraban dalam diri masyarakat dimana hal tersebut juga oleh Matrusi “…Sementara kalau gotong royong dari dulu
dapat meningkatkan solidaritas sosial antar warga. Dengan sampai sekarang tidak mengalami nuansa baru. Dari dulu
adanya gotong royong masyarakat dapat berkumpul dan begini-begini saja…” (wawancara, Kamis 27 Februari
berkomunikasi dalam satu tempat dengan kepentingan dan 2020). Kemudian Musa membenarkan bahwa konsep
tujuan yang sama sehingga antar warga dapat mengenali gotong royong sepanjang masa tetap sama “sudah begini
dan memahami karakteristik dari orang-orang yang ikut terus…” (wawancara, Kamis, 27 Februari 2020). Aziz juga
serta dalam kegiatan gotong royong. Masyarakat menegaskan bahwa makna dari gotong royong sama saja,
merupakan suatu kelompok sosial yang memiliki yang mengalami perubahan adalah implementasinya
kepentingan-kepentingan yang berbeda, karena banyaknya “kalau dari segi makna sama saja…” (wawancara, Jumat
kepentingan yang ada didalam masyarakat maka, rentan 06 Maret 2020).
tekrjadi konflik dalam tubuh masyarakat. Oleh karena itu Konsep merupakan hal yang sifatnya non material,
gotong royong menjadi media untuk saling berkumpul konsep berasal dari pemikiran individu yang terbentuk
sehingga kekompakan dalam tubuh masyarakat menjadi berdasarkan faktor internal dan eksternal yang kemudian
kuat dan tidak udah bercerai berai. membentuk perspektif individu mengenai suatu hal. Oleh
“…untuk membangun kekompakan. ...Sedangkan karena itu konsep sangat sulit untuk berubah, oleh karena
makna dari gotong royong untuk membangun itu konsep gotong royong pada masyarakat Pulau Bawean
kekompakan antar warga kalau tidak ada gotong tetap sama dari dulu hingga sekarang.
royong cerai berai antar warga nanti. Tidak ada
Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

Implementasi Gotong Royong Dalam Perspektif Teori mengadakan kerja bakti” (wawancara, Sabtu 29
Reproduksi Februari 2020).
Implementasi gotong royong adalah berbagai macam Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa yang bertugas
bentuk penerapan gotong royong yang dilakukan menginstruksikan masyarakat agar melakukan gotong
masyarakat pada kegiatan peringatan hari kemerdekaan royong membersihkan lingkungan desa adalah Kepala
republik Indonesia, adapun jenis kegiatnnya meliputi: Desa Balikterus. Biasanya instruksi untuk melakukan
membersihkan lingkungan desa, kegiatan perlombaan, dan kegiatan membersihkan lingkungan desa akan diumumkan
kegiatan pentas seni. Implementasi gotong royong akan pada saat lima hari sampai dua hari menjelang tanggal 17
dianalisis menurut teori Roy Bhaskar yaitu teori Agustus. Kegiatan membersihkan lingkungan desa juga
reproduksi. Beberapa jenis reproduksi yang terjadi dalam bisa disebut oleh masyarakat Desa Balikterus sebagai
kegiatan gotong royong adalah (1) reproduksi gotong kegiatan kerja bakti.
royong pada kegiatan membersihkan lingkungan. Jika dicermati dengan teori proses perubahan sosial
Peringatan hari kemerdekaan Indonesia selalu identik Roy Bhaskar kegiatan membersihkan lingkungan desa
dengan gotong royong membersihkan lingkungan desa merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun oleh
sebagai wujud dari kecintaan penduduk Indonesia terhadap masyarakat Desa Balikteus, oleh karena itu dapat dikatakan
tanah air. Gotong royong membersihkan lingkungan desa bahwa kegiatan ini adalah kegiatan warisan nenek moyang
berupa kegiatan membersihkan halaman rumah masing- yang terus berulang hingga saat ini. Baik pada masa lampau
masing, membersihkan jalan, dan membersihkan tempat- maupun pada masa sekarang gotong royong membersihkan
tempat umum desa terlihat lebih indah dan asri. Musa lingkungan desa tetap ada akan tetapi di masa depan tidak
menuturkan implementasi gotong royong masyarakat dapat diketahui apakah gotong royong dalam bentuk ini
Pulau Bawean adalah bersih-bersih “…bersih-bersih, akan tetap bertahan atau akan punah.
dalam rana pribadi perkawinan…” (wawancara, Kamis, 27 Gotong royong membersihkan lingkungan desa
Februari 2020). Hal ini dibenarkan oleh Matrusi bahwa merupakan budaya bagi masyarakat Desa Baikterus.
kegiatan gotong royong pada peringatan hari kemerdekaan Masyarakat sana menyebut gotong royong dalam bentuk
republik Indonesia biasanya dimeriahkan dengan gotong ini sebagai kegiatan kerja bakti. Selain dalam kegiatan
royong bersih-bersih “…Seperti bersih-bersih jalan kita peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, kegiatan
sering…” (wawancara, Kamis 27 Februari 2020). kerja bakti juga sering dilakukan dalam kegiatan hari-hari
Berdasarkan data diatas dapat dianalisis bahwa besar seperti kegiatan membersihkan kuburan sebelum
implementasi gotong royong dalam peringatan Republik menjelang hari raya atau kegiatan kerja bakti
Indonesia salah satunya yang terdapat dalam rangkaian membersihkan irigasi menjelang musim tanam padi. Oleh
kegiatan dimeriahkan dengan kegiatan membersihkan karena gotong royong dalam bentuk ini sudah menjadi
lingkungan desa. Kegiatan membersihkan lingkungan desa tradisi maka akan sulit untuk mengalami transformasi.
dilakukan rutin setiap tahun. Hal ini dituturkan oleh Selanjutnya (2) Reproduksi gotong royong pada
Mahsun “…bersih dusun itu setiap tahun ada...” kegiatan perlombaan dan pentas seni. Gotong royong ada
(wawancara, Sabtu 29 Februari 2020). Dari keterangan yang sifatnya dalam ranah untuk kepentingan pribadi dan
mahsun dapat dianalisis bahwa kegiatan membersihkan adapula yang sifatnya untuk ranah kepentingan umum.
lingkungan desa rutin diadakan setiap tahun. Sejak dulu Gotong royong yang ada dalam peringatan hari
hingga saat ini kegiatan terebut tidak pernah absen dari kemerdekaan Republik Indonesia adalah gotong royong
rangkaian acara memperingati hari kemerdekaan Republik yang sifatnya merupakan ranah kepentingan umum.
Indonesia. Dapat dikatakan bahwa implementasi gotong Mseluruh warga melakukan gotong royong untuk
royong ini sudah menjadi tradisi yang terus dilakukan oleh menyukseskan acara desa. Gotong royong membangun
masyarakat desa Balikterus yang telah ada sejak dulu dan kepentingan umum adalah gotong royong dimana
tetap bertahan hingga sekarang. masyarakat secara bersama-sama bekerja untuk
Kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan membangun fasilitas milik umum. Seperti pembangunan
desa diikuti oleh seluruh dusun yang ada di Desa jalan, masjid, sekolah, lapangan, dan lain-lain. Secara
Balikterus. Lebih lanjut Menurut keterangan Mahsun umum menurut keterangan Musa, implementasi gotong
kegiatan membersikan lingkungan desa pada kegiatan royong yang dilakukan masyarakat Pulau Bawean seperti
peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia perbaikan jalan, pembangunan masjid, dan lain-lain yang
diinstruksi langsung Kepala Desa diperintahkan langsung oleh Kepala Desa
“…h-5 atau h-2 kita mengintruksikan kepada kepala “…gotong royong disini ada yang perintah dari
dusun mengintruksikan ke masyarakat. ...Biasanya atasan seperti gotong royong perbaikan jalan,
ada intruksi dari kepala dusun untuk segera …Tidak semua program gotong royong dari
pemerintah tetapi banyak dari aspirasi masyarakat.

389
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

….masalah kemasyarakat yah banyak, kalau dalam perlombaan ini hanya dilakukan sekali, tidak dilakukan
rana umum ada pembangunan masjid, jalan, dan setiap tahun seperti pembangunan bazar dan panggung,
lain-lain banyak…” (wawancara, Kamis, 27 karena natinya lapangan tersebut dapat digunakan kembali
Februari 2020)
pada perlombaan ditahun berikutnya. Seperti keterangan
Pada peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia
Saiful Aziz bahwa gotong royong pada kegiatan
masyarakat akan melakukan gotong royong yang
perlombaan salah satunya adalah membangun lapangan
berhubungan dengan meyediakan perlengkapan yang
sepak takraw
dibutuhkan saat kegiatan dilaksanakan. Pada kegiatan
“…Nanti setelah kepala dusun menampung aspirasi
perlombaan dan pentas seni akan ada banyak penonton
masyarakat maka aspiranya akan diusulkan ke
yang menyaksikan sehingga masyarakat biasanya akan musyawarah desa. Memang benar, ada beberapa
bergotongroyong membangun Bazar yang menyediaka aspirasi masyarakat yang disetujui oleh desa. Seperti
makanan dan minuman bagi penonton. Seperti yang pembuatan lapangan takraw, tahun kemaren disetuji
dituturkan oleh Ending “…kalau masyarakat disini dan di bangun…” (wawancara, Kamis 27 Februari
biasanya nyumbangnya kayu, bambu untuk pembuatan 2020).
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa untuk
panggung dan sebagainya kemudian untuk bazar…”
pembuatan lapangan sepak takraw didanai menggunakan
(wawancara, Jumat 28 Februari 2020). Pembangunan bazar
dana desa, dana tersebut dialokasikan untuk membeli
dimaksudkan untuk mendapatkan uang yang akan
bahan baku pembuatan lapangan. Sedangkan kegiatan
digunakan sebagai hadiah pemenang lomba pada kegiatan
gotong royong warga diimplementasikan dalam
peringatan hari keerdekaan Republik Indonesia “…bazar,
pembangunan lapangannya. Jadi gotong royong yang
biasanya kalau 17 agustus masyarakat membangun bazar
dilakukan oleh warga disini adalah murni gotong royong
untuk dapat uang. Nanti uangnya bisa dijadikan sebagai
pengerahan fisik yang sifatnya tenaga.
hadiah lomba…” (wawancara, Selasa 02 Maret 2020)
Implementasi Gotong royong dalam kegiatan
Di Pulau Bawean ada banyak bahan baku
perlombaan dan pentas jika dianalisis melaui perspektif
pembangunan yang dapat diperoleh secara gratis karena
teori Roy Bhaskar mengalami reproduks. Karena gotong
keberadaan bahan bakunya yang melimpah, sehingga
royong dalam bentuk ini tetap dilaksanakan setiap tahun
bahan baku tersebut tidak memiliki nilai jual di mata
dan tetap ada hingga saat ini. Pembuatan panggung dan
masyarakat Bawean. Salah satu bahan baku tersebut adalah
bazar dari bambu merupakan kearifan lokal masyarakat
bambu, kayu, papan, daun kelapa untuk atap. Masyarakat
Desa Balikterus. Dari hasil observasi, peneliti banyak
biasanya melakukan gotong royong untuk mengumpulkan
menemukan tumbuhan bambu yang tumbuh subur di
bahan baku pembuatan panggung dan bazar. Bahan baku
sepanjang jalan desa Balikterus, selain itu rumah
yang dibutuhkan untuk pembuatan panggung dan bazar
masyarakat desa Balikterus juga masih banyak yang
adalah bambu dan kayu. Selain bergotong royong untuk
dindingnya terbuat dari bambu. Budaya membuat
mengumpulkan bahan baku, masyarakat juga melakukan
bangunan dari bambu merupakan warisan nenek moyang
gotong royong dalam proses pembuatan panggung dan juga
yang dimiliki oleh masyarakat Desa Balikterus sehingga
bazar. Pembuatan panggung biasanya akan digunakan
wajar saja apabila warisan ini tetap bertahan hingga saat ini.
untuk penampilan pentas seni sedangkan pembuatan bazar
Selain karena warisan nenek moyang pembutan bangunan
difungsikan untuk memperoleh uang yang nantinya
dari bambu tidak memakan dana yang besar karena bahan
keuntungannya akan dipakai sebagai hadiah lomba atau
bakunya dapat diambil secara gratis. Faktor ini pula yang
sisanya akan disumbangkan ke fatayat maupun muslimat.
menjadikan gotong royong pembuatan panggung dan bazar
Pembuatan properti untuk menunjang kepentingan acara
bisa bertahan hingga sekarang dan masyarakat terus
peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia biasanya
mengulangi budaya nenek moyang.
dilakukan tiga hari sebelum pelaksanaan acara
dilangsungkan. Pembangunan tidak memakan banyak
Implementasi Gotong Royong Dalam Perspektif Teori
waktu. Karen hampir seluruh masyarakat Desa memiliki
Transformasi
kemampuan dasar membangun menggunakan bahan Berbeda dengan pembahasan implementasi gotong royong
bamboo sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan ceoat diatas yang dibahas dalam sudut pandang reproduksi.
dan maksimal. Kegiatan membangun panggung dan bazar Berikut implementasi gotong royong disini akan diabahas
merupakan kegiatan gotong royong yang rutin dilakukan dari teori transformasi. Yang pertama yaitu (1)
setiap tahun. Transformasi gotong royong pada kegiatan membersihkan
Selain gotong royong dalam kegiatan rutin ada juga Lingkungan Desa. Pada implemetasi kegiatan gotong
gotong royong yang hanya dilakukan sekali, yaitu royong, selain mengalami reproduksi ada beberapa aspek
pembangunan lapangan untuk kepentingan perlombaan non materi yang mengalami perubahan. Pembangunan
sepak takraw. Pembangunan lapangan untuk kepentingan insfrastruktur menyebabkan kondisi desa lebih rapih dan
Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

lebih bersih hal ini bedampak pada berkurangnya objek mengandalkan gotong royong. Dampaknya terjadi
yang harus dipelihara dengan cara bergotongroyong. Dulu, penurunan intensitas gotong royong yang awalnya sering
warga melakukan gotong royong membersihkan dilakukan kini hanya dilakukan pada saat hari-hari besar
lingkungan desa dengan membersihkan secara umum saja.
meliputi empat tepat yaitu: membersihkan halaman rumah, Jika dianalisis menggunakan perpektif teori proses
membersihkan lapangan, dan membersihkan jalan utama perubahan sosial Roy Bhaskar. Perubahan pada aspek
dan jalan kecil. Sekarang, gotong royong hanya dilakukan penurunan intensitas adanya gotong royong membersihkan
di dua tempat yaitu: membersihkan halaman rumah dan lingkungan desa yang ada di Desa Balik terus tidak dapat
sekitarnya serta membersihkan lapangan. dikatakan sebagai transformasi. Menurut teori perubahan
Menurut keterangan Saiful Aziz, semenjak adanya dana sosial Roy Bhaskar Transformasi adalah suatu proses
desa, kondisi jalan Desa Balikterus kini sudah lebih bersih penciptaan hal baru oleh ilmu pengetahuan dan tekhnologi
dan rapi oleh sebab itu warga tidak lagi harus memelihara (dalam Salim, 2002:21). Perubahan gotong royong dalam
jalan desa dengan bergotongroyong. bentuk membersihkan lingkungan desa tidak tidak bisa
“…Sekarang dipinggir jalan sudah banyak dibangun dikatakan sebagai transformasi karena tidak terdapat
insfratruktur, hal itu mengurangi adanya gotong penciptaan hal baru akibat adanya tekhnologi dan ilmu
royong. Karena dengan dibangunnya infrastruktur pengetahuan. Sehingga perubahan menurunnya insentitas
oleh masyarakat, lingkungan desa menjadi lebih
gotong royong pada kegiatan membersihkan lingkungan
bersih sehingga hal ini menyebabkan masyarakat
tidak perlu lagi bergotong royong untuk desa hanya dikategorikan sebagai perubahan biasa.
membersihkan sisi-sisi jalan. Kalau dulu, dipinggir Tekhnologi modern menyebabkan semuanya serba
jalan banyak bambu liar dan banyak tanaman liar praktis dan efisien. Tekhnologi modern merancang
maka warga akan bergotong royong membersihkan kemudahan hidup bagi manusia. Oleh karena itu
itu. Kalau sekarang, untuk membersihkan sisi-sisi pembangunan insfrastruktur yang semakin modern
jalan cukup kepala dusunnya saja kalau Cuma menyebabkan manusia lebih sedikit mengeluarkan tenaga.
bersih-bersih sedikit…” (wawancara, Kamis 27
hal ini menyebabkan pengerahan tenaga massal dalam
Februari 2020).
Dari keterangan Saiful Aziz dapat dianalisis bahwa pemeliharaan fasilitas umum menjadi berkurang.
adanya pembangunan insfratrukurt pada desa Masyarakat modern dirancang serba mudah danserba
menyebabkan fasilitas umum menjadi lebih bagus dan praktis, manusia tidak ingin merepotkan diri dengan
layak. Fasilitas umum yang biasanya memerlukan tenaga menebang semak belukar yang tumbuh dijalan raya setiap
warga satu dusun untuk membuatnya menjadi berfungsi saat. Oleh sebab itu mereka menaruh semen dijalan raya
dengan baik kini cukup tenaga satu orang saja untuk yang mencegah tumbuhnya rumput liar sehigga
menjaga agar objek tersebut bisa tetap layak digunakan. pemeliharaan lebih mudah dilakukan.
Pembangunan jalan utama di Desa Balikterus Sedangkan yang ke (2) Transformasi gotong royong
menyebabkan terjadinya penurunan pada keberadaan pada kegiatan pentas seni dan perlombaan. Implemntasi
semak belukar. Daun-daun dan ranting-ranting tidak lagi gotong royong, tidak hanya dianalisis dari segi penerapan
banyak mengotori jalanan desa, sehingga gotong royong kegiatannya saja, tetapi juga harus diperhatikan jalannya
pada kegiatan membersihkan llingkungan secara otomatis kegiatan tersebut. Jalannya gotong royong dilihat dari segi
menjadi berkurang. Kondisi lingkungan yang berubah jumlah warga yang berpartisipasi, kepatuhan dan
menyebabkan kodisi masyarkat ikut berubah. Saiful Aziz kekompakan warga dalam melaksanakan gotong royong
juga menuturkan bahwa dari segi intensitas keberadaanya tersebut. Dulu warga sangat patuh dan kompak dalam
gotong royong saat ini mengalami penurunan yang cukup melaksanakan kegiatan gotong royong, tetapi sekarang
drastic. Dimana dulu gotong royong dilakukan hamper sudah kepatuhan dan kekompakan dalam melaksanakan
setiap bulan kini hanya dilakukan saat ada hari-hari besar gotong royong sudah menurun. Hal ini sesuai penuturan
tertentu saja. “…Gotong royong sekarang paling 1 tahun 4 Matrusi “…Intinya gotong royong itu perubahannya tidak
kali, itu biasanya menjelang hari-hari besar seperti sekuat dulu. Keberadaanya tidak sekuat dulu. Tetapi untuk
peringatan 17 agusatus, puasa. Menjelang puasa gotong perubahan besar kecilnya tidak sebesar yang dulu…”
royong bersih bersih” (wawancara, Kamis 27 Februari (wawancara, Kamis 27 Februari 2020).
2020). Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa Perubahan Dari data tersebut dapat dianalisis bentuk implementasi
gotong royong disebabkan karena adanya perubahan gotong royong tetap sama antara dulu dan sekarang,
lingkungan, modernitas insfrastruktur berpengaruh pada perubahan terletak pada jumlah warga yang melaksanakan
intensitas keberadaan kegiatan gotong royong. Apabila sudah semakin menurun selain itu, kekompakan dalam
masyarakat semakin maju dan modern, fasilitas umum menjalankan kegiatan gotong royong juga megalami
tidak perlu lagi dirawat oleh masyarakat satu desa dengan penurunan. Dulu kegiatan gotong royong dilaksanakan
dengan jumlah warga berskala besar, setiap rumah di

391
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

seluruh dusun menyumbangkan satu tenaga untuk ikut masyarakat yang bekerja untuk pemerintahan desa dibayar
serta dalam aktivitas gotong royong untuk kepentingan dengan upah uang, tidak seperti dulu yang dilakukan
pentas seni dan perlombaan. Akan tetapi sekarang, dengan sukarela.
kepatuhan warga pada instrusksi untuk melaksanakan “…karena adanya bantuan dari pemerintah. Kalau
kegiatan gotong royong menjadi berkurang, sehingga dulu mengumpulkan dana untuk membangun jalan
hanya sebagian orang saja yang turut serta. untuk beli semen atau pasir. Kalau sekarang kan
sudah tidak. Sudah tidak gotong royong, sekarang
Kegiatan peringatan hari Kemerdekaan Republik
namanya sudah bekerja. Karena sudah ada uang dari
Indonesia pada tahun 2018 dan 2020 meriah kareana pemerintah. Karena masarakat yang meakukan
acaranya lebih bervariasi, sedangkan untuk kegiatan membangun jalan sudah di bayar…” (wawancara,
kekompakan dalam mempersiapkan kegiatn dengan cara Selasa 02 Maret 2020).
bergotongroyong sudah mengalami penurunan. Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa Sesuatu yang
“…kegiatan 17 agustus kok tambah meriah kelihatannya dibayar menurut konsep masyarakat Bawean adalah
karena dananya bertambah. Padahal gotong royong nya bekerja. Seperti yang telah disebutkan diatas dua tahun
menurun…” (wawancara, Jumat 06 Maret 2020). terahir dana desa sudah ditingkatkan untuk kegiatan
Sementara menurut keterangan Ending, penurunan peringatan hari kemerdekaan republik Indonesia dari Rp
kekompakan warag dalam melaksanaka gotong royong jika 5.000.000 menjadi Rp. 15.000.000 sehingga banyak
diukur dengan skala statistik penurunannya hanya sedikit. masyarakat yang dibayar untuk mensukseskan kegiatan
Sebagian besar warga desa tetap ikut serta melaksanakan desa. Sejalan dengan hal tersebut Aziz juga mengatakan
gotong royong. Warga yang tidak ikut dalam gotong bahwa kegiatan gotong royong menurun kegiatan
royong biasanya memiliki kepentingn pribadi ang tidak bertambah semarak karena adanya dana. Kemeriahan
dapat ditinggalkan. “…Sementara sekarang bukan tidak kegiatan bisa di atur dengan besar kecilnya dana sedangkan
kompak tetap kompak hanya saja mungkin ada sedikit untuk meningkatkan kembali aktivitas gotong royong tidak
penurunan lah dari pada yang dulu…” (wawancara, Jumat bisa dikendalikan dengan dana saja.
28 Februari 2020). Dari data tersebut dapat dianalisis Jika dianalisis menggunakan perspektif teori proses
bahwa implementasi bentuk gotong royong pada kegiatan perubahan sosia Roy Bhaskar perubahan yang terjadi pada
pentas seni dan perlombaan dari dulu cara pelaksanaannya menurunnya kekompakan dan epatuhan warga dalam
tetap sama yang berbeda adalah kekompakan dan kegiatan bergotong royong tidak dapat dikategorikan
kepatuhan warga dalam melakanakn gotong royong. dalam taransformasi. Perubahan yang terjadi pada gotong
Apabila dulu gotong royong dilakukan oleh semua warga royong dalam kegiatan pentas seni dan perlombaan hanya
dusun sekarang kegiatan gotong royong hanya dilakukan pada segi kekompakannya. Terdapat penurunan
oleh beberapa orang saja. Hal ini sesuai dengan keterangan kekompakan warga dalam melaksanakan aktivitas gotong
Ending royong. Tidak ada penemuan baru akibat kemajuan ilmu
“…Sekarang Kalau berbicara mengenai gotong pengetahuan dan tekhnologi yang ditemukan dalam
royongnya orang itu-itu saja yang aktif dalam aktivitas gotong royong di kegiatan pentas seni dan
kegiatan gotong royong. Tua muda tetap bergotong perlombaan.
royong. Bahkan sekarang kebanyakan hanya yang Perubahan intensitas gotong royong yang semakin
tua yang melakukan gotong royong…” (wawancara,
jarang dan kekompakan warga yang semakin menurun bisa
Jumat 28 Februari 2020)
Faktor yang menyebabkan adanya penurunan dari bisa disebabkan oleh pengaruh arus modernisasi. Dimana
kekompakan gotong royong salah satunya adalah teknologi modern membentuk masayrakat menjadi lebih
berkurangnya intensitas warga dalam berkumpul dan individual, hal ini disebabkan salah satunya penggunaan
bersosialisasi antar warga. Seperti yang dituturkan oleh smartphone dan adanya internet yang membuat manusia
Ending “…miss komunikasi karena sekarang itu jarang lebih senang berinteraksi lewat dunia maya daripada harus
kumpul-kumpul. Lebih individualis…” (wawancara, Jumat berinteraksi langsung.
28 Februari 2020). Dari data diatas dapat dianalisis bahwa
sekarang warga lebih jarang berkomunikasi dan Partisipasi Aktif Kegiatan Gotong Royong Dalam
Persepektif Teori Reproduksi Dan Transformasi
berkumpul, hal ini menyebabkan komunikasi jarang
Gotong royong dapat berjalan sesuai harapan jika
terjalin yang menyebabkan menurunnya kekompakan antar
partisipasi masyarakat baik. Partisipasi aktif yang
warga. Menurunnya kekompakan antar warga salah
dimaksud adalah masyarakat berperan serta dalam kegiatan
satunya berpengaruh pada kekompakan warga dalam
gotong royong dengan sukarela dalam bentuk sumbangsih
melakukan aktivitas gotong royong.
nyata baik berupa tenaga, konsumsi, peralatan, maupu ide
Selain faktor diatas menurut Hasyim adanya dana desa
untuk kepentingan gotong royong. Partisipasi aktif ada
membuat masyarakat tidak lagi bergotongroyong. Saat ini
karena intruksi dari desa bahwa satu rumah wajib
Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

menyumbangkan satu orang untuk mengikuti kegiatan serta dalam kegiatan gotong royong, ada juga masayarakat
gotong royong. Kesadaran berpartisipasi aktif memerlukan yang memiliki kesibukan yang tidak dapat ditinggalkan
koordinasi dari pemimpin tidak timbul dengan sendirinya sehingga terpaksa untuk tidak bisa ikut dalam gotong
dalam diri masyarakat. Berikut beberapa partisipasi aktif royong. Hal ini tidak menimbulkan masalah bagi warga.
Gotong royong yang dilakukan masyarakat Pulau Bawean: “…Masyarakat yang tidak ikut gotong royong
(1) partisipasi tenaga pada kegiatan membersihkan alasannya karena ada kesibukan pribadi. Masyarakat
lingkungan desa, pentas seni, Dan Perlombaan Dalam yang ikut kegiatan gotong royong tidak protes
apabila ada warga yang tidak ikut serta dalam
Perpektif Teori Reproduksi. Dalam kegiatan peringatan
gotong royong. Masalah itu sudah kesadaran
hari kemerdekaan Republik Indonesia merupakan suatu masing-masing…” (wawancara, Selasa 02 Maret
kegiatan dimana warga bersama-sama bekerja agar 2020).
rangkaian kegiatan peringatan hari kemerdekaan Republik Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa kehadiran
Indonesia yang telah dirancang oleh panitia dapat dalam kegiatan gotong royong itu tergantung kesadaran
terlaksana. Karena konteksnya bekerja maka salah satu pribadi tidak ada konsukuensi bagi masyarakat yang tidak
faktor penting yang dibutuhkan adalah tenaga. Partisipasi ikut sebagaimana halnya tidak ada imbalan bagi
tenaga adalah masyarakat bersedia dengan sukarela masyarakat yang turut melaksanakan kegiatan gotong
mengerahkan tenaga fisiknya tanpa imbalan demi royong. Masyarakat yang rela menyumbangkan tenaganya
kepentingan bersama. Menurut keterangan informan tidak merasa iri dengan masyarakat yang tidak hadir, antar
partisipasi aktif masyarakat Desa Balikterus paling masyarakat sudah dapat memahami satu sama lain.
didominasi oleh artisipasi tenaga. Dalam perspektif teori Roy Bhaskar mengalami
Sesuai dengan penuturan bapak Musa “…Kalau reproduksi karena secara turun temurun sejak dulu hingga
masalah tenaga masyarakat sini sangat kompak…” sekarang masyarakat berpartisipasi tenaga dalam kegiatan
(Wawancara, kamis 27 Februari 2020), kemuadian Matrusi gotong royong. Artinya masyarakat mengulang-ulang
membenarkan pernyataan tersebut bahwa memang kembali apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang. Hal
partisipasi warga semata-mata hanya berupa partisipasi ini terjadi karena memang sejak dulu kegiatan
tenaga “…tenaga, Cuma sebatas tenaga” (wawancara, memperingati hari kemerdekaan Indonesia merupakan
Kamis 27 Februari 2020). Dipertegas oleh Hasyim kegiatan yang berupa rangkaian acara, sehingga memang
“…tenaga kebanyakan…” (wawancara, Selasa 02 Maret partisipasi yang paling dibutuhkan adalah tenaga. Oleh
2020). Selanjutnya Mahsun juga menambahkan bahwa karena itu partisipasi tenaga mengalami pengulangan dan
“…Dari segi tenaga juga ikut seperti membantu seperti tetap bertahan sampai sekarang.
membersihkan lapangan…” (wawancara, Sabtu 29 Kemudian (2) partisipasi konsumsi pada kegiatan
Februari 2020). Dilanjutkan oleh Aziz bahwa partisipasi membersihkan lingkungan desa, pentas seni, dan
ada dua jenis yaitu yang pertama partisipasi tenaga dan perlombaan dalam perpektif teori reproduksi. Kegiatan
yang kedua partisipasi konsumsi “…tenaga atau makanan gotong royong merupakan suatu aktivitas bekerja dalam
konsumsi. Kalu uang gak ada…” (wawancara, Jumat 06 jangka waktu setengah hari sampai satu hari dan dikerjakan
Maret 2020). Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa salami berhar-hari. Karena itu dalam kegiatan ini konsumsi
tenaga adalah salah satu partisipasi utama masyarakat menjadi aspek penting juga setelah tenaga. Partisipasi
Pulau Bawean Karena mayoritas partisipasi yang dilakukan konsumsi adalah peran warga dalam kegiatan gotong
masyarakat adalah partiipasi tenaga. Ketika melakukan royong yang diwakilkan dengan memberikan konsumsi
aktivitas gotong royong pada kegiatan peringatan hari berupa nasi, lauk pauk, dan minuman pada kegiatan
Kemerdekaan Republik Indonesia. membersihkan lingkungan desa, pentas seni, dan
Beberapa dari masyarakat Desa Balikterus rela perlombaan.
meninggalkan kepentingan pribadinya agar dapat turut Jika diberi pilihan berpartisipasi konsumsi atau
serta menyumbangkan tenaganya dalam kegiatan gotong berpartisipasi dengan memberikan sumbangan uang
royong. “…Nanti ada kesadaran sekarang ada gotong sejumlah sepuluh ribu rupiah, masyarakat Pulau Bawean
royong jadi pekerjaan pribadi di tinggal dulu hari ini gotong dengan mudah akan memilih berpartisipasi konsumsi.
royong dulu…” (wawancara, Selasa 02 Maret 2020). Dari Padahal jika dikalkulasikan dengan uang konsumsi yang
data tersebut dapat dianalisi bahwa berpartisipasi tenaga disumbangka oleh masyarakat bernilai lima kali lebih besar
dalam aktivitas gotong royoong bagi masyarakat Desa dari sepuluh ribu rupiah karena berupa konsumsi nasi
Balikterus sangat penting. Hal ini dapat dilihat bahwa lengkap dengan lauk pauk dan minuman. Seperti penuturan
mereka bahkan rela meninggalkan kepentingan pribadinya Musa
agar bisa turutserta menyumbangkan tenaganya dalam “…masyarakat sini kalau melakukan kegiatan
melakukan aktivitas gotong royong. Meskipun masyarakat gotong royong biasanya berupa harta benda yang
rela meninggalkan kepentingan ribadi mereka demi ikut mereka miliki. Jika berpartisipasi dalam bentuk

393
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

uang masyarakat sini sulit, walaupun itu nilainya gotong royong dia dengan kesadaran sendiri akan
kurang dari 10 ribu. Kalau gotong royong masalah memberikan konsumsi ke masyarakat yang
konsumsi walaupun harga konsumsinya lebih dari bergotongroyong” (wawancara, Selasa 02 Maret
10 ribu tidak masalah tetapi kalau berupa uang 2020)
walaupun Cuma 10 ribu jadi masalah…” Dari data terse.but dapat dianalisis bahwa masyarakat
(wawancara, Kamis, 27 Februari 2020). menyadari bahwa partisipasi mereka dalam memberikan
Harta benda yang dimiliki masyarakat Bawean berupa konsumsi sangat penting, sehingga atas dasar kesadaran
hasil pertanian, hasil nelayan atau segala jenis bahan baku pribadi masyarakat yang rumahnya dekat dengan tempat
yang bisa diambil dialam. Berpartisipasi sesuatu yang warga melakukan aktivitas gotong royong akan dengan
berbentuk makanan yang bisa langsung dimakan lebih baik sukarela berpartisipasi dalam menyediakan konsumsi.
dibandingkan harus berpartisipasi dalam bentuk uang. Berbeda dengan keterangan Hasyim dan musa, menurut
Meminta masyarkat berpatisipasi dalam bentuk uang bisa Saiful aziz konsumsi untuk gotong royong tidak berasal
menimbulkan masalah karena terjadi berbagai macam dari masyarakat melainkan dari kepala dusun
pertentangan pendapat. Partisipasi konsumsi biasanya dilakukan oleh
Ending menambahkan bahwa dalam kegiatan pentas masyarakat desa untuk memberi makan orang yang telah
seni aktif masyarakat berupa gotong royong menyediakan bersusah payah bekerja untuk kepentingan umum. Selain
nasi, lauk pauk, serta minuman dilakukan untuk memberi masyarakat desa, Kepala Dusun juga biasanya dengan
konsumsi pada masyarakat yang berpartisipasi dengan sukarela menyumbangkan konsumsi karena merasa
sukarela menampilkan hiburan. bertanggungjawab sebagai pemimpin yang
“…Orang-orang yang tampil dalam acara pentas menginstruksikan adanya gotong royong. Partisipasi
seni akan diberi konsumsi sebagai imbalan karena
konsumsi dilakukan atas dasar sukarela dan kekompakan
telah melakukan latihan. Nah konsumsi yang
diberikan untuk orang-orang yang tampil tersebut antar warga demi kepentingan sosial dan kebaikan semua
merupakan konsumsi hasil sumbagan dari warga warga.
setempat. Masyarakat yang ada di Balikterus kalau Partisipasi konsumsi dalam kegiatan gotong royong
dimintai sumbangan selain uang semuanya kompak. pada kegiatan membersihkan lingkungan desa, pentas seni,
Tetapi kalau dalam bentuk uang mereka tidak mau. dan perlombaan menurut teori Roy Bhaskar mengalami
Jika pun mau tapi keberatan mengeluh...” reproduksi dimana sejak dulu partisipasi ini memang sudah
(wawancara, Jumat 28 Februari 2020).
ada di Desa Balikterus dan terus berulang hingga saat ini.
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa masyarakat
Partisipasi konsumsi sudah merupakan adat bagi
dengan sukarela menyumbangkan konsumsi yang
masyarakatdesa Balikterus. Pada setiap hari besar
ditujukan untuk peserta yang telah bersedia dengan tampil
keagamaan masyarakat dihimbau untuk membawa
dalam acara pentas seni. Hal tersebut sebagai wujud rasa
konsumsi berupa nasi dan lau-pauk ke masjid untuk
terimakasih warga karena mereka telah bersusah payah
dimakan oleh jama’ah masjid sebagai bentuk rasa syukur
berlatih untuk menghibur masyarakat desa. Adapun jika
kepada tuhan. Hal ini sudah terjadi sejak turun temurun dan
mereka menyumbangkan uang untuk diberikan sebagai
tetap bertahan hingga saat ini. Menurt teori Roy Bhaskar
tanda terimakasih walaupun nilainya hanya sepuluh ribu
warisat adat nenek moyang memang sulit untuk mengalami
rupiah masyarakat tidak rela. Hal ini berarti masyarakat
trasformasi.
sana tetap mempertahankan sistem gotong oyong warisan
Terakhir (3) partisipasi ide pada kegiatan
nenek moyang. Berbeda dengan masa sekarang dimana
membersihkan lingkungan desa, perlombaan, dan pentas
gotong royong banyak teralihkan dengan adanya uang,
seni dalam perspektif teori transformasi. Pelaksanaan
masyarakat Bawean justru menolak hal tersebut, Mereka
kegiatan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia
tetap memegang erat warisan nenek moyang bahwa
merupakan suatu kegiatan yang terorganisir. Persiapan
sumbangan untuk kepentingan umum biasanya berupa
dimulai dari pembentukan panitia, rapat pelaksanaan, acara
benda dengan perwujudan yang bisa langsung dipakai atau
inti, dan penutup. Pelaksanaan rapat yang dilakukan oleh
langsung dimakan, bukan berupa uang tunai.
panitia merupakan tempat musyawarah untuk menampung
Hasyim juga mengaskan bahwa masyarakat yang
ide dari masyarakat. Panitia kegiatan terdiri dari panitia inti
rumahnya berdekatan dengan tempat dimana dilaksanakan
dan pania lokal. Panitia inti adalah panitia yang dbentuk
gotong royong mereka pasti dengan kesadaran sendiri
oleh desa sedangkan panitia lokal merupakan panitia yang
bahwa mereka memiliki kewajiban memberi konsumsi atas
dibentuk oleh dusun. Panitia lokal dapat disebut juga
dasar solidaritas sosial.
sebagai panitia pelaksana yang anggotanya diambil dari
“…Kalau nanti pemerintah desa menginstruksikan
pada masyarakat ada gotong royong nanti malam. masyarakat di dusun yang berasal dari berbagai kalangan
Secara otomatis tanpa diminta, masyarakat yang baik kalangan muda, tua, petani, guru dan yang lainnya.
rumahnya tinggal di dekat tempat orang melakukan Partisipasi ide adalah partisipasi masyarakat berupa usulan
Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

mengenai diadakannya kegiatan gotong royong dan usulan lokal “…masyarakat ikut bantu panitia yang penting ada
mengenai sitem pelaksanaan gotong royong. koordinasi antara panitia dengan pihak dusun dan
Perubahan terjadi dalam hal partisipasi masyarakat masyarakat” (wawancara, Sabtu 29 Februari 2020). Dari
didalam menentukan variasi kegiatan. Dulu panitia inti data diatas dapat dianalisis bahwa pemerintah desa saat ini
telah mematenkan rangkaian acara yang akan dilaksakan bersifat lebih demokrais. Mereka mulai mengakui dan
oleh masyarakat dengan alur penetapannya sebagai berikut, mendengarkan suara masyarakat. hal ini dibuktikan dengan
semua panitia inti akan melaksanakan rapat dan keikutsertaan masyarakat dalam memberikan masukan dan
menentukan rangkaian acara yang harus diikuti oleh ide mengenai variasi acara pada kegiatan peringatan hari
masyarakat. Setelah rangkaian acara di sepakati oleh kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini pula yang
panitia inti kemudian mereka akan berkoordinasi dengan menuntut agar warga desa dengan panitia menjalin
panitia lokal agar panitia lokal dapat melaksanakan ide koordinasi dan komunikasi dua arah sehingga tidak terjadi
acara yang telah mereka bentuk, setelah itu panitia loka kesalapahaman yang dapat menimbulkan konflik.
akan berkoordinasi dengan masyarakat untuk Pemerintah desa yang lebih demokratis dan sadar akan
melaksanakan rangkaian acara yang sebelumnya telah kebutuhan masyarakat untuk didengar aspirasinya. Tujuan
ditetapkan oleh panitia inti. Kemudian untuk masalah dana, pemerintah desa mengakomodasi ide masyarakat dalam
dulu panitia inti tidak transparan kepada panitia lokal, kegiatan ini supaya partisipasi warga dalam kegiatan
semua dana dipegang oleh panitia inti sehinngga panitia peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia
lokal hanya tinggal menuruti apa yang panitia inti meningkat. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan
perintahkan. variasi kegiatan akan memengaruhi partisipasi masyarakat
Sedangkan saat ini panitia inti lebih demokratis dalam dalam kegiatan hal ini karena masyarakat merasa bahwa
menentukan variasi acara yang akan diselenggarakan kegiatan terbut adalah oleh mereka dan untuk mereka.
dalam peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Mahsun bahwa
Masyarakat kini diberi kesempatan untuk berperan dalam “…masyarakat terpaksa itu karena begini mbak,
pengambilan keputusan. Masyarakat diikutsertakan dan kalau masyarakat tidak dilibatkan dalam kegiatan
panitia lokal diikutsertakan dalam rapat penentuan masyarakat itu istilahnya kecewa maunya
masyarakat itu ada kerjasama antara masyarakat
rangkaian acara kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan
dengan panitia. Kalau masyarakat dikutseratakan
Republik Indonesia. Aspirasi dari masyarakat akan masyarakat senang kalau masyarakat tidak
ditampung oleh panitia inti, setelah itu panitia inti akan diikutsertakan masyarakat itu kecewa” (wawancara,
memutuskan ide mana yang akan direalisasikan dalam Sabtu 29 Februari 2020).
aracara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Masyarakat memiliki tenaga, harta benda, dan juga
Dampak dari diikutsertakannya masyarakat dalam harapan pada pemerintah dimana harapan tersebut perlu
penentuan ide acara adalah masyarakat merasa lebih diberi ruang untuk disuarakan dan direalisasikan oleh
senang dan lebih antusias hal intu disebabkan karena pemerintah. Pemberian ruang agar masyarakat dapat
kegiatan yang akan mereka lakukan merupakan kegiatan menyalurkan aspirasinya merupakan sebuah langkah
yang bersumber dari aspirasi mereka sendiri. perubahan yang bisa meningkatkan dukungan dan
Kemudian untuk anggaran kegiatan saat ini panitia inti kepercayaan masyarakat terhadap segala program desa.
lebih transparan baik kepada panitia lokal maupun kepada Apabila mendengarkan aspirasi masyarakat, pemerintah
masyarakat sehingga semuanya lebih terbuka. Hal tersebut telah bertindak seolah-olah peduli pada apa yang diingikan
seperti yang disampaikan oleh Ending bahwa oleh masyarakatnya.
“…kalau dulu ide untuk kegiatan gotong royong Jika dianalisis menggunakan perspektif teori Roy
sudah dipatenkan oleh panitia pusat yang dibentuk Bhaskar partisipasi ide mengalami transformasi. Partisipasi
oleh pemerintah desa. Tetapi untuk sekarang panitia ide merupakan penciptaan hal baru yang sebelumnya tidak
pusat hanya menawarkan jenis kegiatan apa yang pernah ada dalam gotong royong pada kegiatan peringatan
akan dilaksanakan untuk keputusan diserahkan
hari kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Balikterus.
kepada musayawarah masyarakat atau diserahkan ke
panitia lokal. Kalau dulu kegiatan langsung Trasnformasi dalam partisipasi ide menunjukan adanya
dipatenkan oleh panitia pusat dan masyarakat kemajuan pemerintah Desa Balikterus dari segi ilmu
diberitahu bahwa lombanya berupa A, B, C. Kalau pengetahuan. Pemerintah desa lebih demokratis dalam
sekarang pusat menentukan lomba wajib tetapi memimpin masyarakatnya. Transformasi dari segi ide ini
panitia lokal boleh menambahi kegiatan apa yang menurut teori Roy Bhaskar sebenarnya merupakan sesuatu
akan dilaksanakan…” (wawancara, Jumat 28
yang agak sulit untuk dirubah, partisipasi sebenarnya
Februari 2020).
Mahsun menambahkan bahwa saat ini sudah ada bersifat material akan tetapi partisipasi dalam hal ide
koordinasi yang baik antara panitia inti dengan masyarakat merupakan bentuk non material oleh sebab sulit untuk
dirubah. Desa Balikterus bisa berubah karena

395
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

pemerintahannya bisa menerima ide-ide baru, masyarakat royong dalam perspektif teori reproduksi. Partisipasi
Desa Balikterus sangat bergantung dan percaya kepada masyarakat dalam kegiatan gotong royong di Desa
pemimpin mereka sehingga perubahan yang dilakukan Balikterus sangat kompak dimana sebagian besar
pemimpin dapat berdampak besar pada perubahan pada masyarakatnya baik laki-laki maupun perempuan turut
masyarakat desa. serta dalam mengikuti kegiatan gotong royong hal ini
Masuknya paham-paham dari luar seperti paham disampaikan oleh Musa bahwa
demokrasi membuat pemerintah Desa Balikterus paham “Sudah begini terus, kalau di dusun ini gotong
akan pentingnya peran rakyat bagi pemerintah. Adanya royongnya sangat kompak. Sampai ke perempuan
transformasi dalam partisipasi ide tentu tidak dapat terlepas juga ikut gotong royong. Kalau di dusun lain kan
kebanyakan laki-laki. Kalau di dusun sini sangat
dari adanya figur atau tokoh yang melakukan perubahan
kompak, baik gotong royong secara tenaga atau
tersebut. Kepela desa Balikterus adalah figure yang sangat yang lainya” (wawancara, Kamis, 27 Februari
penting pada adanya perubahan dari otoriter menjadi 2020).
demokraris. Mulai minimnya minat masyarakat dalam Walaupun demikian ada beberapa masyarakat yang
melaksanakan kegiatan gotong royong membuat Kepala memang tidak dapat ikut serta dalam kegiatan gotong
Desa Balikterus membuat kebijakan untuk royong. Masyarakat yang tidak ikut serta dikarenakan
mengakomodasi ide masyarakat dalam pelaksaaan berbagai alasan mulai dari sibuk karena urusan pribadi,
kegiatan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. merasa acuh-tak acuh karena aspirasinya tidak didengar
Kepala Desa beranganggapan bahwa mengakomodasi ide oleh pemerintah desa, dan merasa kesal kepada pemerintah
dari masyarakat dapat meningkatkan partisipasi pada desa karena tidak mendapatkan batuan dari program
masyarakat hal ini diungkapkan Oleh Aziz pemerintah. Seperti pernyataan dari Musa bahwa
“…Pemerintah desa harus dengarkan apa maunya “ada masyarakat yang tidak ikut gotong royong
masyarakat kemudian selipkan apa yang pemerintah tetapi hanya 5%. Tetapi masyarakat yang tidak hadir
desa mau. Jadi melalui kegiatan itu ada tujuan yang itu tidak menganggu. Ada masyarakat yang ikut
diselipkan pemerintah desa diamana masyarakat gotong royong juga berhenti ditengah jalan karena
tidak tahu akan hal tersebut…” (wawancara, Jumat urusan pribadi yang mendesak. Masyarakat tidak
06 Maret 2020). ada yang menganggu aktivitas gotong royong. Tidak
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa tokoh yang ada paksaan dari manapun untuk ikut bergotong
berperan pada adanya transformasi ide adalah Kepala Desa royong sehingga semua kegiatan gotong royong
Balikterus. Kepala Desa Balikterus menganggap bahwa merupakan kehendak sukarela dari masyarakat”
masyarakat tidak lagi dapat diperintah dengan sesuka hati, (wawancara, Kamis, 27 Februari 2020).
Matrusi juga menuturkan bahwa masyarakat yang
perlu pendekatan baru agar masyarakat dapat menuruti apa
tidakikutserta tidak melakukan tindakan yang dapat
keinginan dari pihak pemerintah. Pendekatan baru yang
mengganggu jalannya kegiatan gotong royong.
diambil yakni mengakomodasii aspirasi masyarakat
“…Kalau masyarakat yang tidak ikut gotong royong
sehingga seolah-olah masyarakat merasa bahwa
tidak ada yang menolak atau menganggu kegiatan
aspirasinya diperdulikan oleh pemerintah desa. Dengan biasanya warga yang tidak ikut yah karena
begitu apa pun kehendak pemerintah desa dapat diikuti kesibukan pribadi jadi tidak ikut. Tapi yang gak ikut
oleh masyarakat dengan senang hati. gak meganggu” (wawancara, Kamis 27 Februari
2020).
Partisipasi Pasif Pada Kegiatan Gotong Royong Dalam Dari data tersebut dapat dianalisis factor yang
Perspektif Teori Reproduksi melatarbelakangi masyarakat tidak berparti dalam kegatan
Partisipasi pasif masyarakat pada kegiatan gotong royong gotong royong adalh adanya kepentingan pribadi yang
merupakan suatu tindakan masyarakat yang tidak ikut pada tidak bisa ditinggalkan.
kegiatan gotong royong atau tidak suka dengan adanya Jika dianalisis menggunakan perspektif proses
aktivitas gotong royong. Artinya masyarakat apatis perubahan sosial Roy Bhaskar partisipasi pasif dalam tidak
terhadap kegiatan gotong royong yang ada diadakan di ikut serta tidak menganggu merupakan Reproduksi atau
desa. Kepentingan yang berbeda pada setiap individu pengulangan dari warisan nenek moyang. Partisipasi pasif
menyebabkan terdapat perbedaan keputusan, dimana ada seperti ini memang sudah ada sejak dulu dan bertahan
masyarakat yang memutuskan untuk berpartisipasi aktif hingga sekarang. Partisipasi pasif merupakan nilai-nilai
ada pula yang memilih untuk berpartisipasi pasif. Pola yang tertanam dalam diri individu, bagaimana individu
tindakan masyarakat yang melakukan partisipasi aktif dari menyikapi kegiatan gotong royong yang ada di desanya.
dulu hingga sekarang tetap sama, yaitu: tidak ikut dan tidak Masyarakat yang memiliki nilai positif tentang gotong
menganggu, tidak mendukung dan tidak ikut serta, dan royong akan memilih berperan dalam partisipasi aktif akan
tidak mendukung tetapi ikut serta. Berikut penjelasannya: tetapi masyarakat yang cenderung tak acuh terhadap
(1) Partisipasi pasif tidak ikut dan tidak menganggu gotong kegaitan gotong royong akan memilih partisipasi pasif.
Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

Oleh karena nilai gotong royong dalam diri setiap individu mendukung adanya gotong royong tetapi mereka tetap
akan menentukan partisipasi yang akan dipilih. bepartisipasi dalam kegiatan gotong royong. Penolakan
Selanjutnya (2) partisipasi pasif tidak mendukung dan terhadap gotong royong tidak dilakukan dengan tindakan
tidak ikut serta kegiatan gotong royong dalam perspektif nyata, penolakan tersebut hanya ada didalam pikiran saja
teori reproduksi. Tidak mendukung adanya gotong royong sehingga tidak Mereka biasanya adalah orang-orang yang
yang dimaksud disini berarti masyarakat melakukan awalnya menentang adanya gotong royong tetapi karena
kecaman terhadap adanya kegiatan tersebut. Tidak berada dalam golongan minoritas jadi mereka memutuskan
mendukung tingkatnya lebih parah dibandingkan tidak ikut untuk bergabung dengan mayoritas saja. Hasyim
serta. Masyarakat yang tidak ikut serta bearti mereka hanya menuturkan sebagai berikut
sekedar tidak berperan pada kegiatan gotong royong, “… ada lah satu dua yang tidak mendukung adanya
disamping itu mereka tidak mengusik adanya kegiatan gotong royong, tetapi nanti ikut aja ke masyarakat
gotong royong baik dalam perbuatan maupun dalam mayoritas. Kalau mayasrakat mayoritas ke
melaksanakan gotong royong nanti dia akan ikut
ucapan. Berbeda halnya dengan tidak mendukung, jika
jugak…” (wawancara, Selasa 02 Maret 2020).
tidak mendukung masyarakat menolak diadakannya Aziz menambahkan pernyataan Hasyim dengan
kegiatan gotong royong. Matrusi menuturkan bahwa ada menurturkan “… Tapi kebanyakan lama-lama orang yang
masyaraka yang menyikapi gotong royong dengan ikut tidak mendukung lama kelamaan akan ikut sendiri dengan
berpartisipasi tetapi ada pula masyarakat yang menyikapi kemauannya sendiri …” (wawancara, Jumat 06 Maret
gotong royong dengan menjelek-jelekan adanya kegiatan 2020). Dari data diats dapat dianalisis bahwa terdapat
tersebut “… yah namanya masyarakat biasa ada yang beberapa masyarakat yang menentang adanya kegiatan
berkontribusi dan ada yang yang berwatak-watak gotong royong, tetapi karena tidk memiliki kekuasaan
nyinyir…” (wawancara, Kamis 27 Februari 2020). untuk menentang karena mereka adalah kaum minoritas,
Kemudian Saiful Aziz membenarkan bahwa bentuk- maka dengan terpaksa mereka kemudian ikut
bentuk tidak mendukung kegiatan gotong royong yang berpartisipasi. Ada juga masyarakat yang mengeluh karena
dilakukan masyarakat mulai dari mencemooh dan menebar harus berpartisipasi pada kegiatan gotong royong tetapi
cerita negatif mengenai kegiatan gotong royong “…kalau tetap ikut serta. Menurut keterangan Ending “…ada yang
masyarakat yang mencemooh kegiatan pasti ada. senang tetapi ada juga sebagaian masyarakat yang
Bentuknya biasanya nyinyir gosip …” (wawancara, Kamis mengeluh …” (wawancara, Jumat 28 Februari 2020). Data
27 Februari 2020). Dari data tersebut dapat dianalisis tersebut mengindikasikan bahwa ada beberapa masyarakat
bahwa masyarakat yang tidak mendukung adanya kegiatan yang sebenarnya tidak bersedia bergotongroyong tetapi
gotong royong tidak melakukan penolakan secara langsung tidak berani mengekspresikan pendapatnya. Sehingga ia
kepada pihak pelaksana gotong royong. Ketidak setujuan hanya mengikuti arus dan terjebak dalam keadaan yang
masyarakat aan adanya kegiatan gotong royong dilakukan tidak menyenangkan baginya sehingga mengeluh adalah
dengan cara mencomooh adanya kegiatan tersebut. Bentuk jalan keluar bagi mereka.
cemooh disampaikan melalui menggosip atau bersikap Dari berbagi macam bentuk partisipasi pasif jika
menjelek-jelekkan adanya kegiatan tersebut. Walaupun dianalisis menggunakan perspektif teori Roy Bhaskar
begitu hal tersebut tidak terlalu ditanggapi oleh pihak semuanya sub indikator mengalami reproduksi. Hal
penyelenggara gotong royong karena mereka dianggap tersebut sudah ada sejak dulu dan masih tetap ada hingga
sebagai perusak kekompakan masyarakat yang terjalin di saat ini, dari segi jumlah juga masih tetap menjadi
desa tersebut. minoritas. Jumlah masyarakat dalam partisipasi pasif tidak
Menurut perpektif teori perubahan sosial Roy Bhaskar mengalami peningkatan artinya tetap merupakan kaum
partisipasi pasif tidak mendukung adanya gotong dan tidak minoritas. Dikarenakan gotong royong merupakan
ikut serta dalam gotong royong masuk dalam kategori kegiatan positif yang dari dulu hingga sekarang tetap
reproduksi karena sudah ada sejak dulu tetap bertahan dianggap sebagai kegiatan yang bermanfaat dan penting
hingga saat ini. Partisipasi ini merupakan partisipasi hasil oleh masyarakat Desa Balikterus.
warisan nenek moyang yang diulang-ulang kembali setiap
tahun. Karena dalam setiap tahun kegiatan peringatan Pembahasan
kemerdekaan Republik Indonesia pasti terdapat Reproduksi
masyarakat yang tidak mendukung adanya gotng royong Dari hasil peneltian terdapat sepuluh sub indikator gotong
dan juga tidak ikut serta. Hanya saja yang berbeda adalah royonng dalam kegiatan peringatan hari kemerdekaan
jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam kategori ini. Republik Indonesia yang mengalami reproduksi.
Terakhir (3) partisipasi pasif tidak mendukung tetapi Masyarakat Desa Balikterus merupakan masyarakat yang
turut serta kegiatan gotong royong dalam perspektif teori masih sangat mempercayai segala hal yang diwarisi oleh
reproduksi. Ada beberapa masyarakat yang tidak

397
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

nenek moyang. Hal ini tampak bahwa mereka masih bawean. Hal tu terlihat dalam beberapa kegiatan, misalnya
memercayai mitos-mitos dan masih melakukan ritual pada malam ganjil dari tanggal 21 sampai tanggal 30 bulan
keagamaan warisan nenek moyang seperti menaruh sesajen Ramadhan masyarakat akan memberikan konsumsi ke
dipinggir jalan pada saat menjelang membajak sawah. masjid yang dinamakan sebagai “angkaan” kemudian pada
Kuatnya kepercayaan masyarakat sana pada tradisi warisan saat hari raya idul fitri masyakat Balikterus juga akan
nenek moyang kepada mereka membuat mereka sangat membawakan konsumsi berupa nasi dan lauk pauk ke
sulit untuk meninggalkan tradisi tersebut, sehingga masjid, dalam beberapa acara besar lainnya masyarakat
kebanyakan aktivitas yang mereka lakukan saat ini Balikterus merakyakannya dengan memberikan konsumsi
merupakan pengulangan dari apa yang telah dilakukan oleh berupa nasi dan lauk. Sedangkan partisipasi tenaga
masyarakat di zaman dulu. memang sudah menjadi tadisi bagi masyarakat Indonesia,
Biasanya, individu yang melakukan ativitas baru diluar dimana kebanyakan kegiatan gotong royong dimeriahkan
kebiasaan masyarakat atau aktivitas yang benar-benar dengan paartisipasi tenaga oleh masyarakat. Dapat
belum pernah dilakukan akan menimbulkan cemooh atau dikatakan partisipasi tenaga dan konsumsi merupakan
hinaan dari masyarakat setempat. Hal tersebut suatu adat warisan nenek moyang dimana memang sulit
menyebabkan masyarakat sulit berubah dan sulit berubah didalam masyarakat.
menemukan hal baru. Sama halnya pada budaya gotong Kemudian indikator keempat yaitu partisipasi pasif,
royong di kegiatan peringatan hari kemerdekaan Republik partisipasi pasif terdiri dari tiga sub indikator yaitu tidak
Indonesia mayoritas indikator mengalami reprosuksi. Hal ikut gotong royong dan tidak menganggu, tidak
ini membuktikan msyarakat di Pulau Bawean adalah mendukung adanya gotong royong dan tidak ikut serta, dan
masyarakat yang masih sangat tradisioanl yang masih tidak mendukung adanya gotong royong tetapi ikutsera.
memegang teguh budaya dari warisan nenek moyang. Ketiga sub indikator mengalami reproduksi yang mana
Indikator pertama yang mengalami reproduksi adalah pola sikap masyarakat dalam menyikapi adanya gotong
perspektif reproduksi pada konsep gotong royong. royong dari dulu hingga sekarang memang sudah seperti
Berdasarkan data dari ketujuh informan semuanya itu. Sebagian besar masyarakat mendukung aktivitas
mengatakan bahwa konsep gotong royong dari dulu hingga gotong royong tetapi sebagian kecil menolak aktivitas
sekarang tetap sama. Konsep merupakan sesuatu yang tersebut karena berbagai alasan. Nilai-nilai yang ada dalam
sifatnya nilai yang telah tertanam kuat dan begitu besar diri masyarakat memengaruhi keputusan masyarakat dalam
dalam diri individu. Konsep merupakan hal yang bukan mengambil tindakan. Sehingga adanya partisipasi pasif ini
bersifat materi, untuk itu terjadinya reproduksi pada tidak lepas dari nilai yang tertanam dalam diri individu,
indikator konsep relevan dengan pendapat Roy Bhaskar. wajar saja partisipasi pasif mengalami reproduksi pada
Menurutnya sesuatu yang sifatnya tidak bermateri memang semua sub indikator karena menurut Roy Bhaskar nilai
sulit untuk berubah. sifatnya sangat sulit berubah bahkan cenderung
Selanjutnya Indikator kedua, perspektif reproduksi dipertahankan.
dalam implementasi gotong royong, sub indikator
reproduksi pada kegiatan membersihkan lingkungan desa Transformasi
dan sub indikator reproduksi pada kegiatan pentas seni dan Berdasarkan hasil penelitian, dari empat indikator hanya
perlombaan. Kedua sub Indikator tersebut dilihat dari segi ada satu indikator yang mengalami transformasi. Indikator
bentuk fisiknya tetap ada dan eksis hingga saat ini oleh tersebut adalah indikator partisipasi aktif masyarakat
karena itu kedua sub indikator tersebut dapat dikatakan dengan sub indikator partisipasi Ide. Partisipasi masyarakat
mengalami reproduksi. Bentuk implementasi gotong dari segi ide baru dua tahun terahir ini tampak. Masyarakat
royong berupa membersihkan lingkungan desa dan diminta untuk menyatakan aspirasinya menganai yang
membangun kepentingan umum merupakan warisan adat mereka inginkan dan butuhkan. Setelah menyatakan
dari nenek moyang. Oleh karena itu masyarakat Desa aspirasinya masyarakat akan diizinkan untuk berpendapat
Balikterus mengulang-ulang, menghasilkan kembali kedua menganai apa yang sebaiknya pemerintah desa lakukan
sub indikator tersebut dalam kegiatan gotong royong. untuk kepentingan masyarakat dan kemajuan desa.
Indikator ketiga yaitu perspektif reproduksi dan Dulu pemerintah desa selalu memutuskan sendiri
transformasi dalam partisipasi aktif, Partisipasi aktif secara sepihak mengenai kebijakan desa yang melibatkan
terbagi dalam tiga sub indikator yaitu partisipasi tenaga masyarakat. Tetapi kemudian dua tahun terakhir
partisipasi konsumsi, dan partisipasi ide. Dari ketiga sub pemerintah desa mulai sadar bahwa melibatkan masyarakat
indikator dua sub indikator mengalami reproduksi yaitu sub dalam pembuatan keputusan akan menambah angka
indikator partisipasi tenaga dan partisipasi konsumsi. partisiasi masyarakat dalam setiap program desa. Karena
Partisipasi berupa konsumsi merupakan hal yang sudah saat aspirasi masyarakat didengar oleh pemerintah desa
membudaya dan telah menjadi adat pada masyarakat mereka akan merasa bahwa desa mendengarkan dan
Tranformasi Budaya Gotong Royong di Era Globalisasi Pada Masyarakat Pulau Bawean

memerhatikan mereka. Kesadaran pemimpin desa dalam untuk menyampaikan memberi usulan kepada panitia
melibatkan masyarakat untuk menyumbangkan idenya mengenai rangkaian kegiatan seperti apa yang diinginkan
merupakan pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat untuk diselenggarakan di desanya. Selain itu
modern yang menuntut adanya sistem demokrasi. masyarakat juga dapat menentukan apakah kegiatan
Ada beberapa perubahan gotong royong yang terjadi tersebut akan dilakukan secara bergotong royong tidak.
pada masyarakat Desa Balikterus, perubahan tidak dapat Faktor peyebab adanya transformasi dalam partisipasi ide
dikategorikan kedalam perubahan yang sifatnya adalah bentuk dari kemajuan ilmu pengetahuan yang
transformasi. Indikator yang mengalami Perubahan adalah menyebabkan pemerintah semakin demokratis. Figure
implementasi gotong royong. Pada indikator ini sub yang menyebabkan terjadi perubahan dalam hal ini adalah
indikator yang mengalami perubahan adalah sub indikator Kepala Desa Balikterus, yang menggunakan strategi ini
membersihkan lingkungan desa. Sub membersihkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
lingkungan desa dari segi kegiatan fisiknya memang tetap mensukseskan kepentingan desa.
bertahan hingga saat ini akan tetapi dari segi intensitas Teori perubahan sosial Roh Bhaskar transformasi dan
pelaksanaan kegiatannya mulai mengalami penurunan. teori reproduksi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
Faktor yang menyebabkan sudah jarangnya dilakukan perubahan gotong royong pada kegiatan peringatan hari
kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan desa kemerdekaan Republik Indonesia. Teori ini digunakan
karena adanya pembangunan insfrastruktur desa yang dua untuk menganalisis apakah bentuk kegiatan dan bentuk
tahun terahir sangat masif dilakukan. Dampak dari partisipasi gotong royong pada kegiatan peringatan hari
pembangunan insfrastruktur menjadikan kondisi desa kemerdekaan Republik Indonesia saat ini masuk pada
sudah lebih bersih dan rapi. Factor lain yang menyebabkan kategori kegiatan yang mengalami pengulangan, atau dulu
berkurangnya aktivitas gotong royong adalah adanya sikap pernah ada kemudian saat ini muncul kembali, atau ada
individualis warga yang lebih mementingkan kepentingan suatu proses penciptaan hal baru. Teori Roy Bhaskar juga
pribadi daripada kepentingan umum. digunakan untuk menganalisis alasan mengapa kegiatan
Indikator implementasi pasif terdiri dari tiga sub gotong royong tersebut bisa mengalami reproduksi atau
indikator yaitu indikator tidak ikut serta dan tidak mengapa mengalami transformasi.
menganggu, tidak mendukung dan tidak ikut serta, dan Teori perubahan sosial Roy Bhaskar memiliki sisi
tidak mendukung tetapi ikut serta. Partisipasi mengalami kelemahan yaitu tidak dapat digunakan untuk menganilis
perubahan dari segi kuantitasnya. Dimana kuantitas perubahan sosial pada gotong royong yang yang
masyarakat yang melakukan partisipasi pasif saat ini lebih mengalami kepunahan atau mengalami proses pelemahan
banyak daripada dulu. dari segi intensitas pelaksanaannya. Oleh karena itu teori
ini kurang dapat mempertegas adanya perubahan sosial
PENUTUP dalam kegiatan gotong royong pada masyarakat Pulau
Simpulan Bawean. Teori transformasi Roy Bhaskar lebih cocok
Indikator bentuk gotong royong pada kegiatan peringatan untuk digunakan menganalisis mengenai perubahan yang
hari kemerdekaan Republik Indonesia tidak ada yang berkaitan dengan adanya penemuan tekhnologi baru.
mengalami transformasi. Perubahan yang terjadi hanya
pada tataran reproduksi atau mengulang kembali warisan Saran
nenek moyang. Terdapat perubahan pada intensitas Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan
pelaksanaan dan menurunnya kekompakan warga dalam sebagai berikut: (1) Bagi Kepela Desa Balikterus,
kegiatan gotong royong, hal ini disebabkan oleh sebaiknya segera membuat kebijakan yang dapat
mewabahnya sikap individualis yang disebabkan karena memperkuat dan mempertahakan keberadaan kegiatan
perkembangan tekhnologi modern. Tekhnilogi modern gotong royong. Karena penurunan intensitas pelaksanaan
mengakibatkan individu menjadi jarang berinteraksi secara gotong royong dapat berlanjut hingga masa yang akan
langsung dengan individu lain. perubahan ini hanya sebatas datang. (2) Bagi masyarakat, harus dapat memfilter
perubahan sosial tidak bisa dikategorikan ke dalam pengaruh globalisasi yang masuk ke wilayahnya. Apabila
transformasi karena disitu tidak muncul bentuk gotong pengaruh tersebut memiliki dampak negatif maka
royong hasil penciptaan baru yang disebabkan oleh sebaiknya dihindari tetapi apabila pengaruh tersebut
perkemabangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. membawa dampak positif maka bisa diikuti. (3) Kepada
Transformasi bentuk partisipasi gotong royong pada Peneliti selanjutnya, adapun saran yang perlu diperhatikan
kegiatan memperingati hari kemerdekaan Republik adalah diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber
Indonesia yaitu terjadi pada sub Indikator partisipasi ide. maupun refrensi yang terkait dengan transformasi gotong
Dua tahun terakhir pemerintah desa mengakomodasi royong.
aspirasi dari masyarakat, masyarakat di beri kebebasan

399
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 08 Nomor 02 Tahun 2020, hal 383-400

DAFTAR PUSTAKA Muryanti. 2017. Revitalisasi Gotong Royong: Penguat


Persaudaraan Masyarakat Muslim Di Pedesaan. Jurnal
Abdulkarim, Alim. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. sosiologi Vol. 1 (1): hal 1-15.
Bandung: PT Grafindo Media Pratama
Nurhaidah, M. Insya Musa. 2015. Dampak Pengaruh
Artini, Ni Putu Sri, Amus Sunarto, dan Mahmud Amran. Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia. Jurnal
2018. Degradasi Budaya Gotong Royong Pada Pesona Dasar. Vol. 3 (3): hal 1- 14.
Masyarakat Bali Di Maleali Kecamatan
Palupi, Alit Tisna, Kirnandita Patresia, Aini Nur Asri.
Sausukabupaten Parigi Moutong. Jurnal edu civic
2013. Catatan Kecil Pengajar Muda. Jakarta:
media publikasi PPKn. Vol 6 (01): hal 81-9.
Gagasmedia.
Bown. R. John. On the political contruction of tradition:
Pratomo , Yudho, Siti Komariah, dan Elly Malihah. 2017.
gotong royong in Indonesia. 2014. Jurnal studi asia.
Kebertahanan Paketan Sebagai Kearifan Lokal Etnis
Vol. xlv. (3): hal 545-561.
Betawi Bekasi. Indonesian. Journal of Sociology and
Conny R. Semiawan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Education Policy. Vol. 2 (2): hal. 26-53.
Jakarta: Grasindo.
Rahman, Ghazali. 2017. Gotong Royong Lalawatan Pada
Djahimo, Santri E.P (Ed.) dan Marsel Robot (Ed.). 2018. Tradisi Haul Masyarakat Banjar Pahuluan Desa
Serpihan Bahasa dari Berbagai Ranah. Yogyakarta: Andhika Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Jurnal
Deepublish. Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Vol 6 (2): hal 161-175.
Effendi, Noer Tadjuddin. 2013. Budaya Gotong-Royong
Masyarakat dalam Perubahan Sosial Saat ini. Jurnal Sahari, Akhmad. 2016. Analisis Sosiologis
Pemikiran Sosiologi. Vol 2 (1): hal. 1-18 Kewarganegaraan Budaya Gotong Royong
Masyarakat Pamekasan Madura Di Era Globalisasi
Ernas, Saidin. 2014. Dinamika Integrasi Sosial Di Papua
(Studi Kasus Di Dusun Paninggin Desa Jarin
Fenomena Masyarakat Fakfak Di Provinsi Papua
Kec.Pademawu Kab.Pamekasan). Skripsi tidak
Barat. Jurnal Kawistar. Vol 4 (1): hal 1-110.
diterbitkan. Malang:PPs Universitas Muhammadiah
Haryono, Tri Joko Sri. 2016. Konstruksi Identitas Budaya Malang.
Bawean. Jurnal BioKultur. Vol. V (2) : hal. 166-184.
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori Dan
Hisyam, Muhammad dan Cahyo Pamungkas (Ed.). 2016. Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta:
Indonesia, Globalisasi, dan Global Village. Jakarta: Tiara Wacana.
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Suneki, Sri. 2012. Dampak Globalisasi Terhadap
Irfan, Maulana. 2016. Metamorfosis Gotong Royong Eksistensi Budaya daerah. Jurnal Ilmiah Civis. Vol II
Dalam Pandangan Konstruksi Sosial. Makalah ini (1): hal. 307-3021.
disampaikan dalam Seminar Nasional Menuju
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan
Masyarakat Indonesia Sejahtera, Auditorium Fikom
Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
UNPAD. Bandung, 22 Desember
Alfabeta.
Jos, & RIZAL. He Lost Edett (Noli Me Tangere). 1887.
Wardiat Dede. 2016. Dinamika Nilai Gotong Royong
Bloomington: Indiana University Press.
Dalam Pranata Sosial Masyarakat Nelayan: Studi
Koentjaraningrat, 2000. Kebudayaan, mentalitas daan Kasus Masyarakat Bulutui Dan Pulau Nain, Sulawesi
pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Utara. Jurnal Masyarakat & Budaya. Volume 18 (1):
hal. 133-146
Kusumaningrum, Demeiati N. dan Kurniawati Dyah Estu.
2016. Intermestik sebagai Pendekatan Studi Hubungan Wijayanti, Eva Dwi. 2016. Variasi Dialek Bahasa Bawean
Internasional. Yogyakarta: Leutika Nouvalitera. Di Wilayah Pulau Bawean Kabupaten Gresik: Kajian
Dialektologi. Skripsi Tidak diterbitkan. Surabaya: PPs
Mubah, Safril. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Universitas Airlangga.
Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi.
Jurnal Departemen Hubungan Internasional. Vol. 24 Yulianthi. 2015. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta:
(4): hal. 302-308. Deepublish.
Muchlis, Fuad, Napitupulu Dompak, Faust Heiko. 2019.
Gotong royong (kerjasama) transformasi masyarakat
pedesaan. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan
Pembangunan Daerah di Provinsi Jambi. Vol. 7 (1):
hal103-110.
Muhammad, Nurdinah. 2017. Resistensi Masyarakat
Urban Dan Masyarakat Tradisional Dalam Menyikapi
Perubahan Sosial. Jurnal Substantia, Vol 19 (2): hal.
149-168.

Anda mungkin juga menyukai