Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN PENGGUNAAN

BAHASA DALAM MASYARAKAT

Dosen pengampuh : Dr. Hujaefa Hi Muhammad, S.Pd. ,M.Hum

NAMA : NURHALIZA L. BEDDU


NPM : 03062211019
MK : BHS. INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah sarana komunikasi yang penting dalam kehidupan sehari-


hari. Bahasa yang baik dan pemahaman yang kuat tentang penggunaannya
sangat diperlukan untuk membangun komunikasi yang efektif,
meningkatkan interaksi social, dan memajukan pemabngunan social dan
budaya suatu masyarakat. Namun, terdapat permasalahan yang muncul
terkait pemahaman dan penggunaan bahasa dalam masyarakat. Peningkatan
pemahaman dan penggunaan bahasa yang baik akan berdampak positif pada
efektivitas komunikasi, kualitas tulisan, pemahaman informasi, serta
meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Karena banyak
orang yang tidak memiliki akses atau kesempatan untuk mendapatkan
Pendidikan yang memadai dalam bidang bahasa, pengaruh bahasa asing juga
semakin mendominasi kehidupan sehari-hari terutama melalui media social
dan hiburan. Penggunaan bahasa asing yang berlebihan dapat menggeser
perhatian masyarakat dari penggunaan bahasa ibu dan mengakibatkan
kurangnya pemahaman tentang bahasa yang digunakan ditingkat local

Adapun perubahan budaya dan nilai-nilai social juga dapat mempengaruhi


penggunaan bahasa dalam masyarakat. Bahasa yang sebelumnya kuat dan
terjaga dengan baik dapat mengalami pergeseran makna atau diabaikan
secara bertahap. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya pemahaman tentang
bahasa tersebut dikalangan generasi muda. Banyak individu dalam
masyarakat menghadapi kesulitan dalam memahami bahasa secara efektif.
Hal ini mencakup kesulitan membaca, menulis, dan berbicara dengan baik,
pemahaman kualitas bahasa yang rendah berdampak negative pada kualitas
Pendidikan, kesempatan kerja, serta partisipasi dalam kegiatan social dan
budaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman bahasa
dalam masyarakat?
2. Bagaimana tingkat pemahaman bahasa di masyarakat?
3. Apa dampak dari rendahnya pemahaman dan penggunaan bahasa dalam
Pendidikan, dunia kerja, dan kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data penting yang


berhubungan dengan penelitian, seperti memahami latar penelitian,
pengumpulan data-data penting tentang penelitian, observasi awal di
lapangan

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah suatu tahapan saat peneliti mulai melakukan


pengumpulan data melalui observasi lapangan dan pencatatan lapangan
terhadap proses ijab qabul dan tradisi mengait uang pada suku makian
dalam di Desa Samsuma Kec. Malifut Kab. Halmahera utara

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Samsuma Kec. Malifut Kab.


Halmahera Utara

4. Metode dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu penelitian dalam kajian


etnolinguistik. Dalam konteks tersebut, proses mengait uang pada tradisi
budaya adat makian dalam di Desa Samsuma kec. Malifut Kab.
Halmahera utara. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif.
Dalam hal ini, peneliti tidak mempunyai kontrol pada variabel-variabel
bebas.

5. Data Dan Sumber Data

Data penelitian ini ada dua jenis, yaitu 1. Berupa proses mengait uang
pada tradisi budaya suku Makian dalam di Desa Samsuma dalam kajian
etnolinguistik 2. Catatan lapangan berupa catatan lapangan reflektif agar
data yang didapat berisi penafsiran dan pemahaman sementara tentang
hal-hal pada tradisi budaya suku Makian dalam di Desa Samsuma

6. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif
kualitatif yaitu data berupa rekaman dan ditranskripsikan dalam bentuk
tulisan. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sumber data primer yaitu data pertama dimana sebuah data didapatkan
dan apabila sumber data yang didapat dari sumber data pertama yang
terbatas, digunakan pula sumber data sekunder. Sumber data sekunder
digunakan karena keterbatasan data dari subjek atau untuk mengetahui
maksud yang dihasilkan oleh subjek.
Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa metode dan
pengumpulan data yaitu:
1. Metode Simak
2. Metode Cakap
3. Metode Perekaman
Pengumpulan data melalui metode cakap ialah berupa percakapan antara
peneliti dengan sumber data baik primer maupun sekunder, dalam hal ini peneliti
mengajak subjek untuk berkomunikasi.
Metode perekam yang dimaksud disini adalah cara mengambil data dilapangan
a. Teknik Rekam
b. Teknik Catat
c. Teknik Tatap semuka

7. Metode Analisis Data


Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini
yaitu: 1) reduksi data, ialah memilih data yang diperlukan dan data yang
kurang penting disisihkan. Data yang kurang penting dipertimbangkan
lagi bila diperlukan. Reduksi data dilakukan mulai dari pengumpulan
data dilapangan hingga analisis setelah data terkumpul. Langkah yang
digunakan dalam mereduksi data, diantaranya mengindentifikasi dan
melalukan pengkodean data serta melakukan klasifikasi dan penafsiran
langkah akhir dalam analisis data yaitu penarikan simpulan yang
didasarkan pada hasil temuan pada proses penyajian data. Penarikan
simpulan dilakukan setelah data yang diperoleh disajikan, data yang
disimpulkan berhubungan dengan proses mengait uang pada tradisi
budaya makian dalam.

D. Teori

a. Etnolinguistik

Etnolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan tata bahasa


berbagai suku bangsa dan persebarannya merupakan ilmu menelaah bahasa
bukan hanya dari struktur semata, tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya
dalam konteks situasi social budaya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI). Etnolinguistik merupakan cabang linguistic yang menyelidiki
hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang
mempunyai tulisan. Etnolinguistik memanfaatkan etnosains, secara
metodologis dipandang cukup memadai untuk mengungkap aspek
pengetahuan manusia yang membimbing perilakunya sehari-hari, yang
intinya adalah satu alat penelaah data-data kebahasaan yang digunakan
untuk memotret, menguak, dan menyibak fenomena budaya suatu
masyarakat etnis tertentu.
Adapun menurut para ahli tentang Etnolinguistik
Menurut Foley (dalam Abdullah dan pitana, 2016: 17) yaitu cabang
linguistic yang menaruh perhatian terhadap posisi bahasa dalam konteks
social dan budaya yang lebih luas untuk memajukan dan mempertahankan
praktik-praktik budaya dan struktur social. Sementara menurut Kridalaksana
(1983: 42) Etnolinguistik adalah cabang linguistik yang menyelidiki
hubungan antara bahasa dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang
belum mempunyai tulisan. Adapun menurut Duranti (1997) Etnolinguistik
adalah kajian bahasa dan budaya yang merupakan subbidang utama dari
antropologi . Menurut Abdullah (2013: 10) Etnolinguistik adalah jenis
linguistic yang menaruh perhatian terhadap dimensi bahasa (kosakata, frasa,
klausa, wacana, unit-unit lingual lainnya) dalam dimensi social dan budaya
(seperti upacara ritual, peristiwa budaya, folklore lainnya) yang lebih luas
untuk memajukan dan mempertahankan praktik-praktik budaya dan struktur
sosial masyarakat. Menurut Mulyani (2020: 12) Etnolinguistik tidak hnya
menelaan bahasa dari segi strukturnya, tetapi lebih pada kegunaan dan
pengaplikasiannya dalam kondisi social budaya sebagai alat komunikasi.
Menurut Mbete (2007: 10) bahwa etnolinguistik disebut juga sebagai
linguistic antropologi atau kultural (cultural linguistics) yang membedah
pilih memilih penggunaan bahasa, cara dan pola pikir dalam kaitannya
dengan pola penggunaaan bahasa, bahasa ritual, dan kreasi wacana iklan
yang berbasiskan bahasa lokal. Llic (2004: 1) dalam artikel
internasionalnya mengemukakan : language might influence and be
influenced by culture, and what can be found out about a particural culture,
and studying its language by providing an overview of the relationship
between the study of language and the study of culture . Demekian menurut
Haugen dalam Aron, (2007: 10) menyatakan bahwa etnolinguistik
merupakan satu kajian dari sepuluh kajian ekolohi bahasa yang sudah
mapan. Haugen mengartikan bahwa etnolinguistik atau linguistic
antropologi atau linguistic kultural membedah dan pilih-memilih
penggunaan bahasa, cara dan pola piker dalam kaitan dengan pola
penggunaan bahasa, bahasa-bahasa ritual, dan kreasi wacana

Pendapat lain mengatakan bahwa etnolinguistik adalah ilmu yang


meneliti seluk beluk hubungan aneka pemakaian bahasa dengan pola
kebudayaan. Dalam pandangan etnolinguistik, terdapat keterkaitan antar
bahasa dengan pandangan dunia penuturnya. Merujuk pada pengertian
etnolinguistik yang telah dikemukakan di atas dapat di simpulkan bahwa
etnolinguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan pemakaian
bahasa dan budaya melalui masyarakat. Penggunaan bahasa dalam
masyarakat dapat di lihat dari hubungan sosial dan budaya, seperti upacara
ritual dan peristiwa budaya. Objek kajian penelitiannya berupa daftar kata-
kata, ijab qabul, tradisi mengait uang, dan sebagainya.
E. Hasil Dan Pembahasan

1. Proses Adat Upacara Perkawinan

Secara keseluruhan prosesi pernikahan di Desa Samsuma tidak jauh


berbeda dengan proses pernikahan didaerah lain. Bedanya tradisi ini
begitu mengakar dan uang yang diberikan disematkan hingga memenuhi
baju pengantin

a) Meminang

Meminang atau melamar seorang gadis yang disukai oleh pengantin


pria yaitu dengan datang ke rumah mempelai wanita yang di sukai
pengantin pria untuk dilamar. Meminang atau melamar harus Bersama
keluarga besar dan kedua keluarga akan bercakap-cakap tentang
lamaran. Jika mempelai Wanita setuju dan keluarga menerima
pengantin pria maka kedua pengantin dinyatakan bertunangan.
Biasanya saat melamar akan ditentukan berapa jumlah uang untuk
melemar sang mempelai Wanita besarnya uang yang diminta oleh
keluarga mempelai Wanita bervariasi tergantung yang diminta oleh
keluarga mempelai dan mempelai Wanita. Saat melamar kedua pihak
keluarga akan mendiskusikan berapa besar jumlah uang yang harus
diminta oleh pihak mempelai pria, banyaknya uang yang harus
dikeluarkan oleh mempelai pria untuk dapat memboyong pengantin
Wanita nya dan juga seserahan yang harus di serahkan kepada
keluarga mempelai Wanita.

b) Wali dan ijab Kabul

Puncak ritual tradisi pernikahan memang terletak pada proses ijab


Kabul, yakni serah terima tanggung jawab atas mempelai Wanita dari
wali mempelai kepada mempelai pria namun, tradisi unik ini dimulai
pasca ijab Kabul dinyatakan sah oleh saksi-saksi pernikahan. Ketika
ijab Kabul digelar, yang biasanya dilakukan dirumah mempelai
Wanita. Mempelai Wanita berada di dalam kamar pengantin
menunggu sampai ijab Kabul dinyatakan sah.
Yang menjadi wali dalam perkawinan sambal memegang tangan
calon menantunya berkata:

Wali nikah : hi (nama mempelai pria) aku nikahkan engkau


dengan anakku (nama mempelai Wanita) dengan maskawin emas
tersebut dibayar tunai

Si pemuda sebagi calon pengantin pria menerima ijab tersebut dengan


kata-kata sbb:
Pengantin pria : saya terima nikah nya (nama mempelai Wanita)
dengan maskawin emas tersebut dibayar tunai.

Upacara tersebut diulang tiga kali oleh orang tua calon pengantin
Wanita demikian pula calon pengantin pria menerima ucapan tersebut
tiga kali. Jika tidak ada kesalahan ijab qabul dinyatakan sah.

Setelah itu, baru mempelai pria dituntun untuk menemui mempelai


Wanita di kamar pengantin untuk menemui pengantinya, bukanlah
perkara mudah bagi mempelai pria, dipintu kamar pengantin telah
berdiri pasukan yang berasal dari keluarga mempelai Wanita menjaga
pintu dengan ketat. Pintu pun ditutup dengan rapat karena untuk bisa
membuka pintu tersebut, keluarga mempelai pria diharuskan
membayar sejumlah uang kepada keluarga mempelai Wanita, uang
tersebut diselipkan diantara celah pintu atau ventilasi besar jumlah
uang tersebut bervariasi. Jika keluarga mempelai Wanita merasa
sudah cukup barulah mereka bersedia membuka pintu dan
memperbolehkan mempelai pria untuk masuk untuk menemui
istrinya.

Setelah kedua mempelai dipertemukan, ucapan selamat diberikan oleh


tetamu yang berdatangan ke tempat berlangsungnya prosesi
pernikahan. Sambil bersalaman, tamu akan menyelipkan amplop
berisi uang untuk kedua orang tua mempelai perempuan. Uang juga
dikaitkan dibaju mempelai Wanita dan pria hingga memenuhi pakaian
mempelai pengantin
Setelah bersalaman kedua mempelai akan digiring menuju rumah
mempelai pria, tempat digelarnya jamuan makan siang. Keluarnya
kedua mempelai dari rumah mempelai Wanita pun dilakukan melalui
proses pemberian sejumlah uang. Uang tersebut untuk menyogok
keluarga pengantin Wanita guna memuluskan perjalanan tersebut.
Setelah berhasil keluar. Tak berarti perjalanan menuju kediaman
mempelai pria akan berjalan lancer dan cepat. Ibaratnya keluarga
wanita tentu saja tak akan membiarkan anak perempuan mereka
dibawah begitu saja ke rumah orang lain. Sepangjang perjalanan yang
diiringi ketukan music rebana, keluarga mempelai pria Kembali
ditodong untuk membayar tiap Langkah pengantin. Tak perduli
sengatan matahari maupun hujan deras, jika keluarga mempelai
Wanita belum puas, maka perjalanan pengantin itu akan terhenti
ditengah jalan. Ada juga yang naik mobil dari rumah mempelai
Wanita ke rumah mempelai pria namun akan dihentikan jika sudah
mendekati rumah mempelai pria dan kedua mempelai berjalan dengan
pelan yang di ikuti oleh pihak keluarga mempelai Wanita dan para
tamu yang akan disambut oleh keluarga mempelai pria dengan lagu
dan ada juga yang menyambut dengan mengaitkan uang dipakaian
pengantin menggunakan peniti alhasil, tubuh kedua mempelai akan
terselubung lembaran uang. Penyematan uang ini terus dilakukan
hingga mempelai tiba ditempat gelaran resepsi, biasanya jika sudah
sampai dirumah mempelai pria, kedua keluarga mempelai akan
menari dalam acara sebagai bentuk penyambutan kedua mempelai.

Biasanya saat selesai ijab qabul dan mempelai pria dibolehkan


bertemu mempelai Wanita dan saat sudah berada dirumah mempelai
pria, kedua mempelai keluar dari rumah menuju tempat acara
pernikahan keluarga mempelai pria akan memakaikan uang yang
sudah dibuat seperti kalung untuk kedua mempelai pengantin, ada
juga yang tidak memakaikan uang yang dibentuk seperti kalung
tersebut kepada kedua mempelai tergantung pada keluarga yang ingin
memakaikannya atau tidak, saat keluar dari pintu kedua mempelai
akan berjalan menuju tempat acara pernikahan untuk menyapa para
tamu yang datang ke acara tersebut. Meskipun tradisi ini sedikit
berubah dan ada beberapa tambahan seperti memakaikan uang yang
dibentuk seperti kalung itu dilakukan oleh kedua keluarga mempelai
agar acara pernikahan kedua anak mereka Bahagia dan menjadi
momen seumur hidup.

c) Mengait uang

Mengait uang biasanya menggunakan peniti, peniti akan dikaitkan


dipakaian pengantin disaat bersalaman dengan para tamu. Para tamu
yang datang akan membawa peniti sendiri atau mengambil peniti yang
sudah disiapkan langsung oleh keluarga mempelai kemudian
dikaitkan dipakaian mempelai pria dan mempelai Wanita hingga
memenuhi pakaian kedua mempelai. Nominal uang yang dikaitkan
pada pakaian mempelai besarannya bervariasi, biasanya uang yang
dipeniti dipakaian kedua mempelai setelah dihitung bisa mencapai
belasan juta rupiah.

d) Seserahan

Seserahan diserahkan sebelum pernikahan oleh mempelai pria


kepada mempelai Wanita seperti kebutuhan pokok pernikahan, pihak
keluarga mempelai Wanita tidak sesuka hati meminta seserahan,
untuk itu mempelai pria biasanya disesuaikan dengan kemampuan
materialnya.
1. Beras
2. Gula
3. Bahan-bahan masak
Seserahan biasanya dipakai untuk pernikahan ada juga yang
disimpan oleh keluarga mempelai Wanita untuk membeli benda-
benda yang digunakan untuk rumah mempelai Wanita saat keluar
dari rumah keluarganya atau dibagikan saat upacara pernikahan
selesai.
Keluarnya mempelai Wanita dari rumah, diikuti pula dengan
diangkutnya barang-barang atau peralatan rumah tangga seperti
lemari, tempat tidur, piring, gelas, hingga peralatan dapur
diangkut mengiringi perjalanan kedua mempelai. Benda-benda
tersebut dibelikan dari uang seserahan, sebagaian lagi merupakan
hadiah dari keluarga dan ada juga yang didapat dari hadiah
pernikahan, tujuannya untuk mengurangi beban pengantin dalam
membangun kehidupan mereka yang baru.

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses ijab qabul dan
mengait uang harus benar-benar dilakukan agar proses pernikahan berjalan lancar
tradisi ini juga sudah dijalankan selama ratusan tahun oleh suku Makian Dalam.
Walaupun tradisi yang digunakan di Desa Samsuma sudah sedikit berubah dan ada
yang dibuat-buat itu dilakukan oleh kedua keluarga mempelai agar acara
pernikahan kedua anak mereka Bahagia dan menjadi momen seumur hidup.
namun tradisi ini masih melekat karena adanya tradisi mengait uang yang masih
dilakukan di Desa Samsuma hingga saat ini.
Biasanya saat selesai ijab qabul dan mempelai pria dibolehkan bertemu mempelai
Wanita dan saat sudah berada dirumah mempelai pria, kedua mempelai keluar dari
rumah menuju tempat acara pernikahan keluarga mempelai pria akan memakaikan
uang yang sudah dibuat seperti kalung untuk kedua mempelai pengantin, ada juga
yang tidak memakaikan uang yang dibentuk seperti kalung tersebut kepada kedua
mempelai tergantung pada keluarga yang ingin memakaikannya atau tidak, saat
keluar dari pintu kedua mempelai akan berjalan menuju tempat acara pernikahan
untuk menyapa para tamu yang datang ke acara tersebut. Meskipun tradisi ini
sedikit berubah dan ada beberapa tambahan seperti memakaikan uang yang
dibentuk seperti kalung itu dilakukan oleh kedua keluarga mempelai agar acara
pernikahan kedua anak mereka Bahagia dan menjadi momen seumur hidup.

REFERENSI
(1) Foley, William A. 2001. Anthropological linguistics : an introduction.
Massachusetts USA: Blackwell publishers

(2) Kridalaksana, H. 2007. Pembentukan kata dalam bahasa indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka utama
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/viewFile/
23060/15632

(3) Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. New York. Cambridge


University Press.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/viewFile/
23060/15632

(4) Abdullah, Wakit. 2013. Ethnolinguistic: Teori, Metode dan aplikasinya.


Solo: Universitas Sebelas Maret Surakarta
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/viewFile/
23060/15632

(5) Mulyani
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/viewFile/
23060/15632

(6) Mbete, A.M. 2007. “ekologi bahasa”. Bahan Matrikulasi program


Magister linguistic PPs Universitas Udayana 2007.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/viewFile/
23060/15632

(7) Llic, Biljana Misic. 2004. Language and Culture Studies - Wonderland
through the linguistic looking glass. Serbia : English department, faculty of
philosophy, University of Nis

(8) Haugen, Dalam Aron

Anda mungkin juga menyukai