2. Latar Alamiah
Penelitian bahasa dilakukan pada latar alamiah, yaitu tempat di mana
bahasa itu digunakan oleh penuturnya. Peneliti harus tahu betul situasi
di mana bahasa itu dituturkan dalam komunikasi sehari-hari. Ontologi
alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan
yang tidak bias dipahami jika dipisahkan dari konteksnya (Guba,
1985).
Pentingnya kehadiran peneliti mengetahui konteks penggunaan bahasa
menyebabkan peneliti bahasa harus meluangkan sebagian besar
waktunya bersama penutur bahasa yang ditelitinya. Seorang peneliti
yang meneliti bahasa mentawai, misalnya, harus bersedia tinggal
bersama suku mentawai yang ditelitinya untuk beberapa saat,
terutama ketika dia mengumpulkan data kebahasaan tentang bahasa
Mentawai yang ditelitinya.
3. Metode Kualitatif
Metode kualitatif digunakan dalam penelitian bahasa karena metode
ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi (Moleong, 2000). Metode ini menyajikan secara langsung
data kebahasaan yang didapat di lapangan sesuai dengan
penggunaannya. Oleh karena itu peneliti kualitatif merasa perlu
menangkap perspektif-perspektif subjek penelitiannya secara akurat,
serta memperhatikan dengan cermat apa saja informasi yang
diberikan oleh informan mereka. Dengan demikian, para peneliti dapat
memberikan “makna” yang benar terhadap segala fenomena yang
ditemuinya.
Metode kualitatif mencerminkan suatu perspektif fenomenologis.
Artinya, penelitian yang menggunakan perspektif fenomenologis ini
berusaha untuk memahami makna dari peristiwa-peristiwa dan
interaksi-interaksi manusia dalam situasi tertentu. Mereka berusaha
untuk masuk ke dalam dunia konseptual subjek-subjeknya guna
memahami apa makna yang mereka konstruksikan dalam peristiwa-
peristiwa kehidupan mereka. Dari pemahaman makna terhadap
peristiwa kehidupan akan ditemukan maknamakna baru yang dapat
digunakan oleh masyarakat yang selalu berubah. Perubahan gejala
social akan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan bahasa dan
cara memaknai bahasa sebagai system simbol dari gejala alam.
5. Deskriptif
Data yang dikumpulkan dalam penelitian bahasa adalah gejala bahasa
berupa kata-kata, bukan angka-angka. Oleh karena itu penelitian
bahasa ini harus memerikan gejala yang ada sesuai dengan
kenyataan. Dengan demikian deskripsi yang dibuatnya akan sangat
bermakna karena berupa pendeskripsian kenyataan yang ada. Tidak
ada intervensi peneliti untuk membuat rumusan yang berbeda dari apa
yang telah ditemukan di lapangan. Data pada penelitian bahasa dapat
berupa rekaman bahasa lisan dan bahasa tulisan. Rekaman bahasa
lisan kemudian ditranskripsikan untuk dapat dianalisis dan
didokumentasikan secara tertulis. Bahasa tulis yang sudah ada dalam
komunikasi antar manusia dapat dinalisis lebih lanjut untuk
menemukan system yang berlaku dalam berkomunikasi tulis antar
penutur bahasa. Dalam membuat laporan penelitiannya, seorang
peneliti harus dapat mengungkapkan gejala kebahasaan yang ada
dalam bentuk aslinya.