Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 1

KONSEP DASAR PENELITIAN BAHASA

A. Untuk Apa Meneliti Bahasa?

Penelitian bahasa perlu dilakukan karena beberapa alasan. Alasan


pertama atau boleh dikatakan alasan utama adalah untuk keperluan
pendokumentasian bahasa itu sendiri. Sampai saat ini belum diketahui
secara persis berapa sebetulnya jumlah bahasa yang ada di dunia. Makin
banyak kita belajar, makin banyak pula jumlah bahasa yang muncul. Jumlah
penutur bahasa ini bervariasi ada yang ratusan juta seperti bahasa Cina,
India, dan Indonesia, sampai ada yang jumlahnya hanya puluhan seperti
yang dijumpai di Papua. Jadi, kalau bahasa-bahasa ini tidak
didokumentasikan maka dikhawatirkan bahasa-bahasa yang jumlah
penuturnya sangat kecil tadi akan punah, karena tidak ada lagi penuturnya
atau penuturnya sudah berasimilasi dengan penutur bahasa lain.
Penelitian bahasa dapat memberikan data kearah pemahaman unsur-
unsur bahasa yang bersifat universal. Dari hasil analisis bahasa, para linguis
telah mencoba mencari sifat universal bahasa. Antara kerja lapangan
dengan pemerian bahasa juga mempunyai hubungan langsung. Semakin
banyak penelitian bahasa dilakukan, akan semakin banyak pula informasi
yang kita miliki tentang keanekaragaman bahasa.
Alasan lain kenapa penelitian bahasa itu perlu dilakukan adalah untuk
mengetahui bagaimana sebetulnya bentuk bahasa itu baik ketika diucapkan
maupun dituliskan dan bagaimana dia berfungsi. Pengetahuan ini sangat
penting baik untuk kepentingan pengajaran bahasa pertama, bahasa kedua,
maupun bahasa asing. Hasil penyelidikan tentang bahasa ini sangat
diperlukan untuk penentuan bahan pelajaran dan cara mengajarkannya. Hal
itu dapat dilakukan melalui studi bahasa dengan melakukan penelitian atau
analisis bahasa.

B. Konsep Dasar Penelitian Bahasa


Penelitian bahasa pada dasarnya adalah meneliti fenomena-
fenomena kebahasaan yang ada dalam masyarakat pengguna bahasa
tersebut. Fenomena-fenomena ini inilah yang dikumpulkan oleh peneliti
bahasa untuk diberi makna, sehingga ditemukan kaidah-kaidah kebahasaan
yang bersifat spesifik dan universal. Penelitian bahasa dapat di bagi dua;
penelitian huluan dan penelitian hiliran. Penelitian huluan berupa penelitian
dasar, yaitu penelitian tentang bahasa itu sendiri.
Penelitian huluan dapat berupa penelitian tentang bunyi bahasa,
yaitu fonetik dan fonologi; penelitian tentang sistem pembentukan kata,
yaitu morfologi; dan penelitian tentang sistem pembentukan kalimat, yaitu
sintaksis. Penelitian hiliran merupakan penelitian lanjutan dari penelitian
huluan. Penelitian hiliran biasanya memanfaatkan penelitian huluan dalam
memperoleh dan menganalisis data penelitiannya. Penelitian sosiolinguistik,
psikolinguistik, dan pragmatik, misalnya, dapat dikategorikan kepada
penelitian hiliran. Untuk bias melakukan penelitian hiliran, seorangpeneliti
harus telah memahami konsep dasar bunyi bahasa, sistem pembentukan
kata, dan sistem pembentukan kalimat.

C. Karakteristik Penelitian Bahasa


Penelitian bahasa mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda
dengan penelitian ilmu alam. Karakteristik penelitian bahasa dapat dilihat
dalam penjelasan berikut ini.
1. Manusia sebagai alat
Dalam penelitian bahasa, alat pengumpul data utama adalah manusia,
yaitu peneliti sendiri dan/atau dibantu oleh orang lain, yang disebut
dengan informan atau pembahan. Peneliti bekerjasama dengan
informan akan menghasilkan data penelitian yang kemudian dinalisis.
Manusia sebagai alat dapat berhubungan dengan informan dan
memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan dan terkait
dengan data yang dicarinya. Karena peneliti berfungsi sebagai
pengumpul data di lapangan, maka peneliti harus memahami hal-hal
yang dapat mengganggu kegiatan penelitiannya di dalam kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, ada kalanya peneliti ikut berperan serta
dalam kegiatan kemasyarakatan tempat dia melakukan penelitian.
Kegiatan seperti ini lazim disebut dengan “pengamatan berperanserta’
(Moleong, 1989) atau participant observation.

2. Latar Alamiah
Penelitian bahasa dilakukan pada latar alamiah, yaitu tempat di mana
bahasa itu digunakan oleh penuturnya. Peneliti harus tahu betul situasi
di mana bahasa itu dituturkan dalam komunikasi sehari-hari. Ontologi
alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan
yang tidak bias dipahami jika dipisahkan dari konteksnya (Guba,
1985).
Pentingnya kehadiran peneliti mengetahui konteks penggunaan bahasa
menyebabkan peneliti bahasa harus meluangkan sebagian besar
waktunya bersama penutur bahasa yang ditelitinya. Seorang peneliti
yang meneliti bahasa mentawai, misalnya, harus bersedia tinggal
bersama suku mentawai yang ditelitinya untuk beberapa saat,
terutama ketika dia mengumpulkan data kebahasaan tentang bahasa
Mentawai yang ditelitinya.
3. Metode Kualitatif
Metode kualitatif digunakan dalam penelitian bahasa karena metode
ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi (Moleong, 2000). Metode ini menyajikan secara langsung
data kebahasaan yang didapat di lapangan sesuai dengan
penggunaannya. Oleh karena itu peneliti kualitatif merasa perlu
menangkap perspektif-perspektif subjek penelitiannya secara akurat,
serta memperhatikan dengan cermat apa saja informasi yang
diberikan oleh informan mereka. Dengan demikian, para peneliti dapat
memberikan “makna” yang benar terhadap segala fenomena yang
ditemuinya.
Metode kualitatif mencerminkan suatu perspektif fenomenologis.
Artinya, penelitian yang menggunakan perspektif fenomenologis ini
berusaha untuk memahami makna dari peristiwa-peristiwa dan
interaksi-interaksi manusia dalam situasi tertentu. Mereka berusaha
untuk masuk ke dalam dunia konseptual subjek-subjeknya guna
memahami apa makna yang mereka konstruksikan dalam peristiwa-
peristiwa kehidupan mereka. Dari pemahaman makna terhadap
peristiwa kehidupan akan ditemukan maknamakna baru yang dapat
digunakan oleh masyarakat yang selalu berubah. Perubahan gejala
social akan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan bahasa dan
cara memaknai bahasa sebagai system simbol dari gejala alam.

4. Analisis data secara induktif


Penelitian bahasa menggunakan analisis data secara induktif. Data
yang diperoleh di lapangan dianalisis dan kemudian digeneralisasikan
untuk mendapatkan temuan penelitian. Data induktif pada penelitian
bahasa merupakan gejala bahasa yang betul-betul digunakan oleh
masyarakat penuturnya, bukan gejala bahasa yang ada dalam pikiran
peneliti atau gejala bahasa yang seharusnya ada menurut pemikiran
peneliti. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bersifat deduktif,
di mana abstraksi-abstraksi dibangun dari teori-teori dan data-data
yang secara meyakinkan ditemui. Penelitian kualitatif yang bersifat
induktif peneliti mngkonstruksi konsep secara lebih jelas waktu
melaksanakan penelitian setelah mengumpulkan beberapa fenomena
dan memahaminya.

5. Deskriptif
Data yang dikumpulkan dalam penelitian bahasa adalah gejala bahasa
berupa kata-kata, bukan angka-angka. Oleh karena itu penelitian
bahasa ini harus memerikan gejala yang ada sesuai dengan
kenyataan. Dengan demikian deskripsi yang dibuatnya akan sangat
bermakna karena berupa pendeskripsian kenyataan yang ada. Tidak
ada intervensi peneliti untuk membuat rumusan yang berbeda dari apa
yang telah ditemukan di lapangan. Data pada penelitian bahasa dapat
berupa rekaman bahasa lisan dan bahasa tulisan. Rekaman bahasa
lisan kemudian ditranskripsikan untuk dapat dianalisis dan
didokumentasikan secara tertulis. Bahasa tulis yang sudah ada dalam
komunikasi antar manusia dapat dinalisis lebih lanjut untuk
menemukan system yang berlaku dalam berkomunikasi tulis antar
penutur bahasa. Dalam membuat laporan penelitiannya, seorang
peneliti harus dapat mengungkapkan gejala kebahasaan yang ada
dalam bentuk aslinya.

Anda mungkin juga menyukai