Anda di halaman 1dari 8

Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2 Kompetensi

Universitas Balikpapan

TAROMBO MARGA SIHOMBING SI OPAT AMA, DI DESA


TIPANG KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN : KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK
Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2
Universitas Sumatera Utara1, Universitas Sumatera Utara2
pos-el: kristahutasoit@gmail.com1, flansiustampubolon@gmail.com2

ABSTRAK

Tarombo merupakan silsilah garis keturunan secara patrineal dalam budaya Batak yang sudah
menjadi adat atau tradisi untuk mengetahui sistem kekerabatan atau dalam menjalin hubungan,
Namun adat ini sudah mulai hilang dari masyarakat Batak di karenakan banyak yang tidak
menggunakan Marga di belakang nama mereka. Hal tersebut menjadikan Tarombo kehilangan
daya Tariknya untuk mengetahui tarombo sesama mereka. Skripsi ini berjudul Tarombo Marga
Sihombing si Opat ama Di Desa Tipang Kecamatan Bakti Raja,Kabupaten Humbang Hasundutan:
Kajian Antropolinguistik. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang Tarombo Marga
Sihombing si Opat ama. di Desa Tipang Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang
Hasundutan: Kajian Antropolinguistik. Dengan memiliki Rumusan Masalah Marga apa saja yang
termasuk dalam tarombo Marga Sihombing Si opat ama, apa saja hubungan marga Sihombing si
opat ama, apa saja nilai dan fungsi dalam tarombo marga Sihombing si opat ama. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan Tarombo Marga Sihombing si opat ama. Metode yang di
gunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Dan
landasan teori yang di gunakan untuk menganalisis adalah teori antropolinguistik.

Kata Kunci : Tarombo Marga Sihombing si opat, Antropolinguistik.

ABSTRACT

Tarombo is a patrilineal lineage in Batak culture which has become a custom or tradition to find
out the kinship system or in a relationship, but this custom has begun to disappear from the Batak
community because many do not use clans behind their names. This makes Tarombo lose his
attraction to know their fellow Tarombo. This thesis is entitled Tarombo Marga Sihombing si
Opat ama in Tipang Village, Bakti Raja District, Humbang Hasundutan Regency: Anthropology
Studies. In this research, the writer discusses about Tarombo Marga Sihombing si Opat ama. in
Tipang Village, Bakti Raja District, Humbang Hasundutan Regency: Anthropology Studies. By
having a Problem Formulation of what clans are included in the tarombo of the Sihombing si
opat ama clan, what are the relationships of the Sihombing si opat ama clan, what are the values
and functions in the sihombing si opat ama clan tarombo. This study aims to describe the Tarombo
Marga Sihombing si opat ama. The method used by the author in this study is a descriptive
qualitative method. And the theoretical basis used to analyze is anthropolinguistic theory.

Keywords: Tarombo Marga Sihombing the Opat, Anthropology.

1. PENDAHULUAN
Penelitian ini dengan judul dan penggunaan bahasa dengan
“Tarombo Marga Sihombing Si Opat perkembangan waktu, perbedaan tempat
Ama Di desa Tipang Kecamatan Bakti komunikasi, sistem kekerabatan,
Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan: pengaruh kebiasaan etnik,
Kajian Antropolinguistik. kepercayaan, etika bahasa, adat istiadat
Antropolinguistik adalah cabang dan pola-pola kebudayaan lain dari
linguistik yang mempelajari variasi suatu suku bangsa.

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 105


Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2 Kompetensi
Universitas Balikpapan

Antropolinguistik ini juga Mandailing, Pakpak, Karo, Simalungun.


mempelajari unsur-unsur budaya yang Gaya hidup dan gaya berpakaian
terkandung dalam pola-pola bahasa mayoritas orang Batak Toba
yang di miliki penuturnya, serta menggunakan pakaian yang sopan
mengkaji bahasa dalam hubungannya yang dimaknai dengan simbol
dengan budaya penuturnya secara kesopanan. Dalam masyarakat Batak
menyeluruh. Antopolinguistik lebih Toba menggunakan panggilan Anak ni
memfokuskan pada variasi dan Raja dan Boru Ni Raja. Salah satunya
penggunaan bahasa berdasarkan pola- dilihat dari cara berpakaian yang
pola budaya manusia seperti sistem sopan.
kekerabatan, perubahan waktu, etika, Menurut Koentjaranigrat, (2000).
tindak tanduk, adat-istiadat, kebiasaan, bahwa fungsi Marga bagi orang Batak
pola kerja dan kepercayaan etnik adalah untuk mengatur perkawinan.
(Sibarani,2004:50,56). Fungsi ini di jalankan dengan adat
Antropolinguistik memegang dan eksogami Marga dengan adat yang
menerapkan tiga parameter, yakni (1) sampai sekarang masih di pegang teguh
keterhubungan (interconnection), (2) oleh Marga Batak. Orang Batak
kebernilaian (valuability), dan (3) mengenal marga dengan arti satu asal
keberlanjutan (continuity). keturunan, satu nenek moyang, sabutuha
Keterhubungan itu mungkin hubungan yang artinya satu perut asal.
linier yang secara vertikal atau Di dalam hubungan sosial orang
hubungan formal yang secara Batak, Marga merupakan dasar untuk
horizontal. Hubungan formal menentukan partuturan, hubungan
berkenaan dengan struktur bahasa atau persaudaraan, baik untuk kalangan satu
teks dengan konteks (situasi, budaya, marga maupun dengan orang-orang dari
sosial, ideologi) dan koteks Marga yang lain.
(paralinguistik, gerak-isyarat, unsur Sihombing Lumbantoruan
unsur material) yang berkenaan merupakan salah satu marga yang
dengan bahasa dan proses berbahasa, diwarisi oleh semua yang bermarga
sedangkan hubungan linier berkenaan Lumbantoruan. Baik laki-laki maupun
dengan struktur alur seperti perempuan yang diwarisi dari garis
performansi. Kebernilaian keturunan bapak secara turun temurun.
memperlihatkan makna atau fungsi,
sampai ke nilai atau norma, serta 2. METODE PENELITIAN
akhirnya sampai pada kearifan lokal Metode dasar yang di gunakan
aspek-aspek yang diteliti. penulis yaitu metode dasar, di mana
Keberlanjutan memperlihatkan keadaan adalah penelitian kualitatif yang bersifat
objek yang diteliti termasuk nilai deskriptif karena penelitian kualitatif
budayanya dan pewarisannya pada yaitu menguraikan data yang terkumpul,
generasi berikutnya (Sibarani, 2012: menganalisisnya, dan
319). menginterpretasikannya dalam rangka
Masyarakat Batak Toba pada saat menemukan kaidah, pola, nilai dan
ini khususnya generasi muda banyak norma dari sebuah peristiwa yang diteliti
yang tidak menjaga dan melestarikan (Creswell, john W.2014).
kebudayaan seperti menggunakan Sumber data dalam penelitian ini
marga di belakang namanya, sehingga 1. Penelitian Lapangan yaitu degan cara
susah untuk mengetahui identitasnya penulis terjun langsung ke lokasi yang
apakah dia dari suku Batak atau tidak. berada di Desa Tipang kecamatan Bakti
Suku Batak memiliki lima sub etnis, Raja, kabupaten Humbang Hasundutan.
di antaranya adalah Batak Toba,

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 106


Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2 Kompetensi
Universitas Balikpapan

2. Informan (orang/narasumber) adalah Penulis akan mengambil dan


tempat penulis bertanya mengenai yang mengumpulkan data, Setelah data
setiap hal yang akan dibahas dan diteliti. terkumpul, penulis akan mengeliminasi
3. Penelitian kepustakaan (ibrary data Setelah data terkumpul dan akan di
research), yaitu penulis menggunakan eliminasi, kemudian penulis akan
tinjauan pustaka ke perpustakaan mengklarifikasi data, Lalu penulis akan
Universitas Sumatera Utara menganalisis data. Setelah itu penulis
4. Mencari referensi dari skripsi dan akan menarik kesimpulan
jurnal. Lokasi penelitian ini di lakukan di
Metode pengumpulan data yang Desa Tipang Kecamatan Bakti Raja
penulis gunakan yaitu metode observasi Kabupaten Humbang Hasundutan.
yang berarti penulis terjun langsung ke Alasan penulis memilih lokasi
lapangan untuk melakukan pengamatan penelitian ini adalah karena Desa
terhadap objek yang diteliti. Metode Tipang merupakan desa yang di
observasi di gunakan oleh penulis untuk tetapkan menjadi asal keturunan marga
meneliti dan mengetahui asal-usul marga Sihombing hingga saat ini.
Sihombing si opat ama, kedua metode (Sibarani, 2004:111) Marga adalah
wawancara , penulis akan menggunakan nama yang diberikan kepada seseorang
metode metode wawancara dengan dengan otomatis berdasarkan
membawa beberapa pedoman kekerabatan yang unilinear atau garis
pertanyaan untuk mengarahkan keturunan geneologis secara patrilineal
wawancara antara si penulis dengan si (garis keturunan ayah) dari satu nenek
informan. Cara ini di lakukan agar moyang. Marga adalah nama
penulis dan narasumber tidak terlalu persekutuan dari orang-orang yang
banyak menggunakan waktu dan yang bersaudara, sedarah, seketurunan
ketiga adalah metode kepustakaan yaitu menurut garis bapak yang tidak dapat
penulis juga menggunakan metode di ganggu gugat oleh siapapun. Dasar
dokumen tertulis, dalam metode ini pembentukan marga adalah keluarga,
penulis mencari buku-buku pendukung yaitu suami, istri, dan putra-putri yang
yang sejalan dengan masalah peelitian. merupakan kesatuan yang akrab, yang
Instrumen penelitian, yang di menikmati kehidupan bersama, yaitu
gunakan penulis dalam penelitian ini kebahagian, kesukaran, pemilikan benda
adalah : Alat tulis dan kertas yang di serta pemertanggungjawaban kelanjutan
gunakan untuk mencatat segala hal hidup keturunan .
mengenai segala hal yang dianggap Untuk dapat melihat garis keturunan
penting dan berhubungan dengan marga disebut dengan tarombo. Etnis
penelitian, Alat perekam (tape recorder) Batak toba hingga saat ini masih
yang di gunakan untuk mewawancarai meyakini bahwa marga dan tarombo
informan. Kamera, penulis juga penting. Garis keturunan di sandang oleh
membutuhkan kamera sebagai alat untuk setiap orang Batak yang ditarik lurus dari
mendokumentasikan semua kegiatan pihak laki-laki karena system marga di
atau peristiwa yang di ambil dari anak laki-laki. Seorang laki-
laksanakan,Lembar laki yang tidak memiliki anak laki-laki
wawancara/pedoman wawancara yaitu tidak dapat mengabadikan marganya.
untuk mempermudah penulis dalam Keadaan ini dianggap sebagai rasa malu
pengumpulan data. yang besar dan laki-laki di desak untuk
Metode analisis data adapun memilki istri lagi, karena laki-laki
langkah yang dilakukan penulis dalam membawa kebanggan dalam sebuah
menganalisis data adalah: marga. Di dalam adat menetap pada
orang Batak toba adalah vertikal (wanita

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 107


Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2 Kompetensi
Universitas Balikpapan

yang menetap di rumah pihak laki-laki) Hubungan marga Sihombing si


dan neolokal (tinggal di kediaman baru), opat ama di masa lalu dan di masa
( Hermanto Naibaho). sekarang.
Marga Sihombing merupakan salah Di masa lalu dimana Marga Silaban,
satu marga dari suku Batak yang Lumbantoruan, Nababan, Hutasoit Ke
diwarisi oleh semua yang bermarga empat marga ini dulunya tidak bisa
Lumbantoruan, baik laki-laki maupun saling menikahkan. Karena mereka itu
wanita dari garis keturunan Bapak secara masih sedarah atau namar angkang
turun temurun. Lumbantoruan yang ataupun na marhamaranggi.
pertama bergelar Borsak Sirumonggur, Contohnya Siampudan atau yang
merupakan anak kedua dari Sihombing paling kecil yaitu marga Hutasoit
yang mempunyai empat orang anak laki- memanggil marga Nababan dengan
laki dengan urutan sebagai berikut : sebutan angkang atau abang, marga
Silaban memiliki gelar Borsak Nababan memanggil marga
Junjungan, Lumbantoruan memiiki Lumbantoruan dengan sebutan
gelar Borsak sirumonggur, Nababan angkang atau abang. Dan marga
memiliki gelar Borsk Mangatasi, Lumbantoruan memanggil angkang
Hutasoit memiliki gelar Borsak atau abang kepada marga Silaban,
Bimbinan.Dalam melakukan penelitian begitupun dengan sebaliknya antara
kita perlu mengikuti aturan atau Siangkangan atau abang memanggil ke
kaidah yang berlaku, agar hasil Siampudan atau yang paling kecil
penelitian yang diperoleh dan dapat memanggil anggi atau adik.
dikatakan valid. Metode penelitian Dimasa sekarang Marga Silaban,
pada dasarnya merupakan cara ilmiah Lumbantoruan, Nababan, Hutasoit
untuk mendapatkan data dengan tujuan pada zaman sekarang ataupun mulai
dan kegunaan tertentu. ( Sihombing, beberapa tahun silam sudah bisa saling
T.M. 1986) menikahkan sesama mereka. Di
Sumber data penelitian dibagi atas karenakan jumlah mereka semakin
empat yaitu: dengan melakukan banyak bertambah sudah beberapa
Penelitian Lapangan dengan cara generasi (sundut), atau nomor generasi
penulis terjun langsung ke lokasi yang marga semakin bertambah. Dengan
berada di Desa Tipang Kecamatan Bakti semakin banyak keturunan mereka
Raja, Kabupaten Humbang hasundutan, sudah bisa saling menikahkan. Dan
Informan (orang/narasumber) adalah mereka pun membuat perumpamaan
tempat penulis bertanya mengenai yang Silaban, Hutasoit, Nababan,
setiap hal yang akan dibahas dan Lumbantoruan “ Gabe hita sogot
diteliti. Penelitian kepustakaan (library marsiboruboruan” “gabe hita sogot
research), yaitu penulis menggunakan marsitogu-toguan”. Yang artinya “di
tinjauan pustaka ke perpustakaan kemudian hari kita sudah bisa
Universitas Sumatera Utara, dan mencari menikahkan boru” “di kemudian hari
referensi dari skripsi dan jurnal. kita yang saling menopang”.
b. Nilai dan fungsi dalam tarombo
3. HASIL DAN PEMBAHASAN marga Sihombing si opat ama
a. Marga-marga yang yang yaitu nilai kedamaian dan nilai
termasuk dalam Tarombo marga kesejahteraan. Nilai-nilai yang terdapat
Sihombing si opat ama, yaitu marga dalam Tarombo marga Sihombing si
Silaban, marga Lumbantoruan, marga opat ama yaitu nilai komitmen, nilai
Nababan, dan marga Hutasoit. kesopansantunan, nilai gotong royong,
(Sinaga,2015: 261, 265, 267, 259). nilai kekerabatan dan nilai pengelolaan
gender.

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 108


Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2 Kompetensi
Universitas Balikpapan

Fungsi marga dalam martarombo, bahasa Indonesia. Jadi, dapat diartikan


yaitu marga sangatlah penting untuk bahwa martarombo dalam bahasa
di gunakan karena orang Batak selalu Indonesia adalah “bersilsilah” atau
dikenal dengan marganya. Pengertan menentukan “silsilah”.
Fungsi dan Jenis-jenisnya. Pentingnya martarombo bagi orang
Adapun kesantunan fungsi tindak Batak
tutur yang di temukan dalam penelitian Martarombo bagi orang Batak
ini adalah yaitu menjelaskan silsilah, yaitu hal
1. Fungsi tindak tutur asertif meliputi, yang harus di ketahui dan sangat
menyatakan menerima/ menolak, penting dalam kehidupan keseharian
mengusulkan, mengeluh. mereka. Begitu pentinnya hal
2. Fungsi tindak tutur direktif meliputi, martarombo ini, sehingga setiap orang
memesan, memerintah, memohon, Batak dituntut harus mampu
memberi nasihat, meminta menjelaskan silsilah diri dan
3. Fungsi tindak tutur komisif meliputi, keluarganya.
menjajikan, Dalihan na tolu
4. Fungsi tindak tutur ekspresif bermakna tungku yang berpilar
meliputi, mengucapkan terima kasih, tiga. Tungku itu di ibaratkan sebagai
mengucapkan selamat, memberi maaf. orang Batak secara keseluruhan,
5. Fungsi deklaratif meliputi sedangkan tiga pilar itu adalah tiga
mengundurkan diri, memberi nama, golongan dari masyarakat Batak yang
mengangkat (pegawai), dan memecat, sejajar dan menyokong berdirinya
(dalam Ni Nyoman Ayu Ari Apriastuti, tungku. Dimana Dalihan na tolu terdapat
Bentuk, fungsi dan jenis tidak tutur “somba marhulahula, elek marboru,
dalam komunikasi siswa di kelas IX manat mardongan tubu”. (Simanjuntak,
unggulan SMP PGRI 3 Denpasar). 2006:99).
Fungsi dalam tarombo marga Marga-marga yang termasuk di
Sihombing si opat ama dalam Tarombo marga Sihombing si
Marga sangat menandakan silsilah opat ama yaitu marga Silaban, marga
keturunan, mempersatukan Lumbantoruan, marga Nababan dan
persaudaraan, marga juga bisa menjadi marga Hutasoit. Di mana siangkangan
modal dalam bergaul, memberikan yaitu marga Silaban yang kedua yaitu
banyak jalan hidup. Contohnya di marga Lumbantoruan, yang ketiga
dalam perantauan, jika kita marga marga Nababan, dan yang paling
Hutasoit pasti kita akan disuruh siampudan atau yang paling kecil yaitu
mencari marga Hutasoit di tanah marga Hutasoit. Hubungan marga
perantauan supaya kita mudah Sihombing si opat ama:
mendekatkan diri kepada kerabat marga a. Hubungan Sihombing si opat ama di
sehingga mudah dalam mencari relasi masa lalu
baik untuk pekerjaan ataupun hal Marga Silaban, Lumbantoruan,
lainnya. Nababan, Hutasoit Keempat Marga ini
Martarombo dulunya tidak bisa saling menikahkan.
merupakan salah satu tradisi suku Karena mereka itu di anggap namar
Batak yang di lakukan untuk angkang ataupun na marhamaranggi.
mengetahui kekerabatan antar suku Contohnya Siampudan atau yang paling
Batak. Martarombo berasal dari kata kecil yaitu Marga Hutasoit memanggil
“tarombo” atau dalam bahasa Marga Nababan dengan sebutan
Indonesia “silsilah, sedangkan arti kata angkang, Marga Nababan memanggil
“mar” dalam bahasa Batak Toba marga Lumbantoruan dengan sebutan
bermakna kata kerja atau “ber’ dalam angkang.

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 109


Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2 Kompetensi
Universitas Balikpapan

b. Hubungan Sihombing si opat ama di bisa mengambil atau marsiolian dengan


masa sekarang marga atau boru sesama mereka.
Marga Silaban, Lumbantoruan, Contohnya marga Lumbantoruan sudah
Nababan, Hutasoit pada zaman menikahi Boru Hutasoit.
sekarang ataupun mulai beberapa Nilai Kesopansantunan
tahun silam sudah bisa saling Nilai kesantunan
menikahkan sesama mereka. Di (kesopansantunan) dalam Tarombo
karenakan jumlah mereka semakin marga Sihombing si opat ama yaitu
banyak bertambah sudah beberapa panggilan atau partuturan antara
sundut atau nomor marga semakin siangkangan sampai ke siampudan
bertambah. Dengan semakin banyak dimana di zaman dulu sebelum
keturunan mereka sudah bisa saling mereka tidak bisa saling mengawini
menikahkan. Dan disaat itu juga yang paling besar atau siangkangan
Marga Lumbantoruan menikahi putri memanggil yang di bawahnya atau
dari keturunan Borsak Bimbingan yaitu siampudan dengan sebutan adik atau
Hutasoit. Sehingga dengan waktu yang anggi, sedangkan yang paling kecil
sama semua keturunan membuat atau siampudan memanggil yang
kesepakatan bahwa mereka sudah bisa paling besar atau siangkangan dengan
saling marsibuatan atau saling sebutan abang atau angkang. Namun
menikahkan dari pada sama orang di zaman sekarang setelah mereka
lain “ Dari pada tu halak” Dan sudah bisa saling mengawini
mereka pun membuat perumpamaan panggilan atau partuturan itu sudah
Silaban, Hutasoit, Nababan, banyak berubah yang disesuaikan
Lumbantoruan “Gabe hita sogot dengan partuturan masing-masing
marsiboruboruan” “gabe hita sogot nomor marga. Contohya jika marga
marsitogu-toguan”. Hutasoit menikah dengan Boru
Nilai dan fungsi dalam Tarombo Hombing dan mempunyai anak
marga Sihombing si opat ama bertemu dengan marga Sihombing
a. Nilai dalam Tarombo marga maka partuturan itu akan berubah
Sihombing si opat ama yaitu dengan sebutan paman atau Tulang.
Nilai Komitmen Nilai Gotong royong
Yaitu mereka memiliki Pada masyarakat Batak Toba ada
kesepakatan yang dilakukan oleh istilah kata marsiurupan ‘saling
semua keturunan marga Sihombing si membantu’. Marsiurupan adalah wujud
opat ama. Di mana di masa lalu gotong royong. Tidak saja ketiga unsur
mereka tidak bisa saling menikahi di dalam dalihan na tolu yaitu hula-hula,
karenakan jumlah mereka masih dongan tubu, dan boru yang
sedikit dan mereka itu saling menunjukkan sikap gotong royong atau
menganggap bahwa mereka adalah marsiurupan, tetapi juga para
abang adik atau namarhamaranggi. komunitas marga. Yaitu pada marga
Namun, di masa sekarang mereka Sihombing si opat ama dalam acara
sudah bisa saling menikahi antara sukacita maupun dukacita, terlihat
marga Lumbantoruan dengan marga wujud gotong royong yang mereka
Hutasoit beserta dengan marga lainnya lakukan. Bahkan dalam komunitas
di karenakan kesepakatan mereka yang marga selalu berlandaskan si sada anak,
dulu sudah berubah akibat ada si sada boru ‘memiliki anak laki-laki dan
pernikahan yang terjadi di antara anak perempuan yang sama’. Dengan
mereka dengan membuat istilah dengan demikian setiap anggota komunitas
kata-kata “gabe hita sogot marsiboru- yang akan melaksanakan pesta adat,
boruan” yang artinya mereka sudah khususnya pernikahan dan kematian,

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 110


Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2 Kompetensi
Universitas Balikpapan

mereka bekerjasama dengan anggota dengan laki-laki dari kelompok


komunitas marga karena peranan mereka patrilineal yang lain. Selain di
yang sangat di butuhkan untuk cantumkan marga, harus tau juga silsilah
mempertanggungjawabkan hal-hal atau tarombo karena kedua hal itu
penting demi kelancaran acara pesta sangatlah wajib bagi orang Batak.
tersebut. Pemberian marga dalam adat Batak
Contohnya pada proses pelaksanaan tidak hanya saat pernikahan, melainkan
acara pesta marga Sihombing keluarga ketika seseorang memilki hubungan baik
yang melaksanakan tidak dapat dengan teman atau sahabat. Maka orang
melakukannya sendiri-sendiri, haruslah tersebut dapat di “naturalisasikan”
saling bekerja sama. Acara tidak dapat menjjadi seseorang yang bermarga.
berjalan lancar jika marga Sihombing Proses pemeberian marga itu sendiri
saja yang melakukannya. Ini melewati upacara adat khusus dan
dikarenakan dibutuhkan bantuan dari hukumnya (orang yang diberi marga)
namarhamaranggi yang membantu adalah kuat keanggotaannya
dalam acara tersebut, boru yang akan berdasarkan “pertalian darah”.
menjadi pelayan atau parhobas yang (Hutabalian, 2017).
membantu segala urusan saat acara c. Fungsi dalam martarombo marga
berlangsung dari awal hingga akhir Sihombing si opat ama
Nilai Kekerabatan Fungsi yang terdapat yaitu dapat
Nilai kekerabatan yang terdapat di menandakan dan mengetahui silsilah
dalam keempat marga tersebut yaitu keturuan dari marganya. Karena bagi
sering disebut dengan saparindahanan orang Batak marga sangtlah berperan
yang artinya satu makanan. Contohnya penting di karenakan itu merupakan
di dalam acara pesta Lumbantoruan, bukti tanda bagi identitas terutama
Hutasoit akan menjadi juru masak atau dalam pergaulan.
pangalompa di acara tersebut, dan Marga sangat menandakan silsilah
takaran masakan sudah di tentukan keturunan, mempersatukan
berapa banyak yang akan di masak. persaudaraan, marga juga bisa menjadi
Nilai Pengelolaan Gender modal dalam bergaul, memberikan
Dalam tarombo marga Sihombing si banyak jalan hidup. Contohnya
opat ama ini melibatkan laki-laki didalam perantauan, jika kita marga
maupun perempuan dalam melakukan Hutasoit pasti kita akan disuruh mecari
percakapan untuk mengetahui sapaan marga Hutasoit ditanah perantauan
“partuturan” mereka masing-masing. supaya kita mudah dalam mencari
Contohnya ketika perempuan dan laki- relasi baik untuk pekerjaan ataupun
laki bertemu bisa saja mereka mar hal lainnya.
amang bao (berbesan) dan juga mar
inang bao atau istri dari lae (berbesan). 4. KESIMPULAN
Amang bao (besan laki-laki) di tujukan Sebagai orang Batak marga itu
perempuan kepada laki-laki, sedangkan sangat perlu di gunakan untuk menjadi
inang bao (besan perempuan) di tujukan identitas dan sangat perlu di gunakan
laki-laki kepada perempuan juga untuk dalam melakukan tarombo
b. Fungsi marga dalam martarombo bagi setiap orang Batak yang di jumpai.
Sesama satu marga dilarang untuk Sebagai orang Batak khusunya generasi
saling menikahkan. Laki-laki yang muda harus mampu mengetahui tarombo
membentuk kelompok kekerabatan, marga yang dia miliki. Supaya ketika
perempuan menciptakan hubungan ingin melakukan partuturan dengan
saudara yang besan atau martondong orang Batak yang di jumpai dia bisa
karena perempuan harus menikah melakukan panggilan atau partuturan

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 111


Krista Dayanti Hutasoit1, Flansius Tampubolon2 Kompetensi
Universitas Balikpapan

dengan baik. Bagi setiap orang Batak Sihombing, T.M. 1986. Filsafat Batak
sebaiknya memahami tarombo marga tentang kebiasaan adat istiadat.
nya sendiri karena itu merupakan hal Jakarta Balai Pustaka.
yang seharusnya di ketahui masyarakat Sibarani, Robert. “Pendekatan
Batak. Sehingga tarombo itu masih tetap Antropolinguistik Terhadap Kajian
ada dan berguna khususnya bagi Tradisi Lisan”. Vol. 1 NO.1
masyrakat di Desa Tipang kecamatan (2015): APRIL 2015.https :
Bakti Raja, Kabupaten Humbang //www.ejournal.warmadewa.ac.id/i
Hasundutan. ndex.php/jret/article/view/9
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak, yang mendukung
selesainya hasil penelitian dengan judul
Tarombo marga Sihombing si Opat
ama, di desa Tipang kecamatan Bakti
Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan :
Kajian Antropolinguistik

5. DAFTAR PUSTAKA
Apriastuti, Ni nyoman.
“Bentuk fungsi dan tindak tutur
dalam komunikasi siswa di kelas
Ix unggulan SMP PGRI 3
Denpasar”. Diakses pada 9 oktober
2021 jam 11.20 Wib.
Creswell, John W. 2014. “Penelitian
Kualitatif dan Desain Riset”.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Hutabalian, E R. (2017). Makna
pemberian marga dalam adat Batak
toba. Antropologi FISIP-
Universitas Airlangga, Surabaya,
91, 399-404.
Koentjaraningrat, (2000). Beberapa
Pokok Antropolog Sosial.
Yogyakarta: Dian pustaka. Hal 215
Naibaho, Hermanto. “sistem
kekerabatan (partuturan) marga
Batak Toba komunitas Mahasiswa
Batak Toba di Pekan Baru” (24971-
48452-1-SM- pdf). Diakses pada
11 juni 2021 Jam 15.20 WIB.
Sibarani, Robert. 2004.
Antropolinguistik.Medan: Penerbit
Poda. Sibarani, Robert. 2012.
Kearifan lokal. Jakarta: Penerbit
Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).
Sinaga, Richard. 2015. “Silsilah Marga-
Marga Batak”. Jakarta: Penerbit
Dian Utama.

Vol. 14, No. 2, Desember 2021 112

Anda mungkin juga menyukai