Anda di halaman 1dari 33

STAGE PRANIKAH

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH

NAMA MAHASISWA ENDAH WULANSARI

NIM P1337424823039
RUANG KIA
TANGGAL PRAKTIK 7-19 AGUSTUS 2023

PEMBIMBING TUTI SUKINI,SSiT.,M.Kes.

BERKAS YANG DIKUMPULKAN 1 LP, 2LK, 3 LOGBOOK

HARI TANGGAL PENYERAHAN

PENERIMA
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PRA NIKAH Nn. C 22 TAHUN
SUNTIK TT CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS BOROBUDUR

Untuk memenuhi persyaratan Stage Pranikah

NAMA :

ENDAH WULANSARI
NIM P1337424823039

PEMBIMBING INSTITUSI : TUTI SUKINI,SSiT.,M.Kes.

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pranikah di Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang, telah
disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Asuhan Kebidanan Pranikah yang telah diperiksa dan
disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi Profesi Bidan Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 20223.

Magelang, 2023

Pembimbing Klinik Praktikan

Esti Murdiwati,Amd.Keb. Endah Wulansari


NIP. 197303131993022002 NIM. P1337424823039

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Tuti Sukini, S.SiT, M. Kes


NIP. 19671209199003202
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan di Indonesia masih menunjukkan keadaan yang kurang. Hal ini dibuktikan dengan
tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB). Sebagaimana yang
disebutkan oleh World Health Organization (WHO) bahwa AKI masih sangat tinggi. Sekitar 295.000
wanita hamil maupun bersalin meninggal pada tahun 2017 (WHO, 2017). Jumlah kematian ibu
menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2018- 2019 ialah dari angka 4.226 menjadi 4.221 kematian
ibu. Dari hasil laporan tahun 2019 yang mengakibatkan kematian pada ibu paling banyak ialah
perdarahan yaitu 1.280 kasus, tekanan darah tinggi dalam kehamilan sebesar 1.066 kasus, dan infeksi
yaitu 207 kasus laporan per provinsi. Meskipun mengalami penurunan, namun hal tersebut masih
jauh dari target. Jika dibanding dengan sebagian negara di ASEAN, AKI di Indonesia masih cukup
besar dimana mayoritas sebanyak 40-60 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Dari data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dapat dilihat bahwa AKB sebanyak 24 per
1.000 KH (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Salah satu yang menyebabkan AKI maupun AKB di Indonesia ialah infeksi tetanus. Proses
persalinan yang tidak steril maupun luka ibu hamil sebelum melahirkan dapat menyebabkan infeksi
yang bisa berujung pada kematian. Sebagai usaha untuk mengurangi infeksi tetanus, maka diadakan
program imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk Wanita Usia Subur (WUS) serta ibu hamil (Profil
Kesehatan Indonesia, 2019). Untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT dan menjalankan program
imunisasi Tetanus Toxoid kepada wanita yang akan menikah, Kementrian Kesehatan mengadakan
kerjasama dengan Kementerian Agama. Hal itu dikarenakan sasaran program imunisasi TT ialah
wanita yang umumnya telah terdaftar untuk menikah di KUA. Dalam program ini, Dinas Kesehatan
ataupun KUA setempat, saling membentuk divisi maupun bagian yang bertanggung jawab dalam
menangani program imunisasi tersebut (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Program yang diwajibkan
berdasarkan kerjasama Kemenkes dan Kementrian Agama ialah pasangan yang hendak menikah
wajib mengikuti tes kesehatan pranikah. Diantara aturan dari pemerintah dan wajib dipenuhi ialah
imunisasi TT. Menikah memerlukan persiapan, diantara persiapan yang dibutuhkan ialah kesehatan
fisik. Diantara persiapan pada calon pengantin wanita mengenai administrasi ialah surat keterangan
bebas Tetanus Toksoid. Surat keterangan yang diberikan dipergunakan demi melengkapi berkas di
KUA (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Surat yang diberikan oleh petugas kesehatan merupakan peraturan pemerintah mulai tahun 1986.
Sekalipun vaksin TT sudah didapatkan saat kecil, wanita yang akan menikah harus mendapatkan
vaksin TT kembali. Imunisasi TT sangatlah penting, sebab tetanus dahulu merupakan momok yang
cukup besar dimana menyebabkan kematian bayi di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Calon pengantin merupakan pasangan dua insan yang belum memiliki ikatan, baik secara agama
maupun hukum negara dimana keduanya dalam proses ke arah pernikahan. Calon pengantin wajib
melakukan pemenuhan syarat yang diperlukan untuk keperluan pernikahan (Ernawati, 2012). Vaksin
tetanus adalah toksin kuman tetanus yang sudah dilemahkan serta dimurnikan (Anggrita, 2015).
Imunisasi TT bagi calon pengantin wanita bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada calon ibu,
agar apabila saat pemotongan tali pusat pada bayi yang terkontaminasi basil tetanus, akan terhindar
dari tetanus neonatorum (Walyani,2015).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis dapat
merumusakan masalah yang akan dikaji yaitu Bagaimana asuhan kebidanan yang berkaitan dengan
Asuhan Kebidanan Pranikah?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus Pranikah di Puskesmas Borobudur dengan
pendekatan manajemen kebidanan

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subyektif pada kasus Pranikah di Puskesmas Borobudur
b. Melakukan pengkajian data obyektif pada kasus Pranikah di Puskesmas Borobudur
c. Menentukan assessment pada kasus Pranikah di Puskesmas Borobudur
d. Menyusun penatalaksanaan pada ibu nifas di Puskesmas Borobudur
D. Manfaat
1. Bagi Klien
Dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang Suntik TT Catin
2. Bagi Bidan
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanankebidanan dan dapat
memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan yang dibutuhkan
3. Bagi Institusi Kesehatan
Dapat menjadi salah satu gambaran pelayanan difasilitas kesehatan agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang baik dan sesuai standar
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber pustaka bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses
pembelajaran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis
1. Pengertian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah penyakit penyakit melalui
melalui pemberian pemberian kekebalan kekebalan tubuh yang dilaksanakan dilaksanakan secara
terus menerus, menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan
perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Imunisasi Tetanus Toksoid adalah
proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.
Imunisasi TT merupakan aturan resmi yang ditetapkan pemerintah bahkan sejak tahun 1986. Di
tahun 1980-an, tetanus menduduki peringkat teratas sebagai penyebab kematian bayi berusia
berusia di bawah satu bulan. Meskipun kini kasus serupa itu sudah menurun, menurun,
ancamannya masih ada, sehingga perlu diwaspadai. Berdasarkan Instruksi Bersama Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan No: 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin
menginstruksikan kepada: Semua kepala kantor wilayah Departemen Agama dan kepala kantor
wilayah Departemen Kesehatan di seluruh Indonesia untuk (Kemenkes, 2017):
1. Memerintahkan kepada seluruh jajaran di bawahnya melaksanakan bimbingan dan pelayanan
Imunisasi TT Calon Pengantin sesuai dengan pedoman pelaksanaan.
2. Memantau pelaksanaan bimbingan dan pelayanan Imunisasi TT Calon Pengantin di daerah
masing-masing.
3. Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaan instruksi ini kepada Dirjen Bimas Islam dan
Urusan Haji dan Dirjen PPM & PLP sesuai tugas masing masing.
Peraturan tersebut menjadi dasar atau landasan sebagai salah satu syarat administrasi pernikahan
yang ditetapkan KUA terhadap pasangan yang akan menikah, yaitu kewajiban untuk
melaksanakan imunisasi TT dengan menunjukkan surat/kartu bukti immunisasi TT1 bagi calon
pengantin perempuan dari rumah sakit atau puskesmas terdekat. Imunisasi TT diberikan kepada
mereka yang masuk dalam kategori Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita berusia 15-39 tahun,
termasuk ibu hamil (bumil) dan calon pengantin (catin).
Waktu yang tepat untuk mendapatkan vaksin TT sekitar dua hingga enam bulan sebelum
pernikahan. Ini diperlukan agar tubuh memiliki waktu untuk membentuk antibodi. Imunisasi TT
diberikan tidak hanya satu kali. Guna mendapatkan perlindungan perlindungan yang maksimal,
maksimal, imunisasi imunisasi dilakukan dilakukan sebanyak sebanyak 5 kali dengan rentang
jarak waktu tertentu. Berikut dapat dilihat waktu pemberian imunisasi TT.

2. Manfaat Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)


1. Melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit
tetanus yang terjadi pada bayi berusia kurang 1 bulan yang disebabkan disebabkan oleh
clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf
pusat.
2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus saat terluka dalam proses persalinan.
3. Untuk mencegah timbulnya tetanus pada luka yang dapat terjadi pada vagina mempelai wanita
yang diakibatkan hubungan seksual pertama.
4. Mengetahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan medis yang mungkin terjadi untuk
mengambil tindakan antisipasi yang semestinya sedini mungkin.
5. Mencegah terjadinya toksoplasma pada ibu hamil.
6. Mencegah penularan kuman tetanus ke janin melalui pemotongan tali pusat Manfaat-manfaat
tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program program imunisasi
imunisasi secara nasional nasional yaitu eliminasi eliminasi tetanus tetanus maternal maternal dan
tetanus neonatorum.

3. Macam-macam Pemeriksaan Kesehatan Pranikah


Pemeriksaan kesehatan pranikah jenisnya bermacam-macam. Pemeriksaan disesuaikan dengan
gejala tertentu yang dialami calon pasangan secara jujur berani dan objektif. Misalnya,
pemeriksaan harus dilakukan lebih spesifik jika dalam keluarga didapati riwayat kesehatan yang
kurang baik. Namun jika semuanya semuanya baik-baik baik-baik saja, maka cukup melakukan
melakukan pemeriksaan pemeriksaan standar saja, yaitu cek darah dan urine.
a. Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa hemoglobin
Pengecekan darah diperlukan khususnya untuk memastikan calon ibu tidak mengalami talasemia,
infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam pengalaman pengalaman medis, kadangkala
kadangkala ditemukan ditemukan gejala anti phospholipid s phospholipid syndrome yndrome
(APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa mengakibatkan sulitnya menjaga kehamilan
atau menyebabkan keguguran berulang. Jika ada kasus seperti itu, biasanya para dokter akan
melakukan tindakan tertentu sebagai langkah, sehingga pada saat pengantin perempuan hamil dia
dapat mempertahankan bayinya. Calon pengantin biasanya juga diminta untuk melakukan
pemeriksaan darah anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa
mengakibatkan mengakibatkan aliran darah mengental mengental sehingga sehingga darah si ibu
sulit mengirimkan makanan kepada janin yang berada di dalam rahimnya. Selain itu jika salah
satu calon pengantin memiliki catatan down syndrome karena kromosom dalam keluarganya,
maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih intensif lagi. Sebab riwayat itu bisa mengakibatkan bayi
lahir dengan gangguan keterbelakangan mental. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel
darah merah yang berfungsi berfungsi sebagai sebagai media transportasi transportasi oksigen
oksigen dari paru-paru paru-paru ke seluruh seluruh jaringan tubuh dan membawa jaringan tubuh
dan membawa karbondioksida dari jar arbondioksida dari jaringan tubuh ke paruparu. ingan
tubuh ke paruparu. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah.
b. Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus
Rhesus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah mengetahui golongan
darah seseorang seperti A, B, AB, atau O rhesusnya juga ditentukan ditentukan untuk
mempermudah mempermudah identifikasi identifikasi (+ atau -). Rhesus adalah sebuah
penggolongan atas ada atau tiadanya substansi antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti
ditemukan antigen-D dalam darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Umumnya,
masyarakat Asia memiliki rhesus positif, sedangkan masyarakat Eropa ber-rhesus negatif.
Terkadang, suami istri tidak tahu rhesus darah pasangannya, padahal perbedaan rhesus bisa
memengaruhi kualitas keturunan. Jika seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan laki-
laki rhesus positif, janin bayi pertama mereka memiliki kemungkinan ber-rhesus negatif atau
positif. Jika janin bayi memiliki rhesus negatif, tidak bermasalah. Tetapi, bila ber-rhesus positif,
masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya. berikutnya. Bila ternyata ternyata pada
kehamilan kehamilan kedua, janin yang dikandung dikandung berrhesus positif, hal ini bisa
membahayakan. Antibodi anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan
mengakibatkan kematian janin.
c. Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit kencing manis (Diabetes Melitus)
dan juga penyakit penyakit metabolik tertentu. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol
dapat mengalami beberapa beberapa masalah masalah seperti: seperti: janin yang tidak
sempurna/cacat, sempurna/cacat, hipertensi, hipertensi, hydramnions (meningkatnya cairan
ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, prematur, serta macrosomia macrosomia
(bayi menerima menerima kadar glukosa glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga
janin tumbuh sangat besar).
d. Pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus hepatitis B, diagnosis
hepatitis B, screening pravaksinasi dan memantau clearence virus. Selain itu pemeriksaan ini
juga bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan menderita hepatitis B maka dapat diambil
langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya.
e. Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan
ada atau tidaknya infeksi penyakit herpes, klamidia, gonorea, hepatitis dan sifilis pada calon
pasangan, sehingga bisa dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan
terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupun janinnya.
f. Pemeriksaan TORCH
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di Indonesia dari hasil analisa data
medis adalah terjangkitnya virus toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan seringnya
mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau bulu binatang
peliharaan. peliharaan. Oleh karena itu diperlukan diperlukan pemeriksaan pemeriksaan
toksoplasma, toksoplasma, rubella, rubella, virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang biasa
disingkat dengan istilah pemeriksaan pemeriksaan TORCH. Kelompok Kelompok penyakit
penyakit ini sering kali menyebabkan menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering keguguran),
bahkan infertilitas (ketidaksuburan), atau cacat bawaan pada anak.
g. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan memantau kelainan ginjal atau saluran
kemih selain itu bisa untuk mengetahui adanya penyakit penyakit metabolik metabolik atau
sistemik. sistemik. Penyakit Penyakit infeksi infeksi saluran saluran kemih saat kehamilan
beresiko baik bagi Ibu dan bayi berupa kelahiran prematur, berat janin yang rendah dan resiko
kematian saat persalinan.
h. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan guna memastikan kesuburan calon mempelai laki-laki.
Pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga kategori yaitu jumlah jumlah sperma, sperma,
gerakan gerakan sperma, sperma, dan bentuk sperma. sperma. Sperma yang baik menurut para
ahli, jumlahnya harus lebih dari 20 juta setiap cc-nya dengan gerakan lebih dari 50% dan
memiliki bentuk normal lebih dari 30%. 9. Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi
Menular Seksual (ISR/IMS) Pemeriksaan ini ditujukan untuk menghindari adanya penularan
penyakit penyakit yang ditimbulkan ditimbulkan akibat hubungan hubungan seksual, seksual,
seperti seperti sifilis sifilis (penyakit (penyakit raja singa), gonore (gonorrhea, kencing nanah),
Human Immunodeficiency Virus (HIV, penyebab AIDS).

4. Jadwal Pemberian TT

Interval Minimal Minimal Masa Perlindungan


Status Pemberian
Imunisasi
TT 1 - -
TT 2 4 minggu setelah setelah TT 1 3 tahun
TT 3 4 minggu setelah setelah TT 1 5 tahun
TT4 1 tahun setelah setelah TT 3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah setelah TT 4 Lebih dari 25 tahun
Tabel 1.
Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Wanita Usia Subur (WUS) (Kemenkes, 2017)

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


Pengkajian
1. Data Subyektif
Data subjektif berisi hasil anamnesa yang meliputi identitas,riwayat kehamilan sekarang
termasuk keluhan yang dialami,riwayat obstetri lalu, riwayat kontrasepsi,riwayat medis lain dan
riwayat sosial ekonomi termasuk pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

a) Nama
Nama Klien ditanyakn baik catin maupun pasangannya untuk dapat mengenal dan memanggil
serta mencegah kekeliruan dengan pasien lain,(Cristina,1993/ Dalam Marmi,2012:120).

b)Umur
Untuk mengetahui apakah catin tergolong usia normal untuk persiapan kchamilan disaat akan
prakonsepsi akan tergolong primitua atau primimuda.(Marmi,2012:120).

c)Alamat
Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu,mencegah kekeliruan alamat yang
sama,memudahkan menghubungi keluarga, menjadi petunjuk bila ada kunjungan rumah.
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap kesehatan istri dan
suami pada masa prakonsepsi. (Marmi,2012:120).

d) Pendidikan
Menurut Depkes RI(1995) dalam.(Marmi ,2012:121),bahwa Tingkat pendididkan sangat
berpengaruh pada tingkat intelektual sescorang,kemampuan berfikir, schingga bidan akan
mampu menyampaikan atau memberikan penyuluhan atau KIE pada pasien sesuai tingkat
pemahaman pasien dengan lebih mudah.

c) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin agar bidan dapat menyesuaikan
dalam memberi naschat atau edukasi.Olch karena pekerjaan merupakan jembatan untuk
memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat
pelayanan keschatan yang diinginkan. Pendapatan sescorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup,salah satunya adalah kebutuhan nutrisi.
Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya ancmia pada ibu
hamil,gangguan pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR,dan prematur.(Marmi, 2012:121)

2) Riwayat menstruasi

a) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-16 tahun..(Mohtar R,
1999,/Dalam.Marmi,2012:123).

b) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai
datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari sedangkan pola
haid dan lamanya perdarahan biasanya 3-8 hari. (Pusdiknakes, 1998/ Dalam Marmi,2012:123).
c) Keluhan saat haid umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea (Prawirohardjo,2010)

d) Pengcluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,berwarna putih,dan tidak gatal apabila
berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital (Prawirohardjo, 2010).

3) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilkukan pada calon ibu terutama imuniasai TT. Indonesia merupakan
salah satu negara yang belum dapat mengeliminasi tetanus 100% schingga status imunisasi ibu/calon
ibu harus B.HPV,TORCH/Rubella,dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi tinggi di
daerah tempat tinggal calon pengantin wanita dan laki-laki.(Kemenkes RI,2012).

4)Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya kesuburan pada perempuan. Organ
reproduksi memerlukan waktu untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi.Hal
ini seperti diungkapkan olh (Hami& Anita, 2017), bahwa lama kembalinya kesuburan dari wanita pasca
menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan yang paling lama adalah 13 bulan.

5) Riwayat obstetri yang lalu


Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan dengan morbiditas,ditolong siapa,di
mana persalinannya, dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan perlu digali dengan cermat untuk
menghasilkan riwayat yang akurat sebelum memberikan nasihat tentang konsepsi.Marmi,2012:123).

a) Riwayat kesehatan klien

(1)Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering mempengaruhi wanita usia subur

(2)Diabetes Melitus(DM)
Diabetes disebabkan olch tidak adanya atau terbatasnya insulin yang meriupakan hormon
penting untuk metabolisme karbohidrat.

(3)Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi,terdapat perubahan adaptif ginjal untuk mempersiapkan
kehamilan.
(4)Asma
Merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran pernafasan yang menyebabkan episode
berulang,sesak nafas,,sesak dada

batuk serta kadang terjadindi malam dan dini hari. Dalam asuhan ini perlunya menjaga
keschatan catin secara optimal,kebutuhan akan obat inflamasi harus tersedia dan jika keadaan
lebih buruk butuh penanganan lanjut dengan steroid hirup yang dikombinasikan dengan
agonis beta kerja panjang yang dihirup dapat membantu.

(5)Anemia dan thalassemia


Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia akan bertambah buruk saat
kehamilan.Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi schingga memicu peningkatan
produksi eritropoetin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah(eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hacmoglobin(Hb)akibat hemodilusi.

(6)Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi faktor IX)diwariskan secara
X-linked recessive. Perempuan () dari keluarga penderita hemofilia umumnya adalah
pembawa (carrier) yang asimptomatik Namun 10-20% perempuan pembawa dapat beresiko
terhadap komplikasi perdarahan yang bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di
bawah jumlah minimal untuk mempertahankan keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat
menyebabkan infertilitas,namun sejumlah kecil penderita mungkin mempunyai cukup folikel-
folikel untuk hamil. (Walyani, 2015)

(7)Jantung
Pada kchamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia dan tromboembolisme, beberapa ahli
menyarankan pemberian aspirin dosis rendah untuk menurunkan resiko tersebut

(8)Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai pengaruh buruk bagi
janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam bentuk
keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim(Walyani,2015).
(9)IMS
Infeksi menular scksual adalah infeksi yang disebabkan oleg bakteri,virus, parasit, atau jamur
yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada
mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis,sifilis,trikomoniasis, herpes
genitalis,kondiloma akuminata,bacterialvaginosis,dan infeksi HIV.(Kemenkes RI, 2015:52)

(10)TORCH

Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima jenis penyakit


yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria maupun wanita
dan dapat berpengaruh burukpada janin yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi
yang disebabkn olch parasit yang disebut Toxoplasma gondii.Penyakit ini sering diperolch
dari tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari
hewan terinfeksi yang belum matang sempurna.Gejala yang sering muncul meliputi:
demam,nyeri otot,kelelahan,dan pembengkakan kelenjar limfe.Wanita yang dalam usia
reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan
fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan
keguguran atau cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo,
2010).

b) Riwayat keschatan keluarga


Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan bisa menular
kepada klien.Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting dalam mengkaji kondisi
medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker,penyakit arteri
koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki
tendensi familial dan dapat berpengaruh pada keschatan reproduksi wanita dan laki-laki
(Walyani,2015).

6) Pola fungsional kesehatan

a) Nutrisi
Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek samping langsung saat kehamilan dan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin disat hamil. (Walyani,2015).
b) Aktivitas
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai kegiatan fisik dan intensitasnya rendah
dan meningkatkan aktivitas secara temtur(Walyani,2015). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:"Nilai
Ambang Batas" yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja
sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average)yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan keschatan,dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam schari atau 40 jam seminggu.

c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ reproduksi (Kemenkes,
2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali schari, tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan
berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau
sesering mungkin (Kemenkes RI,2015).

d) Istirahat
Otak dan sistem tuhuh dapat bekerja dalam tingkat herheda dalam melakukan suatu aktivitas.
Tubuh memerlukan istirahut yang cukup. artinya tidak kurang dan lebih.Ketidakseimbangan
istimhat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah terserang
pcnyakit.Tidur/istirahat pada malam hari sangat baikdilakukan sckitar 7-8 jam dan istirahat siang
sekitar 2 jam.Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai kegiatan fisik dan
intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara teratur.(Marmi,2012:127)

e) Pola kebiamaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan perokok aktif. Hampir semua
komplikasi pada plasenta dapat ditmbulkan oleh rokok,seperti abortus, solusio plasenta,infusiensi
plasenta,plasenta previa dan BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin antara
lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak),penyakit paru kronis, asma, otitis media.
Konsumsi obat-obatan tertentu, kesalahan subklinis tertentu atau defesiensi pada mekanisme
intermediat pada janin mengubah obat yang sebenarnya tiddak berbahaya menjadi berbahaya,
a[palagi pada perkembangan janin. (Walyani,2015).
7) Riwayat pernikahan
Agar mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan,alasan
berpisah.Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan dengan pasangan
sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan pasangan sekarang. Ditanyakan
untuk mengetahui berapa lama pernikahan agar dietahui bagaimana keadaan alat reproduksi
internal ibu,misal dengan pernikahan yang lama belum pernah hamil sehingga perlu penanganan
khusus(Walyani,2015).

8) Riwayat psikososial budaya dan spiritual


Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital psychological screening antara lain:
kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga, kemandirian masing-masing
calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat
tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua,kemampuan komunikasi antara kedua
belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tanggaserta penentuan
pengambil keputusan dalam keluarga,efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat
dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak
keluarga,seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut(Kemenkes
RI,2013).

2. Data Obyektif
Data objcktif adalah data yang diperalch melalui observasi dan hasil pemeriksaan,

1)Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital,normal jika:
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menili adaya gangguan pada sistem kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg.

b) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu,normalnya 80-90 x/menit.

c) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan diagnosis penyaki.
Normal antara 36,0℃ - 37.0℃.

d)Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal, irama, kedalaman,dan tipe/pola pernapasan.
Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit.

2) Antropometri

a)Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi mengalami amenore dan berat
badannya dibawah normal,ia harus diindikasikan untuk meningkatkan asupan
kalori.Sebaliknya,apabila ia mengalami obesitas,ia harus dianjuran untuk mengurangi asupan kalori
supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,karena obesitas dalam masa
kehamilan meningkatkan resiko precklampsia dan gangguan tromboembolisme.Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari (Kemenkes RI,2015)

b) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB <145cm (low high) akan
meningkatkan resiko panggul sempit(Laming. dkk,2016).

c) Lingkar lengan atas(LiLA)


Normal status gizi ibu 28,5 cm. Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. untuk melahirkan BBLR.

3) Pemeriksaan fisik

a)Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. (Walyani,2015).

b)Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada klien. Pembengkakan
vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan
penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.

c) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris.

d) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri,tekan,

tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae(Walyani,2015).

e) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan,lecet, kutil seperti jengger ayam
pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis.(Marmi,2012:131).

f) Ekstremtas
Tidak ada odema,akral hangat,pergerakan bebas (Sugiarto, dkk,2017).

4) Pemeriksaan Penunjang

a) Albumin
Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan pielonefritis atau penyakit ginjal
kronis)
b) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes melitus).
c) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah,penyebabnya harus dipastikan dan diberikan terapi yang tepat. Hb juga
dapat dideteksi dari sampel darah.
d) Golongan darah dan rhesus
e) HbsAg
f) HIV/AIDS
g) IMS(Sifilis)
h) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG,pemeriksaan gigi,tes sperma,tes
tuberculosis.(Kemenkes RI,2015:8)

3. Analisa Perumusan diagnosis dan masalah


Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney langkah kedua, ketiga
dan kecmpat, meliputi dingnosis/masalah kebidanan,diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan
segera yang harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan melalui tindakan mandiri,tindakan
kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

1) Diagnosis dan masalah


Langkah ini mengidentifikasi masalah yang ada Keluhan dan masalah. Masalah yang diidentifikasi
dilakukan pencegahan, bidan diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah atau
kemungkinan masalah.
2) Kebutuhan
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan, bidan diharapkan waspada dan siap dalam
menangani masalah atau kemungkinan masalah, sesuai kebutuhan klien (Kemenkes RI,2015:385)

3) Diagnosa dan masalah potensial


Untuk mengetahui tindakan segera yang tepat untuk klien.

4. Penatalaksanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian,meliputi:
1) Jelaskan hasil pemeriksaan
Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti sangat penting agar calon
ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan masalah yang
dihadapi
2) Berikan KIE tentang keschatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan persiapan kehamilan sesuai
panduan konseling calon pengantin yang telah ditentukan olch Kemenkes(2015)
3) Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang keschatan reproduksi dan prakonsepsi.
4) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat untuk pranikah.
Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar indung telur yang
dihasilkan berkualitas.Selain itu asam folat mampu menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA
yang bisa saja terjadi.(Kemenkes RI,2015:10-75).
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH


PADA Ny.C USIA 22 TAHUN CALON PENGANTIN
DI PUSKESMAS BOROBUDUR

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 12 Agustus 2023
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang KIA
Biodata Calon Pengantin
Nama : Nn. C Nama : Tn. A
Umur : 28 Tahun Umur : 32 Tahun
Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta/Buruh
Alamat : Dsn. Tingal Wetan Alamat : Dsn. Borobudur
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang : Ingin melaksanakan suntik TT untuk persiapan pernikahan.
2. Keluhan Utama : klien mengatakan tidak ada keluhan.
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 10 tahun
Nyeri Haid : -
Siklus : 30 hari, teratur
Lama : 7 hari
Banyaknya : Ganti pembalut 3-4 x/hari
Haid terahir : 1-08-2023
b. Flour albus : -.
4. Riwayat Kesehatan:
a. Penyakit / kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Catin Perempuan: Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit,
seperti mudah lelah saat beraktivitas, nafas tersengal-sengal atau terengah-engah
setelah selesai beraktivitas (jantung), pusing yang tidak hilang setelah dipakai
istirahat (hipertensi), batuk berkepanjangan ± 1 bulan atau disertai dengan darah
(TBC), nafas pendek tersengal-sengal, sesak dada, batuk, nafas berat yang
berbunyi (asma), rasa sering kencing, mudah lapar, mudah haus terutama pada
malam hari (DM), dan Klien mengatakan belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS (Infeksi Menular Seksual/penyakit kelamin) dan HIV/AIDS
(Human Immuno Defisiensi Virus/Aquired Immuno Devisiensi Syndrome).
Catin Laki-laki: Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit
jantung, hipertensi, asma, Diabetes Melitus (penyakit kencing manis), ginjal,
batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
(Infeksi Menular Seksual/penyakit kelamin) dan HIV/AIDS (Human Immuno
Defisiensi Virus/Aquired Immuno Devisiensi Syndrome).
a. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Catin Perempuan: Tidak ada keluarga yang pernah atau sedang menderita
jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, talasemia, cacat bawaan, hepatitis dan
TBC (batuk lama). Tidak ada keluarga yang pernah atau sedang mengalami
gangguan kejiwaan. Golongan darah ibu O dan golongan darah ayah B.
Catin Laki-laki: Tidak ada keluarga yang pernah atau sedang menderita
jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, talasemia, cacat bawaan, hepatitis,
kencing manis/diabetes melitus dan TBC (batuk lama). Tidak ada keluarga yang
pernah atau sedang mengalami gangguan kejiwaan. Golongan darah ibu O dan
golongan darah ayah O.
5. Riwayat Imunisasi: TT 5
TT1, TT2 dan TT3 didapatkan pada imunisasi dasar saat bayi, TT4 pada kelas 2
SD.
6. Rencana KB: Belum ada
7. Rencana Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 31 Agustus 2023
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
a. Nutrisi
1) Makan
 Frekuensi makan pokok : nasi 2 x perhari
 Komposisi : Nasi : 2 x @ 1 piring (sedang )
 Lauk: 2 x @ 1 potong (sedang), jenisnya tempe tahu, ayam,telur
 Sayuran : 1 x/hari @ 1 mangkuk sayur sedang jenis sop, kangkung,
bayam
 Buah : 1x sehari; jenis jeruk, pisang
 Camilan : - x sehari; jenis -
 Pantangan : klien mengatakan tidak ada pantangan makanan akan
tetapi memang jarang makan teratur.
2) Minum
Jumlah total 7-8 gelas perhari; jenis air putih, teh.
b. Eliminasi
1) Buang Air Kecil :
Frekuensi perhari : 4-5 x, warna kuning jernih
Keluhan/masalah : tidak ada
2) Buang Air Besar :
Frekuensi perhari : 1x ; warna kecoklatan, konsistensi lembek, tidak ada
keluhan.
c. Personal hyangiene
 Mandi 2 x sehari
 Keramas 3 x seminggu
 Gosok gigi 2 x sehari
 Ganti pakaian 2 x sehari
 celana dalam 2-3 x sehari. Jenis celana dalam berbahan katun
d. Istirahat/tidur
 Tidur malam 7-8 jam
 Tidur siang 1 jam
 Keluhan/masalah : tidak ada keluhan
e. Aktivitas fisik dan olah raga
 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : klien bekerja sebagai ibu rumah tangga
dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga
 Olah raga : jarang melakukan olahraga
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
 Merokok : calon pengantin perempuan tidak merokok, catin laki-laki tidak
merokok
 Minuman beralkohol: tidak mengkonsumsi
 Obat-obatan: tidak mengkonsumsi obat-obatan
 Jamu: tidak mengkonsumsi jamu
 Sex Bebas: tidak melakukan seks bebas
9. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Persiapan Acara Pernikahan
 Syarat pendaftaran pernikahan sudah terpenuhi
b. Persiapan Membina Rumah Tangga.
 Persiapan fisik/kesehatan (medical chek up, vaksin)
Nn.P belum melakukan persiapan medical.
 Persiapan Psikososial: Perbedaan latar belakang budaya antara keluarga
catin perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaan.
 Perbedaan pendidikan : tidak ada perbedaan pendidikan antara catin
perempuan dan laki-laki, pasangan memiliki pendidikan terakhir SMP, serta
pihak orang tua tidak mempermasalahkan pendidikan maupun pekerjaan.
c. Persiapan psikologis
 Pengetahuan catin terhadap sifat pasangannya catin mengerti dengan sifat
pasangan
 Cara berkomunikasi dengan pasangan lancar, baik bertemu langsung maupun
melalui social media
 Mekanisme koping Cara mengatasi masalah dengan musyawarah
d. Persiapan spiritual
 Cara catin melakukan ibadah beserta pasangannya
Catin berencana sholat berjamaah dan mengaji dengan pasangan
e. Identifikasi karakter
 Harapan /keinginan kebutuhan antar pasangan bisa tinggal bersama dan
memiliki anak
 Teknik manajemen konflik dengan berdiskusi
 Menanyakan kebiasaan catin: bekerja dan bersantai di rumah bersama
keluarga
f. Pernikahan ini diharapkan oleh klien, pasangan dan keluarga
g. Respon dan dukungan keluarga terhadap pernikahan ini keluarga
mendukung
h. Rencana setelah menikah tinggal serumah dengan : Suami. Dirumah
orang tua
i. Pengambil keputusan utama pernikahan dalam keluarga : ayah
j. Orang terdekat catin dalam keluarga : ibu
k. Tingkat Pengetahuan Catin perempuan :
 Hal-hal yang sudah diketahui:
Catin sudah mengetahui tentang syarat-syarat pendaftaran pernikahan
 Hal-hal yang belum diketahui :
Catin belum mengetahui tentang gizi yang baik pada Pranikah, Tentang
imunisasi TT dan Masa subur.
 Hal-hal yang ingin diketahui :
Catin ingin mengetahui tentang gizi yang baik pada Pranikah, Tentang
imunisasi TT dan Masa subur.
C. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik Tensi : 127/85 mmHg
Kesadaran : Composmentis Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,4 ͦ C RR : 20 x/menit
BB : 48 kg IMT : 18,5 kg/m2
TB : 160 cm LILA : 24 cm
b. Status present
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok
Muka : Wajah tidak pucat, tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Hidung tampak bersih, tidak ada pembesaran polip
Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering, tidak ada caries,
tidak ada sariawan
Telinga : Telinga tampak bersih, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembersaran
hepar, tidak ada nyeri tekan
Punggung : Tidak ada cekungan atau benjolan abnormal
Anus : Lubang +, tidak ada hemoroid, tidak ada kelainan
Ekstremitas : Tidak ada varises, tidak ada oedem
c. Status Obstetrik
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
Mamae : Puting susu menonjol, tidak ada massa abnormal, simetris
Abdomen : Tidak ada striae gravidarum, tidak ada massa abnormal,
Tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Pemeriksaan penunjang: dilakukan pemeriksaan HB dan PP Test


D. ANALISA
Diagnosa Kebidanan : Nn. C Perempuan Usia 22 Tahun Calon Pengantin
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Konseling TT calon pengantin dan Konseling Pra nikah

E. PENATALAKSANAAN
Tanggal 12 Agustus 2023 : Jam 09.30 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada calon pengantin bahwa secara umum
keadaan baik, tanda- tanda vital dalam batas normal
Hasil : catin mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan konseling catin tentang kesehatan reproduksi pranikah, yaitu:
a. Menjaga kebersihan Organ reproduksi perempuan dan organ reproduksi laki-
laki
b. Informasi tentang kehamilan, termasuk tanda-tanda kehamilan, kapan
melakukan pemeriksaan kehamilan, frekuensi pemeriksaan kehamilan, tanda
bahaya kehamilan, menjaga kehamilan, menu makanan selama kehamilan,
kondisi emosional ibu hamil.
c. Masa subur seorang perempuan jika siklus menstrusasinya teratur dihitung
dari haid hari pertama pada haid berikutnya dikurangi 12-16. Atau bisa
melihat tanda-tanda kesuburan, diantaranya:
- Peningkatan suhu tubuh ±0,5 0C.
- Pembesaran pada payudara, dapat disertai rasa nyeri/tidak nyaman.
- Perubahan cairan serviks menjadi lebih banyak, bening dan teksturnya
licin, elastis.
d. IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan HIV/AIDS, Kanker pada
perempuan, kehidupan seksual suami istri
Hasil : catin mengerti penjelasan yang diberikan.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang factor resiko usia ibu apabila
merencanakan kehamilan Usia terbaik perempuan untuk hamil adalah 20-35 tahun
dan jarak antara kelahiran idealnya 3-5 tahun atau tidak lebih dari 2 balita dalam
satu keluarga. Adanya jarak kelahiran tersebut akan memberi kesempatan kepada
ibu untuk memulihkan kembali kesehatan tubuhnya serta memberi kesempatan
bagi anak yang dilahirkan untuk tubuh dan berkembang secara optimal serta
mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari orangtuanya. Apabila
merencanakan punya anak lagi, perlu pertimbangan secara matang mengenai biaya
perawatan, pendidikan dan kehidupan yang layak termasuk pemenuhan gizinya.
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk terjadi komplikasi walaupun
sebelumnya baik-baik saja. Sebagai contoh, saat hamil kondisi ibu dan bayi sehat,
namun saat persalinan ibu dapat mengalami perdarahan hebat atau bayi mengalami
sesak nafas (asfiksia). Terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko
komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang disebut 4 terlalu yaitu terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, telalu dekat jarak kehamilan
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan dari bidan
4. Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai tujuan imunisasi TT yaitu untuk
mencegah penyakit tetanus toksoid dan menjelaskan kepada pasien bahwa
imunisasi TT diberikan 5 kali yaitu 1 bulan setelah TT1, 6 bulan setelah TT2, 1
tahun setelah TT3 dan 1 tahun setelah TT4.
Hasil: pasien mengerti tentang tujuan dan jadwal imunisasi TT yang telah
dijelaskan
5. Menganjurkan pasangan catin untuk menjaga protocol kesehatan selama masa
pandemic dengan menggunakan masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan
tidak berkerumun.
Hasil : Catin mengerti dan bersedia melaksanakan prokes
6. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di buku register
Hasil : Sudah di dokumentasikan
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Data Subyektif
Ny.C usia 22 tahun merupakan calon pengantin pasangan dari Tn. A usia 32
tahun yang ingin melakukan persiapan pranikah. Pada sesuai dengan teori usia ibu
tidak termasuk dalam usia beresiko tinggi untuk mengalami kehamilan. Menurut
(Susanti, 2019) usia terbaik perempuan untuk hamil adalah 20-35 tahun dan jarak
antara kelahiran idealnya 3-5 tahun atau tidak lebih dari 2 balita dalam satu
keluarga. Adanya jarak kelahiran tersebut akan mmeberi kesempatan kepada ibu
untuk memulihkan kembali kesehatan tubuhnya serta memberi kesempatan bagi
anak yang dilahirkan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal serta
mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari orangtuanya.

Apabila merencanakan punya anak lagi, perlu pertimbangan secara matang


mengenai biaya perawatan, pendidikan dan kehidupan yang layak termasuk
pemenuhan gizinya. Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk terjadi komplikasi
walaupun sebelumnya baik-baik saja. Sebagai contoh, saat hamil kondisi ibu dan
bayi sehat, namun saat perslainan ibu dapat mengalami perdarahan hebat atau bayi
mengalami sesak nafas (asfiksia). Terdapat beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang disebut 4
terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, telalu dekat jarak
kehamilan, Pada riwayat kesehatan keluarga tidak ditemukan dari keluarga catin
perempuan dan laki-laki mengalami penyakit menurun ataupun menular (Dwi,
2018).

2. Data Obyektif
Pada hasil pemeriksaan pada calon pengantin wanita, tidak ditemukan
kesenjangan antara hasil pemeriksaan teori. Diketahui pada hasil pemeriksaan
fisik keadaan umum ibu baik, tekanan darah 127/85 mmHg, Nadi 84x/menit, suhu
36,0 Pada status present hasil pemeriksaan normal, dan pada pemeriksaan
obstetric tidak ditemukan keadaan abnormal, serta tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang.
3. Analisa
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan
analisis terhadap Nn.C dengan persiapan pernikahan dan perencanaan kehamilan.

4. Penatalaksanaan
Pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu mengenai kesehatan reproduksi
pranikah dengan menjaga kebersihan organ reproduksi, informasi tentang
kehamilan, deteksi masa subur,dan penyakit IMS (Alvita & Adhiyasasti, 2018).
Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. C diantaranya dengan pemberian
konseling pranikah yang didalamnya meliputi tentang kesehatan reproduksi
dengan menjaga kebersihan Organ reproduksi perempuan dan organ reproduksi
laki-laki. Memberikan informasi tentang kehamilan, termasuk tanda-tanda
kehamilan, kapan melakukan pemeriksaan kehamilan, frekuensi pemeriksaan
kehamilan, tanda bahaya kehamilan, menjaga kehamilan, menu makanan selama
kehamilan, kondisi emosional ibu hamil. Khususnya persiapan kehamilan dan
masa subur (Manuaba, 2015). Pengetahuan tentang masa subur pada pasangan
calon pengantin dengan perencanaan kehamilan sangatlah penting. Karena masa
subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel
ovum yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan
seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan Masa subur seorang perempuan
jika siklus menstrusasinya teratur dihitung dari haid hari pertama pada haid
berikutnya dikurangi 12-16. Atau bisa melihat tanda-tanda kesuburan,
diantaranya: peningkatan suhu tubuh ±0,5 0C, pembesaran pada payudara, dapat
disertai rasa nyeri/tidak nyaman, perubahan cairan serviks menjadi lebih banyak,
bening dan teksturnya licin, elastis, IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan
HIV/AIDS, Kanker pada perempuan, kehidupan seksual suami istri (Susanti,
2019).
Selain itu, pemberian informasi mengenai imunisasi TT Nn.C yang mana
hal tersebut dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan terhadap
penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus
toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar
dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5
saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus
toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin
(Marlenny, 2018).
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Calon pengantin yang sudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai
kesehatan reproduksi pada jurnal pertama, kedua, dan ketiga mengalami
peningkatan.
b. Calon pengantin yang diberikan pendidikan kesehatan reproduksi
mempunyai manfaat yang besar untuk mempersiapkan kehamilan yang
sehat untuk ibu dan anak.
c. Pendidikan kesehatan reproduksi lebih penting untuk remaja dan wanita
pra nikah, agar mereka lebih memperhatikan dalam menjaga kesehatan
reproduksi supaya tidak terjadinya penyakit menular HIV/AIDS atau
penyakit yang lainnya.

2. Saran
Sesuai yang telah disampaikan dalam Laporan Kasus diatas, bahwa kesehatan
reproduksi bersifat fisiologis, semoga Masyarakat khusus nya bagi wanita
pranikah dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
melalui (Internet dan buku) agar dapat menjaga kesehatan reproduksi untuk
menyiapkan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Achadi,Nugraheni; Cahya, Tri Purnami: Atik, Mawarni, Winarni, M; Apoina,
Kartini; Septo, Pawelas Arso; Alfi, F. A. (2020). Pre-Marriage Course
Regarding Health Reproductive: Knowledge and Attitude of Bride and
Groom Candidate in Preparing Health Status before Pregnant in Grobogan
Regency. Canandian Journal of Public Health Research &
Development,11(3),1150–1154.
https://doi.org/https://doi.org/10.37506/ijphrd.v11i3.1564
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2018. Evidence Summit Untuk
Mengurangii Kematian Ibu Dan Bayi Baru Lahir Di Indonesia.
Asrila, A.K., Anggreiny, N., Sartana. (2015). Hubungan Pola Komunikasi Seksual
dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Akhir yang Indekos. Jurnal RAP
UNP. Vol. 6 No. 2, November 2015.
Azhar, W. (2020 ). Penjelasan Pola Hidup bersih dan Sehat (PHBS.
Dewi. S., Doni, A. W., (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pranikah
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Calon Pengantin Di Lubuk Begalung
Padang Tahun 2017. Jurnal Sehat Mandiri.
https://doi.org/10.33761/jsm.v13i2.72
Drife, J.., 2018. Maternal Mortality. Curr. Obstet. Gynaecol.
Forest, E. (2017). ADDIE Model: Instructional Design. Frameworks & Theories.
Indonesian Ministry Of Health, 2018. Indonesia Health Profile, 2017, Ministry Of
Health Indonesia.
Kemenkes. (2018a). Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin.
Kemenkes RI.
Kemenkes. (2020). Buletin SDM Kesehatan Edisi Februari 2020. In Buletin SDM
Kesehatan.
Meiriza, W., & Triveni. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pra-Nikah
Dengan Pelaksanaan Imunisasi Tetanus toxoid Catin Di Puskesmas Padang
Luar Kabupaten Agam. Journal of Chemical Information and Modeling.
Razzakova, R. (2019). REPARATION FOR FAMILY LIFE AS AN
IMPORTANT FACTOR IN THE PROCESS OF ADAPTING GIRLS TO
FAMILY LIFE. European Journal of Research and Reflection in Educational
Sciences, 7(6).
Yumarni, A., Suhartini, E., 2019. Perkawinan Bawah Umur Dan Potensi
Perceraian (Studi Kewenangan Kua Wilayah Kota Bogor). J. Huk. Ius Quia
Iustum 26, 193–211.

Anda mungkin juga menyukai