Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH POLIO

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II


Dosen Pengampu : Hj. Yanti Cahyanti, Ners., M.Kep

Disusun oleh :

- Neneng Uswah Hasanah (P2.06.20.1.19.025)


- Putri Aprilia Anashrin (P2.06.20.1.19.026)
- R. Santy Amalia Putri (P2.06.20.1.19.027)
- Restu Putri Pamungkas (P2.06.20.1.19.028)
- Risna (P2.06.20.1.19.029)
- Rosfi Rosmaya Hartati (P2.06.2-.1.19.030)
- Sabrina Meiliana Candra (P2.06.20.1.19.031)
- Santika Sudarsono (P2.06.20.1.19.032)

2A

D3 Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TASIKMALAYA


Jl. Cilolohan No. 35, Kahuripan, Kec. Tawang, Telp.(0265)340186Fax(0265)338939
Tasikmalaya 4115.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Poliomieltis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus polio virus (PV), masuk ke tubuh melalui
mulut, menginfeksi saluran usus.
Virus ini dapat memasuki darah dan mengalir ke system saraf pusat memnyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan.
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular melalui air dan
kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita. Dua puluh
tahun silam, polio melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya diseluruh penjuru dunia. Tetapi
pada tahun 1988 muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada tahun 2004 ,
hanya 1.266 kasus polio dilaporkan muncul di seluruh dunia.
Pada awal maret tahun 2005 , di Indonesia muncul kasus polio pertama selama satu
dasawarsa . artinya, reputasi sebagai negeri bebas polio yang disandang selama 10 tahun pun
hilang ketika seorang anak berusia 20 bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. Menurut
analisa, virus tersebut dibawa ke sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke
beberapa daerah Indonesia dan menyerang anak-anak yang tidak di imunisasi. Polio bisa
mengakibatkan kelumpuhan dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan menular
dengan cepat apalagi di tempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Indonesia sekarang mewakili satu per lima dari seluruh penderita polio secara global
tahun ini. Kalau tidak dihentikan segera, virus ini akan segera tersebar ke seluruh pelosok
negeri dan bahkan Negara-negara tetangga terutama daerah yang angka cakupan
imunisasinya masih rendah.
Indonesia merupakan Negara ke-16 yang dijangkiti kembali virus tersebut. Banyak pihak
khawatir tingginya kasus polio di Indonesia akan menjadikan Indonesia menjadi pengekspor
virus ke Negara-negara lain, khususnya di Asia Timur. Wabah polio yang baru saja terjadi di
Indonesia dapat dipandang sebagai sebuah krisis kesehatan dengan implikasi global.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari polio ?
2. Bagaimana epidemologi dari polio ?
3. Apa saja penyebab penyakit dari polio ?
4. Apa reservoir dari polio ?
5. Bagaimana cara penularan polio ?
6. Bagaimana gejala klinis polio ?
7. Apa saja komplikasi dari polio ?
8. Bagaimana patofisiologi polio ?
9. Bagaimana klasifikasi dari polio ?
C. Tujuan
I. Tujuan Umum
Mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan polio
II. Tujuan Khusus
a) Mengetahui apa definisi dari polio
b) Mengetahui bagaimana epidemologi dari polio
c) Mengetahui bagaimana penyebab penyakit dari polio
d) Mengetahui bagaimana reservoir dari polio
e) Mengetahui bagaimana cara penularan polio
f) Mengetahui bagaimana gejala klinis polio
g) Mengetahui apa saja komplikasi dari polio
h) Mengetahui bagaimana patofisiologi polio
i) Mengatahui bagaimana klasifikasi polio

D. Manfaat

Menambah ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
polio.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Polio (Poliomyelitis) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
polio yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae. Penyakit polio dinilai
berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak yang menyebabkan
kelumpuhan pada organ dalam, kelumpuhan pada kaki, otot-otot dan bahkan kematian.
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio yang berasal
dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae (Miller, 2004). Penyakit ini ditandai
dengan gejala nyeri tenggorokan, rasa tidak enak diperut disertai demam ringan, nyeri
kepala ringan,dan kelumpuhan akut, kaki biasanya lemas tanpa gangguan saraf perasa.
Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh
melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Birus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahna otot dan kadang kelumpuhan
(QQ_Scarle, 2008). Infeksi virus polio terjadi dalam saluran pencernaan yang menyebar ke
kelenjar limfe regional sebagian kecil menyebar ke sistem saraf (Chin, 2006:482). Yuwono
dalam Arifah (1998) menambahkan bahwa syaraf yang diserang adalah syaraf motorik otak
dibagian grey metter dan kadang menimbulkan kelumpuhan
Wilson (2001) menyatakan bahwa penyakit polio (Poliomyelitis) tersebut dinilai
berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak yang menyebabkan
kelumpuhan pada organ dalam, kelumpuhan pada kaki, otot-otot dan bahkan kematian (polio
bulbar).
Menurut Wilson (2001) disebutkan bahwa individu yang terjangkit polio jenis paralisis
spinal tidak akan sembuh disebabkan vaksinasi hanya dapat dilakukan sebelum tertular.
Strain poliovirus jenis ini menyerang saraf tulang belakang yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada kaki secara permanen. Akan tetapi polio jenis ini tidak mematikan karena
tidak menyerang organ vital
2. Epideminologi/insiden
Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, kasusnamun kelompok umur
yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus ppolio (Surya, 2007). Penelitian
Soemiatno dalam Apriyatmoko (1999) menyebutkan bahwa 33% dari kasus poio adalah
anak-anak dibawah 5 tahun.infeksi ole golongan enterovirus lebih banyaj terjadi pada laki-
laki dari pada wanita (1,5-2,5 :1) Resiko kelumpihan meningkat pada usia yang lebih tinggi,
terutama bila menyerang individ lebih dari 15 tahun (Sardjito, 1999 dalam Utami 2006).
WHO memperkirakan 140.000 kasus baru dari kelumpuhan yang diakibatkan oleh
poliomyelitis sejak 1992 dengan jumlah keseluruhan penderita anak yang menderita lumpuh
akibat polio diperkirakan 10 sampai 20 juta orang (Biofarma, 2007)
3. Penyebab Penyakit
Poliovirus (Gebus Enterovirus) tipe 1,2,3 semua tie dapat menyebabkan kelumpuhan.
Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua kasus kelumpuhan, tie 3 lebih jarang, demikian
pula tipe 2 paling jarang. Tipe 1 paling sering menyebabkan wabah. Sebagian besar kasus
vaccine associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3 (Chin, 2000 dalam Surya 2007).
Sifat virus polio seperti halnya virus yang lain yaitu stabil terhadap pH asam selama 1-3
jam. Tidak aktif pada suhu 560 selama 30 menit. Virus polio berkembangbiak dalam sel yang
terinfeksi dan siklus yang sempurna berlangsung selama 6 jam. Virus tersebut dapat hidup di
air dan manusia, meskipun juga bisa terdapat pada sampah dan lalat (Widodo, 1994 dalam
Arifah 1998).
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus tersebut masuk melalui rongga mulut
atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah.
Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita
polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus polio.
Virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin,
namun lebih jarang terjadi.
Virus polio sangat mudah menyerang orang-orang yang belum mendapatkan vaksin
polio, terlebih pada kondisi berikut ini:

1) Tinggal di daerah dengan sanitasi buruk atau akses air bersih yang terbatas.
Sedang hamil.
2) Memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita AIDS.
3) Merawat anggota keluarga yang terinfeksi virus polio.
4) Pernah menjalani pengangkatan amandel.
5) Menjalani aktivitas berat atau mengalami stres setelah terpapar virus polio.
6) Bekerja sebagai petugas kesehatan yang menangani pasien polio.
7) Melakukan perjalanan ke daerah yang pernah mengalami wabah polio.

4. Reservoir
Manusia satu-satunya reservoir dan sumber penularan biasanya penderita tanpa gejala
(inapparent infection) terutama anak-anak. Belum pernah ditemukan adanya pembawa virus
liar yang berlangsung lama (Jubarwanto, 2005)
5. Cara Penularan
Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Transmisi langsung melalui
droplet dan orofaring serta feses penderita yang menyebar melalui jari yang terkontaminasi
pada peralatan makan, makanan dan minuman. Sedangkan penularan secara tidak langsung
melalui sumber air, air mandi dimana birus berada dalam air buangan masuk ke smber-
sumber air tersebut dikareakan sanitasi yang rendah (Wahyuhono, 1989).
Peralata dan barang-barang yang tercemar dapat berperan sebagai media penularan.
Belum ada bukti serangga dapat menularakan virus polio, sedangkan aor dan limbah jarang
sekali dilaporkan sebagai sumber penularan. Kotaminasi virus melalui makanan dan air yang
dipakai bersma dalam suatu komunitas untuk semua keperluan saitasi dan makan-minum,
menjadi ancaman untuk terjadinya wabah (Surya, 2007)
6. Gejala klinis
Menurut Chin (2006: 482-485), gejala yang bisa muncul berupa asimptomatik,
Poliomyelitis Abortif, Poliomyelitis Nonparalitik, dan atau Poliomyelitis Paralitis. Masa
inkubasi penyakit 7-14 hari, tetapi kadang-kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 5-35
hari.
Presentase polio tanpa gejala (asimptomatik) lebih dari 90% dan hanya dideteksi dengan
mengisolasi virus dari feses dan orofaring atau pemeriksaan titer antibody. Poliomyelitis
Abortif merupakan sakit yang terjadi secara mendadak beberapa jam saja. Gejalanya :
mutah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi, nyeri abdomen, malaise dan timbul
keluhan seperti anoreksia, nausea. Diagnosisnya dengan mengembangbiakan jaringan virus
(Chin, 2006: 482-485).
Poliomyetis Nonparalitik gejalan linisnya sama dengan poliomyelitis abortif tetapi hanya
nyeri kepala, nausea, dan muntah yang lebih berat. Ciri penyakit ini adalah nyeri dan kaku
otot belakang leher, dan tungkai hipertonia. Sedangkan poliomyelitis paralitik merupakan
kelumpuhan secara akut, disertai dengan demam dan gajala seperti Poliomyelitis
Nonparalitik (Chin, 2006: 482-4845) Sebanyak 4-8% penderita dapat mengalami demam
tinggi, sakit punggung dan nyeri otot yang bisa berlangsung antara 3-7 hari disertai gejala
seperti maningitis aseptol yang akan pulih 2-10 hari (Cano dan L. N, 2002).
7. Komplikasi
Komplikasi akibat penyakit poliomielitis adalah: Sekuele cacat anggota tubuh yang
terkena lumpuh layu sehingga mengakibatkan kontraktur otot-otot atau deformitas anggota
tubuh, seperti ganu valgum. Disfagia karena kelumpuhan daerah mulut hingga tenggorokan
8. Patofisiologi

Mulut (makanan/ minuman yang terkontaminasi virus) dan melalui percikan


ludah

Berkembangbiak di saluran cerna (tengorokan dan usus)

Menyebar ke getah bening, darah dan seluruh tibug

Menyerang otak, sumsum tulang belakang dan simpul saraf

Biasanya menyerang saraf penggerak otot tungkai/kaki dan kadang-kadang
tangan

Menyebabkan kelumpuhan dengan mengecilnya tungkai

Polio
Virus Polio

Dekontaminasi, mengelir ke pembuluh darah

Menyebar ke saraf pusat

Paralisis Kelumpuhan otot pernafasan

Hospitalisasi Istemik

Suhu tubuh meningkat Ansietas Ketidakefektifan pola nafas

Demam Perubahan kekuatan otot

Hipertermi Imobilisasi Nyeri

Hambatan mobilitas fisik Anorksia

Penurunan nutrien menurun

Ketidakseimbnagan nutrisi

Kurang dari kebutuhan

9. Klasifikasi
Poliomeilitis dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :
1. Poliomyelitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 6 – 20 hari, tidak terdapat gejala
karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomyelitis abortif : timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari.
Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala,
nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Polomielitis non paralitik : gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif,
hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1 – 2 hari kadang
– kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk
kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hypertonia,
mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomyelitis paralitik
a. Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu
penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling
sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini
akan diserap oleh pembuluh darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh
tubuh. Virus polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motoric yang
mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejalaseperti flu. Namun,
pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini
biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang
otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut
saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus
akan menghancurkan syaraf motoric. Sayaraf motoric tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas, kondisi ini disebit acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot
pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
b. Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang
otak ikit terserang. Batang otak mengandung saraf motoric yang mengatur
pernafasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai saraf yang
mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi dan otot muka; saraf auditori yang
mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan
berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang
mengirim sinyal ke jantung, usus, paru – paru dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima
hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal
ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi
setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim ‘perintah
bernapas’ ke paru – paru. Yang terkena bagian atas nerveus cranial (N.III – N.VII)
dan biasanya dapat sembuh. Lalu bagian bawah (N.IX – N.XIII) sehingga terjadi
pasase ludah di faring terganggu sehingga terjadi pengumpulan air liur, mucus dan
dapat menyebabkan penyumbatan saluran nafas sehingga penderita memerlukan
ventilator.
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 2 – 5% pada anak dan 15 – 30%
pada dewasa (tergantung usia penderita).
1. Therapy/tindakan penanganan
Pengobatan penyakit polio Penyakit polio tidak dapat disembuhkan, sehingga pengobatan
yang dilakukan hanya untuk mengurangi gejala.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengobati polio:
- Istirahat cukup Konsumsi antibiotik, obat penghilang rasa nyeri, obat anti kejang
- Pakai ventilator untuk membantu pernapasan
- Gunakan handuk hangat untuk meredakan nyeri otot
- Rehabilitasi paru untuk meningkatkan fungsi paru
- Lakukan terapi fisiologi (jika terjadi perubahan cara berjalan) atau terapi untuk
menyesuaikan cara bernapas yang baik
- Pengobatan dilakukan atas anjuran dokter yang memeriksa dan sesuai dengan kondisi
pasien.
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP (DIAGNOSE DAN INTERVENSI)

Pengkajian
A. Identitas
Identitas berisi identitas klien yaitu nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, alamat, agama, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. register dan diagnose. Serta
identitas penanggung jawab, yaitu nama, alamat, umur, jenis kelamin, pendidikan, hubungan
dengan klien
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan tersebut dipandang sebagai topik dari penyakit saat ini sebagai deskripsi masalah,
keluhan utama didapat dengan menanyakan deskripsi masalah, keluhan utama di dapat
dengan menanyakan pertanyaan terbuka yang netral kepada klien. Keluarga klien
membawa anaknya kepelayanan kesehatan terdekat dengan keluhan kelemahan ekstermitas
bawah.
2. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan narasi dari keluhan utama mulai gejala paling awal
sampai perkembangan saat ini, meliputi komponen :
a. Rincian awitan :
Awal mulai keluarga menemukan anaknya demam.
b. Riwayat interval yang lengkap
Perjalanan penyakit dari demam sampai terjadi kelumpuhan ekstremitas.
c. Status saat ini
Klien mengalami kelumpuhan/paralisis kaki.
d. Alasan untuk mencari bantuan saat ini
Keluarga cemas, takut, khawatir dan ingin anaknya sehat seperti sebelum sakit.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Berisi informasi yang berhubungan dengan aspek status kesehatan anak yang telah ada
sebelumnya. Memfokuskan pada beberapa area yang umumnya dihilangkan dalam
pengkajian riwayat orang dewasa.
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Digunakan untuk mengungkapkan kemungkinan adanya penyakit keturunan
b. Informasi yang dapat di gali, seperti : usia, status pernikahan, kondisi kesehatan jika
masih hidup, penyebab kematian jika sudah meninggal.
c. Konfirmasi keakuratan gangguan – gangguan yang dilaporkan dengan menanyakan
gejala, rangkaian kejadian, terapi dan urutan setiap diagnosis.
d. Lokasi geografis menentukan indikasi kemungkinan terpajan penyakit endemis.
5. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
b. Pola Nutrisi            
Bagaimana asupan nutrisi : jumlah asupan makanan, pola makan, jenis makanan yang
sulit diterima oleh klien, faktor – faktor finansial dan budaya yang mempengaruhi
pemilihan dan persiapan makanan.
c. Pola Eliminasi
d. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan melakukan ROM
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur
Kemampuan makan/minum
Kemampuan toileting
Kemampuan Mandi
Kemampuan berpindah
Kemampuan berpakaian
Ket. :   0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total
e. Tidur dan Istirahat
f. Sensori, Persepsi dan Kognitif
g. Konsep diri
h. Sexsual dan Reproduuksi
i. Pola Peran Hubungan
j. Manajemen Koping Stress
k. Sistem Nilai dan Keyakinan
6. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, suhu agak
tinggi
b. B2 (Blood) : Normal
c. B3 (Brain) : Gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (Bladder) : Normal
e. B5 (Bowel) : Mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (Bone) : Latargi atau kemerahan, tungkai kanan mengalami kelumpuhan, tidak
mampu berdiri dan berjalan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaanlaboratorium :
1) Viral isolation
Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan yang diperoleh pada
tenggorokan satu minggu sebelum dan sesudah paralisis dan tinja pada minggu ke 2
– 6 bahkan 12 minggu setelah gejala klinis.
2) Uji serologi
Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita, jika pada
darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis orang tersebut terkena polio
benar. Pemeriksaan pada fase akut dapat dilakukan dengan melaukan pemeriksaan
antibody immunoglobulin M (IgM) apabila terkena polio akan didapatkan hasil
yang positif.
3) Cerebrospinal Fluid
Cerebrospinal fluid pada infeksi polovirus terdapat peningkatan jumlah sel darah
putih yaitu 10 – 200 sel/mm3 terutama sel limfosit, dan terjadi kenaikan kadar
protein sebanyak 40 – 50 mg/100 ml
b. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomyelitis lanjut. Pada anak yang
sedang tumbuh, di dapati tulang yang pendek, osteoporosis dengan korteks yang tipis
dan rongga medulla yang relative lebar, selain itu terdapat penipisan epifise,
subluksasio dan dislokasi dari sendi..

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Ketidaefetifan pola nafas berhubungan dengan paralysis otot
4. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan paralysis
Rencana keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakseimb Setelah dilakukan 2. Kaji adanya alergi - Menentukan asupan
angan nutrisi tindakan makanan yang adekuat dan
kurang dari keperawatan selama 3. Kolaborasi dengan tepat sesuai dengan
kebutuhan … x 24 jam masalah ahli gizi untuk harapan
tubuh nutrisi dapat teratasi menentukan jumlah - Jumlah kalori yang
berhubungan dengan kriteria hasil: kalori dan nutrisi pas sesuai dengan
dengan - Albumin serum yang dibutuhkan kebutuhan,
anoreksia, - Pre albumin pasien menghindari
mual dan serum 4. Yakinkan diet yang terjadinya jumlah
muntah - Hematocrit dimakan asupan kalori
- Hemoglobin mengandung tinggi sehingga mencegah
- Total iron serat untuk adanya
binding mencegah hiperglikemia.
- Jumlah limfosit konstipasi Kebutuhan kalori
5. Ajarkan pasien yang kurang dari
bagaimana kebutuhan
membuat catatan memperpanjang
makanan harian proses infeksi,
6. Monior adanya sehingga
penurunan BB dan memperlambat
gula darah proses penyembuhan
7. Monitor - Proporsi diet sesuai
lingkungan selama takaran dari
makan dietician, diet rendah
8. Jadwalkan serat ditambah
pengobatan dan dengan mobilisasi
tindakan tidak yang in-adekuat
selama jam makan meningkatkan resiko
9. Monitor turgor terjadinya konstipasi
kulit - Sebagai koreksi
10. Monitor silang ketepatan
kekeringan, rambut program dari
kusam, total dieticim dan asupan
protein, Hb dan nutrisi yang disukai
kadar Ht klien
11. Monitor mual dan - Penurunan BB
muntah mengindikasikan
12. Monitor pucat, jumlah kalori yang
kemerahan dan diterima klien, in-
kekeringan adekuat,
jaringan peningkatan gula
konjungtiva darah untuk
13. Monitor intake mengontrol adanya
nutrisi kelebihan kalori
14. Informasikan pada - Lingkungan yang
klien dan keluarga terapis
tentang manfaat meningkatkan nafsu
nutrisi makan klien
15. Kolaborasi dengan - Memberikan
tentang kebutuhan kesempatan klien
suplemen makanan untuk memenuhi
seperti NGT/TPN kebutuhan nutrisinya
sehingga intake - Turgor merupakan
cairan yang indicator dari
adekuat dapat pemberian nutrisi
dipertahankan dan cairan
16. Atur posisi semi - Sebagai indicator
fowler atau fowler tingkat kecukupan
tinggi selama nutrisi klien
makan - Memantau tanda-
17. Kolaborasi dengan tanda terjadinya
tim dokter dalam kekurangan cairan
pemberian anti - Memastikan intake
emetic nutrisi yang adekuat,
18. Anjurkan banyak adakah faktor-faktor
minum yang menjadikan
19. Pertahankan terapi asupan nutrisi yang
IV line diberikan kepada
20. Catat adanya klien menjadi in-
edema, hiperemik, adekuat
hipertonik papilla - Informasi tentang
lidah dan cavitas nutrisi memberikan
oral pemahaman pada
klien tentang
pentingnya
pemenuhan nutrisi
yang adekuat,
meningkatkan nafsu
makan klien
- Pemberian nutrisi
enteral membantu
mencukupi
kebutuhan nutrisi
klien
- Posisi fowler/semi
fowler mengurangi
sensasi lambung
cepat oenuh,
sehingga asupan
nutrisi yang masuk
dapat menjadi lebih
banyak.
- Anti emetic
membantu klien
mengurangi rasa
mual/muntah
- Banyak minum
mencukupi
kebutuhan cairan,
menurunkan
terjadinya dehidrasi
- Untuk mencukupi
kebutuhan cairan
sistemik, menjaga
balance cairan,
mencegah terjadinya
syok hipovolemik
- Adanya edema
mengidindikasikan
adanya kelebihan
cairan, perlu adanya
koreksi hidrasi lebih
lanjut
2. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu - Peningkatan suhu
berhubungan tindakan sesering mungkin indicator adanya
dengan keperawatan selama 2. Monitor warna dan reaksi inflamasi,
proses infeksi … x 24 jam masalah suhu kulit mencegah dan
hipertermi dapat 3. Monitor tekanan mengantisipasi
teratasi dengan darah, nadi dan RR terjadinya hipertermi
kriteria hasil: 4. Monitor penurunan malignan
- Suhu 36,5C - tingkat kesadaran - Peningkatan suhu
37,5C 5. Monitor WBC, Hb tubuh bermanifestasi
- Nadi dan RR dan Hct pada perubahan
dalam rentang 6. Minotor intake dan warna kulit menjadi
normal output kemerahan
- Tidak ada 7. Kolaborasi dengan (flushing) dan
perubahan warna tim dokter dalam peningkatan suhu
kulit dan tidak pemberian kulit (akral)
ada pusing, antipiretik - Tanda – tanda vital
merasa nyaman 8. Kolaboras dengan untuk menentukan
tim dokter dalam tindakan lebih lanjut
pemberian untuk mencegah
antibiotic komplikasi
9. Selimuti pasien - Peningkatan suhu
10. Berikan cairan yang ekstrem dapat
intravena mempengaruhi
11. Kompres hangat tingkat kesadaran
pasien pada lipatan seseorang
paha dan aksila - WBC menentukan
12. Tingkatkan reaksi melawan
sirkulasi udara infeksu dalam tubuh,
13. Tingkatkan intake hematocrit dan Hb
cairan dan nutrisi menunjukkan
14. Monitor TD, nadi, tingkat metabolisme
suhu dan RR seseorang
15. Catat adanya - Peningkatan suhu
fluktuasi tekanan tubuh meningkatkan
darah metabolisme,
16. Monitor hidrasi diperlukan rehidrasi
seperti turgor kulit, sesuai dengan
kelembaban kebutuhan yang
membrane disesuaikan dengan
mukosa. input – output klien
- Antipiretik
diperlukan untuk
menangani
peningkatan suhu
tubuh
- Antibiotic
diperlukan untuk
mengurangi proses
infeksi
- Peningkatan suhu
yang ekstrem
membuat klien
merasa menggigil,
selimut memberikan
rasa nyaman saat
klien menggigil
- Pemberian cairan
enteral/parenteral
membantu
mencukupi
kebutuhan cairan
sistemik yang hilang
dengan terjadinya
evaporasi
- Kompres hangat
menstimulasi
vasodilatasi,
memberikan rasa
nyaman pada klien
- Sirkulasi udara yang
baik membuat klien
lebih rileks dan
memfasilitasiterjadi
nya evaporasi
- Peningkatan suhu
tubuh,
meningkatkan
metabolisme tubuh,
diperlukan preparat
cairan/nutrisi
tambahan untuk
menggantinya
- Sebagai bahan
evaluasi atas
pencapaian dalam
tindakan
keperawatan yang
telah kita lakukan
- Adanya fluktuasi
tekanan darah
mengindikasikan
resiko adanya syok
- Sebagai monitor
tanda keberhasilan
rehidrasi
3. Ketidaefetifa Setelah dilakukan 1. Evaluasi - Pengenalan dini dan
n pola nafas tindakan pernafasan dan pengobatan ventilasi
berhubungan keperawatan selama kedalaman dapat mencegah
dengan … x 24 jam masalah 2. Auskultasi bunyi komplikasi
paralysis otot ketidakefektifan pola nafas - Mengetahui bunyi
nafas dapat teratasi 3. Tinggikan kepala tambahan
dengan kriteria hasil: tempat tidur, atau - Merangsang fungsi
- RR 20-30 posisikan semi pernafasan dan
x/menit fowler ekspansi paru
- Bunyi nafas 4. Berikan tambahan - Meningkatkan
vasikuler oksigen pengiriman oksigen
- Irama nafas ke paru
teratur
- Jalan nafas paten
4. Nyeri Setelah dilakukan 1. Lakukan - Penentuan
berhubungan tindakan pengkajian nyeri karakteristik nyeri
dengan keperawatan selama secara untuk menentukan
proses infeksi … x 24 jam masalah komprehensif manajemen nyeri
yang nyeri dapat teratasi termasuk lokasi, yang pas kepada
menyerang dengan kriteria hasil: karakteristik, klien
syaraf - Mampu durasi, frekuensi, - Reaksi nonverbal
mengontrol nyeri kualitas dan faktor mengindikasikan
(tahu penyebab presipitasi nyeri yang dirasakan
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi klien
menggunakan nonverbal dari - Support sistem
teknik ketidaknyamanan membantu stress dan
nonfarmakologi 3. Bantu pasien dan meningkatkan
untuk keluarga untuk ambang nyeri klien
mengurangi mencari dukungan - Lingkungan yang
nyeri, mencari 4. Control lingkungan terapis membuat
bantuan) yang dapat klien rileks dan
- Melaporakan mempengaruhi meningkatkan
bahwa nyeri nyeri seperti suhu ambang nyeri
berkurang dengan ruangan, - Posisi yang nyaman
menggunakan pencahayaan dan menjadikan klien
manajemen nyeri kebisingan lebih nyaman
- Mampu 5. Kurangi faktor - Intervensi yang tepat
mengenali nyeri prespitasi nyeri mampu mengurangi
(skala, intensitas, 6. Kaji tipe dan sensasi nyeri yang
frekuensi dan sumber nyeri untuk dirasakan klien
tanda nyeri) menentukan - Mengurangi
- Menyatakan rasa intervensi ketergantungan klien
nyaman setelah 7. Ajarkan tentang terhadap obat Pereda
nyeri berkurang teknik non nyeri, sehingga
- Tanda vital farmakologi : nafas mampu
dalam retang dalam, relaksasi, meningkatkan
normal distraksi, kompres ambang nyeri klien
- Tidak mengalami hangat/dingin - Pemberian analgetik
gangguan tidur 8. Kolaborasi dengan untuk mengurangi
tim dokter dalam nyeri
pemberian - Adanya nyeri
analgetik memungkinkan
9. Tingkatkan terjadinya
istirahat kekurangan
10. Berikan informasi pemenuhan istirahat
tentang nyeri tidur klien
seperti penyebab - Pengetahuan yang
nyeri, berapa lama adekuat tentang
nyeri akan penyakit
berkurang dan menurunkan
antisipasi kecemasan klien
ketidaknyamanan menurunkan respon
dari prosedur stress klien sehingga
11. Monitor vital sign klien lebih rileks
sebelum dan - Mengetahui
sesudah pemberian perbedaan tanda-
analgesic pertama tanda vital,
kali mengoreksi
keberhasilan terapi
5. Hambatan Setelah dilakukan 1. Monitoring vital - Menentukan tingkat
mobilitas tindakan sign berat/tidaknya
fisik keperawatan selama sebelum/sesudah latihan. Latihan
berhubungan … x 24 jam masalah latihan dan lihat yang baik dilakukan
dengan hambatan mobilitas respon pasien saat bertahap
paralysis fisik dapat teratasi latihan - Rencana ambulasi
dengan kriteria hasil: 2. Konsultasikan dilakukan dengan
- Klien dengan terapi fisik bertahap sesuai
meningkatkan tentang rencana dengan hasil dari
dalam aktivitas ambulasi sesuai fisioterapis
fisik dengan kebutuhan - Alat bantu jalan
- Mengerti tujuan 3. Bantu klien untuk diperlukan untuk
dari peningkatan menggunakan membantu klien
mobilitas tongkat/gips sepatu dalam latihan
- Memverbalisasik saat berjalan untuk ambulasi
an perasaan mengoreksi kaki - Pengetahuan tentang
dalam melengkung dan ambulasi oleh semua
meningkatkan cegah terhadap tenaga kesehatan,
kekuatan dan cedera meningkatkan
kemampuan 4. Ajarkan pasien respon tenaga
berpindah atau tenaga kesehatan dalam
- Memperagakan kesehatan lain membantu klien
penggunaan alat tentang teknik dengan keterbatasan
bantu untuk ambulasi gerak
mobilisasi 5. Kaji kemampuan - Mengetahui
(walker) pasien dalam efektivitas dari
mobilisasi keberhasilan
6. Latih pasien dalam ambulasi
pemenuhan - Mempersiapkan
kebutuhan ADL klien untuk kegiatan
secara mandiri sehari-hari di rumah
sesuai kemampuan sesuai dengan
7. Damping dan kemampuan dan
bantu pasien saat keadaan fisik yang
mobilisasi dan dimiliki saat ini
bantu penuhi - Mengkaji sejauh
kebutuhan ADL mana klien mampu
pasien memenuhi
8. Berikan alat bantu kebutuhan sehari-
jika klien hari
memerlukan - Alat bantu
9. Ajarkan pasien memudahkan klien
bagaimana dalam mobilisasi
merubah posisi dan untuk pemenuhan
berikan bantuan kegiatan sehari-
jika diperlukan harinya
- Posisi yang nyaman
membuat klien lebih
rileks dan melatih
untuk mandiri
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai
pembahasan tersebut. Adapun kesimpulan yang diambil, yaitu?
a. Polio (Poliomyelitis) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
polio yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae. Penyakit polio
dinilai berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak yang
menyebabkan kelumpuhan pada organ dalam, kelumpuhan pada kaki, otot-otot dan
bahkan kematian.
b. Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Transmisi langsung melalui
droplet dan orofaring serta feses penderita yang menyebar melalui jari yang
terkontaminasi pada peralatan makan, makanan dan minuman. Sedangkan penularan
secara tidak langsung melalui sumber air, air mandi dimana birus berada dalam air
buangan masuk ke smber-sumber air tersebut dikareakan sanitasi yang rendah
(Wahyuhono, 1989).
c. Diagnosis poliomyelitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang sehingga dapat menyingkirkan keadaan – keadaan atau penyakit
yang menyerupai poliomyelitis.
d. Menurut Wilson (2001) disebutkan bahwa individu yang terjangkit polio jenis paralisis
spinal tidak akan sembuh disebabkan vaksinasi hanya dapat dilakukan sebelum tertular.
Strain poliovirus jenis ini menyerang saraf tulang belakang yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada kaki secara permanen. Akan tetapi polio jenis ini tidak mematikan
karena tidak menyerang organ vital.
2. Saran
a. Agar dapat menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam mengenal penyakit polio
b. Agar dapat ditemukan suatu cara dalam penegakkan diagnosis penyakit polio/
poliomyelitis
c. Dapat memahami dan mengetahui penatalaksanaan penyakit polio/ poliomyelitis
d. Agar dapat ditetapkan dalam kehidupan sehari – hari dalam menanggulangi penyakit
polio/ poliomyelitis
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, M & Bhaduria, A. S. 2011. Modeling Speread Of Polio With the Role
OFVaccination. AAM:Intern. J. Vol. 6, issue 2:552-571.

Miller, N. Z. 2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arance history, efficary,
and log-term health-related consequences. USA: Thinktwice Global Vaccine
Institure.

Wilson, W.R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease, USA :
McGraw-Hill Companies, Inc.

https://www.academia.edu/36105949/Polio

http://fetty23.blogspot.com/2017/01/askep-poliomielitis.html

https://id.scribd.com/doc/256910224/Askep-Polio

https://lisarustiani.blogspot.com/2014/01/makalah-askep-polio-contoh-kasus.html

https://ridwananalis.wordpress.com/2012/08/13/makalah-polio/

https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrx5krniiNgjqgACRP3RQx.;_ylu=Y29sbwMEcG9zAzMEdn
RpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1612970856/RO=10/RU=http%3a%2f%2feprints.ulm.ac.id
%2f208%2f1%2fHULDANI%2520-
%2520MYELITIS.pdf/RK=2/RS=CCkHR5S2vgKQZt2YLH3NMskk82U-

https://www.academia.edu/34986171/MAKALAH_ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASI
EN_POLIO_NAMA_KELOMPOK

Anda mungkin juga menyukai