Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 7:

1. Dewi Safa Azizah


2. Uun Dwi Hidayati
3. Farkhan Taufik Farondiah
4. Anggitha Dwi Prastiwi
5. Azmi Kurniasih
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS merupakan pendekatan keterpaduan
(MTBS) atau Integrated dalam tatalaksana balita sakit yang datang
Management of Childhood berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
Illness (IMCI dalam bahasa kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif
Inggris) adalah suatu pendekatan terhadap penyakit pneumonia, diare,
yang terintegrasi/terpadu dalam campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi,
tatalaksana balita sakit dengan dan upaya promotif dan preventif yang
fokus kepada kesehatan anak usia meliputi imunisasi, pemberian vitamin A
0-5 tahun (balita) secara dan konseling pemberian makan yang
menyeluruh. bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak balita serta
Balita (bawah lima tahun) yaitu menekan morbiditas karena penyakit
anak umur 0-5 tahun (tidak tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen
termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7.
2004).
Modul 1, 2004).
Sasaran MTBS, anak usia 0-5 tahun yang dibagi menjadi 2 kelompok:

1. Kelompok usia satu hari


sampai dua bulan atau biasa
disebut bayi muda, dan
2. kelompok usia 2 bulan
sampai 5 tahun (Maryunani,
2014).

1. Menurunkan 2. Untuk menilai tanda-tanda dan


secara bermakna gejala penyakit, status imunisasi,
Tujuan status gizi, dan pemberian
angka kematian dan vitamin A, membuat klasifikasi,
MTBS kesakitan yang menentukan tindakan yang sesuai
terkait penyakit dengan klasifikasi dan
tersering pada balita menentukan apakah anak perlu
serta memberikan dirujuk, memberi pengobatan
kontribusi terhadap pra-rujukan, seperti dosis
pertama antibiotic, vitamin A,
pertumbuhan dan dan perawatan anak untuk
perkembangan mencegah menurunnya gula
kesehatan anak. darah dengan pemberian air gula,
serta mencegah hipotermia.
Penilaian & Klasifiksi AnakDampak
Sakit Negatif Tidak Dilakukan MTBS
dalam MTBS
1. Angka kematian yang tinggi pada
anak
2. Tidak diketahui bahwa anak
1. Penilaian dan klasifikasi anak sakit mengalami gizi buruk karena
umur 2 bulan sampai 5 tahun
tidak adanya pemantaun gizi pada
Apabila anak umur 2 bulan sampai 5
tahun, pilih bagan “Penilaian dan anak, penanganan gizi buruk
Klasifikasi Anak Sakit Umur 2 Bulan kurang baik.
Sampai 5 Tahun”.Sampai 5 tahun, 3. Tidak terlaksananya atau kurang
berarti anak belum mencapai ulang lengkapnya konseling yang di
tahunnya yang kelima. Kelompok
umur ini termasuk balita umur 4 tahun berikan kepada ibu untuk
11 bulan, akan tetapi tidak termasuk pemberian makan dan ASI kepada
anak yang sudah berumur 5 tahun. anak, yang akan berakibat
kurangnya gizi pada anak
(Maryunani, 2014).
4. Tidak terdiagnosisnya lima
2. Penilaian dan klasifikasi anak sakit
umur 1 hari sampai 2 bulan penyakit yang sering dialami oleh
Apabila anak belum genap berumur 2 anak, seperti pada penelitian yang
bulan, maka ia tergolong bayi muda. dilakukan di Puskesmas
Gunakan bagan “Penilaian Klasifikasi
dan Pengobatan Bayi Muda Umur 1 Hari
Kabupaten Kebumen akibat
Sampai 2 Bulan”.Khusus mengenai bayi kurang maksimalnya petugas
muda, bagan berlaku untuk bayi muda kesehatan dalam melakukan
sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1,
2004). pendekatan MTBS, maka anak
terlambat di diagnosis terkena
pneumonia (Silviana et al., 2015).
Manfaat Penerapan
Manajemen Terpadu
Proses Manajemen Kasus
Balita Sakit
1. Menurunkan angka kematian,
Proses manajemen kasus disajikan
2. Dilakukan pemantauan status
dalam satu bagan yang
gizi pada balita untuk
memperlihatkan urutan langkah-
mencegah terjadinya
langkah dan penjelasan cara
kekurangan gizi,
pelaksanaanya.
3. Konseling kepada ibu
Bagan tersebut menjelaskan langkah-
mengenai pemberian
langkah berikut ini :
makanan pada anak,
1. Menilai dan membuat klasifikasi
pemberian ASI (Air Susu Ibu),
anak sakit umur 2 bulan-5 tahun
4. Meningkatkan pemanfaatan
2. Menentukan tindakan dan
layanan kesehatan,
memberi pengobatan
5. Adanya buku bagan MTBS
3. Memberi konseling bagi ibu
dapat menurunkan tingkat
4. Memberi pelayanan tindak lanjut
kesalahan pemeriksaan oleh
5. Manajemen terpadu bayi mulai 1
tenaga kesehatan (Maryunani,
hari sampai 2 bulan.
2014).
Pengertian Anak Usia Bawah Lima Tahun (Balita)
• Anak balita adalah anak yang menginjak usia 1 tahun atau
biasa disebut anak usia bawah lima tahun. Pada masa ini
merupakn usia paling penting dalam tahap tumbuh
kembang fisik (Muaris, 2006).
• Menurut para ahli, usia bawah lima tahun sebagai tahapan
perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai
jenis penyakit, seperti ISPA, pneumonia, serta beresiko
kekurangan gizi dan juga obesitas (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).
Gambaran Singkat Penatalaksanaan Balita Sakit
Dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Balita sakit datang ke Puskesmas,

Ditangani oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas yang sudah


mengikuti pelatihan MTBS dg menanyakan kepada orang tua atau
wali menggunakan tools (algoritma MTBS),

Kemudian petugas memeriksa dengan cara ‘lihat dan dengar’


atau ‘lihat dan raba’ ,

Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala


berdasarkan hasil tanya-jawab dengan orang tua dan
pemeriksaan, (Maryunani, 2014).
Pengertian Demam

Demam merupakan suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi


daripada biasanya yaitu 38º celcius atau lebih. Adapun gejala dari
demam yaitu: menggigil, panas dingin, malaise, bekeringat, dan
wajah memerah (Sugani & Priandarini, 2010).

Etiologi Demam ada 2 (Handy, 2015), yaitu:


1. Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh bakteri,
virus, fungi yang masuk kedalam tubuh manusia, demam ini
merupakan demam yang sering dijumpai, contoh penyakit yang
disebabkan oleh demam infeksi adalah tetanus, mumps, Measles
atau rubella, demam berdarah (DBD), tuberculosis (TBC).
2. 20 Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan
oleh infeksi, melainkan disebabkan oleh adanya kelainan bawaan
sejak lahir, contohnya penyakit berat, misalnya leukemia atau
kanker darah (Widjaja, 2008).
T
Demam septik atau demam hektik adalah suhu tubuh
I meningkat ketika malam hari dan suhu tubuh akan berangsur
P turun ke suhu normal pada pagi hari,

E
Demam remiten adalah suhu tubuh mengalami penurun
- setiap hari, tetapi tidak pernah mencapai suhu normal,
T
I Demam intermiten adalah suhu tubuh mengalami
P penurunan pada suhu yang normal selama beberapa jam
dalam sehari,
E
Demam kontinyu adalah demam yang bervariasi
D sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari satu derajat,
E
Demam siklik adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari
M yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa hari, kemudian
diikuti kenaikan suhu tubuh seperti semula
A
(Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, K, & Setiati, 2014).
M
Klasifikasi Demam Dalam MTBS
 Demam dicurigai malaria, diklasifikasikan mjd 2:
 Endemis malaria tinggi atau rendah, terdapat 3 klasifikasi lagi yakni:
 Penyakit berat dengan demam Pada klasifikasi ini balita mengalami
tanda bahaya atau kaku kuduk.
 Malaria Pada klasifikasi ini balita mengalami gejala demam, baik

pada anamnesisatau teraba panas atau suhu ≤ 37º C dan mikroskopis


positif atau Rapid Diagnostic Test (RDT) positif.
 Demam mungkin bukan malaria Pada klasifikasi ini balita

mengalami gejala mikroskopis negatif atau Rapid Diagnostc Test


(RDT) negatif atau ditemukan penyebab lain terjadinya demam.

 Non endemis malaria dan tidak ada riwayat bepergian ke daerah


malaria, pada klasifikasi ini dibagi menjadi 2 klasifikasi yakni:
 Penyakit berat dengan demam Pada klasifikasi ini balita

menunjukkan gejala terdapat tanda bahaya umum atau kaku kuduk.


 Demam bukan malaria Pada klasifikasi ini balita tidak menunjukkan

adanya tanda bahaya umum atau tidak kaku kuduk.


 Demam karena campak di klasifikasikan menjadi 3 yaitu:
 Campak dengan komplikasi berat, pada klasifikasi ini balita menunjukkan
ada tanda bahaya umum atau ada kekeruhan pada kornea mata atau ada luka
mulut yang dalam atau luas.
 Campak dengan komplikasi pada mata dan atau mulut, pada klasifikasi ini
ada nanah pada mata atau ada luka pada mulut balita.
 Campak, pada klasifikasi ini terjadi campak sekarang atau dalam tiga bulan
terakhir pada balita.

 Demam dicurigai Demam Berdarah Dengue (DBD)


 Demam Berdarah Dengue (DBD), pada klasifikasi ini balita menunjukkan
ada tanda syok atau muntah bercampur darah atau seperti kopi atau berak
berwarna hitam atau perdarahan dari hidung atau gusi atau bitnik-bintik
perdarahan di kulit (petekie) dan uji tourniquet positif atau sering muntah.
 Mungkin DBD Demam mendadak tinggi dan terus-menerus atau nyeri ulu
hati atau gelisah atau bitnik-bintik perdarahan di kulit dan uji tourniquet
negatif.
 Demam mungkin bukan DBD Tidak ada satupun gejala yang disebutkan
pada poin nomor satu dan nomor dua (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2015).
Pengertian Kepuasan Ibu (Klien)
Kepuasan klien adalah suatu hasil (outcome) dari sebuah
pelayanan yang telah diberikan, misalnya layanan kesehatan.

Kepuasan klien yang dimaksud dalam MTBS merupakan kepuasan


layanan pendekatan MTBS petugas kesehatan yang diberikan
kepada anak dan pengukuran kepuasan akan ditujukan kepada ibu.

Komponen kepuasan klien termasuk komponen yang utama dan


penting karena menyangkut mutu layanan kesehatan. Kepuasan
akan berdampak pada (outcome) layanan kesehatan, artinya
berdampak pada status kesehatan. Ketika klien merasa puas
dengan layanan kesehatan maka klien tersebut akan patuh akan
nasehat petugas kesehatan, patuh terhadap rencana pengobatan,
dan akan kembali ke layanan kesehatan tersebut, jika dirasa
membutuhkan suatu saat (Pohan, 2007).
Teori Tentang Kepuasan Ibu (Klien)
Menurut American School terdapat lima dimensi kualitas
layanan yakni:

Tangibles (penampilan
fisik, peralatan yang Reliability (kemampuan Responsiveness (kesediaan
digunakan untuk untuk melakukan untuk membantu klien dan
melakukan pelayanan, pelayanan sesuai dengan menyediakan layanan yang
penampilan dari pemberi standart dan akurat; cepat);
layanan);

Assurance (pengetahuan,
kesopanan pemberi Empathy (merawat dan
layanan, kemampuan memberikan perhatian
untuk mebuat klien kepada klien).
percaya, kepercayaan);
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Ibu
(Klien)
Menurut (Pohan, 2007) faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan klien yakni:
Lingkungan fisik, Saling menghargai,
Biaya layanan yang
seperti gedung, mempercayai, tepat
efisien, sesuai
peralatan, petugas, waktu, nyaman,
standar layanan
obat, kebijaksanaan, bersih, menjaga
kesehatan;
prosedur, standar; privasi klien;

Ramah, menghargai
Alur sistem layanan Layanan kesehatan
klien, penuh
yang mudah efektif, teliti, dan
perhatian, mau
dimengerti klien; tidak di ulang-ulang;
mendengarkan;

Memberi informasi yang Layanan kesehatan yang


lengkap dan mudah berkesinambungan, rujukan
Empati;
dimengerti, memberi tepat, dan rekam medis
kesempatan bertanya; yang akurat dan lengkap.
Pengertian Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas)

Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang


menyelenggarakan upaya kesehatan baik promotif,
preventif, serta kuratif. Upaya promotif (promosi
kesehatan), preventif (pencegahan), dan kuratif
(pengobatan) diselenggarakan untuk upaya kesehatan
perseorangan atau kesehatan masyarakat untuk mencapai
derajat kesehatan setinggitingginya yang mencakup
wilayah kerja puskesmas di masing-masing daerah
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Tujuan Puskesmas

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,


(2014) pada pasal 2 ayat 1 tujuan Puskesmas untuk
mewujudkan masyarakat yang: memiliki perilaku sehat
meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, memiliki
derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Tugas dan Fungsi Puskesmas

Dalam pasal 4 disebutkan bahwa tugas Puskesmas adalah mewujudkan


kecamatan sehat dengan melaksanakan tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya masing-masing (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014). Puskesmas melaksanakan upaya promotif,
preventif untuk meningkatkan kesadaran dan 26 kemauan masyarakat
akan hidup sehat di wilayah kerjanya, untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pasal 5,
fungsi Puskesmas antara lain: penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat
pertama di wilayah kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai