Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN PSORIASIS

OLEH:

NAMA : MARLY

NIM :

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2022
A. KONSEP MEDIS

1. DEFINISI

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik yang ditandai oleh percepatan

pertukaran sel-sel epidermis sehingga terjadi proliferasi abdormal epidermis dan

dermis. Tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk pembentukan psoriasis.

Faktor-faktor imun mungkin berperan karena penyakit yang parah dapat timbul pada

orang dengan gangguan kekebalan (Muttaqin, 2011).

Psoriasis adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana

penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini

secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena

timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan

kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005).

2. ETIOLOGI

Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini

diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul

secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus

antara lain:

a. Trauma

Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,

garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan

hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul

setelah 7-14 hari terjadinya trauma.


b. Infeksi

Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering

menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain

dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh

c. Iklim

Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada

musim penghujan akan kambuh.

d. Faktor Endokrin

Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung

membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan

setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul

pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.

e. Sinar Matahari

Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis

namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang

timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada

beberapa penderita.

f. Metabolik

Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis

g. Obat-Obatan

1) Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat

memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.

2) Pengobatan dengan kortikosteroid topical atau sistemik dosisi tinggi dapat

menimbulkan efek “withdrawal”.

3) Lithium yang dipakai pada pengobatan malaria dan depresi telah diakui sebagai

pencetus psoriasis.
4) Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.

5) Hipersensivitas terhadap nistanin, yodium salisilat dan progesterone dapat

menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.

h. Berdasarkan penelitian dokter ada beberapa hal yang diperkirakan dapat

memicu timbulnya psoriasis, antara lain adalah :

1) Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat

gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering

pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian

digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.

2) Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.

3) Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.

4) Emosi tak terkendali.

5) Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit

menjadi merah , misalnya mengandung alkohol.

3. KLASIFIKASI

a. Berdasarkan bentuk lesi, dikenal macam-macam psoriasis antara lain:

1) Psoriasis puncata : Lesi sebesar jarum pentul atau milier

2) Psoriasis folikularis: Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel

rambut.

3) Psoriasis guttata : Lesi sebesar tetesan air

4) Psoriasis numularis : Lesi sebesar uang logam

5) Psoriasis girata : Lesi sebesar daun

6) Psoriasis anularis : Lesi melingka berbentuk seperti cincin karena adanya

involusi dibagian tengahnya

7) Psoriasis diskoidea : Lesi merupakan bercak solid yang menetap


8) Psoriasis ostracea : Lesi berupa penebalan kulit yang kasar dan tertutup

lembaran- lembaran skuama mirip kulit tiram

9) Psoriasis rupioides : Lesi berkrusta mirip rupia sifilitika

b. Tipe-tipe psoriasis, psoriasis terbagi atas:

1) Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang paling umum karena itu

disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk

plak. Tempat predileksinya seperti yang telah diterangkan di atas.

2) Psoriasis gutata: diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm.

Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya setelah

infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili

(campak), terutama pada anak dan dewasa muda.

3) Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit yang nyeri disertai gejala

umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu makan menurun.

Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah beberapa jam

timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah tersebut.

Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi

eritroderma.

4) Psoriasis eritrodermis: dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang

terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya kelainan

kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat

kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya kelainan kulit

psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih

meninggi.
5) Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku. Permukaan kuku tampak

lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel, sehingga penderita

sulit sembuh.

6) Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula disertai peradangan pada sendi,

sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan kaku, persis seperti gejala

rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya

tidak sampai keropos.

c. Berdasarkan lokasi lesi, maka dikenal bentuk psoriasis atipik seperti:

1) Psoriasis digitalis atau interdigitalis.

2) Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.

3) Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos kaki.

4) Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan di daerah fleksor atau

lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila, lipatan di bawah payudara

dan lainnya.

5) Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah seboreik seperti kulit

kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya (Maharani, 2015).

4. PATOFISIOLOGI

Secara fisiologis, waktu yang diperlukan untuk suatu pertukaran normal sel

epidermis adalah sekitar 28 – 30 hari. Pada psoriasis, epidermis di bagian yang

terkena digati setiap 3- 4 hari. Proriasis pada dasarnya adalah kondisi inflamasi kulit

dengan proses diferensiasi yang raktif terhadap epidermis secara abnormal dan

hiperproliferasi. Kondisi ini memberikan manifestasi pertukaran sel epidermis

menjadi sangat cepat. Pertukaran sel yang cepat ini menyebakan peningkatan derajat

metabolisme dan peningkatan aliran dara ke sel untuk menunjang metabolisme

tersebut. Peningkatan aliran darah menimbulkan eritema. Pertukaran dan proliferasi


yang cepat tersebut menyebabkan terbentuknya sel – sel yang kurang matang.

Trauma ringan pada kulit dapat menimbulkan peradangan berlebihan sehingga

epidermis menebal dan terbentuknya plak.

Psoriasis biasanya mencul pada usia akhir dekade kedua. Perjalanan alamiah

penyakit ini sangat berfluktuasi. Misalnya, sinar matahari, istirahat, dan musim

panas biasanya baik untuk penderita psoriasis. Infeksi saluran napas bagian atas

dapat memicu kekambuhan psoriasi akut dengan manifestasi erupsi pustula kecil

multipel di tubuh generalisata yang ditandai oleh pustula multipel disertai plak

radang dikenal sebagai psoriasis pustularis.

Pada tahap lanjut, kondisi penyakit ini akan memberikan komplikasi pada

terjadinya sepsis atau suatu atritis deformans yag mirip dengan atritis rematoid,

disebut atritis psoriatika, timbul pada sekitar 5% pasien psoriasis (Muttaqin, 2011).

5. PATH WAY

Faktor Faktor Lingkungan: Faktor


Cedera dan trauma pada kulit,
Matahari, Infeksi dan Obat-obatan

Reaksi berlebihan pada petumbuhan sel basal

Peningkatan turnover epidermis 3-4 hari

Jumlah pembelahan sel basal meningkat pada


Epidermis dan stratum

Terjadi penumpukan sel kulit tidak sempurna


/belum matang

Psorisasis
Penumpukan sel pada epidermis dan stratum korneum

Bercak merah bersisik Adanya rasa Kulit kering, mudah terkelupas,


Serta penebalan kulit Gatal pada kulit dan pecah-pecah

Terdapat hampir Tidak nyaman pada tubuh Post de Entry Kuman


Seluruh tubuh

GANGGUAN RASA
Adanya perubahan RESIKO INFEKSI
NYAMAN: NYERI
Penampilan diri

Melakukan garukan pada


Tidak percaya diri bagian kulit

Muncul lesi pada kulit


GANGGUAN CITRA
TUBUH

GANGGUAN
INTEGRITAS KULIT

6. MANIFESTASI KLINIS

Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat

predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka,

ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan

skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar,

dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Pada psoriasis terdapat fenomena

tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.


Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih

pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah

berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit ,

misalnya garukan , dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan

psoriasis dan disebut kobner.

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut

pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.

Gejala dari psoriasis antara lain:

a. Mengeluh gatal ringan

b. Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.

c. Terdapat fenomena tetesan lilin

d. Menyebabkan kelainan kuku

7. KOMPLIKASI

Menurut corwin (2009) komplikasi dari psoriasis diantaranya adalah:

a. Infeksi kulit yang parah dapat terjadi.

b. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut psoriatika,

timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. Bila psioriasis dapat menjadi

penyakit yang melemahkan

c. Berdampak pada penurunan harga diri pasien yang menimbulkan

psikologis, ansietas, depresi, dan marah.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium yang dapat membantu menyokong diagnosis

psoriasis tidak banyak. Pemeriksaan yang bertujuan mencari penyakit yang

menyertai psoriasis perlu dilakukan, seperti pemeriksaan darah rutin,


mencaripenyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk penyakit diabetes

mellitus.

Pemeriksaan Histopatologi

Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis ialah

hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum granulosum.

Papilomatosis ini dapat memberi beberapa variasi bentuk seperti gambaran pemukul

bola kasti atau pemukul bola golf.

Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan

keratinisasi terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel

tanduk ini masih dapat ditemukan inti-inti sel yang disebut parakeratosis. Di dalam

stratum korneum dapat ditemukan kantong- kantong kecil yang berisikan sel radang

polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak papil

dermis didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan sel-sel

radang limfosit dan monosit.

9. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis,

meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut.

Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien,

pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara

hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh

pasien dan mungkin pula keluarganya.

Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.

a. Terapi topical

Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan

aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya. Obat-


obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan

kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis

(pembentukan sel-sel epidermis).

b. Formulasi ter

Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat

menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang

cepat. Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya

ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang

gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm). Selama fase terapi ini pasien

dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.

Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion

steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala. Pasien juga diajarkan untuk

menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak

pada waktu mandi.

c. Anthralin

Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk

mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid

atau preparat ter lainnya.

d. Kortikosteroid

Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat

ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik

oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.

e. Terapi intralesi

Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10,

Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat


nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya.Kita harus

hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan obat ini.

f. Terapi sistemik Metotreksat

Bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis

sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun

begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim

kerusakan yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium

harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal

pasien masih berfungsi secara adekuat.

Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan

dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn

hepar.

10. PENCEGAHAN

Pencegahan penyakit ini sebenarnya sulit karena jika telah terjangkit panyakit

ini, maka akan sulit untuk sembuh. Namun ada beberapa hal yang dapat mengurangi

penyebaran penyakit ini, yakni (Maharani, 2015):

a. Jauhkan pikira dari stress, percaya diri dan tetap semangat

b. Jaga pola maka yag teratur

c. Tidur yang teratur

d. Konsumsi makanan yang bergizi


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PSORIASIS

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian

dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien

yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien

meliputi :

a. Biodata

Biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, penyakit psoriasis dapat

menyerang semua kelompok umur. Tetapi umumnya pada orang dewasa; jenis

kelamin, insiden pada pria agak lebih banyak dari pada wanita; suku bangsa, lebih

banyak diderita orang kulit putih daripada kulit berwarna.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan yang timbul yaitu lesi bersisik pada kulit, terasa agak gatal dan

panas

2) Riwayat penyakit sekarang

Adanya infeksi sehingga tanda – tanda infeksi dapat ditemukan, dapat juga

karena faktor psikologis. Biasanya klien sedang mengalami kondisi

psikologis yang tidak menyenangkan (stres, sedih, marah dll). Lesi yang

timbul semakin menghebat pada cuaca dingin, dan rasa gatal semakin terasa

terutama pada daerah predileksi.

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu sebagian klien pernah menderita penyakit yang

sama dengan kondisi yang dirasa sekarang. Riwayat penyakit infeksi juga

perlu dikaji (mis: tonsillitis, faringitis, atau TB paru)


4) Riwayat penyakit keluarga

Diduga faktor genetic/herediter juga mempengaruhi sehingga perlu dikaji

riwayat keluarga yang menderita psoriasis.

5) Riwayat penggunaan obat

Pernahkah klien mendapatkan pengobatan sebelumnya dan bagaimana

hasilnya.

c. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)

1) Pola Persepsi Kesehatan

a) Adanya riwayat infeksi sebelumya.

b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.

c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.

d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter

e) Hygiene personal yang kurang.

f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2) Pola Nutrisi Metabolik

a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari

makan.

b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.

c) Jenis makanan yang disukai.

d) Nafsu makan menurun.

e) Penurunan berat badan.

f) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.

g) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar

atau perih.
3) Pola Eliminasi

a) Sering berkeringat.

b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.

b) Kelemahan umum, malaise.

c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.

d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.

e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

5) Pola Tidur dan Istirahat

a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.

b) Mimpi buruk.

6) Pola Persepsi dan Konsep Diri

a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.

b) Perasaan terisolasi.

7) Pola Reproduksi Seksualitas

a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.

b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

8) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

a) Emosi tidak stabil

b) Ansietas, takut akan penyakitnya

c) Disorientasi, gelisah

9) Pola Sistem Kepercayaan

a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah

b) Agama yang dianut


10) Pola Persepsi Kognitif

a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

b) Pengetahuan akan penyakitnya.

11) Pola Hubungan dengan Sesama

a) Hidup sendiri atau berkeluarga

b) Frekuensi interaksi berkurang

c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan gejala terkait penyakit

ditandai dengan adanya gatal, gelisah, tidak mampu rileks, dan mengeluh sulit

tidur, mengeluh tidak nyaman. (D. 0074)

b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi zat kimia, faktor mekanik,

perubahan status nutrisi ditandai dengan kerusakan jaringan kulit (kulit bersisik,

turgor kulit buruk, pecah-pecah, bercak-bercak, gatal). (D. 0129)

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh, penyakit,

dan perseptual ditandai dengan tidak percaya diri, minder, perasaan terisolasi,

interaksi berkurang.

d. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogen

lingkungan. (D. 0083)

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018)


3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan Hasil Yang Diharapkan Rencana Tindakan Alasan Tindakan


o. (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Gangguan Rasa Nyaman: Tingkat Nyeri (I. 08066) Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi
 Untuk mengetahui tindakan apa
Nyeri Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Tindakan : yang selanjutnya akan dilakukan
Dengan Gejala Penyakit keperawatan selama 3x24 jam Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,  Untuk mengetahui tingkat nyeri
(D. 0074) diharapkan gangguan rasa
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri  Untuk mengetahui tingkat nyeri
nyaman nyeri dapat teratasi  Untuk mencegah nyeri
 Identifikasi skala nyeri
dengan  Identifikasi respons nyeri non verbal  Untuk mengetahui pemahaman
Kriteria Hasil :  Identifikasi faktor yang memperberat pasien terhadap nyeri

 Kemampuan menuntaskan dan memperingan nyeri  Untuk mengetahui tindakan

aktivitas meningkat  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan selanjutnya

 Keluhan nyeri menurun tentang nyeri  Untuk mengetahui kondisi pasien

 Meringis menurun  Identifikasi pengaruh budaya terhadap terhadap nyeri

 Sikap protektif menurun respon nyeri  Untuk mengetahui terapi yang

 Gelisah menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada diberikan berhasil atau tidak

 Kesulitan tidur menurun kualitas hidup  Untuk mencegah bertambahnya

 Menarik diri menurun  Monitor keberhasilan terapi masalah keperawatan

 Berfokus pada diri sendiri komplementer yang sudah diberikan Terapeutik


 Untuk mengurangi nyeri
menurun  Monitor efek samping penggunaan
 Untuk meringankan nyeri
 Diaforesis menurun analgetik
 Untuk meringankan nyeri
 Perasaan depresi (tertekan) Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk  Untuk mengetahui terapi yang
menurun
 Perasaan takut mengalami mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, cocok untuk meringankan nyeri
cedera berulang menurun hipnosis akupresur, terapi musik, Edukasi
 Agar pasien dan keluarga
 Anoreksia menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
mengerti kapan nyeri muncul
 Perineum terasa tertekan teknik imajinasi terbimbing, kompres
 Agar pasien dan keluarga secara
menurun hangat/dingin, terapi bermain)
mandiri dapat meringankan nyeri
 Uterus teraba membulat  Kontrol lingkungan yang memperberat
yang dirasakan
menurun rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
 Untuk mengetahui hal apa yang
 Ketegangan otot menurun pencahayaan, kebisingan)
bisa menyebabkan nyeri
 Pupil dilatasi menurun  Fasilitasi istirahat dan tidur
bertambah
 Muntah menurun  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
 Untuk mengurangi nyeri
 Mual menurun dalam pemilihan strategi meredakan
 Untuk meringankan nyeri
 Frekuensi nadi membaik nyeri
 Pola napas membaik Edukasi Kolaborasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
 Tekanan darah membaik  Untuk menghilangkan nyeri
nyeri
 Proses berpikir membaik
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Fokus membaik
 Anjurkan memonitor nyeri secara
 Fungsi berkemih membaik
mandiri
 Perilaku membaik
 Anjurkan menggunakan analgetik
 Nafsu makan membaik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
 untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2. Gangguan Integritas Kulit Penyembuhan Luka Perawatan Luka (I.14564)


(L.14130)
Dan Jaringan Tindakan :
Observasi
Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
 Monitor karakteristik luka (mis.  untuk mengetahui kondisi luka
Kurang Terpapar keperawatan selama 3x24 jam
drainase, warna, ukuran, bau)  untuk mengetahui ada tidaknya
Informasi Tentang Upaya diharapkan penyembuhan
 Monitor tanda-tanda infeksi infeksi
Mempertahankan luka meningkat dengan
Terapeutik Terapeutik
/Melindungi Integritas Kriteria Hasil :  Lepaskan balutan dan plester secara  Agar pasien merasa nyaman
Jaringan (D. 0129) 1. Penyatuan kulit meningkat perlahan  Untuk mencegah infeksi
2. Penyatuan tepi luka  Cukur rambut disekitar daerah luka,  Merangsang penyembuhan luka
meningkat jika perlu lebih cepat
3. Jaringan granulasi  Bersihkan dengan cairan NaCl atau  Mempercepat kesembuhan luka
meningkat pembersih nontoksik, sesuai  Mempercepatkan kesembuhan
4. Pembentukan jaringan parut kebutuhan luka
meningkat  Bersihkan jaringan nekrotik  Mencegah infeksi
5. Edema pada sisi luka  Untuk mencegah kontaminasi
 Berikan salep yang sesuai ke
menurun mikroorganisme
kulit/lesi, jika perlu
6. Peradangan luka menurun  Mencegah infeksi
 Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Nyeri menurun  Mencegah dekubitus
 Pertahankan teknik steril saat
 Mempercepat kesembuhan luka
8. Drainase purulen menurun melakukan perawatan luka
 Mempercepat kesembuhan luka
9. Drainase serosa menurun  Ganti balutan sesuai jumlah eksudat
10. Drainase sanguinis dan drainase  Untuk menghilangkan nyeri
menurun  Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 Edukasi
11. Drainase serosanguinis jam atau sesuai kondisi pasien  Menambah informasi terkait

menurun  Berikan diet dengan kalori 30-35 penyakit yang diderita

12. Eritema pada kulit sekitar kkal/kgBB/hari dengan protein 1,25-  Menambah informasi terkait

menurun 1,5g/kgBB/hari penyakit yang diderita


 Untuk mempercepat
13. Peningkatan suhu kulit  Berikan suplemen vitamin dan
kesembuhan luka
menurun mineral (mis. vitamin A, vitamin C,
 Agar keluarga dan pasien
14. Bau tidak sedap pada luka Zinc, asam amino), sesuai indikasi
mampu secara mandiri
menurun  Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
melakukan perawatan luka
15. Nekrosis menurun transkutaneous), jika perlu
Kolaborasi
16. Infeksi menurun Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Membantu penyembuhan luka

 Anjurkan mengkonsumsi makanan  Mencegah infeksi

tinggi kalori dan protein


 Anjurkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement
(mis. enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik), jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu
3. Gangguan Citra Tubuh Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh (I.09305)
(L 09067)
Berhubungan Dengan Observasi
Observasi
Perubahan Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi harapan citra tubuh
 Untuk mengetahui tindakan
Struktur/bentuk Tubuh (D. keperawatan selama 3x24 jam berdasarkan tahap perkembangan
selanjutnya
0083) diharapkan citra tubuh  Identifikasi budaya, agama, jenis  Untuk mengetahui kebiasaan dan
meningkat dengan kelamin, dan umur terkait citra tubuh tradisi dalam penilaian tubuh
Kriteria hasil:  Monitor frekuensi pernyataan kritik  Untuk mengetahui penilaian
1. Melihat bagian tubuh
terhadap diri sendiri terhadap citra tubuh
membaik Terapeutik
Terapeutik
2. Menyentuh bagian tubuh  Diskusikan perbedaan penampilan  Untuk mengetahui penampilan
membaik fisik terhadap harga diri fisik
3. Verbalisasi kecacatan  Diskusikan cara mengembangkan  Untuk mengetahui persepsi pasien
bagian tubuh membaik harapan citra tubuh secara realistis Edukasi
4. Verbalisasi kehilangan  Diskusikan persepsi pasien tentang  Untuk mengetahui tindakan
bagian tubuh membaik perubahan citra tubuh selanjutnya
5. Verbalisasi perasaan negatif  Untuk melatih pasien dalam
Edukasi
tentang perubahan tubuh  Anjurkan mengungkapkan gambaran peningkatan citra diri
menurun diri terhadap citra tubuh  Untuk memotivasi diri agar lebih

6. Verbalisasi kekhawatiran  Latih peningkatan penampilan diri percaya diri

pada penolakan/reaksi (berdandan)


orang lain menurun  Latih pengungkapan kemampuan
7. Verbalisasi perubahan gaya diri kepada orang lain maupun
menurun kelompok
8. Menyembunyikan bagian
tubuh berlebihan menurun
9. Menunjukkan bagian tubuh
berlebihan menurun
10. Fokus pada bagian tubuh
menurun
11. Fokus pada penampilan
masa lalu menurun
12. Fokus pada kekuatan masa
lalu menurun
13. Respon nonverbal pada
perubahan tubuh membaik
14. Hubungan sosial membaik

4. Resiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)


Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
Ketidakadekuatan Observasi Observasi
keperawatan selama 3x24 jam
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal  Untuk mengetahui adanya infeksi
Pertahanan Tubuh Primer: diharapkan tingkat infeksi dan sistemik Terapeutik
Kerusakan Integritas Kulit menurun dengan  Mencegah kontaminasi
Terapeutik
(D. 01420) Kriteria Hasil :  Batasi jumlah pengunjung  Mengurangi infeksi
1. Kebersihan tangan  Berikan perawatan kulit pada area  Menjaga kebersihan
meningkat  Mencegah kontaminasi
2. Kebersihan badan edema mikroorganisme
meningkat  Cuci tangan sebelum dan sesudah Edukasi
 Menambah informasi terkait
3. Demam menurun kontak dengan pasien dan lingkungan
penyakit yang diderita
4. Kemerahan menurun pasien
 Menjaga kebersihan
5. Nyeri menurun  Pertahankan teknik aseptik pada pasien
 Menjaga diri dan orang lain dari
6. Bengkak menurun berisiko tinggi
paparan kuman
7. Vesikel menurun Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Agar pasien dan keluarga
8. Cairan berbau busuk
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan mengerti tentang keadaan luka
menurun
benar  Untuk mengurangi risiko infeksi
9. Sputum berwarna hijau
 Ajarkan etika batuk  Untuk mengurangi risiko infeksi
menurun
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka Kolaborasi
10. Drainase purulen menurun
atau luka operasi  Mencegah infeksi
11. Piuria menurun
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
12. Periode malaise menurun
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
13. Periode menggigil menurun
14. Letargi menurun Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
15. Gangguan kognitif menurun
perlu
16. Kadar sel darah putih
membaik
17. Kultur darah membaik
18. Kultur urine membaik
19. Kultur sputum membaik
20. Kultur area luka membaik
21. Kultur feses membaik
22. Nafsu makan membaik
4. IMPLEMENTASI

Implementsi merupakan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan

yang telah direncanakan sebelumnya.

5. EVALUASI

Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item- item atauperilaku

yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah hasilnya sudahtercapai

atau belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan (NANDA 2015).

Evaluasi keperawatan disusun menggunakan SOAP dimana:

S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh


pasien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.PT RemajaRosdakarya.
Bandung

Huda. N, Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA NIC – NOC. Jogjakarta : MediAction

Maharani. A. 2015. Penyakit Kulit. Yogyakarta : Pustaka Baru press

Muttaqin. A, Sari. K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :


Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai