Anda di halaman 1dari 34

PBL KELOMPOK 3

MODUL II GATAL
Nelci kayame 4517111036
Astuti Yunus 4517111039
Andi Dian Ameliana 4517111040
Destri Neli Aris 4517111041
Anisa Lumalin 4517111043
Jelita Arung Palobo 4517111044
Zakiah Rahma Tahrim 4517111047
Muh. Riza Arif Vitaria 4517111048
Calvin Wijaya 4517111049
Skenario

Seorang wanita 20 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan gatal dan
bercak kemerahan disertai sisik pada daerah badan yang telah dialami sejak
2 minggu yang lalu. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak
ada. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
KATA KUNCI
 Wanita, 20 tahun
 Ada gatal dan bercak kemerahan disertai sisik pada
badan
 Keluhan dialami sejak 2 minggu

 Riwayat keluarga tidak ada

 Hasil lab normal


RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi dari kulit ?
2. Bagaimana patomekanisme terjadinya gatal dan bercak
kemerahan?
3. Bagaimana langkah-langkah awal diagnosis?
4. Apa saja differential diagnosis dari kasus?
1. ANATOMI KULIT

Sumber : Mescher AL, 2010 dalam Kalangi ;


Histofisiologi Kulit
HISTOLOGI KULIT

Sumber : Mescher AL, 2010 dalam Kalangi ;


Histofisiologi Kulit
FISIOLOGI KULIT
 Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
2. Fungsi Absorbsi
3. Fungsi Pengatur Suhu Tubuh atau Thermoregulasi
4. Fungsi Pengeluaran (Ekskresi)
5. Fungsi Persepsi
6. Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)
7. Fungsi Kreatinisasi
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Sumber : Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
7
PATOMEKANISME
1. Patomekanisme Gatal :

zat-zat kimia ujung saraf


dan rangsangan pruritus bebas
fisik

pusat
persepsi thalamus bersinaps

serabut saraf tipe


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
C tak termielinasi
Ketujuh. Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
 Patomekanisme bercak kemerahan

imun bawaan/
proses
nonspesifik dan antigen
inflamasi
sistem imun
Nonspesifik

proses sel mast


prostaglandin dan basofil
degranulasi

kulit
vasodilatasi kemerahan

Berth, John. Erythroderma (Exfoliative dermatitis). Dermatology Advisor. Dilihat 18


Juli.2021.https://www.dermatologyadvisor.com/home/decision-support-in-
medicine/dermatology/erythroderma-exfoliative-dermatitis/
 Patomekanisme skuama

Sel-sel ke stratum
diferensiasi korneum
hidup

skuama sel tanduk


inflamasi
(keratosit)

Indian, J Dermatol. 2009. ERYTHRODERMA: REVIEW OF A


POTENTIALLY LIFE-THREATENING DERMATOSIS
LANGKAH-LANGKAH AWAL DIAGNOSIS
 Anamnesis
1. Sudah berapa lama keluhan dirasakan?
2. Dimana saja predileksi dari lesi tersebut?
3. Pertama kali munculnya lesi bagaimana?
4. Penyebaran lesi dimana?
5. Apakah ada riwayat alergi?
6. Apakah ada riwayat menkonsumsi obat-obatan?
7. Apakah ada riwayat penyakit yang sama sebelumnya?
 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi keadaan umum pasien

2. Pemeriksaan TTV

3. Memperhatikan bentuk lesi : effloresensi


 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan skin test

2. Pemeriksaan kultur

3. Pemeriksaan histopatologi

4. Pemeriksaan darah
PTIRIASIS ROSEA
 Definisi
Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut yang diawali dengan timbulnya
makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus (“herald patch”), kemudian
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu timbul lesi serupa dengan ukuran lebih kecil di
badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit (christmas tree pattern).
 Epidemiologi

1. Perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki

2. Umumnya pada usia 15-40 tahun

3. Jarang pada anak-anak <2 tahun dan orang tua >65 tahun

4. Jarang terjadi kekambuhan

• Pityriasis rosea: diagnosis and treatment. Am Fam Physician. 2018;97(1):38-44.


https://www.aafp.org/afp/2018/0101/p38.html
Nair PA, Le JK. Pityriasis rosea. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448091/ Bahan ajar Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNHAS-RS Wahidin Sudirohusodo Makassar (PPT)
Dermatosis Eritroskuamosa
• Perhimpunan dokter spesialis. 2017. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia.
 Kriteria Diagnostik
1. Klinis

2. Varian
 Diagnosis Banding

1. Sifilis sekunder

2. Tinea korporis

3. Dermatitis numularis

4. Psoriasis gutata

5. Pityriasis lichenoides chronica

6. Pitiriasis rosea-like drug eruption

7. Dermatitis seboroik

8.  
 Pemeriksaan Penunjang

1. Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.

2. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai diagnosis


banding.
3. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan pada kasus yang tidak dapat
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis.
 Penatalaksanaan
a) Nonmedikamentosa : Tidak ada

b) Medikamentosa

1. Prinsip: penyakit dapat sembuh spontan, penglihatan bersifat simtomatis. 1


Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
2. Topikal

3. Bila gatal sangat mengganggu:

4. Larutan anti pruritus seperti calamine lotion.

5. Kortikosteroid topikal.

6. Sistemik

7. Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin seperti setirizin


1x10 mg per hari.
8. Kortikosteroid sistemik.

9. Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari.

10. Asiklovir 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari 6 diindikasikan sebagai terapi pada
awal perjalanan penyakit yang disertai flu-like symptoms atau keterlibatan kulit
yang luas.
11. Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan
dosis tetap sebesar 250 mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu.
 Edukasi
a. Kelainan kulit dapat sembuh sendiri.

b. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala.

c.  
 Prognosis

Prognosis pityriasis rosea dipengaruhi oleh sistem imunitas pasien.


Ibu hamil memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan
kelompok pasien lain.
TINEA KORPORIS
 Definisi
Tinea korporis adalah penyakit karena infeksi jamur dermatofita
(berbagai spesies Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton)
pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin) yaitu di kulit daerah
selain kulit kepala, selangkangan, telapak tangan dan telapak kaki.

Djuanda, adhi. Dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VI


2010. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan mikologik
 Diagnosis

1. Pemeriksaan mikroskopis,

2. Kultur

3. Pemeriksaan dengan lampu wood pada spesies tertentu.


 Penatalaksanaan

- Sistemik
1. Terbinafin

2. Itrakonazol
3. Ketokonazol
4. Griseofulvin

- Topikal
5. Mikonazol

6. Klotrimazol
7. Ketokonazol

8. AsamUndesilenat

9. Siklopiroksolamin
10. Haloprogin

11. Asam benzoate dan asam salisilat


 Prognosis
 Beberapa sebab kegagalan pengobatan :

1. Bentuk klinik tertentu:


a. Diabetes mellitus
b. Hipertiroid, menyebabkan banyak keringat / hyperhidrosis
c. Keganasan
d. Pemakaian obat-obatan : antibiotika, kortikosteroid, sitostatika
e. Infeksi berat : AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
f. Iritasi setempat pada tubuh misalnya urine, keringat, air
2. Lingkungan: Iklim tropis banyak keringat, jamur akan tumbuh
dengan subur
3. Pekerjaan yang berhubungan dengan air
4. Cuci tangan dan mandi dengan air bersih.
DERMATITIS SEBOROIK
 Definisi
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa. Scalp, wajah dan
badan. Dermatitis ini dikaitkan dengan malasesia, terjadi gangguan imunologis
mengikuti kelembaban lingkungan, perubahan cuaca, ataupun trauma, dengan
penyebaran lesi dimulai dari derajat ringan, misalnya ketombe sampai dengan
bentuk eritroderma.
 Epidemiologi

Prevalensi dermatitis seboroik secara umum berkisar 3-5% pada populasi


umum. Lesi ditemui pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk
yang lebih sering dijumpai. Pada kelompok HIV, angka kejadian dermatitis
seboroik lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Sebanyak 36%
pasien HIV mengalami dermatitis seboroik. Umumnya diawali sejak usia
pubertas, dan memuncak pada umur 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai
bentuk yang ringan, sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit
kepala, jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Ketujuh. Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
 Gambaran Klinis
Lokasi yang terkena sering kali di daerah kulit kepala rambut;
wajah: alis lipat nasolabial , sidebum; telinga dan liang telinga; bagian
atas tengah dada dan punggung, lipat gluteus, inguinal, genital, ketiak.
Sangat jarang menjadi luas. Dapat ditemukan skuama kuning
berminyak, eksematosa ringan, disertai rasa gatal dan menyengat
Pada fase kronis dapat dijumpai kerontokan rambut. Lesi dapat
juga dijumpai pada daerah retroaurikular. Bila terjadi di liang telinga,
lesi berupa otitis eksterna atau di kelopak mata sebagai blefaritis.
Bentuk varian di tubuh yang dapat dijumpai pitiriasifrom (mirip
pitiriasis rosea)atau anular. Pada keadaan parah dermatitis seboroik
dapat berkembang menjadi eritroderma.
 Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan morfologi khas lesi eksema
dengan skuama kuning berminyak diarea predileksi. Pada kasus yang
sulit perlu pemeriksaan histopatologi.

 Diagnosis Banding
1. Psoriasis
2. Dermatitis atopic dewasa
3. Dermatitis kontak iritan
4. Dermatofitosis
5. Rosasea
 Tatalaksana
1. Sampo :yang mengandung obat anti malassezia
2. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada
kulit dapat dilakukan dengan mencuci wajah berulang dengan sabun lunak.
3. Skuma dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat
atau sulfur
4. Pengobatan simtomatik dengan kortikosteroid topical potensi sedang,
immunosupresan topical (takrolimus
5. dan pimekrolimus) terutama untuk daerah wajah sebagai penganti
kortikosteroid topical.
6. Metronidazole topical, siklopiroksolamin, talkasitol, benzoil peroksida dan
salep litium suksinat 5%.
7. Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvensional dapat
digunakan terapi sinar ultraviolet-B (UVB) atau pemberian intrakonazole
100mg/hari per oral selama 21 hari.
8. Bila tidak membaik dengan semua modalitas terapi, pada dermatitis
seboroik yang luas dapat diberikan preddnisolon 30 mg/hari untuk respons
cepat.
PSORIASIS VULGARIS

 Definisi
Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit kulit inflamasi kronis
residif yang dicirikan oleh lesi berupa plak eritema yang ditutupi oleh
skuama tebal, kasar, kering berwarna putih keperakan pada area
predileksi seperti ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit
kepala, lumbosakral bagian bawah, bokong dan genitalia. Selain
tempat-tempat tersebut lesi juga dapat dijumpai pada umbilikus dan
ruang intergluteal.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Badan


Penerbit FKUI, Jakarta.
EPIDEMIOLOGI

Psoriasis terdapat di seluruh dunia dengan prevalensi


yang bervariasi dari 1% sampai 3%. Di Amerika Serikat,
prevalensi berkisar antara 2,2% - 2,6%, sedangkan di Asia
0,4%. Di Eropa insiden tertinggi dilaporkan terjadi di
Denmark sebesar 2,9%. Insiden penyakit ini diperkirakan
60 kasus baru per 100.000 penduduk per tahun. Hal ini
dipengaruhi oleh lokasi geografis, ras dan faktor
lingkungan lain. Psoriasis dapat dijumpai pada laki-laki
dan perempuan dalam jumlah yang sama. Puncak insiden
psoriasis terjadi pada usia dewasa awal (20 sampai 30
tahun) dan dewasa lanjut (50 sampai 60 tahun), psoriasis
dapat dijumpai pada segala usia.
 Diagnosis
Anamnesis pada penderita psoriasis vulgaris biasanya memperoleh
adanya keluhan gatal dan bercak merah berisisik pada lokasi predileksi.
Keluhan dapat bersifat akut (hitungan hari) maupun kronis (bulanan sampai
tahunan), dengan ataupun tanpa riwayat rekurensi. Penyakit yang bersifat
kronis dengan frekuensi rekurensi tinggi memiliki prognosis yang lebih
buruk karena sering dijumpai perluasan lesi yang progresif.

 Gambaran klinis
1. Psoriasis vulgaris
2. Psoriasis gutata
3. Psoriasis plak kecil
4. Psoriasis inversa/fleksural
5. Psoriasis eritroderma
6. Psoriasis pustulosa
7. Sebopsoriasis
8. Psoriasis linearis
 Penatalaksanaan
Terdapat 3 jenis terapi yaitu terapi topikal, fototerapi dan
sistemik. Terapi pada psoriasis vulgaris diberikan berdasarkan pada
luas area tubuh yang terkena.
a. Terapi topikal : emolien, glukokortikoid, analog vitamin D, asam
salisilat, dithranol, tazaroten dan tar.
b. Fototerapi : narrow-band ultraviolet B (NB-UVB), broad-band
ultraviolet B (BB-UVB), psoralen yang dikombinasikan dengan
sinar ultraviolet A (PUVA), laser excimer dan klimatografi.
c. Terapi sistemik : metotreksat, asitretin, agen biologis (alefacept,
etanercept, adalimumab, infliximab, ustekinumab), siklosporin
A, hidroksiurea, 6-tioguanin, celcept dan sulfasalazine.
DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA)
 Definisi
Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan atopi. DKA
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi
tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit yang sebelumnya
tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan dan edema pada kulit.

• Amado A, Taylor JS, Sood A. Irritant contact dermatitis. In: Fitzpatrick's Dermatology
in General Medicine, 8111 • Ed. New York: Mc Graw-Hill; 2012. P 499-506.
• Cohen DE, Jacob SE. Allergic contact dermatitis. In:Fitzpatrick's Dermatology in
General Medicine. 8111 ed. New York: Mc Graw-Hill; 2012. p 152-64.
EPIDEMIOLOGI

Bila dibandingkan dengan OKI, jumlah pasien OKA lebih


sedikit, karena hanya mengenai orang dengan keadaan kulit sangat
peka (hipersensitif). Diperkirakan jumlah OKA maupun OKI makin
bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang
mengandung bahan kimia yang di- pakai oleh masyarakat. Namun,
informasi mengenai prevalensi dan insidens OKA di masyarakat
sangat sedikit, sehingga angka yang mendekati kebenaran belum
didapat. Dahulu diperkirakan bahwa kejadian OKI akibat kerja
sebanyak 80% dan OKA 20%, tetapi data baru dari lnggris dan
Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak alergik
akibat kerja karena temyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50
dan 60 persen
 Etiologi
Penyebab DKA ialah bahan kimia sederhana dengan berat
molekul rendah (< 1000 dalton), disebut sebagai hapten, bersifat
lipofilik, sangat reaktif, dan dapat menembus stratum komeum
sehingga mencapai sel epidermis bagian dalam yang hidup. Berbagai
faktor berpengaruh terhadap kejadian DKA, misalnya potensi
sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena,
lama pajanan, oklusi, suhu dan kelem-baban lingkungan, vehikulum
dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi
kontak (keadaan stratum komeum, ketebalan epidermis), status imun
(misalnya sedang mengalami sakit, atau terpajan sinar matahari
secara intens).
 Gejala klinis
Pasien umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada
tingkat keparahan dan lokasi dermatitisnya. Pada stadium akut
dimulai dengan bercak eritematosa berbatas tegas kemu dian diikuti
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat
pecah menyebabkan erosi dan eksudasi (basah). DKA akut di tempat
tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum, lebih didominasi
oleh eritema dan edema. Pada DKA kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, berbatas tidak
tegas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan
kronis; dengan kemungkinan penyebab campuran. DKA dapat meluas
ke tempat lain, misalnya dengan cara autosensitisasi.
 Pengobatan
1. Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk
mengatasi peradangan pada DKA akut yang ditandai dengan
eritema, edema, vesikel atau bula, serta eksudatif (madidans)
2. Topikal cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutan
asam salisilat 1: 1000, atau pemberian kortikosteroid atau
makrolaktam (pimecrolimus atau tacrolimus) secara topikal.

 Prognosis
Prognosis DKA umumnya baik, sejauh dapat menghindari bahan
penyebabnya. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi
bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik,
dermatitis numularis, atau psoriasis), atau sulit menghindari alergen
penyebab, misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang
terdapat di lingkungan pasien.
kelamin keluarga

Ptiriasis 15-40 Wanita + + + Badan, -


rosea tahun >pria ekstremitas atas
dan sekitar leher

Tinea Semua Semua + + + Wajah, leher, -


korporis usia gender lengan, dan
tungkai

Dermatitis 30-50 pria + + + Badan, wajah, +


seboroik tahun >wanita kepala dan
lipatan tubuh

Psoriasis 10-70 Semua + + + Kepala, genital, +


vulgaris tahun gender umbilikus,
permukaan
ekstensor,
lumbo sakral,
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai