MODUL II GATAL
Nelci kayame 4517111036
Astuti Yunus 4517111039
Andi Dian Ameliana 4517111040
Destri Neli Aris 4517111041
Anisa Lumalin 4517111043
Jelita Arung Palobo 4517111044
Zakiah Rahma Tahrim 4517111047
Muh. Riza Arif Vitaria 4517111048
Calvin Wijaya 4517111049
Skenario
Seorang wanita 20 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan gatal dan
bercak kemerahan disertai sisik pada daerah badan yang telah dialami sejak
2 minggu yang lalu. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak
ada. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
KATA KUNCI
Wanita, 20 tahun
Ada gatal dan bercak kemerahan disertai sisik pada
badan
Keluhan dialami sejak 2 minggu
pusat
persepsi thalamus bersinaps
imun bawaan/
proses
nonspesifik dan antigen
inflamasi
sistem imun
Nonspesifik
kulit
vasodilatasi kemerahan
Sel-sel ke stratum
diferensiasi korneum
hidup
2. Pemeriksaan TTV
2. Pemeriksaan kultur
3. Pemeriksaan histopatologi
4. Pemeriksaan darah
PTIRIASIS ROSEA
Definisi
Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut yang diawali dengan timbulnya
makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus (“herald patch”), kemudian
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu timbul lesi serupa dengan ukuran lebih kecil di
badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit (christmas tree pattern).
Epidemiologi
3. Jarang pada anak-anak <2 tahun dan orang tua >65 tahun
2. Varian
Diagnosis Banding
1. Sifilis sekunder
2. Tinea korporis
3. Dermatitis numularis
4. Psoriasis gutata
7. Dermatitis seboroik
8.
Pemeriksaan Penunjang
b) Medikamentosa
5. Kortikosteroid topikal.
6. Sistemik
10. Asiklovir 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari 6 diindikasikan sebagai terapi pada
awal perjalanan penyakit yang disertai flu-like symptoms atau keterlibatan kulit
yang luas.
11. Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan
dosis tetap sebesar 250 mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu.
Edukasi
a. Kelainan kulit dapat sembuh sendiri.
c.
Prognosis
1. Pemeriksaan mikroskopis,
2. Kultur
- Sistemik
1. Terbinafin
2. Itrakonazol
3. Ketokonazol
4. Griseofulvin
- Topikal
5. Mikonazol
6. Klotrimazol
7. Ketokonazol
8. AsamUndesilenat
9. Siklopiroksolamin
10. Haloprogin
Diagnosis Banding
1. Psoriasis
2. Dermatitis atopic dewasa
3. Dermatitis kontak iritan
4. Dermatofitosis
5. Rosasea
Tatalaksana
1. Sampo :yang mengandung obat anti malassezia
2. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada
kulit dapat dilakukan dengan mencuci wajah berulang dengan sabun lunak.
3. Skuma dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat
atau sulfur
4. Pengobatan simtomatik dengan kortikosteroid topical potensi sedang,
immunosupresan topical (takrolimus
5. dan pimekrolimus) terutama untuk daerah wajah sebagai penganti
kortikosteroid topical.
6. Metronidazole topical, siklopiroksolamin, talkasitol, benzoil peroksida dan
salep litium suksinat 5%.
7. Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvensional dapat
digunakan terapi sinar ultraviolet-B (UVB) atau pemberian intrakonazole
100mg/hari per oral selama 21 hari.
8. Bila tidak membaik dengan semua modalitas terapi, pada dermatitis
seboroik yang luas dapat diberikan preddnisolon 30 mg/hari untuk respons
cepat.
PSORIASIS VULGARIS
Definisi
Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit kulit inflamasi kronis
residif yang dicirikan oleh lesi berupa plak eritema yang ditutupi oleh
skuama tebal, kasar, kering berwarna putih keperakan pada area
predileksi seperti ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit
kepala, lumbosakral bagian bawah, bokong dan genitalia. Selain
tempat-tempat tersebut lesi juga dapat dijumpai pada umbilikus dan
ruang intergluteal.
Gambaran klinis
1. Psoriasis vulgaris
2. Psoriasis gutata
3. Psoriasis plak kecil
4. Psoriasis inversa/fleksural
5. Psoriasis eritroderma
6. Psoriasis pustulosa
7. Sebopsoriasis
8. Psoriasis linearis
Penatalaksanaan
Terdapat 3 jenis terapi yaitu terapi topikal, fototerapi dan
sistemik. Terapi pada psoriasis vulgaris diberikan berdasarkan pada
luas area tubuh yang terkena.
a. Terapi topikal : emolien, glukokortikoid, analog vitamin D, asam
salisilat, dithranol, tazaroten dan tar.
b. Fototerapi : narrow-band ultraviolet B (NB-UVB), broad-band
ultraviolet B (BB-UVB), psoralen yang dikombinasikan dengan
sinar ultraviolet A (PUVA), laser excimer dan klimatografi.
c. Terapi sistemik : metotreksat, asitretin, agen biologis (alefacept,
etanercept, adalimumab, infliximab, ustekinumab), siklosporin
A, hidroksiurea, 6-tioguanin, celcept dan sulfasalazine.
DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA)
Definisi
Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan atopi. DKA
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi
tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit yang sebelumnya
tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan dan edema pada kulit.
• Amado A, Taylor JS, Sood A. Irritant contact dermatitis. In: Fitzpatrick's Dermatology
in General Medicine, 8111 • Ed. New York: Mc Graw-Hill; 2012. P 499-506.
• Cohen DE, Jacob SE. Allergic contact dermatitis. In:Fitzpatrick's Dermatology in
General Medicine. 8111 ed. New York: Mc Graw-Hill; 2012. p 152-64.
EPIDEMIOLOGI
Prognosis
Prognosis DKA umumnya baik, sejauh dapat menghindari bahan
penyebabnya. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi
bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik,
dermatitis numularis, atau psoriasis), atau sulit menghindari alergen
penyebab, misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang
terdapat di lingkungan pasien.
kelamin keluarga