TERHADAP PEREMPUAN
Oleh: KELOMPOK
12
(KELAS B-14B)
2021
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puja dan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa , karena atas asung kertha
wara nugraha Hyang Widhi makalah ini disusun . Agar pembaca dapat memperluas tentang
Keperawatan Kesehatan Reproduksi yang saya sajikan berdasarkan dari berbagai sumber
buku maupun dari media internet.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.......................................................................................................................7
2.1 Definisi........................................................................................................................7
2.2 Etiologi........................................................................................................................7
2.6 Dampak......................................................................................................................17
2.7 Pencegahan................................................................................................................19
BAB III...................................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................................22
3.1 Simpulan....................................................................................................................22
3.2 Saran..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologi. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang
dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar – mandir, bicara kasar, suara tinggi
menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul
benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan
mencegah/mengontrol perilaku kekerasan (Damaiyanti, 2010)
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia.
Dalam keluarga, manusia belajar untuk mulai berinteraksi dengan orang lain. Oleh
karena itulah umumnya orang banyak menghabiskan waktunya dalam lingkungan
keluarga. Sekalipun keluarga merupakan lembaga sosial yang ideal guna
menumbuhkembangkan potensi yang ada pada setiap individu, dalam kenyataannya
keluarga sering kali menjadi wadah bagi munculnya berbagai kasus penyimpangan
atau aktivitas ilegal lain sehingga menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan, yang
dilakukan oleh anggota keluarga satu terhadap anggota keluarga lainnya seperti
penganiayaan, pemerkosaan, pembunuhan. Situasi inilah yang lazim disebut dengan
istilah Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam
keseharian. Pada umumnya, dalam struktur kekerabatan di Indonesia kaum laki-laki
ditempatkan pada posisi dominan, yakni sebagai kepala keluarga. Dengan demikian,
bukan hal yang aneh apabila anggota keluarga lainnya menjadi sangat tergantung
kepada kaum laki-laki. Posisi laki-laki yang demikian superior sering kali
menyebabkan dirinya menjadi sangat berkuasa di tengah-tengah lingkungan keluarga.
Bahkan pada saat laki-laki melakukan berbagai penyimpangan kekerasan terhadap
anggota keluarga lainnya dimana perempuan dan juga anak menjadi korban utamanya
tidak ada seorang pun dapat menghalanginya.
Data kasus kekerasan terhadap perempuan cenderung meningkat setiap tahun
secara drastis. Pada tahun 2012 lebih dari 600 kasus, tahun 2013 tercatat lebih 992
kasus. (komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan, 2013)
Selama tahun 2011 tercatat kejadian KDRT sebanyak 139.000 kasus, dan
antara Januari-Maret 2013, kasus KDRT dilaporkan sebanyak 919 kasus. (KPAI)
maupun tidak langsung menjadi bagian dari keluarga sementara saat itu dalam
keluarga. Seperti pembantu rumah tangga maupun sanak saudara yang kebetulan
tinggal dalam keluarga tersebut dengan tidak memberi pembatasan apakah mereka
laki-laki atau perempuan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan KDRT
2. Untuk mengetahui etiologi terjadinya kejadian kekerasan dalam rumah tangga
3. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan sebelum pemeriksaan
4. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik korban kekerasan dalam rumah tangga
5. Untuk mengetahui role play pemeriksaan fisik korban KDRT
6. Untuk mengetahui dampak KDRT terhadap Anak
7. Untuk mengetahui pencegahan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)
8. Untuk mengetahui tipe kekerasan dalam KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)
9. Untuk mengetahui peran perawat dalam kasus KDRT (kekerasan dalam rumah
tangga).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Berdasarkan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) No. 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa Kekerasan dalam Rumah
Tangga merupakan setiap perbuatan pada seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan
atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara hukum dalam lingkup rumah tangga.
Yang ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga yang diwarnai dengan
penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu dari permasalahan sosial
yang penting sekali dimana perempuan ditempatkan dalam posisi lebih rendah
dibandingkan laki-laki. (Darmono & Diantri, 2008). Kekerasan dalam keluarga
mencakup penganiayaan fisik, emosional, dan fisik pada anak-anak, pemukulan
pasangan, pemerkosaan, dan penganiayaan lansia. (Sheila L.Videbeck.2008)
2.2 Etiologi
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian kekerasan
dalam rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi :
7. Kehidupan keluarga yang kacau, tidak saling mencintai dan menghargai, serta tidak
menghargai peran wanita
8. Kurang adanya keakraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga
9. Adanya perilaku meniru yang diserap oleh anak karena terbiasa melihat kekerasan
dalam rumah tangga. Pelaku juga memiliki perilaku yang temperamen tinggi, mudah
tersinggung dan cepat marah kepada istri karena tidak patuh terhadap suami.
10. Beban pengasuhan anak : istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban
sebagai pengasuh anak. ketika terjadi hal yang tidak diinginkan terjadap anak, maka
suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
11. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik : tindakan ini merupakan faktor
dominan yang dilakukan suami sebagai pelampiasan dari ketersinggungan atau
kekecewaan karena tidak dipenuhi keinginan suami. tindakan inni juga biasanya
dilakukan dengan tujuan agar istri jadi penurut. sehingga apa kata suami dapat dituruti
oleh istri
12. Frustasi : teori frustasi - agresi menyatakan bahwa kekerasan sebagai suatu cara untuk
mengurangi ketegangan yang dihasilkan situasi frustasi. Teori ini berasal dari suatu
pendapat yang masuk akal bahwa sesorang yang frustasi sering menjadi terlibat dalam
tindakan agresif. Orang frustasi sering menyerang sumber frustasinya atau
memindahkan frustasinya ke orang lain. Misalnya : belum siap kawin, suami belum
memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang mencukupi kebutuhan rumah tangga.
13. Pendidikan yang rendah
Bagi pasangan suami-istri yaitu karna tidak ada nya pengetahuan bagi kedua nya
dalam hal bagaimana cara mengimbangi pasangan dan mengatasi keuangan yang
dimiliki pasangan dalam menyelaraskan sifat-sifat yang tidak cocok diantara
keduanya.
1) Anamnesis umum:
Umur
Status pernikahan
Siklus menstruasi
2) Anamnesis khusus:
Urutan kejadiaan.
Jenis penderaan.
Oleh siapa, kapan, dimana, dengan apa, berapa kali.
Orang yang ada disekitar.
Waktu jeda antara kejadian dan kedatangan ke RS.
Kesehatan sebelumnya.
Trauma serupa waktu lampau.
Riwayat penakit lampau.
2. Pemeriksaan pakaian
Lakukan dengan teliti, apakah terdapat :
a. Robekan baju: lama atau baru, sepanjang alur jahitan atau melintang.
b. Kancing yang terlepas: akibat tarikan atau bukan.
c. Bercak/ noda : darah, semen/air mani, lumpur, dll.
d. Kondisi pakaian: rapi, benda yang melekat, ada/tidaknya trace evidence
e. Benda/sampel segera dikirim ke laboratorium kriminologi untuk pemeriksaan
lanjut.
3. Pemeriksaan tubuh korban
Pemeriksaan Umum
Yang perlu dilakukan antara lain:
a. Deskripsi penampilan : rambut rapi/kusut, ekspresi wajah, emosi pasien,
tenang/gelisah.
b. Tanda pernah hilang kesadaran, needle marks
c. Tanda-tanda bekas kekerasan dan perlawanan pada daerah predileksi (mulut, leher,
pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam, pinggang).
d. Pemeriksaan antropometri : tinggi badan, berat badan
e. Tanda-tanda vital
1) Suhu tubuh
2) Denyut nadi
3) Pernafasan
4) Tekanan darah.
5) Pemeriksaan kepala dengan urutan inspeksi, palpasi
6) Pemeriksaan pupil : ukuran (pin point/miosis/midiriasis), refleks cahaya
7) Pemeriksaan tubuh dengan urutan inspeksi, palpasi, perkusi
8) Pemeriksaan sistem organ tubuh : jantung, paru, abdomen.
9) Pengumpulan sampel (benda asing, semen, helaian rambut, jaringan pada kuku).
10) Pemeriksaan daerah anus pada kasus sodomi, penetrasi ke anus akan
memberikan tanda khas.
11) Pemeriksaan kandungan dan kebidanan
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh spesialis obstetri-ginekologis.
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan:
a) Pemeriksaan area genitalia : rambut pubis yang bertautan, semen yang
mengering/ bercak semen, lakukan swab.
b) Pada vulva, introitus vagina : tanda bekas kekerasan (hiperemi, edema,
memar, luka lecet); lakukan swab pada vestibulum.
c) Periksa jenis hymen, keutuhan hymen. Jika sudah ruptur, sudah lama atau
baru, lokasi ruptur, sampai ke insertio atau tidak; tentukan besar orificium;
ada/tidak deflorasi (tidak harus ada).
d) Pada frenulum labiorum pudenda dan commisura labiorum: utuh/tidak.
e) Lakukan pemeriksaan dengan speculum jika memungkinkan, memeriksa
vagina dan serviks, ada tidaknya infeksi.
f) Lakukan swab pada vagina
Jika pada hymen masih utuh, pengambilan sampel dilakukan sebatas
vestibulum.
4. Pemeriksaan Kesehatan Mental
Pasien/ korban dirujuk pada seorang psikolog atau psikiater untuk diperiksa
status mentalnya. Pasien mungkin menderita trauma psikis dan perubahan tingkah
laku. Perujukan dan pemeriksaan ini berkaitan dengan pelaporan dalam visum et
repertum juga untuk pengobatan.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan analisis sampel yang diperoleh dari tubuh dan pakaian;
1. analisis DNA dari semen, rambut pubis.
2. periksa ada tidaknya infeksi kuman, misalnya N. gonorrhea.
3. periksa darah korban jika indikasi diberi obat-obatan tertentu.
4. Jika rentang waktu kejadian dan pemeriksaan cukup lama, maka dapat dilakukan tes
kehamilan.
5. Selain itu dapat dilakukan juga pemeriksaan terhadap tersangka antara lain
kecocokan DNA pria dengan DNA pada tubuh korban, ada/tidaknya epitel vagina
pada penis tersangka.
6. Pencitraan radiologi
Pencitraan dapat dilakukan jika diperlukan, misalnya kemungkinan fraktur akibat
kekerasan selama kejadian atau dapat juga untuk mendeteksi kehamilan.
Tanggal 25 September 2021, Pukul 15.00 WITA. Perawat menerima pasien seorang
perempuan yang di antar oleh saudara laki-lakinya dan di temani petugas kepolisian, yang
kondisi lemah, penampilan berantakan, baju robek, rambut berantakan. Saudara laki-
lakinya yang didampingi oleh petugas kepolisian membawa sebuah surat keterangan untuk
permintaan pemeriksaan visum, bahwa adik kandungnya mengalami pelecehan seksual
pemerkosaan yang di lakukan oleh ayah tirinya sendiri.
Perawat : “ selamat sore, saya perawat .........., boleh saya bertanya sebentar mengenai
identitas dan hal lainnya, sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik ?”
Perawat : “ bisa saya ajukan pertanyaan mengenai kejadian yang adik alami ?”
Perawat : “ bisa sebutkan nama, umur, tanggal lahir, serta status pernikahan ?”
Pasien : “ nama saya A.N, umur 15 tahun, tanggal lahir 25 Agustus 2006, status belum
menikah
Perawat : “ baik sekarang saya bertanya mengenai siklus mentruasi adik apakah teratur dan
kapan terakhir menstruasi ?”
Pasien : “ menstruasi saya teratur sus, dan terakhir sekitar tgl 20 september kemarin “
Pasien “ tidak ada riwayat penyakit sus, dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
tertentu”
Perawat : “ sekarang boleh saya tanya mengenai kejadian yang adik alami tadi, kalau adik
belum siap tidak masalah ?”
Pasien : “ saya sedang sendirian bersama ayah tiri saya di rumah sus, kakak saya sedang
kuliah. Lalu ibu saya sudah meninggal sejak 3 bulan yang lalu. Pada saat dulu masih
bersama ibu saya, ayah tiri saya masih baik kepada saya dan kakak saya. Tadi siang sekitar
pukul 11 saya disuruh untuk mengantarkan teh ke kamar ayah saya. Lalu ayah saya berniat
melecehkan saya dan memperkosa saya. Lalu saat itu kakak saya datang dan menghentikan
apa yang ayah saya lakukan”
Perawat : “ saya mengerti, sebelum kejadian hari ini apakah sebelumnya pernah terjadi
kejadian serupa atau kejadian lainnya ?”
Pasien : “ sebelumnya tidak pernah sus, ini pertama kalinya seperti ini, memang ayah tiri
saya terkesan galak dan keras saat berbicara, namun tidak pernah dia melakukan hal seperti
tadi siang”
Perawat : “ sebelumnya adik apakah pernah mengalami kejadian serupa diluar kejadian
dengan ayah tiri adik saat ini “
Kakak pasien : “ sekitar pukul 13.30 sus, setelah dari kantor polisi, lalu polisi
mengantarkan kami ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksan / visum ?”
setelah dilakukan tanya jawab mengenai identitas dan kronlogis kejadian, selanjutnya
dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien, dimulai dari pemeriksaan pada pakaian pasien
Perawat : “ sekarang saya akan melakukan pemeriksaan pada pakaian yang sedang adik
pakai, boleh kita ganti baju sebentar adik ?”
Perawat : (memeriksa pakaian pasien, dan ditemukan robekan baru dan kancing yang lepas
pada pakaian pasien serta terdapat noda bekas air mani pada pakaian pasien)
Perawat : “ baik kita sudah selesai melakukan pemeriksaan pada pakaian adik, nantinya
pakaian ini akan di bawa oleh kepolisian untuk barang bukti. Sekarang kita lakukan
pemeriksaan fisik pada adik”
Perawat : sekarang kita akan melakukan pemeriksaan fisik pada tubuh adik ?”
Perawat : (melakukan pemeriksaan kepala, pupil, tubuh dan sistem organ tubuh pasien,
serta melakukan pengumpulan sampel yang melekat pada tubuh pasien)
Pada pemeriksaan tubuh pasien didapatkan hasil sebagai berikut : terdapat lebam berwarna
ungu pada wajah bagian pipi, kepala normochepal, pupil isokor, tidak ada kelainan, anus
pasien tidak ada masalah dan bekas pelecehan seksual pada anus. Penampilan pasien
berantakan ekspresi wajah pasien melamun, emosi pasien tenang. Tidak tamapk tanda-
tanda pernah kehilangan kesadaaran. Terdapat tanda-tanda bekasa perlawanan pada
pergelangan tangan dengan tanda lebam pada pergelangan tangan. Pada pemeriksaan tubuh
pasien ditemukan sampel yang ada di sela -sela kuku pasien, dan sampel tersebut sudah
didambil dan dikumpulkan.
Perawat : pemeriksaan fisik sudah saya lakukan, selanjutnya akan ada pemeriksaan fisik
yang dilakukan oleh dokter spesialis kandungan, mohon kerjasamanya adik ”
Dokter SpOG : “selamat sore, saya dr....... yang akan melakukan pemeriksaan pada adik,
mohon kerjasamanya ya?”
Dokter SpOG : (Melakukan pemeriksaan oleh dr. Spesialis obstetri dan ginekologi
mengenai pemeriksaan di area genitalia, vulva serta vagina, jenis hymen dan keutuhannya,
frenulum labiorum pudenda, pemeiksaan ada tidaknya infeksi pada vagina dan serviks
dengan melakukan swab pada vagina untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium)
Didapatkan hasil, terdapat bekas semen yang mengering pada area genital,terdapat tanda-
tanda kekerasan pada vagina yaitu luka lecet, hymen sudah ruptur dan kondisinya baru.
Tidak ditemukannya kondisi infeksi pada vagina maupun serviks pasien. Serta dilakukan
swab untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium.
Dokter : “ pemeriksaanya sudah selesai, tinggal nanti kita menunggu hasil lab, baru nanti
kita sampaikan bagaimana hasilnya”
Perawat : “pemeriksaan fisiknya sudah selesai adik, sekarang adik akan melakukan
konseling mengenai trauma yang adik alami agar trauma adik sekarang tidak berdampak
buruk pada kesehatan mental adik nantinya”
Perawat : “ terimakasih adik sudah mau bekerja sama dan membantu dalam proses
pemeriksaan ini, saya berdoa yang terbaik untuk adik”
Pasien : “ iya sus, saya juga berterima kasih pada suster dan dokter”
Anamnesa dan pemeriksaan fisik selesai, pasien keluar dari ruang pemeriksaan dan
melanjutkan konseling pada bagian psikolog/ psikiater. Serta menunggu hasil tes
pemeriksaan keluar untuk dijadikan bukti kepada kepolisian.
2.6 Dampak
Dampak KDRT terhadap Anak menurut Marianne James, Senior Research pada
Australian Institute of Criminology (1994) adalah :
Dalam tahun kedua fase perkembangan, Dampak yang terjadi seperti seringnya sakit,
memiliki rasa malu yang serius, dan memiliki masalah selama dalam pengasuhan,
terutama masalah sosial, misalnya : memukul dan menggigit.
meningkatkan riset dan pendalaman dalam aspek prevensi, promosi dan deteksi dini.
berperan sebagai advokat, perawat harus senantiasa terbuka untuk suatu kerja sama
yang baik dengan lembaga penyedia layanan pendampingan dan bantuan hukum,
mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak kekerasan dalam
rumah tangga, melatih kader- kader (LSM) untuk mampu menjadi pendampingan
korban kekerasan.
6. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi (anjurkan segera lakukan
pemeriksaan visum), Pengaduan dan visum terhadap KDRT berupa kekerasan fisik
memang sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, seketika setelah KDRT terjadi. Hal
ini agar tanda-tanda fisik bekas penganiayaan tidak keburu hilang.
8. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif (Ruang Pelayanan
Khusus).
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan pada seseorang terutama
pada perempuan dalam bentuk penganiayaan fisik, emosional, seksual pada anak,
pengabaian anak dan lansia yang berakibat timbulnya kesengsaraan, kekerasan dalam
lingkup rumah tangga. Yang ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga yang
diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan.
Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu faktor
individual, sosio budaya, ekonomi, religi. Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa
kekerasan fisik, psikologi, seksual, dan penelantaran rumah tangga. Kekerasan dalam
rumah tangga bisa berdampak pada korban seperti sakit fisik, cacat mental, merasa
ketakutan, menurunkan seksualitas, keterlambatan dalam belajar, merasa tidak
dihargai, depresi, dan bisa berakibat kematian.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami ingin meminta serta
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca serta dosen pengasuh agar
makalah yang kami buat bisa menjadi sempurna dan jauh lebih baik dari sebelumnya,
semoga makalah ini dapat dijadikan suatu refrensi atau panduan bagi mahasiswa
keperawatan khususnya atau kalangan umum untuk membuat atau melanjutkan
pendidikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar Ana Nadhya, Tamtari Wini (Ed) (2001). Konstruksi Seksualitas Antara Hak dan
Kekuasaan. Yogyakarta: UGM.
At–Thahirah, Almira. 2006. Kekerasan Rumah Tangga Produk Kapitalisme (Kritik Atas
Persoalan KDRT). Bandung: UN
Darmono & Diantri, 2008. Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan Jiwa. Jakarta: FK.UI