A. Definisi
Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang dengan defisiensi atau
kelainan biologik faktor VIII dan (antihemophilic globulin) dan faktor IX dalam plasma (David
Ovedoff, Kapita Selekta Kedokteran).
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu
faktor pembekuan darah. Hemofilia merupakan penyakit gangguan pembekuan darah dan
diturunkan oleh melalui kromoson X. Hemofilia di bedakan menjadi dua, yaitu Hemofilia A yang
ditandai karena penderita tidak memiliki zat antihemofili globulin ( faktor VIII), Hemofilia B
atau Penderita tidak memiliki komponen plasma tromboplastin.
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang sering dijumpai.
Hal ini bisa terjadi karena mutasi gen faktor pembekuan darah yaitu faktor VIII atau faktor IX
kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif. Hemofilia
lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya mempunyai satu kromosom X,
sedangkan wanita umumnya sebagai pembawa sifat saja (carier). Namun wanita juga bisa
menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom X dari ayah hemofilia dan ibu pembawa carrier
dan bersifat letal.Mekanisme pembekuan pada penderita hemofili mengalami gangguan, dimana
dalam mekanisme tersebut terdapat faktor pembekuan yang di beri nama dengan angka romawi,
I-XII
KLASIFIKASI
Sebagai kelainan resesif yang terkait dengan kromosom X dan terutama mengenai
laki-laki, penyakit hemofilia A ditandai oleh berkurangnya jumlah serta aktivitas factor
VIII. Gambaran klinisnya hanya terjadi jika terdapat defisiensi berat (kadar factor VIII
kurang dari 1% dari nilai normal). Derajat defisiensi yang ringan atau sedang (kadar 1%-
50% dari nilai normal) bersifat asimtomatik kendati dapat terjadi pendarahan pasca
trauma yang serius. Defisiensi protein prokoagulan factor VIII yang berfariasi
mengakibatkan berbagai tipe mutasi gen factor VIII. Secara klinis, hemofilia berkaitan
dengan keadaan berikut ini :
B. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini bermanifestasi klinik pada laki-laki. Angka kejadian hemofilia A sekitar 1:
10.000 orang dan hemofilia B sekitar 1:25.000 – 30.000 orang. Belum ada data mengenai angka
keberapa di Indonesia, namun diperkirakan sekitar 20.000 kasus dari 200 juta penduduk
Indonesia saat ini. Kasus hemofilia A lebih sering dijumpai dibandingkan hemofilia B, yaitu
berturut-turut mencapai 80-85% dan 10-15% tanpa memandang ras, geografi, dan keadaan social
ekonomi. Mutasi gen secara spontan diperkirakan mencapai 20-30% yang terjadi pada pasien
tanpa riwayat keluarga.
Belum ada data penderita hemofilia di Indonesia dan data yang ada, baru di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta sebanyak 175 penderita. Salah satu kegiatan yayasan
hemofilia Indonesia adalah mengumpulkan data penderita hemofilia di Indonesia, terutama yang
ada di rumah sakit di seluruh Indonesia. Penyakit hemofilia merupakan penyakit yang relatif
langka dan masih perlu terus dipelajari untuk pemahaman yang lebih baik dalam mendeteksi dan
menanggulanginya secara dini (digilib. unsri. ac.id, 2006).
Penderita hemofilia di Indonesia yang teregistrasi di HMHI Jakarta tersebar hanya pada
21 provinsi dengan jumlah penderita 895 orang, jumlah penduduk Indonesia: 217.854.000
populasi, prevalensinya 4,1/1 juta populasi (0,041/10.000 populasi), hal ini menunjukkan masih
tingginya angka undiagnosed hemofilia di Indonesia. Angka prevalensi hemofilia di Indonesia
masih sangat bervariasi sekali, beberapa kota besar di Indonesia seperti DKI Jakarta, Medan,
Bandung, dan Semarang angka prevalensinya lebih tinggi (digilib. usu. ac.id, 2006).
C. ETIOLOGI
Penyebab utama dari penyakit hemofilia adalah adanya faktor keturunan atau genetik,
walaupun sekitar 30% dari kasus hemofilia tidak mempunyai riwayat keluarga, hal ini terjadi
akibat mutasi spontan. Hemofilia diturunkan oleh ibu sebagai pembawa sifat yang mempunyai 1
kromosom X normal dan 1 kromosom X hemofilia.
Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan secara X-linked resesive.
Oleh karena itu kebanyakan penderitanya adalah laki – laki, sedangkan wanita merupakan karier
atau pembawa sifat. Sekitar 30% dari kasus hemofilia tidak mempunyai riwayat keluarga, hal ini
terjadi akibat mutasi spontan (hemofila. or. Id, 2006).
Hemofilia merupakan suatu penyakit dengan kelainan faal koagulasi yang bersifat
herediter dan diturunkan secara X - linked recessive pada hemofilia A dan B ataupun secara
autosomal resesif pada hemofilia C. Hemofilia terjadi oleh karena adanya defisiensi atau
gangguan fungsi salah satu faktor pembekuan yaitu faktor VIII pada hemofilia A serta kelainan
faktor IX pada hemofilia B dan faktor XI 1-4 pada hemofilia C. Biasanya bermanifestasi pada
anak laki-laki namun walaupun jarang, hemofilia pada wanita juga telah dilaporkan. Wanita
umumnya bertindak sebagai karier hemofilia. Secara imunologis, hemofilia dapat memiliki
varian-varian tertentu (digilib. unsri. ac. id, 2006).
1. Faktor Genetik
2. Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan
kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi yang
fungsional dari faktor VIII ini tereduksi. Aktifasi reduksi dapat menurunkan jumlah
protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein.Faktor VIII menjadi
kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif,
fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktifasi faktor X
yang kompleks (”Xase”), sehingga hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini dapat
mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya aktifitas faktor X yang aktif dimana
berfungsi mengaktifkan protrombin menjadi trombin, sehingga jika trombin mengalami
penurunan pembekuan yang dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan mengakibatkan
pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam penyembuhan luka. (Price &Wilson, 2003)
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki,karena mereka hanya mempunyai satu
kromosom X, sedangkan wanita umumnya sebagai pembawa sifat saja (carier).
E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada jaringan yang
letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap
pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana
tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada
hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya gangguan
pembekuan, di awali ketika seseorang berusia ± 3 bulan atau saat akan mulai merangkak maka
akan terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya.
Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal. Rasionalnya
adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran
tempat darah mengalir keseluruh tubuh). Darah keluar dari pembuluh. Pembuluh darah mengerut/
mengecil kemudian Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh apabila
kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman ( Benang Fibrin)
penutup luka tidak terbentuk sempurna, akibatnya darah tidak berhenti mengalir keluar
pembuluh. Sehingga terjadilah perdarahan.
F. PATHWAY
Hemofilia
Hemofilia A Hemofilia B
Gg. aktifitas
Kurang
pengetahua
n
G. GEJALA KLINIS
1. Terjadi perdarahan spontan pada sendi dan otot yang berulang disertai dengan rasa nyeri
dan terjadi bengkak.
2. Perdarahan sendi yang berulang menyebabkan atropi hemofilia dengan menyempitkan
ruang sendi, Krista tulang dan gerakan sendi yang terbatas.
3. Biasanya perdarahan juga dijumpai pada Gastrointestinal, hematuria yang berlebihan dan
juga perdarahan otak
4. Terjadi hematoma pada extremitas
5. Keterbatasan dan nyeri sendi yang berkelanjutan pada perdarahan.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
b. Hemofilia B :
1) Defisiensi factor IX
2) PTT (Partial Thromboplastin Time) amat memanjang
3) PT (Prothrombin Time)/ waktu protombin dan waktu perdarahan normal
4) TGT (Thromboplastin Generation Test)/ diferential APTT dengan serum abnormal
I. PROGNOSIS
J. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
1. Terapi Suportif
K. PENATALAKSANAAN
Tranfusi untuk perdarahan dan gunakan kriopresipitat faktor VIII dan IX, tranfusi di
lakukan dengan teknik virisidal yang di ketahui efektif membunuh virus-virus yang dapat
menyebabkan infeksi lain akibat tranfusi, dan di sebut sebagai standar terbaru tatalaksana
hemofilia yaitu FVIII rekombinan sehingga dapat menghilangkan resiko tertular virus.
HEMOFILIA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit terdahulu
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Data focus
- Data subyektif
- Data obyektif
1) Aktivitas
B. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan pasien terlihat meringis
2. Gangguan aktivitas berhubungan dengan gerakan sendi terbatas ditandai dengan pasien
mengatakan kesulitan dalam bergerak
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas
4. Ansietas berhubungan dengan deformitas
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ansietas ditandai dengan pasien terlihat
gelisah
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
1) Biodata klien
agama : Islam,
dx medis : Hemofilia
Umur : 36 th,
pendidikan : SD (tamat),
pekerjaan :penghasilan: -,
agama : Islam,
Nyeri,
Ibu klien mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut sejak 1 minggu yang lalu.
Nyeri dirasakan hilang timbul seperti tertusuk-tusuk, tampak bengkak dan terasa kencang
pada lutut, nyeri bertambah bila dibuat berjalan dan berkurang bila dibuat istirahat.
Ibu klien mengatakan klien sebelumnya pernah masuk rumah sakit saat berumur 5 tahun
selama 13 hari karena penyakit yang sama. saat itu klien habis cabut gigi, perdarahan terus-
menerus tidak berhenti. klien di diagnosa Hemofilia sejak umur 2 tahun.
Ibu klien mengatakan tidak tahu apakah bapaknya menderita hemofilia. dalam keluarganya
tidak ada yang pernah menderita penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis, penyakit
menahun seperti Hipertensi dan Diabetes.
Selama hamil, ibu sehat,periksa ke bidan desa mendapat pil penambah darah,ibu minum
jamu.
Ibu klien mengatakan bahwa klien lahir spontan di tolong bidan, langsung menangis,
umur kehamilan 9 bulan, BB : 3900 gram, PB : lupa.AS : 8-9.
Ibu klien mengatakan tidak terjadi perdarahan berlebih, tidak terdapat tanda-tanda
infeksi, tidak sesak dan tidak biru.
(4) Riwayat tumbang
Sekarang An. “R” berumur 12 th tidak sekolah sejak umur 11,5 tahun(saat kelas V SD),
sehari-harinya dia bermain dengan teman-temannya di sekitar rumahnya.
Ibu klien mengatakan klien mendapatkan imunisasi: BCG 1x, Polio 3x, DPT 3x,
Campak 1x, TT 1x.
Kesadaran: compos mentis, GCS: 4-5-6, TD : 110/60 mmHg, nadi: 96 x/mnt, RR:
20 x/mnt, suhu : 37 0C/ axila, BB sebelum sakit: 40 kg.
- Kepala
- Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid maupun bendungan vena
jugularis.
- Thorax
I : tidak terdapat kelainan kulit, gerakan dada simetris, bentuk dada bulat
datar.tidak terdapat tarikan intra costae.
A : suara nafas lapang paru vesikular, tidak terdengar suara nafas tambahan,
suara jantung lup dup S1 S2 tunggal.
- Abdomen
- Ekstremitas
- Genetalia
tidak dikaji.
(3) Pemeriksaan penunjang
Hct : 37,1 %
GDA : 100%
Eritrosit : 3.400/000
Leokosit : 8600
Susu3x 200 cc
2. ANALISA DATA
1 2 3 4
P : Bengkak dan
kencang pada lutut
Q : Seperti di tusuk-
usuk
S : 3
T : Saat berjalan
TGL
NO Dx KEPERAWATAN
DITEMUKAN
3. DIAGNOSA PERAWAT
Nama : An “A” No. Reg : 105180040
TGL
NO Dx KEPERAWATAN
DITEMUKAN
1 2 3
DS : Ibu klien mengatakan klien nyeri pada kaki kanan bagian lutut
sejak 1 minggu yang lalu.
P : Bengkak
dan kencang pada lutut
Q : Seperti
di tusuk-usuk
R : Pada
daerah lutut
S : 3
T : Saat
berjalan
2.
.
4. INTERVENSI
Nama : An
“A”
No. Reg : 105180040
Umur : 12
th. Ruang
: Menular Anak
1 3 4 5 6 7
- Klien - Penekanan
mengungkapkan bengkak dapat
kembali menekan syaraf
penyebab nyeri sehingga timbul nyeri.
dan cara
mengatasinya. - Deteksi dini
perkembangan
- Klien keadaan umum klien
bersedia tidak - Anjurkan
menekan daerah anak untuk - Analgesik menekan
yang nyeri. tidak menekan syaraf nyeri.
area bengkak.
- Klien tidak
menekan daerah
yang nyeri.
- Klien
mengatakan - melepas faktor VIII
bengkak di lutut - Pantau ( faktor pembekuan
tidak nyeri lagi. TTV tiap 8 darah)
jam
- RR: < 24
x/mnt
- N : < 94
x/mnt
- Kolaborasi
dengan tim
medis untuk
pemberian
Analgesik bila
perlu.
- pemberian
desmopresin
1 3 4 5 6 7
- kolaborasi
dengan tim
medis
Pemberian
prednisone
. IMPLEMENTASI
Nama : An “A” No. Reg : 105180040
TGL/
NO Dx. KEP. IMPLEMENTASI TTD
JAM
1 2 3 4 5
1. Nyeri 20-09-05 Menjelaskan pada klien bahwa nyeri terasa jika
benjolan ditekan dan diatasi dengan menjaganya
(Dx I) 07.45 agar tidak terkena sentuhan.
Memantau TTV.
- memberikan desmopresin
1 2 3 4 5
09.00
Memberikan prednisone 35 mg/hari
6. EVALUASI
Nama : An “A” No. Reg : 105180040
Baradero, Mary, dkk. 2008. Teori Askep Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
M. Lawrence Tierney, dkk. 2003. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2. Jakarta: SalembaMedika.
Joyce M. Black & Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing . Missouri Elsevier inc.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi Anatomi Buku (1). PenerbitBukuKedokteran EGC: Jakarta.
Budi, Santosa. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.
Wiliams Lippincott. 2003. Clinical Nurse 3 Minute. USA : Wolters Kluwer Company.