Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN PSIKIATRI

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA”

DISUSUN OLEH : KELAS:

B-14B KELOMPOK 8

NI KOMANG ASIH CAHYA PRAMESTI (213221274)

GUSTI AYU MADE DIAH DWI MEIDAYANTI (213221275)

NUR’AINI PRAJNA PARAMITHA (213221276)

I PUTU DIAN PRATAMA (213221277)

NI LUH EVAYANI (213221278)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES


WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, atas berkat dan rahmat beliaulah kami dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “KONSEP PROSES ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami

ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dan sumber-sumber yang

telah membantu saya dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari masih ada banyak kekurangan dalam penulisan

makalah ini, maka dari itu saya harap Bapak/Ibu dapat memberikan

saran/masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga dipenyusunan makalah berikutnya, kami dapat membuat makalah

yang lebih baik sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Denpasar, 22 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu
klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung,
luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien
berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara
holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam
keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan
interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan
interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk
perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih
akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat
untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga
akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar
dalam menghadapi berbagai masalah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang diatas yaitu
sebagai berikut.
1. Bagaimana proses keperawatan jiwa?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan ini ditujukan untuk memenuhi tuntutan akademik sebagai tugas
penulisan makalah untuk mata kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui proses dari keperawatan jiwa.

1.4 Manfaat Penulisan


Tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak
di antaranya penting juga bagi seorang perawat agar mengerti akan proses
keperawatan jiwa sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat bagi
klien/pasien dengan gangguan jiwa, yang sangat penting untuk menunjang
profesi sebagai seorang perawat yang profesional.

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
focus group discussion dan studi pustaka. Pengkajian studi mengenai materi
tersebut ditelaah melalui studi pustaka dengan menggunakan beberapa
literatur dan pencarian data dari internet. Penulis mencari literatur-literatur
baik dari buku literatur maupun dari internet yang berkaitan dengan topik dan
sumbernya bisa dipercaya. Literatur tersebut kemudian dianalisis dengan cara
berdiskusi dalam kelompok focus group discussion dan diinterpretasikan
dengan topik tentang “Proses Keperawatan Jiwa”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PROSES KEPERAWATAN JIWA

2.1.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan , atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan
jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, kemampuan koping yang dimiliki
klien. (Stuart & Larai, 2001). Cara pengkajian lain berfokus pada 5 dimensi
yaitu fisik emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

Isi pengkajian yang dianjurkan bagi perawat di RS jiwa dan mahasiswa


keperawatan, meliputi :

1. Identitas klien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Aspek fisik/biologis
5. Aspek psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek medik

3
Data yang diperoleh dapat dikeompokkan menjadi 2 macam :
1. Data obyektif : yang ditemukan secara nyata yang didapatkan melalui
observasi dan pemeriksaan langsung oleh perawat.

2. Data suyektif : data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga
yang diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.

2.1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA

Kemampuan perawat yang diperlukan dalam merumuskan diagnosa


adalah kemampuan pengambilan keputusan yang logis, pengetahuan tentang
batasan adaftif atau ukuran normal, kemampuan memberi justifikasi atau
pembenaran kepekaan sosial budaya (stuart dan sundeen, 1995). Kegiatan atau
perilaku perawat yang dibutuhkan dalam merumuskan diagnosa adalah
mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan keadaan adaftif,
menganalisa dan mensintesa data, mengidentifikasi kebutuhan atau masalah
klien, memvalidasi dan menyusun masalah dengan klien, membuat pohon
masalah, merumuskan diagnosa keperawatan dan menyusun prioritas diagnosa
keperawatan.

Ada beberapa masalah utama klien yang ditemukan pada proses keperawatan
jiwa , yaitu

1. Isolasi sosial : menarik diri

Diagnosa keperawatan yang digunakan:

a. Risiko perilaku kekerassan terhadap diri sendiri b/d halusinasi


pendengaran

b. Gangguan sensori/persepsi : hausinasi pendengaran b/d menarik diri

c. Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah kronis

4
d. Gangguan pemeliharaan kesehatan b/d deficit perawatan diri : mandi dan
berhias

e. Ketidakefektifan pentalaksanaan program terapeutik b/d


ketidakmampuan keluarga merawat lien di rumah

Pohon masalah didapatkannya diagnosa di atas:

Res. perilaku kekerasan


thd diri sendiri
Akibat

Ketidakefektifan Gg sensori/persepsi :
Gg pemeliharaan
penatalaksanaan halusinasi pendengaran
kesehatan
program terepeutik

Isolasi sosial : menarik diri


Defisit perwtn diri :
mandi & berhias
Masalah utama

Ketidakefektifan koping Gg konsep diri : harga


keluarga : diri rendah kronis
Penyebab
ketidakmampuan keluarga
merawat klien di rumah

2. Perilaku kekerasan

Diagnosa keperawatan yang digunakan :


a. Risiko Perilaku Mencederai Diri berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
b. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis.
c. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan deficit
perawatan diri mandi dan berhias.

5
d. Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.

Pohon masalah didapatkannya diagnosa di atas:

Risiko perilaku Gg pemeliharaan


mencederai diri kesehatan
Akibat

Ketidakefektifan Perilaku kekerasan Defisit perawatan diri :


penatalaksanaan mandi & berhias
Masalah utama
program terapeutik

Gg konsep diri : harga


Ketidakefektifan diri rendah kronis
koping keluarga : Penyebab
ketidakmampuan
keluarga merawat
keluarga di rumah

3. Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

Diagnosa keperawatan yang digunakan :

a. Risiko Perilaku Mencederai Diri berhubungan dengan halusinasi


pendengaran.
b. Gangguan sensori/persepsi : hausinasi pendengaran b/d menarik diri
c. Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah kronis
d. Gangguan pemeliharaan kesehatan b/d defisit perawatan diri : mandi dan
berhias

6
Pohon masalah didapatkannya diagnosa di atas :

Risiko perilaku mencederai diri Gg pemeliharaan kesehatan

Gg sensori/persepsi: halusinasi
Akibat pendengaran

Masalah utama

Defisit perawatan diri : mandi


Isolasi sosial : menarik diri & berhias

Penyebab

Gg konsep diri :
harga diri rendah kronis

2.1.3 PERENCANAAN KEPERAWATAN JIWA


Perencanaan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu : tujuan umum,
tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian masalah dari diagnose yang akan tercapai jika serangkaian
tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyellesaian
etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang
perlu dicapai atau yang perlu dimiliki klien. Umumnya kemampuan klien
pada tujuan khusus dapat di bagi menjadi 3 aspek (Stuart & Laraia, 2001),
yaitu kemapuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari
diagnose keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi
dapat teratasi, dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya
pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Kata kerja yang digunakan untuk menuliskan tujuan berfokus pada perilaku
pada table di bawah ini :

7
Aspek/Domain Kata Kerja yang Dipakai

Jelaskan, hubungkan, uraikan, identifikasikan,


Kognitif
bandingkan,diskusikan, membuat daftar, menyebut

Menerima, mengakui, menyadari, menilai,


Afektif
mengungkapkan, mempercayai

Menempatkan, meniru, menyiapkan, mengulang,


Pikomotor
mengubah, mendemonstrasikan, menampilkan, memberi

Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor tersebut berkaitan langsung dengan


kemampuan klien terhadap diri sendiri. Kemampuan klien terkait dengan tujuan
yaitu:

Kemampuan Klien Tujuan Contoh

Klien dapat
Pengetahuan/kognitif menyebutkan penyebab
ia marah

Klien dapat
mendemonstrasikan satu
Psikomotor
Kemampuan cara marah yang
mengendalikan diri konstruktif

Klien dapat
mengungkapkan
Afektif perasaan setelah terapi
aktivitas kelompok :
latihan asertif

Kemampuan Klien dapat


menggunakan sumber Pengetahuan/kognitif mengidentifikasi teman
daya terdekat

Klien dapat meniru cara

8
berbicara yang
dicontohkan perawat

Klien
dapatmenyampaikan
pada perawat bila ia
mengalami halusinasi

Klien dapat menyadari


Afektif manfaat membuka diri
pada orang lain

Kien dapat menyebutkan


Pengetahuan/kognitif
jam makan obat

Klien dapat meminta


Psikomotor
Kemampuan obat pada jam yang tepat
menggunakan terapi Klien dapat
mengungkapkan
Afektif
perasaan setelah minum
obat

2.1.4 IMPLEMENTASI

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana


tindakan keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi seringkali jauh
berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Yang biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis,
yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat
membahayakan klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak
memenuhi aspek legal.

9
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memfalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhan oleh klien saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah
mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali
apakah tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan
keperawatan, perawat membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelakan
apa yang akan dikerjakan dan peran serta yang diharapkan dari klien.
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon
klien.

2.1.5 EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan


keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi 2,
yaitu: evaluasi proses/formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan
tindakan, evalusi hasil/sumatif yang dilakukan dengan membandingkan
antara repon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan.

Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat
adanya perubahan, serta berupaya mempertahankan dan memelihara
perubahan terssebut. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk
menguatkan perubahan yang positif. Kien dan keluarga juga dimotivasi untuk
melakukan self-reinforcement.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

10
Adapun simpulan yang dapat diambil dari makalah diatas, proses
keperawatan terdiri dari lima fase, yaitu; pengkajian, diagnosa, rencana tindakan,
implementasi, dan evaluasi. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Pada tahap perumusan diagnose
perawat mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan keadaan adaptif,
menganalisa dan mensintesa data, dan mengidentifikasi kebutuhan atau masalah
klien. Pada perencanaan keperawatan terdiri perawat menentukan tujuan umum,
tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Pada tahap implementasi
perawat melakukan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Evaluasi meupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan paparan di atas :


kepada pembaca dapat menambah pengetahuan dan kepada mahasiswa
diharapkan untuk memahami materi ini karena sangat bermanfaat bagi
mahasiswa dalam menjalankan profesinya nanti untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang benar dan tepat kepada klien/pasien jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dan Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Kesehatan


Jiwa. Yogyakarta : Cakrawala ilmu.

11
Keliat, B.A, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta :
EGC.

Kusumawati, Farida. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba


Medika

http://www.academia.edu/5165842/PROSES_KEPERAWATAN_JIWA-psik

http://www.academia.edu/8915544/Makalah_Keperawatan_Kesehatan_Jiwa_Mas
yarakat

12

Anda mungkin juga menyukai