Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN ERITODERMA

DI RUANG KALIMAYA BAWAH RSUD DR.SLAMET GARUT

Disusun oleh:

Bagas Muhammad Rafiqi


211FK01042

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN ERITRODERMA

1. Pengertian
Endoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red= merah) dan
derma, dermatos (skin=kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai
90% atau lebih pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama.
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya
kemerahan atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90%
permukaan tubuh yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum
korneum yang terlepas dari kulit.
Nama lain penyakit ini adalah dermatitis eksfoliatativa generalisata,
meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang agak berbeda. Kata
‘eksfoliasi’ berdasarkan pengelupasan skuama yang terjadi, walaupun kadang-
kadang tidak begitu terlihat, dan kata ‘dermatitis’ digunakan berdasarkan
terdapatnya reaksi eksematus.
Adapun definisi lainnya terkait endoderma atau dermatitis eksfoliatifa
generalisata anatara lain:
Dermatits eksfoliatif adalah suatu keadaan serius yang ditandai dengan
inflamasi progresif dimana terjadi eritema dan sisik dengan penyebaran yang
lebih atau kurang umum. Kondisi bermula secara akut baik sebagai bercak
atau erupsi eritema umum (Smeltzer, Suzanne C., 2011).
Eritroderma (dermatitis eksfoliativa) adalah kelainan kulit yang ditandai
dengan adanya eritema seluruh atau hampir seluruh tubuh dan biasanya
disertai skuama (Arief, Mansjoer. M, 2014).

2. Etiologi
Menurut Mansjoer, Arief M. (2014), penyebab dermatitis eksfoliatif
adalah sebagai berikut :
a. Alergi obat, biasanya secara sistemik. Yang tersering adalah pinisilin,
sulfonamide, analgetik/antipretik dan teraksiklin.
b. Perluasan penyakit kulit, misalnya psoriasis, dan dermatitis seboroik,
dermatitis atopic, dan liken planus.
c. Penyakit sistemik termasuk keganasan.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Sudarth (2013), tanda dan gejala dari dermatitis
eksfoliatif adalah sebagai berikut :
a. Menggigil, demam, prostrasi, toksisitas berat, dan kulit gatal bersisik.
b. Kehilangan lapisan stratum korneum yang sangat banyak (lapisan kulit
yang paling luar), misalnya kebocoran kapiler, hipoproteinemia,
keseimbangan nitrogen negative.
c. Dilatasi pembuluh kutan yang meluas mengakibatkan kehilangan panas
tubuh dalam jumlah yang besar.
d. Warna kulit berubah dari merah muda menjadi merah gelap, setelah
seminggu, mulai terbentuk eksfoliatif (bersisik) dalam bentuk serpihan
tipis yang membuat lapisan kulit menjadi halus dan merah, dengan
pembentukan sisik baru karena sisik sebelumnya terkelupas.
e. Kemungkinan terjadi kerontokan rambut.
f. Umumnya terjadi relaps.
g. Pengaruh sistemik : gagal jantung kongestif curah tinggi, ginekomastia,
hiperuresemia, dan gangguan suhu tubuh.

4. Komplikasi
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
a. Abses.
b. Limfadenopati.
c. Hepatomegali.
d. Konjungtivitis.
e. Stomatitis.
5. Patofisiologi dan phatway
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum (lapisan
kulit yang paling luar) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler,
hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi
pembuluh darah kulit yang luas, sejumlah besar panas akan hilang jadi
dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama (pelepasan lapisan tanduk
dari permukaan kult sel – sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu
cepat dan sel – sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan
kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus).
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik
dan imunologik (alergik), tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik.
Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada
pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat
molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap
(hapten). Obat/metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu
dengan protein misalnya jaringan, serum / protein dari membran sel untuk
membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi
langsung sebagai antigen lengkap (Smeltzer, Suzanne C., 2011).
Pathway
Perluasan penyakit
Alergi obat IDIOPATIK Penyakit sistemik :
(psoriasi , D. Atopik, D. Seroboik
(penicillin,analgetik, limfoma
dll)

Dermatitis eksfoliatif

Non Imunologi Non Imunologi

Mengaktifkan sel T

Menginduksikan sel B

Produksi Ig E

Senitasi terhadap Alergen


Mengaktifkan Sel MAST

Pelepasan Histamin Sel2 dlm lapisan basal kulit


membagi diri terlalu cepat
Memacu sel Meker
Kebocoran kapiler Pelepasan stratum kornium
Merangsang serabut
saraf di epidermis Hipoproteinemia Dilatasi pembuluh Akumulasi sel basal
dan keseimbangan darah dlm tanduk dan penuruna
nitrogen (-) fungsi barier kulit
Sensasi gatal pada
kulit (pruritus) Peningkatan
Dehidrasi aliran darah ke
dermis Peradangan

Defisit Volume
Gangguan Gangguan LESI
Cairan
rasa pola istirahat
nyaman : tidur
Gatal Epidermis Tebal

Perubahan penampilan diri skunder


akibat penyakit ERITEMA SKUAMA

Gangguan Integritas
Gangguan Citra Tubuh Gangguan Rasa Kulit
nyaman : Nyeri
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Brunner & Suddarth (2013), pemeriksaan diagnostic yang dapat
dilakukan adalah :
a. Biopsi kulit, sangat diperlukan dan harus dilakukan dalam 2 daerah yang
terpisah.
b. Hitung darah lengkap, profil kimia dan radiograf toraks dapat bermanfaat.
c. Pemeriksaan darah tepi untuk sel Sezary mungkin diperlukan.
d. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan eusinofilia pada dermatitis
exfoliativa oleh karena dermatitis atopik.
e. Gambaran lainnya adalah sedimen yang meningkat, turunnya albumin
serum dan globulin serum yang relatif meningkat, serta tanda disfungsi
kegagalan jantung dan intestinal (tidak spesifik).

7. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Mansjoer, Arief. M (2013). Penatalaksanan medis
dermatitis eksfoliatif adalah sebagai berikut :
1. Diet tinggi protein.
2. Sistemik
 Golongan 1 : kortikosteroid (prednison 3-4x10mg).
Penyembuhan beberapa hari sampai beberapa minggu.
 Golongan 2 : kortikosteroid (prednison 4x10-15 mg). Bila
terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis,obat harus
dihentikan. Penyembuhan terjadi dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan.
3. Penyakit Leiner : kortikosteroid (prednison 3 x 1-2 mg ).
4. Sindrom Sezary : kortikosteroid (prednison 30 mg ) dan sitostatik
(klorambusil 2-6 mg ).
5. Topikal : salep lanolin 10%.
b. Keperawatan
Menurut Brunner & Sudarth (2013), penanganan dermatitis
eksfoliatif meliputi :
1. Rawat pasien dan lakukan tirah baring.
2. Pertahankan suhu ruangan yang nyaman karena control
termoregulasi pasien abnormal.
3. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya kehilangan
air dan protein dari permukaan kulit yang jumlahnya cukup banyak.
4. Lakukan pengkajian keperawatan untuk mendeteksi terjadinya
infeksi.
5. Berikan antibiotic yang diresepkan berdasarkan pada hasil
pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
6. Amati tanda dan gejala gagal jantung kongestif.
7. Kaji terhadap hipotermia karena peningkatan aliran darah menjadi
dua kali lipat dengan meningkatnya air.
8. Berikan steroid parenteral atau oral yang diresepkan saat penyakit
tidak terkontrol dengan terapi yang lebih konservatif.
9. Nasihatkan untuk menghindari semua iritan, terutama obat-obatan
yang menjadi penyebab.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering
pada pria dengan rasio 2:1 sampai 4:1, dengan onset usia rata – rata > 45
tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan merah – merah seluruh tubuh,
bersisik dan gatal pada kulit.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya tubuhnya merah–merah, gatal–gatal, bersisik dan disertai
mengigil, panas, lemah, pembentukan skuama kulit.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah sebelumnya pasien menderita planus, psoriasis,
dermatitis seboroik dan dermatitis atopic, limfoma.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada riwayat keturunan dari salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit yang berhubungan dengan
gangguan kulit atau dermatitis eksfoliata.
4) Riwayat Psikososial
 Respon emosional pada penderita dermatitis eksfoliata, yaitu :
gelisah dan cemas.
 Pada pasien dermatitis eksfoliata hubungan dengan orang lain
terganngu, lebih sering menarik diri.
d. Pemeriksaan Fisik
2) Keadaan Umum : Lemah
3) Kesadaran : Composmentis
GCS : 4-5-6

4) Tanda-tanda Vital :
TD: Normal / meningkat sesuai usia (110/65-130/85 mmHg)
Nadi: normal / meningkat sesuai usia (60-100x/menit)
RR: normal (12-24x/menit)
Suhu: dapat meningkat dan menurun akibat dari termoregulasi suhu
yang abnormal
5) ADL
a) Nutrisi : Normal atau dapat terjadi penurunan nafsu makan.
b) Aktifitas : Aktivitas terganggu dengan terjadinya gatal-gatal,
atau bahkan karena nyeri.
c) Istirahat tidur : Gangguan kenyamanan secara umum, rasa gatal
dapat memempengaruhi dan mengganggu istirahat/ tidur.
d) Eliminasi : Pada umumnya normal tidak terdapat gangguan pada
proses eliminasi.
e) Personal hygiene : Umumnya pada tinea kapitis ini kebersihanya
buruk,lingkungan yang kotor dan panas.
6) Head to toe
a) Kepala : bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
b) Mata : konjungtiva merah muda.
c) Telinga : simetris, tidak ada serumen.
d) Hidung : tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan.
e) Mulut: dapat juga lesi terdapat di mulut jika mengenai
membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.
f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, JVP, dan kelenjar
tiroid.
g) Thorax:
 Paru
Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada simetris,
tidak ada retraksi dinding dada, terdapat skuama pada
lapang dada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : sonor seluruh lapang pandang.
Auskultasi : pernafasan vesikuler, tidak ada bunyi nafas
tambahan (whezzing atau ronkhi).
 Jantung
Inspeksi : tidak ada pulsasi ictus cordis
Palpasi : adanya ictus kordis (ICS 4/ICS5)
Perkusi : batas jantung kanan atas: ICS II LPS dextra,
batas jantung kanan bawah : ICS V LPS dextra, batas
jantung kiri atas: ICS II LMC sinistra, batas jantung kiri
bawah : ICS VI LAA sinistra.
Auskultasi : BJ 1 di ICS V dan BJ 2 di ICS II, bunyi
tunggal, adakah bunyi jantung abnormal.
h) Abdomen:
Inspeksi : terdapat skuama
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara perut tympani
i) Ekstremitas / integumen : kulit periorbital mengalami inflamasi
dan edema pada keadaan kronis, terjadi gangguan pigmentasi,
adanya eritema, pengelupasan kulit, sisik halus dan skuama.
Pada kuku dapat lepas. Pada dermatitis eksfoliatif skuama bisa
dijumpai pada seluruh permukaan kulit pada tubuh.
j) Genetalia : biasanya tidak ada kelainan genitalia

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan eksfoliasi dan respon
peradangan.
b. Gangguan rasa nyaman : Gatal berhubungan dengan pruritus.
c. Gangguan konsep diri : Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan diri sekunder akibat penyakit.

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa/ Masalah Rencana Keperawatn
. Kolaborasi NOC NIC
1 Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji adanya kemerahan.
kulit berhubungan tindakan keperawatan 2. Ajarkan perawatan
dengan eksfoliasi / diharapkan tidak terjadi luka, termasuk tanda
adanya lesi kerusakan integritas kulit, dan gejala infeksi pada
DS : Biasanya pasien akan memperoleh keluarga pasien.
pasien mengatakan kembali integritas kulit 3. Ajarkan anggota
gatal pada kulitnya seperti hidrasi yang baik; keluarga/ pemberi
DO : dan penurunan inflamasi; asuhan tentang tanda
a. Gangguan pada dan mengatakan gatal kerusakan kulit,jika di
permukaan kulit berkurang, dengan KH : perlukan.
(epidermis). a. Pasien menunjukkan 4. Konsultasikan pada ahli
b. Kerusakan pada integritas jaringan : gizi tentang makanan
lapisan kulit kulit dan membran tinggi protein, mineral,
(dermis). mukosa tidak ada kalori dan vitamin.
c. Eritema. gangguan, terbebas 5. Kolaborasi dengan
d. Terdapat dari adanya lesi. dokter yaitu pemberian
skuama. b. Pasien / keluarga kortikosteroid topical.
menunjukkan rutinitas
perawatan kulit yang
optimal.

2 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Observasi TTV.


nyaman : Gatal tindakan keperawatan 2. Kaji tingkat
berhubungan diharapkan nyeri ketidaknyamanan secara
dengan pruritus. berkurang atau hilang, komprehensif termasuk
DS : Biasanya dengan KH : lokasi, karakteristik,
pasien mengatakan a. TTV pasien durasi, frekwensi,
lukanya panas dan menunjukkan dalam kualitas dan faktor
gatal. batasan yang normal. presipitasi.
DO : b. Ekspresi wajah rileks. 3. Bantu pasien dan
a. Gelisah. c. Pruritus berkurang. keluarga untuk
b. Tingkah laku melakukan teknik
mnggaruk garuk distraksi.
luka. 4. Jelaskan bahwa
menggaruk hanya akan
menimbulkan kulit
lebih gatal.
5. Ajarkan menggunakan
air hangat, tetapi tidak
panas untuk mandi.
6. Anjurkan agar pasien
menggunakan baju
yang longgar, tenunan
yang tidak terlalu rapat,
kain yang terbuat dari
katun, dan tidak kasar.
7. Kolaborasi dengan
dokter dalam obat-
obatan untuk
meredakan rasa gatal.

3 Gangguan konsep Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling


diri : Citra Tubuh tindakan keperawatan percaya antara perawat
berhubungan diharapkan pasien dan klien.
dengan perubahan percaya dirinya 2. Dorong klien untuk
penampilan diri meningkat, dengan KH : menyatakan perasaanya,
sekunder akibat a. Berpartisipasi dalam terutama cara ia
penyakit. hubungan sosial. merasakan sesuatu,
DS : Biasanya b. Menyatakan dan berpikir, atau
pasien mengatakan menunjukan memandang dirinya
malu dengan peningkatan konsep sendiri.
dengan keadaan diri. 3. Berikan reward positif
dirinya. c. Bepikir positif terhadap keberhsilan
DO: terhadap dirinya. dan kelebihan klien.
a. Pasien tampak 4. Yakinkan klien bahwa
menarik diri. klien mampu
b. Pasien tidak mau menghadapi situsi
berinteraksi apapun.
dengan orang 5. Fasilitasi lingkungan
lain. dan aktivitas yang dapat
c. Cemas. meningkatkan harga
d. Pengungkapan diri.
diri yang negatif. 6. Anjurkan keluarga
untuk memberikan
dorongan/dukungan
pada klien.
7. Beri informasi yang
dapat di percaya dan
menguatkan informasi
yang telah di berikan.
8. Kaji kembali tanda dan
gejala gangguan harga
diri, gangguan citra
tubuh, dan perubahan
penampilan peran.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A. 2010. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit


Dan Kelamin. Edisi Kelima. Cetakan Ketiga. Editor : Djuanda A,
Hamzah M, dkk.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal. 197-200.

Sigurdsson V, Steegmans PH, van Vloten WA. 2011. The incidence of


erythroderma: a survey among all dermatologists in The
Netherlands. J Am Acad Dermatol. 45(5): 675-8.

Wolff, K and Johnson, R.A. 2013. Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of
General Dermatology 6th Edition. New York : McGraw-Hill.

Zalman, S. Agus, MD. 2009. ICD: Idiopathic Erythroderma May Signal


Undiagnosed Cancer. Diakses tanggal 10 Januari 2011
(http://www.medpagetoday.com/erythroderma/)

Hidayat, A. 2009. Eritroderma. Diakses tanggal 10 Januari 2011


(http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-eritroderma/)

Lasimpala, N. 2011. Eritroderma. Makassar : Universitas Hasanudin..


(Online); Diakses tanggal 10 Januari 2011
(http://www.scribd.com/doc/47726198/ERITRODERMA)

Bandyopadhyay, D., et al. 2010. Erythroderma.;. Dept. of Dermatology, R G


Kar Medical College, Calcutta, India.

Sanusi, H Umar, MD, et al. 20012. Erythroderma (Generalized Exfoliative


Dermatitis. (Online); Diakses tanggal 10 Januari 2011
(http://emedicine.medscape.com/article/762236-overview)

Smeltzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai