Definisi Klasifikasi
Peradangan Appendiks Vermiformis (Umbal Apendisitis Akut
Dalam 2 hari
Cacing) Gangguan drainage limfe
Edema + kuman Ulserasi mukosa Regangan Mukosa
Referred Pain (n. VTh 10)
Apendisitis Supuratif
Gangguan Vena
Trombus Iskemia + kuman Pus Peritonitis Lokal
McBurney
Apendisitis Gangrenosa
Gangguan a. apendikularis (tidak ada kolateral (arteri lain yg
memberi nutrisi lagi)
Nekrosis + kuman Gangren
Klasifikasi
Apendikuler/Periapendikuler Infiltrat (Massa)
Massa/infiltrat yang melokalisir infeksi/abses
Apendisitis Rekurens/ Eksaserbasi akut
Akibat proses berjalan lambat
Sistem pertahanan tubuh membatasi proses radang dengan Membentuk Walling Off (Menutup Apendiks)
Akibat appendisitis tidak pernah sembuh sempurna
oleh: membentuk jaringan parut dan mengalami perlengketan
Omentum
Caecum organ sekitar
Ileum Terminale
Adneksa Appendiks dan organ sekitar meradang lagi
Sering di Rongga Pelvik dan Subdiafragma
Bisa sembuh, jadi abses atau perforasi Apendisitis Kronik
Appendisitis Perforata
Apendisitis mengalami perforasi Riwayat nyeri perut kanan bawah >2 minggu
Apendisitis gagal menjadi Apendikuler/Periapendikuler Infiltrat (Massa)
Faktor Radang Kronik Apendiks secara Makro dan Mikroskopik
1.
2.
Adanya Fekalit dalam lumen
Terlambat diagnosis
1. Ulkus lama mukosa
Umur Tua (>60 tahun)
1. Gejala samar
2. Jaringan parut mukosa
2.
3.
Terlambat berobat
Penyempitan lumen dan arteriosklerosis
3. Fibrosis menyeluruh dinding apendiks
anak kecil
1. Dinding apendiks tipis
4. Infiltrasi inflamasi kronik
2.
3.
Kurang komunikatif
Perforasi cepat akibat walling off lambat (omentumbelumberkembang Keluhan Menghilang setelah Apendektomi
1
31/08/2015
2
31/08/2015
Diagnosis DD
MANTRELS = Alvarado Score Infeksi
Migration of Pain :1 Demam Dengue
Anoreksia :1 Limfadenitis Mesenterika
Nausea Vomitting :1 Demam Tifoid Abdominalis
Tenderness :2 Ginjal
Rebound Tenderness :1 ISK
Elevated Temp :1 Urolitiasis Pielum/Pielonefritis Dextra
Leukositosis :2 Riwayat kolik dari pinggang menjalar ke perut, ke inguinal
Shifting to The Lab (>72%) :1 Eritrosituria
Demam Tinggi, mengigil
Interpretasi Nyeri Costovertebral kanan
Apendisitis Akut Score >7 Piuria
DD DD
GIT Obstetri
Gastroenteritis Kelainan Ovulasi
Keluhan berulang
Selalu didahului mual, muntah, diare
Nyeri hilang dalam 24 jam
Kemudian nyeri, lebih ringan dan tidak terfiksir
Kehamilan Ektopik
Hiperperistalsis Amenore
Tidak menonjol demam dan leukositosis Nyeri difus pelvis
Divertikulitis Meckel Syok Hipovolemi
Cavum Douglas menonjol Kuldosintesis Darah (+)
Perforasi Tukak Duodenum/Lambung
Kista Ovarium terpuntir
Kolesistitis Akut Nyeri mendadak
Kolelitiasis Massa rongga pelvis
Pankreatitis Demam (-)
Endometriosis Eksterna
Divertikulitis Kolon
Salphingitis akut
Obstruksi usus Lebih demam
Perforasi kolon Nyeri lebih difus
Keputihan (+), Infeksi Urine (+)
Karsinoid Colok vagina nyeri panggul (+)
Mukokel Apendiks
Penunjang Terapi
DL Prinsip
Apendisitis akibat obstruksi selalu berakhir dengan apendektomi
Leukositosis Apendisitis akibat hematogen bisa sembuh dengan antibiotik sistemik spektrum luas
Appendektomi
Hitung Jenis Segmen Lebih Banyak Terbuka
Insisi Titik McBurney
LED meningkat Laparoskopi
USG
Perforasi dengan Peritonitis Generalisata
Pada anak persiapan 2-3 hari
Kantong Nanah Cito (Tehnik Chaud)
Apendisitis Akut
Ro. Apendikogram pada Apendisitis Kronis
Abses
Perforasi
Dengan minum kontras Barium, 12 jam kemudian foto bagian apendiks Elektif (Tehnik Froid)
Apendisitis Kronik & Periapendikular Infiltrat
Tanda
Konservatif dulu
Operasi 2 bulan kemudian
Penebalan dinding harapan sudah tidak ada perlengketan (sulit menemukan dan mengangkat apendiks)
Irisan
Penyempitan lumen Melintang
Sumbatan usus oleh fekalit Oblique
Vertikal
Interpretasi Laparotomi
1. Non-Filling : Apendik tidak terisi kontras Apendisitis Perforata
Pasang drainase/Penyalir subfasia (jangan pada anak mudah infeksi)
2. Partial-Filling: Apendik terisi kontras sebagian Laparoskopi Apendektomi
3. Mouse Tail : apendik terisi kontras sedikit, gambaran memanjang seperti ekor tikus Terbaru
Bisa pada Apendisitis Perforata
4. Cut Off: Gambaran memotong
Ro. Abdomen pada peritonitis
3
31/08/2015
Terapi Penangan 7F
Konservatif
Antibiotik
Untuk Apendisitis Gangrenosa dan perforata saja
1. Fungi (obat anti fungi)
Spektrum Luas (Gram positif dan negatif)
Seftriakson 1g/H
Atau Ampicillin 1g/H (Gram +) + Gentamisin 4 8 mg/hari i.v (80 mg/2ml)
2. Forbidden Analgetik (tidak boleh kasi
Anaerob
Metronidazole
Bed Rest posisi Fowler (Anti Tendlenberg)
analgetik
Jika perforasi
pus tidak mengenai organ perut lainnya Cegah Peritonitis Generalisata
Pus terkumpul di KavumDouglas
3. Fluid and Elektrolit
Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
Meningkatkan rasa nyaman
Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru
4. Feel The Mass
Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Relaksasi otot abdomen
Diit rendah serat
5. Four Hour Observation
Mecegah motilitas usus berlebih
Monitor
Tanda2 Peritonitis
6. Freeze
Tax /6jam
DL
7. Fowler
. Penderita posisi terlentang dilakukan desinfeksi seluruh abdomen dan dada bagian bawah dipersempit 11. Dibagian distal dari ikatan diklem dengan Kocher dan diantara klem kocher dan ikatan tersebut apendiks
dengan doek steril. dipotong dengan pisau yang telah diolesi betadine, ujung sisa apendiks digosok betadine.
2. Insisi dengan arah oblik melalui titik Mc Burney tegak lurus antara SIAS dan umbilikus (Irisan Gridiron), irisan 12. Sekum dimasukkan ke dalam rongga perut.
lain yang dapat dilakukan adalah insisi tranversal dan paramedian. 13. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis. Pada kasus perforasi, dapat dipasang drain sub facial.
3. Irisan diperdalam dengan memotong lemak dan mencapai aponeurosis MOE (Muskulus Oblikus Eksternus). f. Komplikasi Operasi
4. MOE dibuka sedikit dengan skalpel searah dengan seratnya, kemudian diperlebar ke lateral dan ke medial Durante Operasi: perdarahan intra peritoneal, dinding perut, robekan sekum atau usus lain.
dengan pertolongan pinset anatomi. Pengait luka tumpul dipasang di bawah MOE, tampak di bawah MOE adalah Pasca bedah dini: perdarahan, infeksi, hamatom, paralitik ileus, peritonitis, fistel usus, abses intraperitoneal.
MOI (Muskulus Oblikus Internus).
5. MOI dibuka secara tumpul dengan gunting atau klem arteri searah dengan seratnya sampai tampak lemak Pasca bedah lanjut : Obstruksi usus jeratan, hernia sikatrikalis.
peritoneum, dengan haak LangenBack otot dipisahkan. Pengait dipasang dibawah muskulus tranversus abdominis. g. Mortalitas
6. Peritoneum yang berwarna putih dipegang dengan menggunakan 2 pinset bedah dan dibuka dengan gunting, 0,1 % jika apendiks tidak perforasi
perha kan apa yang keluar: pus, udara, atau cairan lain (darah, feses dll) periksa kultur dan tes kepekaan 15% jika telah terjadi perforasi
kuman dari cairan yang keluar tsb. Kemudian pengait luka diletakkan di bawah peritoneum Kematian tersering karena sepsis, emboli paru atau aspirasi.
7. Sekum (yang berwarna lebih putih, memiliki taenia koli dan haustra) dicari dan diluksir. Apendiks yang basisnya h. Perawatan pasca Bedah
terletak pada pertemuan tiga taenia mempunyai bermacam2 posisi: antesekal, retrosekal, anteileal, retroileal, dan Pada hari operasi penderita diberi infus menurut kebutuhan sehari 2-3 liter cairan RL dan D5%. Pada apendisitis
pelvinal tanpa perforasi: Antibiotika diberikan hanya 1 x 24 jam. Pada apendisitis dengan Perforasi: Antibiotika diberikan
8. Setelah ditemukan, sekum dipegang dengan darm pinset dan ditarik keluar, dengan kassa basah sekum hingga jika gejala klinis infeksi reda dan laboratorium normal. (sesuai Kultur kuman). Mobilisasi secepatnya setelah
dikeluarkan kearah mediokaudal, sekum yang telah keluar dipegang oleh asisten dengan dengan ibu jari berada di penderita sadar dengan menggerakkan kaki, miring kekiri dan kanan bergantian dan duduk. Penderita boleh jalan
atas. pada hari pertama pasca bedah. Pemberian makanan peroral dimulai dengan memberi minum sedikit-sedikit (50
9. Mesenterium dengan ujung apendiks di pegang dengan klem Kocher kemudian mesoapendiks diklem potong cc) tiap jam apabila sudah ada aktivitas usus yaitu adanya flatus dan bising usus. Bilamana dengan pemberian
dan diligasi berturut-turut sampai pada basis apendiks dengan silk 3/0. minum bebas penderita tidak kembung maka pemberian makanan peroral dimulai. Jahitan diangkat pada hari 5-7
10. Pangkal apendiks di crush dengan klem kocher dan pada bekas crush tersebut diikat dengan silk No. 00 2 pasca bedah.
ikatan. i. Follow-Up
Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita secara keseluruhan.
4
31/08/2015
Ileus Adhesi/Streng
Komplikasi
e.c. Apendisitis Kronis
Apendicular Infiltrat Ileus Adhesi (Perlekatan)
1. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri produksi eksudat
Apendicular Abses fibrinosa (faktor adhesi)
Peritonitis Difusa akibat perforasi 2. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa,
3. Abses menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga
Syok Sepsis membatasi infeksi.
4. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat
Pylephlebitis (mesenterial pyemia dengan Abses menetap sebagai pita-pita fibrosa.
Hepar) 5. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang
dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan
Perdarahan Usus obstruksi usus
Massa abdomen Ileus Streng (Ketat)
1. Radang segmen usus disekitar proses infeksi menyebabkan segmental
Terdiri dari kumpulan paralitik.
Apendiks 2. Peradangan caecum atau appendiks menyebabkan sfingter ileocaecal spasme,
Sekum dan segmen ileum paralisis
3. Pasase segmen ileum (-) Pengosongan ileum sangat terhambat
Lekuk Usus Halus Obstruksi
Anatomi Anatomi
Histologi Letak di Illeosekum
Epitel Kuboid
Submukosa (banyak folikel limfoid) Intraperitoneal 65%,
Otot Sirkuler Memiliki ruang gerak,
Otot Longitudinal Ujung appendiks bisa dimana saja
Tunika Serosa (Jika Intraperitoneal) dipengaruhi panjangnya mesoapendiks
Bentuk tabung, panjang 7-10 cm, diameter 0,7 cm Retroperitoneal 15%
Sempit di proksimal, lebar di distal
Pertemuan 3 tinea Posisi
1. Libera Pelvika
2. Colica Ujung ke kaudal
3. Omentum Bisa melekat pada tuba atau ovarium kanan
Mesoapendiks penggantung
Mesoseliaka (Retro Ilial)
Valvula Appendicularis (Gerlachi) Pangkal Appendiks di Caecum
Vaskularisasi Antesekal
A. Appendicularis (tanpa kolateral) a. Illiocaecalis a. Messenterica Sup. Retrosekal
Inervasi Intraperitoneal
Simpatis Retroperitoneal
N. Thoracalis 10 Keluhan (-)
Parasimpatis Dilindungi sekum
N. Vagus (X)
5
31/08/2015
Fisiologi Patogenesis
Sekresi lendir 1-2 cc/Hari 2 Hipotesa
Kapasitas apendiks 3-5 cc/hari 1. Obstruksi Apendikuler
2. Hematogen dari tempat lain
IgA dihasilkan GALT (Gut Assosiated Limphoid
4 faktor
Tissue)
1. Adanya Isi Lumen
2. Derajat sumbatan yang terus menerus
3. Sekresi mukus terus menerus
4. Sifat inelastis (tidak lentur) dari mukosa
appendiks
Patogenesis Patogenesis
Proses Tekanan Intra lumen meningkat
1. Terjadi Sumbatan lendir mukus di muara Appendiks, karena 1. Apendisitis Akut
1. Hiperplasia jaringan limfoid
1. Dalam 2 hari
2. Fekalit
3. Katup Ileosekal Kompeten
2. Gangguan drainage limfe
4. Biji-bijian 3. Edema + kuman
5. Cacing 4. Regangan Mukosa referred pain (n. VTh 10)
6. Tumor 5. Ulserasi mukosa
7. Sembelit tekanan intrasekal meningkat 2. Apendisitis Supuratif
8. Usaha pertahanan tubuh dengan pengosongan isi lumen gagal karena:
1. Gangguan Vena
1. Stenosis
2. Pita/adhesi
2. Trombus
3. Mesoapendiks pendek 3. Iskemia + kuman
4. Faktor lain yang mengurangi gerak bebas appendiks 4. Pus
2. Infeksi kuman/parasit/flora usus menyebabkan erosi mukosa Apendisitis Mukosa 5. Peritonitis Lokal McBurney
3. Kemudian radang seluruh lapisan dinding dalam waktu 1-2 hari Apendisitis Komplet 3. Apendisitis Gangrenosa
Nyeri Muncul setelah terjadi sumbatan 2 hari 1. Gangguan arteri
Setelah 2 hari, bisa: 2. Nekrosis + kuman
Sembuh 3. Gangren
Kronik
Infiltrat Abses
Perforasi