HIRSCHSPRUNG DISEASE
Pembimbing :
Oleh :
2021
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas :
Nama : An. AM
Tanggal lahir : 16 November 2021 (1 bulan)
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Kp. Sarianten RT 02 RW 08, Desa Sukalaksana, Kec.
Banyuresmi, Kab. Garut
Agama : Islam
Tanggal SMRS : 3 Desember 2021
Tanggal pemeriksaan : 7 Desember 2021
2. Anamnesis
Keluhan Utama : BAB sedikit-sedikit
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dikeluhkan BAB sedikit-sedikit sejak usia 1 minggu. Dikatakan
BAB awal kelahiran normal hingga umur 1 minggu menjadi sedikit-sedikit dan
berbau busuk. BAB berwarna kuning dan makin lama semakin cair. Keluhan disertai
dengan perut semakin membesar dan kembung sejak usia 3 hari. Keluhan juga disertai
dengan muntah lendir sejak usia 2 hari. Setelah usia seminggu muntah menjadi
berwarna hijau. Pasien juga dikeluhkan demam mulai usia 3 hari, serta kulit terlihat
mulai menguning. Pasien menyusu kuat.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Pasien merupakan anak ke-4 dari ibu P4A0. Pasien dikatakan cukup bulan, lahir
spontan, ditolong bidan, langsung menangis kencang. Berat badan lahir 4100 gram,
panjang badan lahir 55 cm. Riwayat ibu sakit ketika hamil disangkal. Riwayat
mengkonsumsi obat-obatan tertentu selama hamil disangkal. Riwayat ibu memiliki
diabetes melitus disangkal. Ibu pasien rutin kontrol ke bidan.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan sama disangkal. Anak pertama lahir ditolong
paraji dan meninggal beberapa hari setelah lahir. Anak kedua lahir ditolong bidan dan
dikatakan memiliki jantung bocor. Anak ketiga lahir ditolong bidan.
3. Pemeriksaan Fisik
BBA : 3180 gram
PB : 55 cm
State 3, Sakit berat
N : 154x/mnt
R : 58x/mnt
T : 37,2 C
SpO : 96% O2 nc 2 lpm
Head to toe :
Kepala : UUB datar lembut, Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, PCH (-) POC
(-)
Leher : retraksi suprasternal (-), perbesaran KGB (-)
Thoraks : bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal -/-
Cor : S1S2 normal, murmur (-)
Pulmo : VBS kiri=kanan, rh -/-, slem -/-
Abdomen : cembung, tegang, distensi (+), darm contour (+), BU (-) a/r lumbar dan
iliac kanan, BU meningkat a/r limbar kiri dan umbilikal, NT sulit dinilai, hipertimpani
(+)
Ekstremitas : akral hangat (+) CRT<2
Rectal toucher :
Spinchter mencekik, ampula kolaps, mukosa licin , dan tidak terdapat massa,
terdapat feses berwarna kuning pada handscoon.
4. Diagnosa Banding
I. Hirschsprung disease
II. Enterocolitis
III. Anorectal malformation
IV. Electrolyte imbalance
V. Meconeum plug syndrome
5. Penunjang
Ro Abdomen 3 posisi 3/12/2021 :
Tampak bayangan udara di dalam usus berlebih dengan hilangnya pola
mozaik.
Tidak tampak bayangan lusen pada dinding usus.
Tidak tampak bayangan lusen yang berproyeksi di daerah hepar
Lab 10/12/2021
Natrium :138 mEq/L
Kalium : 1,8 mEq/L
Clorida : 96 mEq/L
Kalsium : 5,54 mEq/L
Lab 12/12/2021
Hb : 14,5 g/dL
Ht : 42 %
L : 23.810 / mm3
Tr : 9.000 / mm3
DC : 0/0/0/90/7/3
6. Diagnosa
Susp. Hirschsprung Disease
7. Tatalaksana
Pasang O2 Nasal canul 2 lpm
Pasang NGT
Pasang foley catheter
Rehidrasi dengan NS 0,9% 200cc dalam 7 jam
Aminofusin 100cc/24 jam
Cefotaxime 3x175 mg
Metronidazole 3x50 mg
ASI SF 10x10 cc po
Wash out 3x/hari
Rujuk Sp. BA pasien menolak, pasien pulang paksa
8. Prognosis
b. Colon
Kolon mengelilingi usus halus dalam abdomen dan memiliki bentuk seperti
kantung-kantung yang panjang yang disebut haustra. Colon terdiri dari :
a) Ascending Colon
Disebelah kanan usus halus, bagian kedua usus besar.
Dimulai dari cecum dan berbelok pada right colic flexure (hepatic flexure)
di hepar
Greater omentum memisahkannya dengan dinding abdomen bagian
anterolateral
Bagian anterior dilapisi peritoneum
b. Transverse Colon
Bagian kolon terpanjang dan mobile
Menjalar dari right colic flexure ke left colic flexure pada spleen (splenic
flexure)
Transverse colon dan transverse mesocolon membentuk lengkungan ke
bawah
c. Descending Colon
Retroperitoneal
Dilapisi peritoneum di anterior dan lateral
Menjalar dari left colic flexure ke left iliac fossa yang akan berlanjut
menjadi sigmoid colon
d. Sigmoid Colon
15 cm dari anus
Membentuk huruf S yang menghubungkan descending colon dengan
rectum
Rectosigmoid junction (hubungan antara sigmoid colon dengan rectum)
ditandai dengan berakhirnya teniae coli.
Memiliki mesentery (sigmoid mesocolon) yang panjang sehingga bebas
bergerak
Vaskularisasi :
Artery
o Superior Mesenteric Artery (SMA)
Drainase Limfatik :
Ascending Colon
Epicolic dan paracolic lymph node → Ileocolic dan intermediate right colic
lymph node Superior mesenteric lymph node
Transverse Colon
Inervasi :
I. Artery
Abdominal inferior mesenteric artery → Superior rectal artery →
superior rectum
Internal iliac arteries → right and left rectal arteries → middle dan
inferior rectum
Internal pudendal arteries → anorectal junction and anal canal
II. Vena
Superior rectal vein → portal venous system
Middle rectal vein → systemic venous system
Inferior rectal vein → systemic venous system
Innervasi :
I. Sympathetic
Lumbar splanchnic nerve → Hypogastric/ pelvic plexus → Peri-arterial
plexus
II. Parasympathetic
Anal canal dikelilingi oleh internal anal sphincter (2/3 superior) dan
external anal sphincter (1/3 inferior)
Internal anal sphincter
Penebalan dari lapisan circular muscle. Smooth muscle yang distimulasi
oleh saraf simpatik dan dihambat oleh saraf parasimpatetik. Bersifat involuntari.
Selalu berkontraksi untuk mencegah cairan/flatus keluar, akan relaksasi
sementara ketika ampula terdistensi oleh feses/gas.
External anal sphincter
Otot rangka yang menempel pada perineal body di bagian anterior dan
coccyx pada bagian posterior melalui anococcygeal ligament. Bersifat voluntary.
Diinervasi oleh S4 melalui inferior rectal nerve. Kontraksinya untuk mencegah
feses keluar ketika internal sphincter relax.Bagian superior bersatu dengan
puborectalis muscle. Terdiri dari subcutaneus, superfisial dan deep part.
Drainase Limfatik :
I) Superior
Internal iliac lymph node → common iliac & lumbar lymph node
II) Inferior
Superficial inguinal lymph node
Innervasi :
I) Superior
Visceral nerve dari inferior hypogastric plexus yang mengandung saraf
simpatik dan parasimpatik guna defekasi.
II) Inferior
Somatic nerve dari inferior anal (rectal) nerve, cabang dari pudendal
nerve.
2. Fisiologi Usus Besar
I. Absorpsi
Penyerapan air dan ion dari chymus untuk membentuk feces
Absorpsi terjadi di ½ bagian proximal dari kolon
Konten yang diserap
Air – kebanyakan diserap dan menyisakan ±100mL pada feces
Ion – kebanyakan diserap dan menyisakan 1-5 mEq Na dan Cl
Konten yang tidak diserap membentuk feces
¾ air dan ¼ padatan
30% bakteri yang telah mati
20% lemak
10-20% zat anorganik
30% zat yang tidak bisa dicerna
Stercobilin dan urobilin untuk menghasilkan warna
Produk bakteri (Indole, skatole, mercaptans dan H2S) untuk bau
Mekanisme Penyerapan
Kolon terdiri dari epitel yang lebih rapat sehingga lebih efektif dalam
transportasi ion tanpa ada arus balik
Ion yang diserap menyebabkan perbedaan gradient osmosis sehingga
air masuk dari lumen ke dalam jaringan
II. Penyimpanan
Penyimpanan feces sementara hingga dikeluarkan
Penyimpanan terjadi di ½ distal dari kolon
III. Sekresi
Kolon memiliki kripta Lieberkuhn seperti dalam usus halus namun tanpa villi
Memiliki lapisan mukosa yang mensekresikan mucus yang mengandung ion
bikarbonat yang berfungsi untuk
Melindungi dinding usus dari ekskoriasi dan bakteri
Menimbulkan efek adheren untuk membentuk feces
Menetralkan produk asam dari bakteri di kolon
Sekresi mukus diregulasi oleh :
Stimulasi taktil
Refleks saraf lokal
Stimulasi dari pelvic nerve (parasimpatetik)
Gangguan emosional (stimulasi ekstrim parasimpatetik)
IV. Fermentasi
Proses kimiawi oleh bakteri yang akan mengubah gula menjadi gas methane,
alkohol, acetyldehide. Polisakarida dihidrolisis monosakarida oleh bakteri
metabolisme oleh glikolisis di sel bakteri piruvat diubah menjadi SCFA dan
gas (CO2, methane, H+)
Gerakan Usus
a) Mixing Movements “Haustrations”
Kombinasi kontraksi otot sirkuler dan otot longitudinal (yang terdiri
dari 3 otot yang disebut taeniae coli) menyebabkan terbentuknya baglike sac
yang disebut “haustration”. Kontraksi pada haustration terjadi secara
berurutan sehingga memberikan dorongan pada feces untuk bergerak kea rah
anus. Tiap kontraksi mencapai puncak intensitas dalam 30 detik, dan
menghilang dalam 60 detik. Hal tersebut membuat feses terpapar pada mukosa
usus sehingga absorbsi cairan dan zat lain sebanyak 80-200 ml feses/hari.
Defekasi
I) Rectum Filling
Rektum biasanya kosong akibat adanya sphincter antara sigmoid colon
dan rectum. Ketika rectum terisi, keinginan untuk defekasi muncul.
3. Hirschprung Disease
Disebut juga megacolon kongenital, merupakan kelainan congenital yang
disebabkan oleh karena tidak adanya ganglion parasimpatis pada lapisan submukosal
(meissner) maupun lapisan muskularis (Anerbach ) usus besar, mulai dari spingter
ani interna ke arah proksimal dengan panjang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus
dan setidak-tidaknya rektum. Penyakit ini ditandai dengan lambatnya pengeluaran
mukonium dalam dua kali 24 jam, diikuti tanda-tanda obstruksi mekanis seperti
muntah, kembung, gangguan defekasi (konstipasi dan diare) dan akhirnya disertai
kebiasaan defekasi yang tidak teratur.
4. Epidemiologi
Merupakan penyebab tersering obstruksi usus pada neonatus.
1 diantara 5000 kelahiran
Laki-laki : perempuan = 4:1
Sekitar 1400 bayi di Indonesia tiap tahunnya.
Kebanyakan kasus meliputi rektum/rektosigmoid, 5-10% kasus meliputi smua
kolon
5. Etiologi
Penyebab penyakit hirschsprung adalah gangguan peristalsik di bagian usus
distal dengan defisiensi ganglion (malformasi parasimpatik). Aganglionosis biasanya
pada bagian akhir usus. Aganglionosis tersebut disebabkan oleh gagalnya migrasi ke
caudal sel-sel neuroblast pada masa awal kehidupan embrio, sehingga tidak mencapai
rectum. Dicirikan dengan abnormalitas dari basement membrane dan extracellular
matrix dan dan tidak adanya ganglion intramural pada enteric nerve plexus (Meissner
submucosal dan the Auerbach myenteric plexus). Normalnya sel neuroblas bermigrasi
dari Krista neuralis saluran cerna bagian atas dan selanjutnya mengikuti serabut vagal
ke kaudal. Suatu penelitian menyebutkan bahwa hilangnya aktifitas neural cell
(NCAM) yang berperan penting dalam migrasi neurocyst dan lokalilasis neurocyt ke
tempat spesifik, dapat berkontribusi untuk tidak terdapatnya sel ganglion pada
hirschspung disease.
6. Faktor Risiko
Riwayat Keluarga
Kongenital
Kelainan kongenital yang menyertai
7. Patofisologi
Minggu ke 13 pasca konsepsi, neural crest cell bermigrasi dari proksimal ke distal
saluran pencernaan Neural crest tidak mencapai bagian distal akibat belum matang/
sudah menjadi ganglion sel terlebih dahulu atau sel ganglion sudah mencapai distal
namun tidak bisa berproliferasi/mati bagian kolon menjadi aganglionik kolon
tidak dapat mengembang tetap sempit gangguan defekasi feses menumpuk
pada kolon proksimal distensi megakolon
8. Klasifikasi
Berdasarkan panjang daerah aganglioner, hisrchprung dibagi :
I. Ultrashort 1/3 bawah rectum
II. Short sampai rektosigmoid. Merupakan kelainan terbanyak, disebut juga
hirschsprung klasik.
III. Long mencapai kolon descenden
IV. Sub Total colon transversum
V. Total seluruh kolon
9. Manifestasi Klinis
Gangguan defekasi dalam 24 jam pertama sejak lahir atau baru diketahui
orang tua beberapa minggu atau beberapa bulan setelah lahir.
Trias hirschsprung pada neonatus : mekonium terlambat keluar > 24 jam
pertama, Muntah hijau (billous), perut membuncit seluruhnya.
Intoleransi feeding
Makroskopik : kolon terdilatasi dan hipertrofi
Obstipasi kronik bisa di selingi diare berat dengan feses berbau (enterokolitis)
RT : ujung jari terjepit lumen rectum yang menyempit, pengeluaran kotoran
mungkin terjadi setelah dilakukan colok dubur.
Pada anak bisa terjadi failure to thrive
Pada neonatus dapat terjadi perforasi sekum/appendiks
10. Diagnosis
I. Anamnesis
Umur bayi, pada bayi cukup bulan mekonium biasanya keluar terlambat >
24 jam.
Neonatus :
Mekonium keluar terlambat >24 jam
Tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
Perut cembung dan tegang
Muntah hijau
Feses encer
Anak :
Konstipasi kronis
Failure to thrive (gagal tumbuh)
Berat badan tidak bertambah
Nafsu makan tidak ada (anoreksia)
Tanda-tanda sepsis, perforasi
Tanda-tanda enterokolitis (obstipasi kronik diselingi diare berat dengan
feses berbau)
III. Penunjang
Foto polos abdomen
Gambaran tapal kuda. Gambaran obstruksi usus letak rendah,
dikatakan megakolon jika diameternya > 6,5 cm.
Foto Kolon dengan kontras
Pada bayi dengan pengeluaran mukoneum yang terlambat,
distensi abdomen, muntah hijau, meskipun dengan colok dubur gejala
dan tanda obstruksinya mereda. Bahan yang digunakan adalah
urografin. Gambaran yang ditemukan :
Tampak daerah penyempitan di bagian rectum ke proksimal yang
panjangnya bervariasi.
Tampak daerah transisi, (distal daerah sempit dan proksimal
longgar)
Daerah ini penting untuk pembuatan kolostomi. Ditampilkan pula
beberapa gambaran zona transisi antara lain:
1. Abrupt, perubahan mendadak dari segmen sempit ke segmen
dilatasi.
2. Cone, berbentuk seperti corong atau kerucut.
3. Funnel, perubahan dari segmen sempit ke segmen dilatasi secara
gradual.
Didapatkan pula gambaran permukaan mukosa yang tidak
teratur yang menunjukkan proses enterokolitis pada foto pasca
evakuasi barium. Apabila dengan foto barium enema tidak terlihat
gambaran Hirschsprung, dibuat foto retensi barium yang dikerjakan
24-48 jam sesudah barium enema untuk melihat bayangan sisa barium
yang tampak membaur dengan feses ke arah proksimal
12. Tatalaksana
Preoperatif :
Rujuk: dokter spesialis bedah anak untuk tata laksana definitif.
Tatalaksana awal dapat diberikan pada pasien dengan distensi abdomen (biasanya
pada kasus aganglionik total)
a. Dekompresi saluran cerna dengan NGT. Suction setiap 15-20 menit (cairan
jejunum akan mulai mengisi lambung dalam rentang waktu ini), atau
dekompresi Rektal dengan rectal tube, atau colostomy.
b. Rehidrasi (IV line)
c. Pemasangan kateter urine (normal nya 1,5cc/kgBB/jam)
d. Antibiotik broad-spectrum
e. Irigasi 10-20 ml/kgbb, diulang 2-3x/hari
Untuk merangsang peristaltik. Memasukkan suatu larutan ke dalam rectum
dan kolon sigmoid.Obat-obatan kadang diberikan dnegan enema untuk
melunakkan feses dan mengeluarkan efek lokal pada mukosa rectal.
I. Penatalaksanaan sementara
Dilakukan sebelum pembedahan pengangkatan segmen usus aganglionik,
diikuti dengan pengembalian kontinuitas usus. Pembuatan kolostomi di kolon yang
berganglion normal paling distal, merupakan tindakna pertama yang harus
dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan obstruksi usus serta mencegah
enterokolitis yang merupakan penyebab kematian utama. Kolostomi pada penyakit
Hirschprung sebaiknya dikerjakan paling tidak, setelah 3 sampai 5 bulan setelah
diagnosis ditegakkan, sedangkan operasi definitif tidak dikerjakan pada periode
awal kelahiran. Kolostomi dekompresi dikerjakan pada:
Pasien neonatus , karena tindakan bedah definitive langsung tanpa kolostomi
menimbulkan banyak komplikasi dan kematian yang disebabkan oleh
kebocoran anastomosis dan abses rongga pelvis.
Pasien anak dan dewasa yang terlambat terdiagnosis, pasien kelompok ini
mempunyai kolon yang sangat terdilatasi dengan kolostomi ukuran kolon
akan mengecil kembali dalam waktu 3 – 6 bulan sehingga anastomosis
nantinya lebih mudah.
Pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umumyang buruk
13. Komplikasi
Enterocolitis
Life-threatening
Bowel obstruction
Pasca Operasi:
o Abses seromuskuler
o Retraksi puntung kolon
o Nekrosiskolon endorektal
o Kebocoran anastomose demam, terdapat abses/infiltrat, peritonitis
o Stenosis Disebabkan oleh gangguan penyembuhan luka didaerah anastomosis,
infeksi yang menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis.
o Gangguan fungsi sfingter paska operasi inkontinensia, soiling, obstipasi
berulang
o Enterokolitis abikat obstruksi parsial. Terdapat distensi abdomen, muntah
hijau, eksplosif feses, feses berbau busuk.
14. Prognosis
Tanpa penanganan mortalitas 80% akibat komplikasi seperti enterokolitis,
perforasi usus, sepsis dan sebagainya.
Pada yang mendapatkan penanganan angka kematian kurang lebih 30 %
DAFTAR PUSTAKA