Anda di halaman 1dari 57

G 4 P 3 A 0 Gravida 3 4 - 3 5

minggu dengan Ketuban


P e c a h Dini

Disusun Oleh: Muhamad Farhan Nabil


(1102016143)

Pembimbing: dr. Yedi Fourdiana Sukardi , Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERITAS YARSI
RUMAH SAKIT U MUM DAERAH KABUPATEN BEKASI
PERIODE 22 AGUSTUS – 29 OKTOBER 2022
Identitas Pasien
ISTRI SUAMI

Nama : Ny. K Nama : Tn. D


Usia : 36 tahun Usia : 40 tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMEA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Pabrik
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Betawi Suku : Sunda
Golongan darah : O

Alamat : Kp. Bulu Rt 07/10, Tambun


No.RM : 236xxx
Tanggal Masuk RS : 29 Agustus 2022 pukul 11.20
Tanggal Pemeriksaan : 29 Agustus 2022 pukul 11.45

2
Keluhan Utama
G4P3A0 gravida 34-35 minggu dengan keluar air-air dari jalan lahir sejak 8 jam sebelum
masuk rumah sakit (SMRS).

Keluhan Tambahan

Terdapat keluar keputihan berwarna putih dan tidak berbau sejak 1 minggu SMRS.

• Pasien Ny. K usia 36 tahun, G4P3A0 dengan usia kehamilan 34-35 minggu datang ke IGD Kebidanan
RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 29 Agustus 2022 pukul 11.20 rujukan dari RSIA Aisyah
Qurratu’ain dengan keluhan keluar air-air dari jalan lahir sejak 8 jam SMRS secara tiba-tiba tanpa
dapat ditahan oleh pasien.
Riw. • Air-air jernih, tidak berbau, tidak disertai lendir ataupun darah, dan dirasakan cukup banyak hingga
Penyakit membasahi celana dalam. Di rumah sakit, air-air masih keluar sedikit demi sedikit.
Sekarang • Pasien juga mengeluhkan adanya keputihan sejak 1 minggu SMRS, keputihan berwarna putih dan tidak
berbau. Keluhan timbul disertai dengan perut mulas dan nyeri perut namun dirasakan hilang timbul
sejak 1 hari SMRS.
• Menurut keterangan pasien, pasien terakhir berhubungan badan dengan suaminya sekitar satu minggu
yang lalu dan pasien mengaku sering berhubungan badan dengan suaminya selama hamil.
Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga

• Keluhan serupa (-) • Riwayat keluhan serupa (-)


• Hipertensi (+) Sejak 2018 • Hipertensi (+),
• DM (-),
• Riwayat penyakit organ reproduksi (-) • Penyakit paru (-),
• Persalinan prematur (-) • Penyakit jantung (-),
• Sectio caesaria (-) • Penyakit ginjal (-).
• DM (-), gangguan darah (-), penyakit paru
(-), penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-)
dan alergi (-).

Riwayat kebiasaan Status Sosial

• Pasien seorang IRT, makan 3x sehari dengan nasi • Pasien tinggal satu rumah bersama suami
dan lauk seperti tahu, tempe, telur, ayam dan ikan, pasien dan anak. Pasien seorang ibu rumah
dan sayur. Pasien jarang mengonsumsi buah.
tangga dan suami pasien bekerja sebagai
• Pasien selalu meminum suplemen selama
kehamilan yang diberikan bidan. buruh pabrik. Pasien merupakan peserta
• Suami pasien memiliki kebiasaan asuransi kesehatan BPJS.
merokok.
Riw. P e r n i k a h a n
S t a t u s Reproduksi
Pasien menikah satu kali, menikah saat usia 16 tahun.
pernikahan dengan suami saat usia 20 tahun
Riw. M e n s t r u a s i
Menarche : Usia 13 tahun Riw. R e p r o d u k s i
Siklus haid : 28 hari, teratur
Durasi : ±3-4 hari Paritas : G4P3A0, gravida 34-35
Jumlah darah : ±3 pembalut/hari minggu HPHT : 06 Januari 2022
Keluhan saat haid : Tidak ada HPL : 13 Oktober 2022
Usia kehamilan: 34-35 minggu

Riw. A N C Riw. K on t r a se p si
• Trimester 1 : 3 kali
Riwayat penggunaan suntik 3 bulan selama 4 tahun
• Trimester 2 : 3 kali
• Trimester 3 : 2 kali
Anak
Usia Jenis Keadaan
No. Tahun Tempat Penolong Penyulit Nifas
Kehamilan Persalinan JK BB PB Anak
2006 Rumah Aterm Paraji - Spontan ♀ 3100 g - T.A.K Hidup
Riw. 1.
Partus 2012 RS Aterm Dokter Perdarahan Spontan ♂ 3100 g - T.A.K Hidup
2.
2017 Klinik Aterm Bidan - Spontan ♂ 2900 g - T.A.K Hidup
3.
2021 Kehamilan saat ini
P e m e r i k s a a n Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
TD : 173/108 mmHg
HR : 103 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO2 : 98% S t a t u s Generalis
Suhu : 36,6oC
Antropometri
BB : 61,9 kg Kepala : DBN
TB : 150 cm Mata : DBN
Mulut : DBN
THT : DBN
Leher : DBN
Thorax : DBN
Abdomen : Status obstetri
Ekstremitas : DBN
STATUS OBSTETRI
P e m e r ik sa a n L u ar P e m e r i k s a a n D a l a m (VT)
Inspeksi V/V : Tidak ada kelainan
Wajah : Chloasma gravidarum (-) Portio : Tebal lunak
Payudara : Membesar (+/+), areola melebar dan ∅ : 1 cm
hiperpigmentasi (+/+), papilla mammae menonjol (+/+) Ketuban : Rembes warna jernih
Abdomen : Tampak cembung gravida, linea nigra (+) Nitrazine Test : Kertas lakmus
Palpasi merah menjadi biru
TFU : 26 cm
TB J klinis : (26 – 12) x 155 = 2.170 gram
Leopold I : Bokong
Leopold II : Punggung kanan, ekstremitas
kiri
Leopold III: Kepala
Leopold IV: Bagian terbawah janin sudah memasuki PAP
Auskultasi
His : 1x/10’/10”
DJJ : 143
x/menit
P e m e riksaa n
Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (29 Agustus 2022)
P e m e riksaa n
Penunjang
Pemeriksaan Urinalisa(29
Agustus 2022)
Resu m e
Ny. K usia 36 tahun, G4P3A0 gravida 34-35 minggu dengan keluhan
pengeluaran cairan jernih pervaginam sejak 8 jam SMRS. Air-air jernih,
tidak berbau, tidak disertai lendir ataupun darah. Keluhan timbul disertai
dengan perut mulas dan nyeri perut yang dirasakan hilang timbul sejak 1
hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan keputihan sejak 1 minggu SMRS,
keputihan berwarna putih dan tidak berbau. Pasien mengaku terakhir
berhubungan badan dengan suaminya sekitar satu minggu yang lalu dan
pasien mengaku sering berhubungan badan dengan suaminya selama
hamil. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran composmentis dan
tekanan darah 173/107 mmHg. Pada pemeriksaan leopold didapatkan
TFU 26 cm, bagian teratas bokong, punggung kanan, bagian terbawah
kepala, dan sudah masuk PAP. Pada pemeriksaan dalam (VT) didapatkan
portio tebal lunak dan terdapat pembukaan 1 cm. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis dan LED meningkat.
• Ibu

G4P3A0, gravida 34-35 minggu inpartu kala I fase


laten dengan ketuban pecah dini (KPD) dengan
Hipertensi.

Diagnosis • Janin
Janin tunggal hidup, intrauterine, presentasi kepala,
DJJ: 143x/ menit, reguler
• Diagnosis Potensial
Lahir Premature
Tatalaksana

• Observasi KU, TTV, His ibu serta D J J janin


• IUVD RL 500 cc/24 jam
• Injeksi IV Dexamethasone 2 x 1 ampul (5
mg)
• Injeksi IV Ceftriaxone 1 x 1 g
• Tab Nifedipine 3x10 mg Peroral
• Konsultasi dr. Sp.OG
• KIE: Edukasi pasien dan keluarga terkait
diagnosis serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
Prognosis

● Quo ad Vitam : Dubia ad bonam


● Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
● Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
Ketuban Pecah
Dini

15
DEFINISI

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban


sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau
setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau
KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM)

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban
Pecah Dini. Indonesia: POGI & HKFM; 2016
Epidemiologi
Prevalensi KPD berkisar antara 3-18% dari seluruh kehamilan

• KPD aterm <1% dari seluruh kehamilan di


Amerika. KPD aterm sekitar 11% dari
seluruh kehamilan.

• Insiden KPD di Indonesia


berkisar 4,5%- 6% dari
seluruh kehamilan,
sedangkan di luar negeri
• KPD preterm merupakan insiden KPD antara 6%-12%.
penyebab utama (33%)
persalinan prematur dan
termasuk 5 besar penyebab
kematian bayi di dunia. Prawihardjo S dan Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan; Ketuban Pecah Dini.
Ed.4,. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2020.
ETIOLOGI

• Usia
• Infeksi
• Defisiensi vitamin C
• Paritas
• Inkompetensi servik
• Distensi uterus
• Kelainan letak janin dan uterus
• Trauma dan prosedur medis (iatrogenik) seperti amniosentesis.

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban Pecah Dini.
Indonesia: POGI & HKFM; 2016
KLASIFIKASI
Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran korioamniotik
KPD Preterm sebelum usia kehamilan yaitu kurang dari 37 minggu
(PPROM)

Ketuban pecah dini/ premature rupture of membranes (PROM) adalah


pecahnya ketuban onset persalinan pada pasien yang umur
KPD Aterm (PROM) kehamilannya ≥37 Minggu

Dapat dibuktikan  vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+)

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban
Pecah Dini. Indonesia: POGI & HKFM; 2016
PATOFISIOLOGI

Kontraksi uterus
Ketuban pecah Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
Peragangan berulang
teriadi perubahan biokimia yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh

Berkurangnya asam askorbik sebagai


komponen kolagen KPD pada kehamilan prematur disebabkan oleh
Ketuban Pecah Dini adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi
(KPD) yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini
Kekurangan tembaga dan asam askorbik prematur sering terjadi pada polihidramnion,
yang berakibat pertumbuhan struktur inkompeten serviks, dan solusio plasenta
abnormal

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban
Pecah Dini. Indonesia: POGI & HKFM; 2016
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS Anamnesis

Dari anamnesis perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang
keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD aterm
sebelumnya, dan faktor risikonya.

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban
Pecah Dini. Indonesia: POGI & HKFM; 2016
DIAGNOSIS Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk menilai adanya servisitis,


prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin (pada presentasi
bukan kepala); menilai dilatasi dan pendataran serviks.

• Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan
lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban
Pecah Dini. Indonesia: POGI & HKFM; 2016
DIAGNOSIS PEMERIKSAAN
PENUNJANG

 Tes lakmus : untuk menilai PH cairan


amnion

 USG : menilai indeks cairan amnion.

 Pemeriksaan Laboratorium : Tes ferning

Gambar 3. Gambaran Ferning

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & Himpunan Kedokteran Feto Maternal. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban
Pecah Dini. Indonesia: POGI & HKFM; 2016
DIAGNOSIS USG

• Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk menilai


indeks cairan amnion, taksiran berat janin, usia gestasi dan presentasi janin,
dan kelainan kongenital janin.

• Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan amnion yang
berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan tidak adanya
pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah
sangatlah besar, walaupun normalnya volume cairan ketuban tidak
menyingkirkan diagnosis.
DIAGNOSIS USG
DIAGNOSIS USG
TATALAKSANA

1. Pastikan diagnosis.
2. Tentukan umur kehamilan.
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin.
4. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin.

Rohmawati N, Wijayanti Y. Ketuban Pecah Dini di RSUD Ungaran. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development). 2018 Feb 1;2(1):23-32
ALGORITMA
TATALAKSANA
KETUBAN PECAH DINI

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia & Himpunan Kedokteran Feto Maternal.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Ketuban Pecah Dini. Indonesia: POGI &
HKFM; 2016
Terapi Konservatif

Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit baik pada ibu maupun janin, pada umur
kehamilan 27-34 minggu.

Saat perawatan diberikan :


• Antibiotika oral : (Cefadroxil 2x500 mg, eritromisin 4x500 mg) selama 3-5 hari atau
antibiotika spektrum luas lain yang sensitif.
• Pemberian tokolitik dengan syarat tidak ada tanda infeksi secara klinis atau laboratoris
• Ultrasonografi untuk menilai kesejahteraan janin
• Bila ada indikasi untuk melahirkan janin dilakukan pematangan paru, dan proteksi otak janin.

UNPAD, F. (2021). Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologi. KSM


Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP dr. Hasan Sadikin FK UNPAD.
Terapi Konservatif
Tokolitik
• Tokolitik adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk menunda
persalinan pada kehamilan preterm yang mengalami kontraksi dengan harapan
dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas janin.
• Tujuan  memperpanjang kehamilan atau menunda persalinan selama dua
sampai tujuh hari.
• Tokolitik diberikan pada persalinan premature sebelum usia kehamilan 34
minggu dan tidak dianjurkan pengunaannya sebagai terapi profilaksis karena
belum terbukti mengurangi morbiditas neonatus.

Mayer C, Apodaca-Ramos I. Tocolysis, [Updated 2021 Mar 23]. In:StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-.
Tokolitik
Kontraindikasi pemberian agen tokolitik berdasarkan The American College
of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) sebagai berikut8:
 Usia kehamilan diatas 34 minggu
 Kematian janin intrauterine
 Anomali janin yang mematikan
 Preeklamsia berat atau eklamasia
 Perdarahan ibu dengan ketidakstabilan hemodinamik
 Chorioamnionitis
 Ketuban pecah dini prematur (kecuali bila tidak ada tanda-tanda infeksi
ibu dan ada kebutuhan untuk transportasi, pemberian steroid, atau
keduanya)
 Kontraindikasi spesifik terhadap agen tokolitik

Mayer C, Apodaca-Ramos I. Tocolysis, [Updated 2021 Mar 23]. In:StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-.
Agen
Tokolitik
Terapi Aktif

Kehamilan >37 minggu: induksi dengan


 Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks,
oksitosin. Dapat pula diberikan kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri

misoprostol 25 – 50 g intravaginal tiap 6 persalinan dengan seksio sesarea

jam maksimal 4 kali bila ada tanda-tanda  Bila skor pelvik >5, induksi persalinan

infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan


persalinan diakhiri.
Bila gagal seksio sesaria
Terapi Aktif
KOMPLIKASI

Maternal

• Infeksi: korioamnionitis, syok septik sampai


kematian ibu
• Endometritis
• Partus lama
• Perdarahan pasca persalinan, penurunan
aktifitas miometrium (atonia)
• Morbiditas dan mortalitas maternal.
KOMPLIKASI
Perinatal
• Prematuritas
• Sepsis
• Prolaps funiculli
• Hipoksia dan asfiksia sekunder
• Sindrom deformitas janin
• Morbiditas dan mortilitas perinatal
• Oligohidramnion
• Partus kering
PROGNOSIS

• PPROM dikaitkan dengan 30-40% persalinan prematur dan merupakan penyebab


utama persalinan prematur yang dapat diidentifikasi. Sebanyak 85% morbiditas dan
mortalitas neonatus adalah akibat dari prematuritas.
• Jika PPROM terjadi jauh sebelum aterm, terdapat risiko morbiditas dan mortalitas
yang signifikan ada pada janin dan ibu.
• Tenaga kesehatan yang merawat perempuan hamil dengan PPROM memegang peran
penting dalam manajemen dan perlu memahami potensi komplikasi dan kemungkinan
intervensi untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan kemungkinan hasil yang
diinginkan

Jazayeri A. Premature Rupture of Membranes. 2018. Diakses pada 17 Oktober 2021. https://emedicine.medscape.com/article/261137- overview#a1
Hipertensi
Kronis

40
Definisi
● Hipertensi yang didapatkan sebelum timbulnya
kehamilan.

● Hipertensi kronik di definisikan bila tekanan


darah sistolik lebih sama dengan 140 mmHg
atau tekanan diastolik lebih sama dengan 90
mmHg sebelum umur kehamilan 20 minggu.

41
Faktor resiko
Tidak dapat dimodifikasi Dapat dimodifikasi

1) Berat badan berlebih


(obesitas)
1) Umur 2) Merokok
2) Jenis Kelamin 3) Kurang Aktifitas Fisik
3) Keturunan (genetik) 4) Dislipidemia
5) Konsumsi Garam Berlebih
6) Konsumsi Alkohol Berlebih
7) Psikososial dan Stress

42
Klasifikasi

43
Diagnosa

Bila didapatkan hipertensi yang telah timbul sebelum kehamilan atau


timbul < 20 minggu umur kehamilan

Ciri-ciri hipertensi kronik :


● Umur ibu relatif tua di atas 35
● Tekanan darah sangat tinggi
● Umumnya multipara
● Umumnya ditemukan kelainan jantung, ginjal dan diabetes melitus
● Penggunaan obat-obat antihipertensi sebelum kehamilan
● Hipertensi yang menetap pascapersalinan

44
Diagnosa

● Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan khusus berupa EKG (eko kardiografi), pemeriksaan mata dan
pemeriksaan USG ginjal, pemeriksaan laboratorium lain : fungsi ginjal,
fungsi hepar, hb, hemtokrit dan trombosit

● Pemeriksaan Janin
Perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi janin  Curiga IUGR
Dilakukan NST dan profil biofisik.

45
Tatalaksana
Tujuan  Meminimalkan atau mencegah dampak buruk
pada ibu ataupun janin akibat hipertensinya sendiri
ataupun akibat obat-obat antihipertensi

Terapi hipertensi kronik berat hanya mempertimbangkan


keselamatan ibu, tanpa memandang status kehamilan

46
Tatalaksana

Target tekanan darah adalah 135/85 mmHg

47
Analisa
Kasus
1. Apakah penegakkan diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Kasus
Teori
G4P3A0, dengan usia kehamilan 34-35
minggu
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan
• Pasien saat ini sedang dalam kehamilan
sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
ke-4, HPHT tanggal 6 Januari 2022.
terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini
• HPL13 Oktober 2022.
dapat terjadi sebelum usia gestasi 37 minggu
• Pasien diperiksa pada 29 Agustus 2022
dan disebut sebagai KPD preterm. KPD
sehingga usia kehamilan 34-35 minggu.
didiagnosis secara klinis pada anamnesis
Ketuban Pecah Dini (KPD)
pasien dan visualisasi adanya cairan amnion
• Ny. K datang dengan keluhan
pada pemeriksaan fisik.
pengeluaran pervaginam sejak 8 jam
SMRS berupa cairan jernih tanpa bau dan
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan
tidak disertai lendir dan darah.
ketuban pecah dini adalah :
• Pada pemeriksaan fisik, dilakukan
•  Pooling : Kumpulan cairan amnion pada
pemeriksaan dalam (VT) dan didapatkan
fornix posterior
ketuban mengalir, portio tebal lunak dan
• Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah
pembukaan 1 cm.
akan jadi biru
• Dilakukan nitrazine test dengan kertas
• Ferning : Gambaran seperti daun
lakmus merah dan hasilnya berubah
pakispada mikroskop
menjadi biru.
2. Apakah etiologi dan faktor resiko pada pasien sudah sesuai dengan teori?

Kasus Teori

Pada pengkajian etiologi dan faktor resiko Etiologi dan faktor resiko dari KPD
melalui anamnesis didapatkan bahwa
• Usia pasien 36 tahun • Usia >35 Tahun
• Kehamilan multigravida yaitu G4P3A0 • Infeksi
• Pasien juga mengaku masih berhubungan • Defisiensi vitamin C
seksual dengan suami namun 1 minggu • Paritas
SMRS, • Inkompetensi servik
• Pasien juga mengeluhkan adanya • Distensi uterus
keputihan sejak 1 minggu SMRS, • Kelainan letak janin dan uterus
• Pasien merupakan perokok pasif karena • Trauma dan prosedur medis (iatrogenik)
suami pasien merokok. seperti amniosentesis.
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan
leukositosis dan LED meningkat pada pasien
yang merupakan salah satu tanda terjadinya
infeksi pada pasien dan merupakan faktor
resiko terjadinya KPD.
3. Apakah pengelolaan pada kasus ini sudah tepat?

Kasus Teori

Tatalaksana yang diberikan kepada pasien Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu,
mempertahankan kehamilan akan
• Observasi KU, TTV, His ibu serta DJJ meningkatkan risiko korioamnionitis dan
janin sepsis. Tidak ada perbedaan signifikan
• IVFD RL 500 cc terhadap kejadian respiratory distress
• Injeksi IV Dexamethasone 2 x 1 ampul (5 syndrome. Penelitian menunjukkan bahwa
mg) mempertahankan kehamilan lebih buruk
• Injeksi IV Ceftriaxone 1 x 1 g dibandingkan melakukan persalinan.
• Tab Nifedipine 3x10 mg Peroral
• Konsultasi dengan dr. Sp.OG Untuk pematangan paru  Kortikosteroid
• KIE: Edukasi pasien dan keluarga terkait sebelum 32-34 minggu kehamilan. Dapat
diagnosis serta rencana tindakan yang diberikan dexamethasone 2 x 6 mg atau
akan dilakukan betametasone 1 x 12 mg IM
3. Apakah pengelolaan pada kasus ini sudah tepat?

Teori
Kasus

Tatalaksana yang diberikan kepada pasien

• Observasi KU, TTV, His ibu serta DJJ


janin
• IVFD RL 500 cc
• Injeksi IV Dexamethasone 2 x 1 ampul (5
mg)
• Injeksi IV Ceftriaxone 1 x 1 g
• Tab Nifedipine 3x10 mg Peroral
• Konsultasi dengan dr. Sp.OG
• KIE: Edukasi pasien dan keluarga terkait
diagnosis serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
3. Apakah pengelolaan pada kasus ini sudah tepat?

Teori
Kasus

Tatalaksana yang diberikan kepada pasien

• Observasi KU, TTV, His ibu serta DJJ


janin
• IVFD RL 500 cc
• Injeksi IV Dexamethasone 2 x 1 ampul (5
mg)
• Injeksi IV Ceftriaxone 1 x 1 g
• Tab Nifedipine 3x10 mg Peroral
• Konsultasi dengan dr. Sp.OG
• KIE: Edukasi pasien dan keluarga terkait
diagnosis serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
4. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

Quo ad vitam pasien adalah bonam karena tanda vital pasien saat masuk
ke RS masih baik, tidak ada komplikasi, setelah pasien partus keadaan
pasien dapat membaik. Quo ad functionam pasien dubia ad bonam
karena pasien masih sehat dan masih bisa melakukan aktivitas seperti
biasa. Prognosis pada pasien untuk quo ad sanactionam atau kekambuhan
adalah dubia ad malam karena riwayat KPD merupakan salah satu resiko
terjadinya KPD sehingga apabila pasien sudah mengalami KPD pada
kehamilannya maka kemungkinan besar kehamilan pasien di masa depan
akan mengalami KPD juga.
Kesimpulan
```Telah dilaporkan suatu kasus pada perempuan usia 36 tahun,
multigravida, dengan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm. Pada
pasien ini ditemukan faktor risiko yang kemungkinan mendasari terjadinya
ketuban pecah dini yaitu usia ibu > 35 tahun, Multigravida, sering
melakukan hubungan seksual selama kehamilan, pasien merupakan
perokok pasif ditemukan tanda infeksi seperti leukositosis dan LED
meningkat. Penegakkan diagnosis KPD didasarkan secara klinis pada
anamnesis pasien dan visualisasi adanya cairan amnion pada pemeriksaan
fisik dan pada pemeriksaan nitrazine test terjadi perubahan kertas lakmus
merah menjadi biru. Penatalaksanaan bergantung pada usia gestasi yang
berkaitan dengan proses kematangan organ janin dan bagaimana
morbiditas dan mortalitas apabila dilakukan persalinan maupun tokolisis.

55
Daftar Pustaka
• Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
(PNPK) Ketuban Pecah Dini. p1-17.
• Khan, S. & Khan, A.A., 2016. Study on Preterm Premature Rupture of Membrane With Special Reference to
Maternal And Its Fetal Outcome. , 5(8), pp.2768–2774.
• Gahwagi, M.M.M., Busarira, M.O. & Atia, M., 2015. Premature Rupture of Membranes Characteristics ,
Determinants , and Outcomes of in Benghazi , Libya. , (August), pp.494–504.
• Prawihardjo S dan Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan; Ketuban Pecah Dini. Ed.4,. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2020.
• Calgary guide. Preterm Prelabor Rupture of Membranes (PPROM). Diakses pada 17 Oktober 2021.
https://calgaryguide.ucalgary.ca/preterm- prelabor-rupture-of-membranes-pprom-pathogenesis-and-clinical-
findings/
• SMF Obstetri dan Ginekologi, 2015. Panduan Praktik Klinis SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah
Denpasar. In pp. 90–94.
• Jazayeri A. Premature Rupture of Membranes. 2018. Diakses pada 17 Oktober 2021.
https://emedicine.medscape.com/article/261137- overview#a1
• UNPAD, F. (2021). Panduan Praktik Klinis Obstetri dan Ginekologi. KSM Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUP dr. Hasan Sadikin FK UNPAD.
• Liwang P, Yuswar P, Wijaya E, Sanjaya N. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta: Media Aesculapius. 2020; 990-
99
• Weber G, Merz E. Amniotic Fluid. Ultrasound in Obstetrics and gynecology. 2005:409-414
• Mark, A, Brown Laura , Louise Magee, and S Kenny. 2018. "Hypertensive Disorders of Pregnancy ISSHP
Classification, Diagnosis, and Management Recommendations for International Practice." AHA Journal 24-43.
• Mayer C, Apodaca-Ramos I. Tocolysis, [Updated 2021 Mar 23]. In:StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan 56
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai