Anda di halaman 1dari 108

Bimbingan Bedah

Ortopedi
Pemeriksaan
Ortopedi
● Abnormalitas kongenital dan
perkembangan
● Infeksi dan inflamasi

Jenis-jenis kelainan ● Artritis dan kelainan rematik


Gangguan metabolik dan endokrin
Ortopedi

● Tumor dan lesi lainnya yang serupa
● Gangguan neurologis dan
kelemahan otot
● Injury dan gangguan mekanik
Anamnesis

Setiap gejala perlu digali secara rinci:


● Onset
● Gejala muncul tiba-tiba atau bertahap
● Spontan atau setelah kejadian tertentu
● Bagaimana perubahan dan progresinya
● Faktor yang memperparah dan memperingan
Anamnesis
NYERI
● Nyeri merupakan gejala yag paling sering ditemui di ortopedi
● Jenis nyeri dapat berupa:
○ nyeri berdenyut (throbbing pain) pada abses
○ aching pain pada artritis kronik
○ nyeri seperti terbakar (burning pain) pada neuralgia
○ nyeri seperti tertusuk (stabbing pain) pada tendon yang ruptur
Anamnesis
NYERI
Penilaian:
● Keparahan Nyeri
○ Metode yang paling sering adalah dengan severity on an analogue scale (1-10), skor 1 untuk
ringan dan mudah diabaikan dan 10 untuk nyeri yang benar-benar tidak dapat ditahan
○ Dapat juga dilakukan grading sebagai berikut:
■ Grade 1 (mild) → nyeri yang dapat mudah diabaikan
■ Grade II (mod) → tidak dapat diabaikan, mengganggu fungsi dan semakin lama butuh
terapi
■ Grade III (severe) → nyeri yang ada hampir terus menerus, butuh perhatian atau
tatalaksana konstan
■ Grade IV (excruciating) → totally incapacitating pain
● Lokasi nyeri → minta pasien untuk menunjuk lokasi nyerinya
Anamnesis
KAKU
● Kaku dapat berupa kaku yang:
○ Menyeluruh (sering pada penyakt sistemik seperti arthritis rheumatoid, ankylosing
spondylitis)
○ Lokal (pada sendi tertentu)
● Locking: ketidakmampuan yang terjadi secara tiba-tiba dalam
menyelesaikan gerakan spesifik, disebabkan oleh mechanical block
Anamnesis
BENGKAK
● Lokasi: jaringan lunak, sendi, tulang
● Penilaian:
● Apakah didahului trauma
● Muncul secara:
■ cepat → hematoma, hemartrosis
■ Lambat → inflamasi, efusi sendi, infeksi, tumor
● Nyeri → inflamasi akut, infeksi, tumor
● Konstan atau hilang timbul
● Ukuran → apakah terus bertambah?
Anamnesis
DEFORMITAS
● Deformitas yang sering dikeluhkan pasien: round shoulder, spinal curvature, knock knees,
pigeon toes, flat feet
● Deformitas dapat terjadi karena:
○ Variasi normal → short stature, wide hips
○ Hilang beriringan dengan pertumbuhan → flat feet atau bandy leg pada bayi
○ Apabila progresif atau hanya 1 sisi sedangkan sisi lainnya normal → Kemungkinan
kelainan serius
Anamnesis
● Kelemahan
Kelemahan secara keseluruhan merupakan tanda dari penyakit kronis. Disfungsi
sendi yang lama menyebabkan kelemahan otot yang berhubungan.
● Instabilitas
Keluhan sendi yang seakan “bergerak” atau “tidak pada tempatnya” → joint laxity,
capsular / ligamentous deficiency
● Sensibilitas
Kebas, kesemutan, atau mati rasa. Cari tahu distribusinya. Apakah dipengaruhi oleh
posisi. Apa yang memperburuk atau meringankan gejala.
● Penurunan fungsi → misal : tidak bisa berdiri terlalu lama, tidak bisa memakai kaos
kaki.
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Anamnesis
● Riwayat Penyakit Dahulu
○ Allergy
○ Medication
○ Past history of illness/injuries
○ Last meal
○ Events (penggunaan obat-obatan terlarang, alkohol, dll)
● Riwayat Keluarga
Penyakit yang diturunkan, infeksi, STD.
● Status sosial & aktivitas
○ Asupan nutrisi
○ Rokok
○ Obat-obatan terlarang
○ Riwayat bepergian ke daerah endemis
○ Pekerjaan dan kegiatan sehari-hari
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Pemeriksaan Ortopedi
Dimulai dari saat pasien
datang: ● Look
● Keadaan umum ● Feel
● Postur ● Move
● Gait ● Test

● Bandingkan kedua sisi →


Periksa sisi yang normal
kemudian yang abnormal
● Tanggalkan pakaian pasien
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Look
Skin:
● Discoloration
● Edema
● Wound/ulcer

Shape:
● swelling
● Muscle wasting

Lump (size, edge)

Deformity

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Feel
● Skin: warm or cold; moist or dry;
sensibility
● Soft tissues: lump? Pulses?
● Bones and joints: outlines?
Synovium? Joint fluid?
● tenderness

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Move
a. Active Movement
b. Passive Movement
c. Unstable Movement
d. Provocative Movement

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Move

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Move
Pergerakan aktif (active ROM)

● Minta pasien untuk menekuk kaki hingga maksimal.


Nilai ROM
● Cara menentukan sudutnya: Tarik garis khayal dari
paha pasien, lalu hitung sudut antara garis khayal
dengan tungkai bawah pasien.

Pergerakan Pasif (Passive ROM)

● Minta pasien rileks, pemeriksa menekuk kaki pasien


hingga maksimal, berhenti apabila terasa sakit
● Nilai : ROM, rasa sakit, spasme otot, dan false
movement (arah menekuk tidak seperti normal)

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Test

Thomas’ test for flexion deformity of the hip

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Test
Trendelenburg’s test for instability of the hip

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Test
McMurray’s test for a torn meniscus of the knee,

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Test

Lachman’s test for cruciate ligament instability and various


tests for intra-articular fluid

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Physical Variations & Deformities

Joint Laxity

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Physical Variations & Deformities

● Varus and Valgus


● Kyphosis and lordosis
● Scoliosis
● Postural Deformity
● Structural Deformity

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Physical Variations & Deformities

Causes of joint deformities

● Contracture of overlying skin


● Contracture of the subcutaneous fascia
● Muscle contracture
● Muscle imbalance
● Joint instability
● Joint destruction

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Physical Variations & Deformities
Causes of joint deformities

● Developmental disorders (achondroplasia, multiple exostosis, multiple


epiphyseal displasia)
● Acquired: growth plate fractures, rickets, malunited diaphyseal fractures,
tumors
● Malunited
● Osteomalacia

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Bony Lumps
● Size
● Site (near joint, shaft, margin)
● Consistency (bony and
hard–benign, indented–malignant)
● Tenderness
● Multiplicity

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Neurological
Examination

Indikasi:

- kelemahan
- Gangguan koordinasi
- Gangguan sensibilitas
- Lokasi trauma/kelainan
pada: cervical, truncus

- Appearance,
- motor function (tonus,
kekuatan otot dan
refleks fisiologis)
- Sensibilitas
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Appearance

Tonus Otot

Tonus otot diperiksa dengan


menggerakkan sendi terdekat otot.

● Tonus meningkat : lesi UMN


(cerebral palsy, stroke)
● Tonus menurun: lesi LMN
(poliomyelitis)
- Kelainan pada saraf dapat berdampak pada
postur:
- Drop wrist pada palsy n. Radialis
- Waiters tip

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Kekuatan Otot

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Refleks tendon

Refleks tendon dalam ditimbulkan dengan meregangkan tendon dengan


cepat di dekat tempat insersinya. Dilakukan dengan mengetuk tendon
menggunakan palu refleks. Di ekstremitas atas pemeriksaan refleks dapat
dilakukan di tendon bisep, trisep dan brakioradialis; dan di ekstremitas
bawah tendon patela dan Achilles.

Reflek Superfisialis Reflek Dalam

Periksa refleks perut (T7–T12), Dinamai refleks regang otot (muscle


kremaster (L1, 2) dan anal (S4, 5). stretch reflex). Nama lain bagi refleks
dalam ini ialah refleks tendon, refleks
Refleks (-) menunjukkan lesi UMN
periosteal, refleks miotatik dan refleks
(biasanya di sumsum tulang belakang) fisiologis.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Sensibilitas
Kepekaan terhadap sentuhan dan tusukan jarum dapat meningkat (hiperestesia)
atau nyeri (disestesia) pada lesi saraf iritatif tertentu. Dapat berkurang (hipoestesia)
atau tidak ada (anestesi), menandakan tekanan pada atau gangguan saraf perifer,
akar saraf atau jalur sensorik di sumsum tulang belakang.

Tes sensibilitas dapat diuji dengan benda tajam, getaran dan suhu. Dilakukan di
kanan dan kiri dan beberapa titik. Pasien disuruh menutup mata dan menunjuk lokasi
yang diperiksa.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Principles of Fractures
Introduction

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas


struktural tulang. Fragmen tulang yang
dihasilkan dapat berpindah atau tetap,
terdapat fraktur tertutup dan fraktur terbuka
(compound fraktur).

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Bagaimana mekanisme terjadinya
fraktur?
1. Fraktur karena trauma
2. Fraktur karena stress (fatigue fracture)
3. Fraktur patologis

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Fractures due to injury
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan tiba-tiba dan
berlebihan (overloading), baik secara langsung atau tidak langsung.
Mekanisme dominan yang diungkapkan oleh sinar-X:
1. Twisting menyebabkan fraktur spiral.
2. Kompresi menyebabkan fraktur oblik yang pendek.
3. Bending menghasilkan fraktur dengan fragmen segitiga
'kupu-kupu'.
4. Tension memecahkan tulang secara transversal
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Fractures due to injury

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
FATIGUE OR STRESS FRACTURES

Fraktur ini terjadi pada tulang normal yang mengalami


pemuatan berat berulang, biasanya pada atlet, penari
atau personel militer yang memiliki program latihan
yang melelahkan atau ketika intensitas latihan
meningkat secara signifikan dari awal.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
PATHOLOGICAL FRACTURES

Fraktur dapat terjadi bahkan dengan tekanan


normal jika tulang telah dilemahkan oleh
perubahan strukturnya (misalnya pada pasien
dengan osteoporosis, Osteogenesis imperfecta
atau penyakit Paget, terapi bifosfonat) atau melalui
lesi litik (misalnya kista tulang atau metastasis)

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
TYPES of FRACTURE

COMPLETE INCOMPLETE

FRACTURES FRACTURES

Tulang tidak lengkap


Tulang dibagi menjadi
dibagi dan periosteum
dua atau lebih tetap dalam
fragmen. kontinuitas.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Klasifikasi fraktur
Klasifikasi alfanumerik yang dikembangkan oleh Müller dan
rekan, yang dikenal sebagai klasifikasi AO/OTA

● The first digit specifies the bone (1 = humerus, 2 =


radius/ulna, 3 = femur, 4 = tibia/fibula, 5 = spine, 6 =
pelvis/acetabulum, 7 = hand, 8 = foot, 9 =
craniomaxillofacial bones)
● The second digit specifies the segment (1 = proximal, 2 =
diaphyseal, 3 = distal, 4 = malleolar).
● A letter specifies the fracture pattern (for diaphysis: A =
simple, B = wedge, C = complex; for metaphysis: A =
extra-articular, B = partial articular, C = complete articular).
Two further numbers specify the detailed morphology of
the fracture.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Kelainan letak tulang pada fraktur

Translasi (pergeseran) – Fragmen dapat digeser ke samping, ke belakang


atau ke depan dalam hubungannya satu sama lain, sehingga permukaan
fraktur kehilangan sebagian atau seluruh kontaknya.

Angulasi (miring) – Fragmen dapat dimiringkan atau bersudut dalam


hubungannya satu sama lain. Malalignment, jika tidak dikoreksi, dapat
menyebabkan deformitas ekstremitas.

Rotasi (memutar) – Salah satu fragmen mungkin dipelintir di sekitar sumbu


longitudinalnya; tulang sering terlihat sejajar pada sinar-X, tetapi ekstremitas
berakhir dengan deformitas rotasi yang paling baik diamati pada pemeriksaan
pasien.

Panjang – Fragmen mungkin terganggu dan terpisah, atau mungkin tumpang


Apley, A. Graham, and Louis Solomon.tindih, karena
2018. Apley's kejang
system otot, menyebabkan
of orthopaedics pemendekan
and trauma. London: Arnold tulang.
Klasifikasi Water

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan Fraktur

Penyembuhan fraktur ditandai dengan adanya proses pembentukan


tulang baru dengan fusi fragmen tulang.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur:
● Usia
● Jenis fraktur
● Faktor aliran darah
● Immobilisasi yang baik
● Faktor nutrisi
Jenis penyembuhan fraktur:
- Penyembuhan primer → tidak ada pembentukan kalus
- Penyembuhan sekunder → terbentuk kalus

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Jenis Penyembuhan Fraktur

● Penyembuhan Primer (Primary Healing)


● Terjadi apabila lokasi fraktur benar-benar stabil → tidak ada
stimulus pembentukan callus → pembentukan osteoblastik
tulang baru terjadi secara langsung diantara fragmen
● Tidak ada callus → tulang bergantung pada implan

● Penyembuhan Sekunder (Secondary Healing)


● Terbentuk callus disebabkan adanya pergerakan pada lokasi
fraktur
● Manfaat callus: memberikan kekuatan mekanik saat bagian
ujung tulang dalam penyembuhan
● Tipe penyembuhan yang paling sering pada tulang tubular

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Tahap Penyembuhan Fraktur
Sekunder
● Pembentukan Hematoma
○ Saat trauma terjadi → perdarahan dari tulang dan jaringan lunak
● Inflamasi
○ 1-7 hari post-fraktur → cytokine released, sampai jaringan parut,
kartilago, atau tulang terbentuk
● Pembentukan Soft Callus
○ 2-3 minggu → soft callus mulai terbentuk
● Pembentukan Hard Callus
○ 3-4 bulan
● Remodelling
○ Bulanan sampai tahunan: woven bone → lammellar bone

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
3. UNION, DELAYED UNION, AND NON UNION

● Union– Union adalah perbaikan yang tidak lengkap; kalus yang menyelubungi mengalami
kalsifikasi. Secara klinis, lokasi fraktur tidak nyeri pada palpasi. Sinar X Ray menunjukkan
bridging callus
● Timetable– Usia, konstitusi, suplai darah, jenis patah tulang dan faktor-faktor lain semua
mempengaruhi waktu yang dibutuhkan.
● Delayed Union– Penyatuan yang tertunda berarti bahwa penyembuhan patah tulang tidak
terjadi pada kecepatan dan waktu yang diharapkan. Secara klinis, ekstremitas yang patah
mengalami pembengkakan lokal dan gerakan atau menahan beban sebagian terasa nyeri.
● Non Union– didefinisikan sebagai patah tulang yang belum sembuh 9 bulan pasca operasi
dan tidak ada kemajuan penyembuhan yang terlihat selama 3 bulan terakhir.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Gejala Klinis dan Cedera Sekunder

CLINICAL FEATURES

● ada riwayat cedera


● ketidakmampuan untuk menggunakan anggota tubuh yang cedera
● Nyeri, memar, dan bengkak
● Deformitas
● gejala cedera terkait: nyeri dan bengkak, mati rasa, pucat atau sianosis kulit,
darah dalam urin, perut nyeri, kesulitan bernapas atau kehilangan kesadaran
sementara

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Manajemen Umum

● ABC : cari dan perhatikan adanya Obstruksi jalan napas,


Masalah pernapasan, Masalah sirkulasi darah dan
imobilisasi tulang belakang leher.
● Selama survei sekunder , juga perlu untuk menyingkirkan
cedera lain yang sebelumnya tidak terduga dan waspada
terhadap kemungkinan penyebab predisposisi (seperti
penyakit Paget atau metastasis).

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
LOCAL SIGNS

● Pembengkakan, memar, dan kelainan bentuk mungkin terlihat jelas


● Penting untuk memperhatikan apakah kulitnya utuh. jika kulit ditembus dan luka
berhubungan dengan fraktur ( luka terbuka) .
Look
● Perhatikan postur ekstremitas distal dan warna kulit (untuk tanda-tanda kerusakan
saraf atau pembuluh darah).

Bagian yang cedera dipalpasi dengan lembut untuk mengetahui nyeri tekan yang terlokalisir.
Feel Periksa bagian yang biasa diasosiasikan dengan cedera (contoh: pada patah proximal fibula,
selalu curiga terhadap cedera ligamen pergelangan kaki)

● Perhatikan adanya Krepitus dan gerakan abnormal


Move ● menanyakan apakah pasien dapat menggerakkan sendi distal dari cedera.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
X-ray

Rule of twos:
1. Two views: 2 sudut pandang pada X ray (contoh: AP dan Lat)
2. Two joints: 2 sendi di atas dan di bawah fraktur harus
termasuk dalam foto
3. Two limbs: Pada anak, gambaran epifisis yang immatur dapat
tampak seperti garis fraktur. Dapat digunakan ekstrimitas
yang sehat untuk menjadi pembanding
4. Two injuries: Kekuatan yang besar dapat menyebabkan
cedera pada lebih dari 1 level
5. Two occasions: Fraktur dapat tidak terlihat langsung setelah
cedera.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Deskripsi Fraktur
● Fraktur transversal: lambat untuk menyatu karena area kontaknya kecil;
patahan stabil di bawah kompresi.
● Fraktur spiral bergabung lebih cepat (karena area kontak yang besar)
Bentuk fraktur tetapi tidak stabil di bawah kompresi.
● Fraktur kominutif seringkali lambat untuk bergabung karena:
(1) terkait dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih parah,
(2) cenderung tidak stabil.

Untuk setiap fraktur, empat komponen harus dinilai:


Displacement ● translasi (geser) – mundur, maju, menyamping
● angulasi (miring) – ke segala arah
● rotasi (memutar) – ke segala arah sepanjang sumbu tulang longitudinal
● panjang – impaksi

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
CEDERA SEKUNDER

● Cedera toraks – Fraktur tulang rusuk atau tulang dada mungkin


berhubungan dengan cedera pada paru-paru atau jantung.
● Cedera medula spinalis – berhubungan dengan fraktur tulang
belakang
● Cedera pelvic dan abdomen – Fraktur pelvic mungkin berhubungan
dengan cedera viseral. Sangat penting untuk menanyakan tentang
fungsi saluran kemih; jika dicurigai cedera uretra atau kandung
kemih
● Pectoral girdle injury : Fraktur dan dislokasi di sekitar gelang dada
dapat merusak pleksus brakialis atau pembuluh darah besar di
dasar leher.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Penanganan Awal Fraktur
Trauma Pelvis
Pelvic Fractures
● Panggul dan retroperitonium merupakan salah satu ruang yang mana darah dapat keluar sehingga
mengakibatkan -> Syok non-responsive
● Fraktur perdarahan panggul -> keadaan darurat yang mengancam jiwa (terutama dipertimbangkan
pada cedera perut dan extremitas bawah)
● Penyebab Potensial -> (RTC, Jatuh dari ketinggian dan cedera terlindas)

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Pelvis

Pelvis diperiksa pada primer survey yang masuk dalam “C–circulation assessment” setelah
airway, breathing serta imobilisasi servikal.

Tanda signifikan :
● Bengkak dan memar pada perut bagian bawah, paha, perineum, skrotum, vulva
dan darah pada meatus uretra.
● Cincin panggul harus dipalpasi dengan lembut -> mencari tahu nyeri tekan?.
Panggul tidak boleh terkompresi saat krepitasi -> bekuan darah akan keluar dan
memicu perdarahan massif. Jika neri tekan “Tidak Boleh Diulang”

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Pelvis
● Pasien stabil -> CT scan dapat dilakukan (Perdarahan intrabadominal dan retroperitoneal).

● Alternatif -> AP X-Ray selama primery survey untuk mendiagnosis awal (fraktur panggul)

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Pelvis
Managemen Awal
● Syok -> mengontrol perdarahan dan rehidrasi.
● Pelvic Binders -> menerapkan kompresi untuk mendekati lokasi
perdarahan fraktur dan memungkinkan pembentukan gumpalan. Jika
tidak ada (cara manual) selembar kain diikat disekitar panggul. Alat
kompresi tidak boleh dilepas sampai tindakan embolisasi, fiksasi
eksternal ataupun balut panggul tersedia.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Spinal

Fraktur Spinal
● Stable injury & Unstable injury, dimana ada risiko yang signifikan
bergesernya fraktur dan gejala sisa neurologis.
● Mekanisme : Traksi (Avulsi), direct injury (Luka tembus seperti pisau
maupun senjata api), indirect injury (paling umum) dan biasanya
jatuh dari ketinggian, KLL (Leher).

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Spinal
Kejadian spinal injury :

● Cervical (55%)
● Thoracic (15%)
● Thoracolumbar junction (15%)
● Lumbosacral (15%)

Trauma spinal dengan transeksi medulla spinalis -> mengganggu suplay saraf simpatis -> vasodilatasi distal.

Transeksi yang tinggi -> syok neurogenic. Hal ini menimbulkan syok vasodilatasi (hipotensi, tensi menurun,
perifer yang hangat, perfusi baik dan bradikardi)

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Spinal
● Medula spinalis dan fungsi neurologis dilakukan pada “secondary survey” dengan
imobilisasi dipertahankan. Saat kepala diimobilisasi secara manual, vertebra servikal dari
leher hingga sacrum diperiksa :
● Memar, ekimosis, cedera tembus, bengkak, nyeri tekan palpasi, rectal (tonus anus).
Pemeriksaan neurologis -> identifikasi hilangnya fungsi sensorik dan motorik.
● Pasien kondisi sadar (leher tidak nyeri, tidak mengalami cidera yang mengganggu, tidak
mabuk, tidak menerima anelgesik) -> cervical dapat diperiksa dan fraktur disingkirkan
secara klinis

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Spinal
● X-Ray perbatas penggunaanya pada fase resusitasi

● Jika tulang cervical belum disingkirkan secara klinis, maka tindakan

pencegahan harus dipertahankan sampai CT-scan/MRI sudah keluar hasilnya,

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Spinal
Manajemen awal

● Mengikuti ATLS -> ABCD


● Cervical spine -> harus diimobilisasi
● Jalan napas harus dipertahankan dan hindari fleksi maupun ekstensi leher,
diamankan dengan induksi anestesi (Sp.An)
● Oksigenasi dan ventilasi dioptimalkan -> memantau SaO2 dan EtCO2.
● Syok neurogenic : memerlukan cairan iv, vasokonstriktor dan kronotopik.
● Fraktur dan deficit neurologis lakukan imobilisasi -> Rujuk ke bagian terkait

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma Spinal
Take home message:

● Identifikasi trauma spinal pada secondary


survey dan manajemen berdasarkan ABC
● Imobilisasi
● Identifikasi dan manajemen kegagalan
ventilasi dan sirkulasi
● Eksklusi trauma secara klinis, CT, MRI

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma tulang panjang

Pemeriksaan fisik:

● Inspeksi: warna, perfusi, luka, deformitas (angulasi dan


pemendekan), bengkak, lebam
● Palpasi: nyeri, bengkak atau deformitas, krepitasi, CRT
● Penunjang: USG Doppler, X-ray, CT scan atau CT
angiografi
● Perfusi periferal harus diperbaiki dalam 2 jam setelah
trauma untuk mencegah iskemi

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma tulang panjang

Manajemen:
● Optimalkan primary survey
● Kontrol pendarahan: penekanan, tourniquet, haemostatic dressing
● Penggantian cairan dan darah
● Fraktur dan dislokasi: reduksi, diluruskan sesuai posisi anatomi
dengan analgesik atau sedasi (entonox, morfin atau ketamin 0,5 -
1,0 mg/kg IV)
● Posisi anatomi tidak dipaksakan jika terdapat resistensi
● Trauma amputasi, cedera jaringan lunak, trauma ledakan: blast
dressing
● Open fracture: manajemen definitif oleh bedah ortopedi

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Trauma tulang panjang

Take home message:

● Cedera lengan tidak mengancam jiwa jika tidak ada


perdarahan hebat
● Mengenali dan manajemen pada secondary survey
● Mengenali dan manajemen awal pada iskemi lengan
● Reduksi fraktur, splinting, imobilisasi dilakukan sebelum
konsultasi bedah
● Antibiotik diberikan sedini mungkin pada fraktur terbuka

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Prinsip Penanganan Fraktur

Reduce: manipulasi untuk memperbaiki posisi fragmen

Hold: splintage, mempertahankan posisi patahan hingga dapat


menyatu

Exercise: menunjang proses healing secara fisiologis dengan


pemberian beban

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Manajemen Fraktur Tertutup

Manipulasi mengembalikan posisi fraktur dengan splintage, kemudian


dapat menyambung secara fisiologis
Klasifikasi trauma tertutup Tscherne:
● Grade 0: simple fraktur dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan
lunak
● Grade 1: fraktur dengan abrasi superfisial atau lebam pada kulit dan
jaringan subkutan
● Grade 2: fraktur lebih berat dengan lebam dan bengkak pada
jaringan lunak dalam
● Grade 3: cedera berat ditandai dengan kerusakan jaringan lunak
dan sindrom kompartemen yang mengancam

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Manajemen Fraktur Tertutup

Reduksi: reposisi adekuat dan penyelarasan fragmen tulang

● Metode: terbuka dan tertutup


● Reduksi tertutup: untuk fraktur dengan reposisi minimal,
fraktur besar pada anak-anak, dan fraktur tidak stabil
sebelum fiksasi internal atau eksternal
● Reduksi terbuka: gagal reduksi tertutup, reposisi akurat
fragmen besar, langkah pertama fiksasi fraktur

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Closed Reduction
Three-fold manouvre:

1. Bagian distal ekstremitas ditarik searah tulang


2. Reposisi
3. Keselarasan

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Holding reduction

Metode pembatasan pergerakan:


● Continuous Traction
● Cast splintage
● Penyangga fungsional
● Fiksasi internal
● Fiksasi eksternal

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Continuous Traction

● Traksi pada ekstremitas distal dari fraktur, efek tarikan


terus menerus
● Indikasi fraktur spiral, fraktur acetabular dengan
subluksasi atau dislokasi caput femur
● Tindakan sementara untuk menjembatani waktu dari
fraktur hingga pengobatan definitif
● Metode: traksi dengan gravitasi, skin traction, skeletal
traction

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Cast Splintage

● Banyak terutama digunakan pada fraktur distal, sebagian


anak-anak. Relatif cukup aman
● Teknik : setelah direduksi, stockinette dipasang diatas
ekstremitas dan tonjolan tulang. Plester kemudian.
● Komplikasi : terlalu ketat (jika bengkak -> nyeri diffuse),
laserasi kulit

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Functional Bracing

● Segmen cast diatas shaft, tanpa


menutupi sendi, dihubungkan dengan
kawat besi atau plastik→ functional
● Digunakan untuk fraktur femur atau
tibia
● Penggunaan setelah fraktur unite (3-6
minggu setelah traksi atau conventional
cast)
● Fraktur held (kompresi jaringan lunak→
proliferasi vaskuler dan callus), sendi
moved, fraktur menyatu dengan normal
speed, metode safe.

Apley, A. Graham, and Louis Solomon. 2018. Apley's system of orthopaedics and trauma. London: Arnold
Internal Fixation

Indikasi :
● Fraktur tidak bisa direposisi
kecuali operasi
● Fraktur yang lama dan sulit
menyatu (e.g, femoral neck
fracture)
● Fraktur patologis
● Fraktur multipel
● Penderita dengan asuhan
keperawatan sulit (e.g, geriatric,
paraplegia)
External Fixation

Indikasi :
● Fraktur dengan kerusakan
jaringan lunak yang berat
● Fraktur pada area persendian
yang jaringan lunaknya terlalu
bengkak
● Fraktur multipel berat (fraktur
femur bilateral, fraktur pelvis
dengan pendarahan massif)
● Fraktur disertai infeksi dimana
internal fiksasi beresiko
Exercise

Tujuan:
1) Mengurangi edema dan kekakuan Elevasi → meningkatkan
venous drainage
2) Menghinadari kekakuan
dan mempertahankan
gerakan sendi
3) Mengembalikan kekuatan
otot
Klasifikasi Gustilo
Tipe I
Luka kecil kurang dan 1 cm, terdapat
sedikit kerusakan jaringan, tidak
terdapat tanda-tanda trauma yang
hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang
terjadi biasanya bersifat simpel,
tranversal, oblik pendek atau komunitif

Sumber gambar : https://www.orthobullets.com/trauma/1003/gustilo-classification


Tipe II
Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak
terdapat kerusakan jaringan yang hebat
atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan
yang sedang dari jaringan lunak.

Sumber gambar : https://www.orthobullets.com/trauma/1003/gustilo-classification


Tipe III
Terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur
neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat.

Tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah


Tipe IIIB : disertai kerusakan dan
kehilangan janingan lunak, tulang
tidak dapat di cover soft tissue

Sumber gambar : https://www.orthobullets.com/trauma/1003/gustilo-classification


Tipe IIIC : disertai cedera arteri
yang memerlukan repair segera

Sumber gambar : https://www.orthobullets.com/trauma/1003/gustilo-classification


Prinsip Penanganan

● Profilaksis Antibiotik
● Urgent wound and fracture debridement
● Early definitive wound closure
● Stabilisasi fraktur
Pemberian Antibiotik Profilaksis
Tetanus Prophylaxis
DEBRIDEMENT
“Suatu tindakan yang bertujuan untuk membebaskan luka dari zat-zat asing & jaringan mati (e.g. fragmen
tulang avaskular) sehingga luka menjadi bersih dan memungkinkan suplai darah yang baik ke jaringan”

Untuk promote re-epitelisasi luka kronis:

● D: Debridement of nonviable tissue within the Wound.


● I: Management of Inflammation and Infection
● M: Moisture control
● E: Environmental and Epithelialization assessment
Prinsip Dasar

ANESTHESIA → CLEANSING → SCRUBBING → DRAPPING → DEBRIDEMENT

1. Asisten mempertahankan traksi pada tungkai yang terluka & menahannya


2. Anestesi
3. Irigasi luka dengan normal saline
4. Scrubbing sekitar luka dengan povidone iodine
5. Letakkan sterile drap di lokasi luka.
6. Gunting jaringan yang sudah mati
7. Irigasi luka dengan normal saline
8. Tutup luka dengan kasa lembab dan kering
Wound Excision

● Eksisi tepi luka → jaringan


yang dipertahankan yang
sehat dan bersih.
Wound Extension

● Pembersihan luka harus mencakup semua area wound, jika


diperlukan maka dilakukan ekstensi wound namun dengan
tetap mengikuti garis fasciotomy incisions untuk mencegah
kerusakan perforator vessels yang berguna untuk skin flaps
→ menutupi fraktur.
Delivery of the fracture

● Pemeriksaan fracture surface:


bending limb searah dengan
force saat injury → surface
tulang terekspose tanpa
menambah kerusakan jaringan
lunak.
Removal of Devitalized Tissue

Soft or bony, all doubtfully viable tissue


should be removed.

Jaringan yang rusak di eksisi mulai


dari lapisan terluar :
● kulit
● adiposa
● fascia
● otot
● tulang
Wound Cleansing

Dengan eksisi atau irigasi menggunakan saline (bisa sampai 12 L)


Nerves and tendons

● As a general rule it is best to leave cut nerves and tendons


alone, though if the wound is absolutely clean and no
dissection is required – and provided the necessary
expertise is available – they can be repaired.
Wound Closure
● Only ever after wound excisions
are complete.
● Excessive skin tension will
prevent wound healing.
● Any open wound needs to be
protected from secondary
contamination. A sealed dressing
(e.g., antibiotic bead pouch, or
vacuum-assisted wound closure
(VAC)) can be used. It may permit
early split-thickness skin graft
closure.
● Closure with local, or free flaps is
Stabilizing the fracture
● Metode fiksasi berdasarkan derajat kontaminasi, waktu cedera menuju pre-opreasi dan jumlah
dari kerusakan jaringan lunak
● Jika tidak ditemukan kontaminasi jelas dan definitive penutupan luka dapat dilakukan saat
debridement, semua fraktur tebuka dirawat sebagai cedera tertutup, fiksasi internal dan
eksternal mungkin sesuai berdasarkan karakteristik fraktur dan luka pasien.
● Jika penutupan luka tertunda, eksteral fiksasi dapat dilakukan sebagai tatalaksana sementara
● Eksternal fikasasi dapat diganti dengan internal fiksasi pada saat definitive peutupan luka selama
:
○ Penundaan kurang dari 7 hari
○ Kontaminasi luka yang tidak terlihat
○ Internal fiksasi dapat mengontrol fraktur sebaik eksternal fiksasi.
Aftercare

Perawatan lanjut dan rehabilitasi patah tulang terbuka


1. Hilangkan nyeri
2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai
untuk penyembuhan tulang
3. Mengusahakan terjadinya union
4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan
mempertahankan fungsi otot dan sendi dan pencegahan
komplikasi.
5. Mengembalikan fungsi secara maksimal dengan fisioterapi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai