Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN
GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL

OLEH: Nur Wahyuni Munir


Komplikasi Fraktur

• Shock : Syok hipovolemik atau traumatik


akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan)
dan kehilangan cairan eksternal
kejaringan yang rusak
• Kerusakan organ dan kerusakan saraf
 Emboli lemak:
Sindrom emboli lemak, pada saat terjadi
fraktur globula lemak dapat masuk
kedalam pembuluh darah karena tekanan
sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan
kapiler atau karena katekolamin yang
dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan
memobilisasi asam lemak dan
memudahkan terjadinya globula lemak
dalam aliran darah.
Emboli lemak
Pulmonary and Fat Embolism

Pulmonary: (Clinical) Fat:


⚫ Dyspnea
• Dyspnea
⚫ Restless, agitated, confused,
• Chest pain
stuporous
• Apprehension/anxiety
⚫ Tachypnea > 30/min
• Cough/hemoptysia
⚫ Diffuse rales (late)
• Tachypnea
⚫ Tachycardia > 140/min
• Tachycardia
⚫ Fever > 103° F
• Low-grade fever
⚫ Petechial skin rash
• Thrombophlebitis
⚫ Hypoxemia (PO2 < 60 mmHg)
• PO2 < 80 mm Hg)
Komplikasi Fraktur
– Dini :
• Cedera arteri
• Cedera kulit dan jaringan
• Sindrom kompartemen
– Lanjut : Stiffnes (kaku sendi), degenerasi
sendi
Sindrom kompartemen
• Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.
• Disebabkan karena penurunan ukuran
kompartemen otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat, penggunaan
gips atau balutan yang menjerat ataupun
peningkatan isi kompartemen otot karena
edema atau perdarahan sehubungan dengan
berbagai masalah (misal : iskemi, cidera
remuk).
Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen
PENATALAKSANAAN

First aid :
• Pastikan Airway lancar
• Jika ada luka , tutup dg bahan steril
• Hentikan perdarahan dg menekan bagian berdarah
secara lokal
• Berikan obat anti nyeri yg kuat
• Jika terjadi trauma pada leher atau tulang belakang
, prevensi gerakan fleksi utk menghindarkan
kerusakan medula spinalis
• Jika ada patah tulang , prevensi gerakan
ekstremitas tsb
10
Penanganan fraktur tertutup secara
definitif
• Manipulasi untuk memperoleh
kedudukan fragmen fraktur lebih baik
dan pertahankan dengan
pemasangan gips sampai terjadi
penyambungan tulang (union) , di lain
pihak pertahankan gerakan dan
fungsi sendi semaksimal mungkin

11
Reposisi tertutup(Closed reduction)
• Bagian distal ditarik sesuai sumbu panjang
ekstremitas/tulang
• Jika fragmen patah telah berhasil dilewati/
dilonggarkan , maka masing 2 fragmen
akan tereposisi dg sendirinya
• Alignment dinilai dari berbagi posisi ( A-P ,
lateral )

12
Reposisi

13
Indikasi konservatif

• Anak dalam masa pertumbuhan


• Impending infeksi
• Jenis fraktur tidak cocok untuk ORIF
• Toleransi operasi tidak baik
• Pasien menolak operasi
Indikasi Operasi
• Sukar reposisi tertutup
• Fraktur multipel
• Fraktur patologis
• Fraktur intra artikular

Fraktur terbuka (OPEN FRACTURE)


• EMERGENCY
• GOLDEN PERIOD : 6 – 8 jam
Pertahankan reposisi
• Untuk tujuan union , fraktur harus
dilakukan imobilisasi
• pemasangan gyps bukan sekedar untuk
tujuan union fraktur , tetapi (1) mengatasi
nyeri hebat , dan (2) memastikan bahwa
fraktur direposisi dengan baik

16
Immobilisasi
(mempertahankan reposisi)

• Fiksasi eksterna:Gips
 Fiksasi interna
(ORIF)
K-nail
Plate + Screw
DLL
Fiksasi eksterna (OREF)

Illizarov
Indikasi ORIF
• Fraktur , dimana tanpa operasi tidak dapat dicapai
reposisi
• Fraktur dg posisi unstable, cenderung
redisplacement pasca reposisi (antebrachi)
• Fargmen farktur sulit union dan perlu waktu lama
(collum femur )
• fraktur Pathologis
• Fraktur Multiple
• Fraktur pada pasien yang memerlukan
kemudahan perawatan (paraplegics, multiple
injuries dan orangtua)
Komplikasi ORIF
• INFEKSI
• NON – UNION
• PATAH PLATE / SCREW ;IMPLANT
FAILURE
• REFRACTURE
Indikasi OREF (open reduction external
fixation)

• Fraktur dg kerusakan jaringan lunak luas


• Fraktur dg kerusakan saraf tepi atau
pembuluh darah
• Fraktur kominutif berat dan sangat
unstable
• Fraktur pelvis
• Fraktur disertai infeksi berat
Komplikasi OREF

• Overdistraksi
• Osteoporosis , akibat gaya beban tidak
lewat tulang tetapi dialihkan ke Ext Fix , 6
– 8 minggu harus dicabut atau konversi dg
ORIF
• Pin tract infection

23
PENGKAJIANKEPERAWATAN
❖ Jenis data:
Subyektif→ diungkapkan oleh klien
Obyektif→ hasil pemeriksaan
❖ Metode: Wawancara ; Pemeriksaan fisik
❖ Wawancara : Data umum biografi;
Subsistem biofisik; Psikologi; Sosiologi;
Budaya; Riwayat kesehatan
(Maher,2002)
Pengkajian:
• Data umum biografi:
Umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan,
dan alamat tempat tinggal.
• Biofisikal: status kesehatan saat ini,
masalah atau keluhan klien terkait
perawatan dan berhubungan dengan
efek dari perubahan pada area
pergerakan, kekuatan dan aktivitas
sehari-hari.
Pengkajian khusus pada anak ditambahkan:

• Riwayat pre-natal, pertumbuhan,


pergerakan, dan kemajuan motoriknya.
• Riwayat kelahiran termasuk presentasi
abnormal, besar kehamilan, umur
kehamilan, injuri saat lahir.
• Status imunisasi dan riwayat infeksi
berulang karena streptococus.
Riwayat kesehatan
• Trauma, kecelakaan, pembedahan
tulang/sendi sebelumnya
• Fraktur, dislokasi, strain, sprain
• Meliputi:
– Penyakit sejak kanak2
– Penyakit utama dan hospitalisasi
– Medikasi
Penyakit utama dan hospitalisasi
• Cedera minor/major:
– Terjadinya cedera
– Diagnosa cedera
– Treatment yang diterima
– Lamanya treatment
– Masalah yg ada akibat trauma
• Riwayat DM, Tb, Poliomielitis, Arthritis
• Riwayat Hospitalisasi?
Medikasi
 Utk setiap pengobatan yang diterima/dijalankan,
ketahui:
 Alasannya
 Dosis dan frekuensi
 Berapa lama
 Efek samping
 Tanyakan obat spesifik utk masalah
muskuloskeletal:
 Relaksan otot
 NSAIDs (Nonsteroidal Antiinflammatory
Drugs) seperti piroxicam
 Steroid
Review of systems:
 Tanyakan ttg:
 Nyeri, spasme otot
 Nyeri, kaku, bengkak, kemerahan sendi
 Kelemahan
 Keterbatasan gerak
 Krepitus/krepitasi
 Investigasi keluhan dan efek pada kemampuan
ADL
 Temuan dari sistem tubuh lainnya, dapat
menunjukan adanya problem muskuloskeletal:
 Tachicardia, hipertensi—gout
 Perubahan kulit (kering ibu jari, telunjuk)—carpal tunnel
syndrome
Pemeriksaan: Look, feel dan move
Inspeksi ( look )
 Pembengkakan/swelling
 Ekskoriasi/ bruising
 Deformitas: angulasi, rotasi, &pemendekan
 Luka, periksa darah yang keluar
 Ukuran otot misal : otot lengan , paha bandingkan
dengan sisi yang lain apakah ada atropi dan
hipertropi.
 Ukur keduanya dengan meteran
 Apakah ada mal posisi pada tubuh.
 Apakah ada tremor dan spastik.
Lanjutan
Lakukan palpasi ( Feel )
• Suhu kulit apakah panas, dingin dari
biasanya.
• Periksa NVD(neurovaskular distal)
pulsasi arteri dan sensibilitas. Apakah
denyutan arteri dapat diraba atau
tidak.
• Jaringan lunak ; adanya spasme otot,
atrofi otot, adanya tumor.
• Nyeri tekan : lokasi nyeri.
• Sendi: dislokasi, penebalan sinovial,
cairan, krepitasi
MOVE (GERAKAN)
ROM (RANGE OF MOTION)
DARI POSISI ANATOMIS

• AKTIF

• PASIF MENURUN: NYERI, MUSCLE SPASM


STIFFNESS
MENINGKAT: RUPTUR
TENDON/LIGAMENT
TERMINOLOGI GERAKAN
 FLEXI/EXTENSI : BIDANG SAGITAL
 ABDUKSI/ADDUKSI: BIDANG CORONAL
 EXTERNAL/INTERNAL ROTASI:
ROTASI PADA SUMBU LONGITUDINAL
 PRONASI/SUPINASI:
ROTASI PADA LENGAN BAWAH DAN KAKI
 SIRKUMDUKSI: GABUNGAN GERAKAN DI ATAS,
HANYA PADA BAHU DAN PANGGUL (HIP)
 GERAKAN SPESIAL LAIN:
OPOSISI IBU JARI,
LATERAL FLEXI DAN ROTASI SPINE,
INVERSI/EVERSI KAKI
Move ( pergerakan )
Nilai kekuatan otot dengan 5 tingkatan
0. Adalah absen tidak ada gerakan ( para lisis total )
1. Kontraksi otot , gerakan tidak ada
2. Otot hanya mampu menggerakkan persendian , tidak
dapat melawan grafitasi
3. Dapat menggerakkan sendi , otot dan melawan
grafitasi tidak kuat terhadap tahanan.
4. dapat menggerakkan sendi & otot serta dapat
melawan grafitasi dan sedikit tahanan
5. Kekuatan otot normal
Fungsi motorik
Pemeriksaan otot dengan menggerakkan
sendi untuk mengetahui adanya spastik
atau kelemahan otot.
Fungsi sensorik
Untuk melihat adanya kelainan sensibilitas
seperti hipoastesi, hiperastesi dan
anastesi
TEST SPESIAL
• KEADAAN/GANGGUAN KHUSUS
HIP FLEXION : THOMAS TEST
INEFEKTIF ABDUKSI HIP:
TRENDELENBURG TEST
INSTABILITAS HIP PADA NEWBORN:
BARLOW/ORTHOLANI TEST
IRITASI ROOT: SLR
ROBEKAN MENISCUS: MC MURRAY
Pemeriksaan Diagnostik
• Laboratorium
• Rontgent
• Ct Scan
• MRI
• Mielograpi
• Arthrografi
• Angiografi
• dll
41
Masalah Keperawatan
• Nyeri Akut
• Gangguan mobilitas fisik
• Risiko Infeksi
1 Diagnosa Keperawatan : Tujuan: Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan Tindakan
(trauma) dibuktikan dengan: keperawatan 3x24 jam, Observasi
diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Data Subjektif : menurun. kualitas, intensitas nyeri
- Pasien mengatakan nyeri skala 4 pada kaki kanan, 2. Identifikasi skala Nyeri
terasa seperti tertusuk-tusuk, namun hilang timbul, Kriteria Hasil: 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
nyeri bertambah ketika luka dibersihkan. - Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
- Pasien mengatakan kadang terbangun karena - Meringis menurun Nyeri
nyeri - Sikap protektif menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang Nyeri
- Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon Nyeri
Data Objektif : - Kesulitan tidur menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Tampak sedikit meringis dan gelisah ketika luka 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
dibersihkan dan ganti balutan, tampak berusaha diberikan
menghindari nyeri dengan menggerakkan kakinya 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, tehnik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu Nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan Nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Tindakan Non Farmakologis
• Stimulasi dan masase kutaneus
• Terapi es dan panas
• Stimulasi saraf elektris transkutan
• Distraksi
• Tehnik relaksasi
• Imajinasi terbimbing
• Hipnosis
Kepustakaan
 Hoppenfeld,S & Murthy,V.L.(2000). Treatment and
rehabilitation of fractures. Philadelphia:Lippincott
Williams&Wilkins
 Jarwis,C.(1996). Physical examination and health
assessment. Philadelphia:W.B.Saunders
Company
 Lewis, S.L. (2007). Medical surgical nursing
Assessment and management of clinical problem.
St.Louis Missouri; Mosby Elseiver.
 Maher,A.B., Salmond,S.W & Pellino,T.A.(2002).
Orthopaedic nursing. Philadelphia:W.B.Saunders
Company
 Smeltzer.S.C.(2008). Textbook of medical-surgical
nursing. Philadelphia:Lippincott Williams&Wilkins

Anda mungkin juga menyukai