Disusun Oleh:
Stella Irene Bontong (1765050212)
Hana Maria Indy Kembuan (1965050026)
Michael Christopher Kadang (1965050116)
Pembimbing Klinik:
dr. Ratna Emelia Hutapea, Sp. An
KLASIFIKASI
• Klasifikasi Etiologi
• Fraktur traumatik: fraktur yang terjadi karena trauma yang yang terjadi secara tiba-tiba.
• Fraktur patologis: fraktur yang terjadi karena kelemahan tulang akibat keadaan
patologis tulang.
• Fraktur stress: fraktur yang terjadi karena trauma yang terus memenerus pada suatu
tempat tertentu.
• Klasifikasi Klinis
• Fraktur tertutup
• Fraktur terbuka
Klasifikasi fraktur tebuka yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow,
dan Templeman yaitu:
• Klasifikasi fraktur tebuka yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow, dan
Templeman yaitu:
Grade I :Luka kecil < 1 cm panjangnya, sedikit kerusakan jaringan
Grade II :Ukuran luka antara 1-10 cm. Terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan
dengan sedikit kontaminasi dari fraktur.
Grade III :Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit, dan
struktur neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat.
Tipe III dibagi lagi dalam 3 subtipe:
Grade III a : Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi
yang hebat ataupun adanya flap.
Grade III b : Fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan kehilangan
jaringan, terdapat pendorongan (stripping) periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebat
Grade III c : Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri
a. Penatalaksanaan awal
Pemeriksaan fisik
③ Disability: pemeriksaan neurologi
Menentukan tingkat kesadaran; pergerakan mata dan respon pupil,
fungsi motorik dan sensorik.
Manfaat: menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan
neurologi dan meramalkan pemulihan.
④ Exposure: pemeriksaan lengkap
Pemeriksaan lengkap secara head to toe terhadap cedera lain yang
mengancam jiwa serta pencegahan terjadi hipotermi pada pasien
Tatalaksana
a. Penatalaksanaan awal
Pemeriksaan fisik
⑤ Dekompresi lambung, dengan NGT
Terutama pada pasien trauma, khususnya anak – anak, yang sering
mengalami dilatasi lambung hipotensi atau disritmia jantung,
biasanya bradikardia akibat stimulasi vagal berlebihan.
⑥ Urinary Catheterization
Untuk menilai output urin.
Hematuria, yang dapat mengidentifikasi sistem genitourinari
sebagai sumber kehilangan darah.
Volume urin, untuk evaluasi perfusi ginjal yang berkelanjutan.
Musculoskeletal
Trauma
• Weight based IV antibiotic regime
• C3-C4 klavikula
• T10 umbilikus
• L1 daerah inguinal
• S1-4 perineum
• T7-8 epigastrik
• T9-12abdominal
• L1-2 kremaster
• Pasien yang akan mengalami anestesi dan pembedahan dapat dikategorikan dalam
beberapa kelas status fisik yang dinyatakan dengan status anestesi menurut The American
Society Of Anesthesiologist (ASA):
• ASA I – Normal
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda
darurat huruf E (E = EMERGENCY).
Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
• Informed consent (izin dari pasien)
• Tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesia
spinal.
• Pemeriksaan fisik
• Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang
punggung.
• Pemeriksaan laboratorium anjuran
Peralatan Analgesia Spinal
• Peralatan monitor : Tekanan darah, nadi,
oksimetri denyut dan EKG.
• Peralatan resusitasi/anestesi umum
• Jarum spinal : Jarum spinal dengan ujung tajam
(ujung bambu runcing, quincke) atau jarum
spinal dengan ujung pensil (pencil point,
whitacre).
Teknik Analgesi Spinal
• Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan
tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering
dikerjakan.
Anestesi Lokal untuk Anestesi
Spinal
• Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat
celcius adalah 1.003-1.008. Anastetik lokal
dengan berat jenis sama dengan CSS disebut
isobaric. Anastetik lokal dengan berat jenis lebih
besar dari CSS disebut hiperbarik. Anastetik
lokal dengan berat jenis lebih kecil dari CSS
disebut hipobarik.
Anestetik lokal yang paling sering
digunakan
• Lidokain (xylobain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006,
sifat isobarik, dosis 20-100 mg (2-5ml).
• Lidokain (xylobain, lignokaine) 5% dalam dextrose
7.5%: berat jenis 1.003, sifat hiperbarik, dosis 20-50 mg
(1-2 ml).
• Bupivakain (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005,
sifat isobarik, dosis 5-20 mg
• Bupivakain (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat
jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15 mg (1-3 ml).
Komplikasi Anestesi Spinal
• Komplikasi anestesi spinal dibagi menjadi komplikasi
tindakan dan komplikasi pasca tindakan.
• Komplikasi tindakan:
• Hipotensi berat
• Bradikardia
• Hipoventilasi
• Trauma pembuluh saraf
• Trauma saraf
• Mual-muntah
• Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi Pasca Tindakan
• Nyeri tempat suntikan
• Nyeri punggung
• Nyeri kepala karena kebocoran CSS
• Retensio urin.
• Meningitis.
SYOK
HIPOVOLEMIK
DEFINISI &
SYOK KLASIFIKASI
Gejala Subyektif
• Mual dan mungkin muntah
• Rasa haus
• Badan lemah
• Kepala terasa pusing
Komplikasi
• Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan
hipoksia jaringan yang berkepanjangan.
• Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan
alveolus kapiler karena hipoksia.
• DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan
kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan
berlebihan jenjang koagulasi.
TATALAKSANA
SYOK HIPOVOLEMIK
I. Penatalaksanaan Awal
A. Pemeriksaan Jasmani
1. Airway and 2. Breathing
Jumlah cairan yang diberikan 3:1, 300 ml larutan elektrolit untuk 100 ml
darah yang hilang
Jumlah darah pada dewasa adalah sekitar 7% dari berat badan, anak-anak
sekitar 8-9% dari berat badan. Bayi sekitar 9-10% dari berat badan.
(1-2L untuk dewasa, 20mg/kgBB untuk anak <40kg
NaCl D5%
RL
• Untuk kasus
maintenance yang
• Resusitasi dibatasi intak
• Replacement therapy • Pada natrium rendah natriumnya
(diare, syok, trauma, • Trauma kepala • Cegah hipoglikemia
luka bakar) • Mengencerkan darah • Pertahankan protein
pre-post tranfusi yang ada
• ↓ level asam lemak
bebas
• Cegah ketosis
• Dilarang pada trauma
kapitis (neurotrauma)
karna air akan pindah
bebas ke sel otak →
oedem
TATALAKSANA
TATALAKSANA
Fresh frozen plasma diberikan apabila terjadi kehilangan darah lebih dari 20-25%
atau terdapat koagulopati dan dianjurkan pada pasien yang telah mendapat 5-10
unit PRC.
Tranfusi platelet diberikan apada keadaan trombositopenia (trombosit <20.000-
50.000/mm15) dan perdarahan yang terus berlangsung
• Setelah diberikan bolus larutan elektolit isotonik disertai
transfusi darah
• Berikan Tranexamic Acid over 10 minutes with in 3 hours of
injury
• Pengendalian koagulopati pada uncontrolled bleeding pada
pasien yang memakai obat antikoagulan atau antiplatelet
• Monitor koagulopati dengan thrombo
BLOOD
PRODUCT
Whole Blood
Mengandung 500 ml
• 10-20% antikoagulan
• Konsentrasi hb 12g/ml
• Ht berkisar 35-45%
• Ht berkisar 55-75%
• 55 x 109 platelet
Stabilisasi fraktur