Anda di halaman 1dari 23

Referat Spinal Canal Stenosis

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOESELO SLAWI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Spinal kanal stenosis adalah suatu


kondisi penyempitan kanalis spinalis
atau foramen intervertebralis disertai
dengan penekanan akar saraf yang
keluar dari foramen tersebut.
Anatomi
Patoanatomi

1. Degenerasi diskus

Pada usia 50 tahun terjadi degenerasi diskus yang paling sering terjadi pada
L4-L5, dan L5-S1.

Perubahan biokimia dan biomekanik membuat diskus memendek.

Degenerasi diskus penyempitan ruang foraminal chepalocaudal akar


saraf terjebak central stenosis maupun lateral stenosis.
2. Instabilitas Segmental
Konfigurasi tripod pada spina dengan diskus, sendi
facet dan ligamen yang normal  gerakan rotasi dan
angulasi dengan halus dan simetris tanpa perubahan
ruang dimensi pada kanal dan foramen.
Instabilitas segmental  Degenerasi sendi facet 
pada pergerakan segmental yang abnormal misalnya
gerakan translasi atau angulasi.
3. Hiperekstensi segmental
Perubahan degeneratif pada annulus dan kelemahan
otot abdominal hiperekstensi lumbar yang
menetap Sendi facet posterior merenggang secara
kronis  subluksasi ke arah posterior  Nyeri
pinggang.
Fisiologi
• Komponen biokimia • Air : memiliki porsi sangat besar
pada berat diskus.
utama diskus • Kolagen : membuat diskus
intervertebralis mampu berekstensi dan
membuat ikatan intervertebral
a. Air
• Proteoglikan : komponen
b. Kolagen hidrodinamik dan elektrostatik
dan mengontrol turgor jaringan
c. Proteoglikan dengan mengatur pertukaran
cairan pada matriks diskus
Patofisiologi

• Pertambahan usia cairan tersebut berkurang nukleus


pulposus mengalami dehidrasi dan kemampuannya
mendistribusikan tekanan berkurang robekan pada annulus.
• Kolagen : memberikan kemampuan peregangan pada diskus.
• Nucleus : tersusun oleh kolagen tipe-II, yang membantu
menyediakan level hidrasi yang lebih tinggi dengan
memelihara cairan, membuat nucleus mampu melawan
beban tekan dan deformitas.
Etiologi

Struktur tulang Struktur jaringan lunak


• osteofit sendi facet (merupakan • hipertrofi ligamentum
penyebab tersering) flavum (penyebab
• penebalan lamina tersering),
• osteofit pada corpus vertebra
• penonjolan annulus atau
• subluksasi maupun dislokasi sendi
facet (spondilolistesis) fragmen nukleus pulposus
• hipertrofi atau defek spondilolisis • penebalan kapsul sendi
• anomali sendi facet kongenital facet dan sinovitis
Epidemiologi

• Pada usia lanjut


• Prevalensinya 5 dari 1000 orang diatas usia 50 tahun
di Amerika
• Pria lebih tinggi insidennya daripada wanita
• Patofisiologinya tidak berkaitan dengan ras, jenis
kelamin, tipe tubuh, pekerjaan dan paling banyak
mengenai lumbar L4-L5 dan L3-L4
Klasifikasi

Congenital-developmental stenosis Acquired stenosis


 Idiopathic  Degenerative (most common type)
 Combined congenital and
 Achondroplastic degenerative stenosis
 Spondylitic/spondylolisthetic
 Iatrogenic (ex postlaminectomy,
postfusion)
 Posttraumatic
 Metabolic (ex Paget’s disease,
fluorosis)
Gejala klinis

• Sakit punggung
• Nyeri seperti terbakar pada bokong atau kaki (linu panggul).
• Mati rasa atau kesemutan pada bokong atau kaki.
• Kelemahan di kaki atau "foot drop.“
• Lebih sedikit nyeri dengan bersandar ke depan atau duduk
 Abnormal fungsi usus / dan atau fungsi kandung kemih
 Hilangnya fungsi seksual
Faktor resiko

• Terlahir dengan kanal spinal yang sempit


• Berjenis kelamin wanita
 Berusia 50 tahun atau lebih (osteofit atau tonjolan
tulang berkaitan dengan pertambahan usia)
 Pernah mengalami cedera tulang belakang
sebelumnya
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan fisik


• Berupa keluhan serta gejala • Pasien diminta untuk
gejala yang dirasakan membungkuk ke depan, ke
belakang, dan sisi ke sisi untuk
penderita mencari keterbatasan atau
rasa sakit
• Ada atau tidaknya lemas dan
mati rasa
Pemeriksaan penunjang

• X-ray
• Magnetic resonance imaging (MRI)
• Computerized tomography (CT) scan
Tatalaksana

• Non operatif
Tujuan : mengembalikan fungsi dan menghilangkan rasa
sakit.
a. NSAID  aspirin dan ibuprofen
b. Injeksi steroid  Suntikan kortison pada sekitar saraf
atau di "ruang epidural" bisa mengurangi
pembengkakan dan rasa sakit
c. Akupuntur
Tatalaksana operatif

• Ada dua pilihan operasi utama untuk mengobati


stenosis tulang belakang lumbal: laminektomi dan
fusi spina.
Laminektomi Fusion
• Prosedur ini melibatkan • menghilangkan gerakan
mengeluarkan tulang, taji tulang,
dan ligamen yang menekan saraf. antara tulang dan
• Laminektomi dapat dilakukan mencegah terjadinya selip
dengan operasi terbuka
• Prosedur ini juga dapat dilakukan
yang akan memperburuk
dengan menggunakan metode setelah operasi
minimal invasif
Komplikasi

 Stenosis tulang belakang yang memberat dapat


menyebabkan disfungsi usus dan / atau disfungsi
kandung kemih.
 Komplikasi bedah termasuk infeksi, cedera
neurologis, pseudarthrosis, sakit kronis, dan cacat.
Prognosis

• Prognosis baik bila dekompresi adekuat, stabilitas


sendi facet terjaga, pembedahan lebih awal,
pemakaian korset post-op, latihan pasca operasi.
• Prognosis buruk bila terjadi dominan back pain,
segmen yang terkena multilevel, penundaan lama
pembedahan, terdapt tanda defisist neurologis,
wanita, operasi sebelumnya gagal, pasien dengan
penyakit sistemik kronis
DAFTAR PUSTAKA
• Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of neurology. 7th ed. McGraw Hill co. New York. 2005: 194-212.
• Amundsen T, Weber H, Lilleås F, Nordal HJ, Abdelnoor M, Magnaes B. Lumbar spinal stenosis. Clinical and radiologic features. Spine (Phila Pa
1976). May 15 1995;20(10):1178-86.
• Bernhardt M, Hynes RA, Blume HW, White AA 3rd. Cervical spondylotic myelopathy. J Bone Joint Surg Am. Jan 1993;75(1):119-28.Caputy AJ,
Luessenhop AJ. Long-term evaluation of decompressive surgery for degenerative lumbar stenosis. J Neurosurg. Nov 1992;77(5):669-76.
• Frohna WJ, Della-Giustina D. Chapter 276. Neck and Back Pain. In: Tintinalli JE, Stapczynski JS, Cline DM, Ma OJ, Cydulka RK, Meckler GD, eds.
Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2011.
http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=6392280.diakses 25 Desember 2013.
• Greenberg MS. Spinal stenosis. In: Handbook of Neurosurgery. Vol 1. Lakeland, Fla: Greenburg Graphics, Inc; 1997:207-217.
• Harkey HL, al-Mefty O, Marawi I, Peeler DF, Haines DE, Alexander LF. Experimental chronic compressive cervical myelopathy: effects of
decompression. J Neurosurg. Aug 1995;83(2):336-41.
• Heller JG. The syndromes of degenerative cervical disease. Orthop Clin North Am. Jul 1992;23(3):381-94.
• Kalichman L, Cole R, Kim DH, Li L, Suri P, Guermazi A, et al. Spinal stenosis prevalence and association with symptoms: the Framingham
Study. Spine J. Jul 2009;9(7):545-50.
• Keith L. Moore, Anne M R. Agur. Anatomi Klinis Dasar. 2002. Jakarta:Hipokrates.
• Luke A, Ma C. Chapter 41. Sports Medicine & Outpatient Orthopedics. In: Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW, eds. CURRENT Medical
Diagnosis & Treatment 2013. New York: McGraw-Hill;
• Steven R. Garfin, Harry N. Herkowitz and Srdjan Mirkovic. Spinal Stenosis. Journal Bone Joint Surg Am. 1999; 81:572-86.
• White AA III, Panjabi MM. Clinical Biomechanics of the Spine. 2nd ed. Philadelphia, Pa: JB Lippincott; 1990:342-378.

Anda mungkin juga menyukai