Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS

BLOK PLEKSUS BRAKHIALIS


SUPRAKLAVIKULAR PADA PASIEN DENGAN
CLOSED FRAKTUR 1/3 DISTAL RADIUS
ULNA

Disusun Oleh :
Jupither B W Kafiar (20180811018097)
 
Penguji/Pembimbing :
dr. Diah Widyanti,Sp.An,KIC
 
KEPANITERAAN KLINIK MADYA SMF ANESTESI
RSUD DOK 2 JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020
BAB I PENDAHULUAN
▪ Anestesi yunani An” (tidak, tanpa) dan “esthesia”
(presepsi, kemampuan) Hilangnya rasa atau hilangnya
sensasi”.
▪ Anestesi secara umum berarti suatu keadaan hilangnya rasa,
terhadap suatu rangsangan. Obat yang digunakan dalam
menimbulkan anestesia disebut sebagai anestetik.
▪ Anestesi blok saraf perifer tepat digunakan untuk operasi
daerah ekstremitas atas, analgesia setelah operasi dan
tatalaksana nyeri kronik
▪ Keberhasilan teknik blok sangat dipengaruhi oleh
keterampilan petugas atau dokternya.
▪ Pasien juga harus kooperatif untuk mendapatkan hasil blok
saraf perifer yang efektif.
▪ Beberapa tempat dapat dipilih untuk melakukan blok pleksus
▪ Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya
▪ Fraktur yang mengenai lengan bawah sekitar 82% pada
daerah metafisis tulang radius distal, dan ulna distal
▪ Fraktur distal radius terbentuk ketika bagian pergelangan
tangan terkena trauma keras, biasanya ketika menahan
jatuh menggunakan telapak tangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Fraktur: hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun
parsial akibat rudapaksa
• Fraktur radius distal paling sering terjadi pada ekstremitas
atas.
Anatomi ulna dan radius

• Ulna : tulang
stabilisator pada
lengan bawah, terletak
medial dan
merupakan tulang
yang lebih panjang
dari dua tulang lengan
bawah.
• Ujung proksimal ulna
besar dan disebut
olecranon, struktur ini
membentuk tonjolan
siku.
• Radius terletak di
lateral dan
merupakan tulang
yang lebih pendek
dari dua tulang di
lengan bawah.
• Ujung proksimalnya
meliputi caput
pendek, collum,
dan tuberositas
yang menghadap
ke medial.
Patofisiologi

▪ Sisi dorsal dari radius distal cenderung


mengalami tension, sisi volar dari radius distal
cenderung mengalami kompresi
▪ Beban yang berlebihan dan mekanisme trauma
yang terjadi pada pergelangan tangan akan
menentukan bentuk garis fraktur yang akan
terjadi.
Manifestasi klinis & Pemeriksaan
penunjang

▪ Deformitas ▪ RO antebrachii
AP/Lateral
▪ Bengkak dengan
hematoma
▪ Nyeri tekan dan
keterbatasan dalam
melakukan gerakan
Tatalaksana

1.Non-operatif 2.Operatif
▪ Reposisi ▪ ORIF (Open
Reduction Internal
▪ Pemasangan cast Fixation)
▪ Pinning Perkutaneus
Anastesi
▪ Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut jenis
kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai
hilangnya kesadaran, sedangakan anestesi regional dan
anestesi local menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh
saja tanpa menghilangnya kesadaran
▪ Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
Macam – Macam Anestesi

▪ Menurut Potter & Perry tahun 2006, pasien yang mengalami


pembedahan akan menerima anestesi dengan salah satu dari tiga
cara sebagai berikut:
▪ Anestesi Umum.
▪ Pasien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh.
Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor,
yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.

▪ Anestesi Regional
▪ Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh
tertentu. Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi,
kaudal anestesi. Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang
diberi anestesi. Ahli anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal.

▪ Anestesi Lokal
▪ Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan
Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah
sehari.
Pengertian Spinal Anestesi
▪ Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke dalam ruang
intratekal, secara langsung ke dalam cairan serebrospinalis
sekitar region lumbal di bawah level L1/2 dimana medulla
spinalis berakhir (Keat, dkk, 2013).
▪ Spinal anestesi merupakan anestesia yang dilakukan pada
pasien yang masih dalam keadaan sadar untuk meniadakan
proses konduktifitas pada ujung atau serabut saraf sensori di
bagian tubuh tertentu (Rochimah, dkk, 2011).
Blok Saraf Perifer

▪ Teknik anestesi yang cocok untuk operasi


superfisial pada ekstremitas dan sebagai
tatalaksana nyeri kronik.
▪ Keuntungan blok saraf perifer adalah tidak
mengganggu kesadaran dan refleks saluran
napas atas.
▪ Blok supraclavicular adalah tempat yang ideal
untuk mencapai anestesi pada seluruh
ekstremitas atas tepat di distal bahu karena
pleksus tetap relatif rapat pada level ini,
menghasilkan blok yang tepat dan berkualitas
tinggi.
Blok Pleksus Brakhialis

• Serabut saraf C5-T1


yang kemudian turun
dan berjalan dibawah
klavikula melalui aksila
serta turun ke lengan
bawa.
• Pendekatan
interskalene,
supraklavikular,
infraklavikular dan
aksilla.
Blok Supraklavikular

• Sebagai “anestesi spinal


pada ekstremitas atas”
karena awitannya yang
cepat, blok yang luas dan
compact, serta angka
keberhasilan tinggi.
• Menghasilkan anestesi
di dermatom C5-T1
sehingga dapat digunakan
pada pembedahan
ekstremitas atas termasuk
bahu, lengan, juga
pergelangan dan telapak
tangan.
Jenis – Jenis Obat Spinal Anestesi
▪ Lidokain
▪ Bupivakain
▪ Tetrakain
▪ Lidokain, Bupivakain, dan tetrakain adalah agen anestesi
lokal yang utama digunakan untuk blockade spinal.
Lidokain efektif untuk 1 jam, dan bupivacaine serta
tetrakain efektif untuk 2 jam sampai 4 jam (Reeder, S.,
2011). Berikut ini uraian obat spinal anestesi :
BAB III
Laporan Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. RM
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : ± 80 kg
Tanggal lahir: 06-04-1987
Alamat : Sarmi
Agama : Kristen Protestan
Tanggal MRS : 27 – 05 - 2018
Tanggal Op : 29 – 05 – 2018
B. Anamnesis
▪ Keluhan Utama
Nyeri pada tangan sebelah kanan
▪ Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari PKM Sarmi, dengan keluhan nyeri pada tangan
sebelah kanan post kecelakaan lalu lintas satu hari SMRS. Pasien
post kecelakaan lalu lintas, jatuh dengan posisi tangan kanan
menopang badan, pergelangan tangan sebelah kanan sulit untuk
digerakkan, kaki luka dan terseret di aspal jalan.

▪ Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Kolesterol, asam urat, DM, sakit ginjal, asma, jantung ,
hipertensi disangkal.
▪ Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kolesterol, DM, sakit ginjal, asma, jantung, hipertensi, dalam
keluarga disangkal.

▪ Riwayat obat yang diminum


Tidak ada.

▪ Riwayat Alergi
Tidak ada.

▪ Riwayat Anastesi dan Pembedahan


Tidak ada.
▪ Pemeriksaan Fisik
▪ Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37 0C

SpO2 : 98%

BB : 80 kg
▪ Pemeriksaan Khusus
Kepala
▪ Bentuk : Normocephal, bulat, simetris
▪ Rambut : hitam, lurus, tebal, tidak mudah dicabut
▪ Mata : konjungtiva anemis : (-/-) sklera ikterik (-/-)
edema palpebra (-)
▪ Hidung : sekret (-)
▪ Telinga : sekret (-)
▪ Mulut : oral candidiasis(-), sianosis (-), pucat (-)

Leher
▪ KGB : Pembesaran (-)
▪ JVP: dalam batas normal, trakea ditengah, Mallampati score 2
Thorax
▪ Cor : IC tidak terlihat, IC cordis teraba di ICS VI 2 cm
lateral linea medioclavicularis kiri, perkusi batas jantung kiri di
ICS VI 2 cm lateral linea medioclavicularis, BJ I-II normal, reguler,
murmur (-), gallop (-).
▪ Pulmo :Simetris, Ikut Gerak Napas (+), Suara Napas
Vesikuler (+/+), .Rhonki (-/-), Wheezing (-/-).
Abdomen
▪ Bising usus (+) normal (4 x/menit), supel, nyeri tekan (-),
H/L : tidak teraba besar.
Ekstremitas
▪ Status lokalis antebrachii dextra: terpasang spalk dan dibungkus
kassa. Deformitas (+), edema (+/-)
D. Pemeriksaan Penunjang

▪ Laboratorium (28/02/2020 : Darah Lengkap dan Kimia Darah

Hemoglobin 12,7 gr/dL


Leukosit 12.40 103/uL
Hematokrit 38,8 %
Trombosit 213 103/uL
Eritrosit 5.58 103/uL

GDS 129 mg/dL


Kreatinin 1,47 U/L
BUN 16,0U/L
SGOT 25,0 mg/dL
SGPT 28,2 mg/dL
Foto RO Antebrachii dextra
Diagnosis

• Closed fraktur 1/3 distal radius ulna dextra


• Disruption distal radius ulna joint (DRUJ) dextra
E. Konsultasi terkait
Pasien dikonsultasikan ke bagian Anestesi.
Tanggal 27-05-2018
Advice: - Inform consent
- SIO
- Puasa
- IVFD RL 500ml/8jam
Penentuan PS ASA

▪ PS ASA : II
▪ Pasien ini digolongkan di dalam PS ASA II oleh karena Pasien
memiliki penyakit sistemik ringan atau sedang.
▪ Pada pasien dilakukan tindakan operatif dikarenakan adanya
fraktur pada 1/3 distal radius ulna dextra dan disruption distal
radius ulna joint (DRUJ) dextra, pasien juga mengalami
gangguan sistemik yaitu Leukositosis dengan jumlah WBC:
12.400
Persiapan Anestesi

▪ Persiapan operasi :
Inform Consent (+), SIO (+), Puasa (+)
▪ Makan Terakhir: 12 jam sebelum operasi
▪ BB : 80 kg
▪ TTV : TD :120/80mmHg, N: 80 x/m, RR: 22x/m SpO2
99%
Status Anestesi Pre Operasi

B1 Airway bebas, thorax simetris, ikut gerak napas, RR: 22x/m, palpasi:

Vocal Fremitus D=S, Perkusi: Sonor, Suara napas vesikuler +/+,

ronkhi-/-, wheezing -/-, malampati score: I

B2 Perfusi: hangat, kering, merah. Capillary Refill Time< 2 detik, BJ: I-II

murni regular, konjungtiva anemis -/-, Tekanan Darah : 120/80

mmHg, Nadi : 80 x/menit, reguler, kuat angkat


B3 Kesadaran Compos Mentis, GCS: 15(E4V5M6), riwayat kejang(-),

riwayat pingsan (-)

B4 Tidak terpasang DC, produksi urin pre op (-),

B5 Datar, supel (+), nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak

teraba membesar.

B6 Akral hangat (+), kering dan merah, edema (+/-), tampak

deformitas (+) pada regio antebrachii dextra, fraktur (+/-)


Laporan Durante Operasi
Ahli dr. Diah Widyanti,Sp.An,KIC
Anestesiologi

Jenis Anestesi Blok pleksus brakhialis supraclavicular

Anestesi Lidocain 2% 180 mg


Dengan
• Pasien dibaringkan di meja operasi
Teknik
• Kemudian meminta pasien untuk kepala dirotasikan berlawanan
Anestesi arah dengan sisi yang akan diblok.
• Lakukan aseptic di daerah landmark yaitu di lateral dari
m.sternokleidomastoideus
• Identifikasi pleksus brakhialis 2,5cm lateral dari
m.sternokleidomastoideus, kemudian insersikan jarum blok.
• Posisikan probe USG pada plana transversa dibagian superior
clavicula. Identifikasi pleksus brakhialis.
• Injeksikan lidocaine 2% dengan jarum 25G atau 27G ke kulit
lateral transduser
Pernafasan Respirasi terkontrol dengan O2 nasal 3 lpm
Posisi Supine
Infus Tangan Kiri, IV line abocath 18 G, RL 500 ml.

Penyulit -
pembedahan
Tanda vital pada TD : 120/80 N : 79x/m R: 22x/m
akhir pembedahan

Pre Medikasi - Lidocain 2% 180mg


- Sedacum 3mg
Induksi - Ranitidin 50mg
  - Ondansentron 4mg
- Antrain 1000mg
 
 
Laporan Operasi

Nama Pasien : Tn. RM


Umur : 32 tahun
Nomor DM : 472720
Nama Ahli Bedah : dr.Mervin Jakarimilena Sp.OT
Nama Asisten : Br. R
Nama Perawat : Br. O
Nama Ahli Anestesi :dr. Diah Widyanti,Sp.An,KIC
Jenis : Anestesi Perifer Nerve Block
Anastesi
Diagnosis • Closed fraktur 1/3 distal radius ulna dextra
Pre Operatif • Disruption distal radius ulna junction dextra
Diagnosis Post ORIF Closed fraktur 1/3 distal radius ulna dextra
Post Disruption distal radius ulna joint dextra
Operatif
Jaringan -
yang di
Eksis/Insisi
Tanggal : 29 Mei 2018 pukul 12.30 (Lama Operasi 120 menit)
Operasi /
Jam mulai
Laporan Operasi

1. Pasien dalam posisi supine dalam pengaruh PNB


2. Dilakukan prosedur asepsis-antisepsis, dan drapping
3. Insisi sesuai volar approach
4. Perdalam sampai tampak fraktur site, reduksi fraktur
fiksasi dengan small DEP H8 Hole + 8 cortical screw
ø3,5mm panjang 20mm
5. Cek stabilitas, cuci luka, kontrol perdarahan
6. Fiksasi DRUJ dextra dengan K-Wire ø2,0mm
7. Jahit, operasi selesai
Terapi Cairan
Pria, 32 tahun, BB 80 kg
29 Mei 2018
Instruksi Post Operatif

▪ Pasien sadar baik, boleh makan/minum


▪ Terapi :
▪ IVFD RL 500ml/8jam
▪ Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
▪ Inj. Hypobac 300mg/12 jam
▪ Inj. Ketorolac 1amp/8jam
▪ Inj. Ranitidin 50mg/12jam
▪ Pro Foto kontrol Ro Antebrachii AP/Lateral dekstra
BAB IV PEMBAHASAN
▪ Pasien laki-laki umur 33 tahun rujukan dari PKM Sarmi, dengan keluhan nyeri pada
tangan sebelah kanan post kecelakaan lalu lintas satu hari SMRS. Pasien post
kecelakaan lalu lintas, jatuh dengan posisi tangan kanan menopang badan,
pergelangan tangan sebelah kanan sulit untuk digerakkan, kaki luka dan terseret di
aspal jalan. Pasien jatuh terbentur dada dan kepala disangkal. Keluhan pusing,
pingsan, nyeri dada, nyeri kepala, muntah juga disangkal. Riwayat penyakit dahulu
seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi , asma disankal, riwayat penyakit
keluarga diabetes mellitus disangkal, tekanan darah tinggi, penyakit jantung
disankal.
▪ Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didpatkan takan darah 120/80 mmHg, Nadi 70
x/m, Respirasi 19x/m, SpO2 99%, Suhu badan 36,80 c, pada pemeriksaan fisik
didapatkan pada Ekstremitas Status lokalis antebrachii dekstra: Terpasang spalk
dan dibungkus kassa. Status lokalis genu et pedis dekstra:
▪ L: luka gores, perdarahan aktif (-), deformitas (-)
▪ F: nyeri tekan (+), krepitasi (-)
▪ M: ROM terbatas
Penentuan ASA
▪ Physical Status : American Society of Anesthesiologist adalah
pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menentukan
prognosis pada pasien sebelum dilakukan tindakan
anestesi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui risiko apa
yang bisa terjadi pada pasien tersebut dan tindakan apa
yang bisa dilakukan untuk mencegah hal tersebut.
Penentuan ASA
Berdasarkan pemeriksaan preoperatif maka
ditentukan status fisik pasien digolongkan
dalam PS ASA II karena pasien ini berada
dalam kondisi dengan penyakit sistemik
sedang dengan diagnosa Closed fraktur 1/3
distal radius ulna dekstra dan Disruption distal
radius ulna joint dekstra disertai adanya
leukositosis.
2. Pemilihan Jenis Anestesi

• Berdasarkan teori, blok regional pleksus brakhialis


pada bedah ekstremitas atas memberi efek pereda
nyeri yang baik pada fase pre operatif.
• Blok supraklavikula dikenal sebagai “anestesi spinal
pada ekstremitas atas” karena awitannya yang cepat,
blok yang luas dan compact, serta angka keberhasilan
tinggi
3. Penentuan Jenis Obat Yang Dipilih

• Obat anestesi yang digunakan pada pasien ini adalah


Lidocaine 2% karena berdasarkan teori lidocain 2%
merupakan pilihan yang paling umum untuk anestesi blok
saraf perifer intravena (IVRA).
• Lidocaine menjadi pilihan karena waktu awitan cepat dan
lama kerja blokade sensorik yang panjang untuk analgesik,
namun lama kerja blokade motorik lebih singkat sehingga
ekstremitas dapat segera digerakkan setelah selesai
dilakukan operasi.
Critical Point

  AKTUAL POTENSIAL ANTISIPASI


Airway bebas spontan, - Pneumothorax
- Chin lift, Head
Mallampati : class 1 - Sumbatan jalan Tilt, Jaw Thrush
  nafas
- Pemasangan
Breathing: thorax - Regurgitasi balon pipa
simetris, ikut gerak - Aspirasi endotrakeal
napas, RR : 22 x/m, - Hipoksia
- Suction
B1 palpasi: vocal fremitus - Pemberian O2
- Hiperkarbia
D=S tidak dapat dinilai, - Asidosis 100% dengan
perkusi: sonor, suara resipratory tekanan positif
napas vesikuler +/+,  
- Hiperventilasi
ronkhi -/-, wheezing -/-   (meningkatakan

  Respiratory Rate)
- Trauma intravascular - Observasi vital sign
- Cedera saraf - Pemberian oksigen
- Peningkatan tekanan vena - Pemberian cairan
sentral (CVP) - Posisi tredelenburg
Perfusi: hangat, - Peningkatan denyut - Pemantauan EKG
kering, merah jantung (HR)
CRT < 3 detik - Peningkatan resistensi
B2
N : 110 x/menit vaskular sistemik (SVR)
BJ: I-II regular,murmur - Penurunan Cardiac Ouput
(-), gallop (-) (CO)
- Hipertensi
- Hipotensi
- Disritmia
- Bradikardi

Kesadaran Compos - Observasi GCS


- Penurunan kesadaran
B3 Mentis, Riwayat - Evaluasi kemungkinan tanda-tanda
- Peningkatan TIK
kejang (-), pingsan (-) peningkatan TIK
• Edema Otak Monitor produksi urin,
Produksi urin (+) warna • Retensi urin balance cairan
B4
kekuningan

• Risiko refluks
Perut tampak cembung, - Pemberian ranitidin dan
gastroesofageal saat
B5 palpasi supel, perkusi : ondansetron
operasi
tympani, BU (+) 3 – 4 x/m  
• PONV

Ekstremitas superior : akral • Hipoperfusi superfisial - Balance cairan,


hangat (+), udem (+/-), fraktur • Sindrom Kompartemen pemberian oksigen
(+/-), gerak (-/+), kekuatan otot • Sepsis - Positioning (tredelenburg,
(sulit dinilai/5) • Emboli lemak anti-tredelenburg)
B6 - Pemasangan elastic
Ekstremitas inferior : akral perban yang tepat
hangat (+), udem (-/-), fraktur
(-/-), gerak (+/+), kekuatan otot
(5/5)
4. Terapi dan Resusitasi Cairan Selama Perioperatif

▪ Terapi cairan merupakan tindakan untuk memelihara,


mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan
cairan infus kristaloid atau kolid secara intravena.
▪ Selain penentuan pemilihan anestesi pada pasien ini, juga
dipertimbangkan mengenai terapi cairan selama masa
perioperatif.
Pre operasi
Kebutuhan cairan harian
Input
40-50cc/KgBB/24jam
RL 700 cc
40 – 50cc x 80Kg= 3200 – 4000cc/24jam
Output
Kebutuhan cairan per jam
IWL: 1200cc
3200 – 4000cc : 24jam = 133-166cc/jam
Urin: -

Kebutuhan cairan pengganti puasa 12 jam


133 – 166 cc x 12 = 1596 – 1992cc
Durante operasi

Kebutuhan cairan durante operasi 2


jam(120 menit)
Maintenance 133-166cc x 2 = 266 cc- 332 Perdarahan 200 cc (<10%), perdarahan kelas
cc I, dapat diganti dengan:
Kristaloid 2 – 4 x 200 cc= 400 cc- 800 cc
Replacement
EBV: 70 x 80= 5600 cc
EBL 10% = 560 cc
20%= 1120 cc
30%= 1680 cc

Lama operasi 120 menit


Jenis Operasi Sedang
4 – 6ml x 80kg = 320 – 480 cc
Post operasi

29 05 2018 jam 14.00 s/d


22.00 ( 8jam)
Input
Kebutuhan cairan hairan Volume cairan
133 – 166 cc/jam x 8 jam
1064 cc – 1328 cc RL 500cc/8jam
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien didiagnosis dengan Closed fraktur 1/3 distal
radius ulna dextra, Disruption distal radius ulna joint dextra dan
Leukositosis (WBC 12.400)
• Klasifikasi status penderita digolongkan dalam PS ASA 2,
dikarenakan pasien memiliki gangguan sistemik sedang.
• Pada kasus ini dilakukan tindakan operasi ORIF dengan jenis
anestesi blok pleksus brakhialis dengan pendekatan blok
supraklavikular, hal ini dikarenakan indikasi anestesi blok
pleksus brakhialis supraklavikular digunakan pada bedah
ekstremitas atas dan cocok untuk anestesi pada operasi closed
fraktur 1/3 distal radius ulna dextra.
Saran

• Persiapan pre anestesi perlu dilakukan dengan baik,


khususnya pada kasus ini penting untuk mengetahui dan
memantau jumlah cairan pre operatif pasien berkaitan dengan
resusitasi cairan yang akan sangat mempengaruhi kestabilan
hemodinamik perioperatif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai