Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

Juli 2022

MANAJEMEN SINGULTUS PADA ANASTESI GENERAL PADA


OPERASI ISTHMOLOBEKTOMI ET CAUSA SNNT DEKSTRA

Luthfi Asyifa Harsa, S.Ked


K1B1 20 075

PEMBIMBING
dr. Hj. Fitriani Asrul, Sp.An

BAGIAN ILMU ANESTSIOLOGI, MANAJEMEN NYERI & PERAWATAN INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
PENDAHULUAN

General Anestesi:
• Hilangnya kesadaran (sedasi)
• Hilangnya persepsi nyeri (analgesia)
• Hilangnya memori (amnesia)
• Relaksasi

Singultus
• Keadaan refleks yang melibatkan sistem saraf batang otak, saraf
vagus, dan frenikus→ Kontraksi otot diafragma, interkostalis, dan
penutupan glotis →suara khas “Hik”.
Identitas Pasien

• Nama : Nn. H

• Umur : 22 tahun

• Tanggal Lahir : 21 Januari 2000

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Berat Badan : 60 kg

LAPORAN • Tinggi Badan : 160 cm

KASUS • Alamat : Ds Pudonggala Utama, Sawa, Konawe Utara

• Agama : Islam

• Pekerjaan : Honorer

• Status Pernikahan : Belum menikah

• Tanggal Masuk : 7 Juli 2022

• RM : 60 13 XX
Anamnesis

• Keluhan Utama : Benjolan di leher kanan sebesar telur ayam

• Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan timbul benjolan sebesar telur ayam pada leher sebelah
kanan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengaku tiba-tiba saja terdapat benjolan. Benjolan tidak
disertai rasa nyeri, tidak disertai rasa hangat, tidak disertai demam. Keluhan seperti sulit menelan
disangkal, suara serak disangkal, sesak nafas disangkal, mudah berkeringat disangkal, sering
berdebar-debar disangkal.

• Riwayat Penyakit Penyerta : Tidak ada

• Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak ada

• Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

• Riwayat Alergi Makanan dan Obat : Tidak ada

• Riwayat Operasi sebelumnya : Tidak Pernah


Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Keadaan Umum Sakit Sedang

Kesadaran Compos mentis

Tekanan Darah : 100/70 mmHg


Nadi : 78x/menit (Reguler,KuatAngkat)
Tanda Vital Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36,5 oC
per axiller
VAS : 2/10
Status Generalis

Kulit
Kepala Berwarna kuning langsatNormocepal (+)
Berwarna hitam, tidak mudah tercabut (-)
Rambut

Mata
Konjungtiva anemis(-), sklera ikterik (-), Exopthalmus (-/-),edema palpebra
-/-, Gerakan bola mata dalam batas normal,

Hidung Epitaksis (-) rinorhea (-) rambut hidung terbakar (-)

Telinga Otorrhea (-) nyeri tekan mastoid (-)

Mulut Bibir pucat (-) bibir kering (-) perdarahan gusi (-) jelaga (-)

Leher Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid (+) pada regio
colli dextra

Inspeksi
Thoraks Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi selaiga (-)
Palpasi
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium

Darah Rutin (30-06-2022)

Parameter Nilai Rujukan Satuan


WBC 8,38 4.0-10.0 103/uL
RBC 5,16 4.00-6,00 106/uL
HB 12,5 12.0-16.0 g/Dl
HCT 38,8 37.0-48.0 %
MCV 75.2 80.0-97.0 fL
MCH 24.2 26.5-33.0 Pg
MCHC 32.2 31.5-35.0 g/dL
PLT 444 150-400 103/Ul
Koagulasi (30-06-2022)

Parameter Nilai Rujukan Satuan


Masa perdarahan 2’32” 1.0-3.0 Menit
Masa pembekuan 6’02” 1.0-9.0 Menit
Imunologi (30-06-2022)

Parameter Nilai Rujukan Satuan


Antigen SARS-Cov-2 Negatif Negatif
Anti HIV 1 Non reaktif Non reaktif
Kimia Darah (30-06-2022)
SGPT 25 <31 U/L
SGOT 25 <31 U/L
GDS 89 70-180 mg/dL
Ureum darah 4 15-40 mg/dL
Kreatinin darah 0,6 0,5-1,0 mg/dL
Thoraks PA (30.06.2022)

• Corakan bronchovasculer prominent


• Tidak tampak lesi noduler pada kedua lapang paru
• Cor: Ukuran jantung dalam batas normal, aorta baik
Kedua sinus costophrenicus dan diafragma baik
Tulang-tulang intak
• Kesan:
Aspek bronchitis
Tidak tampak proses metastasis
Ultrasonographi Leher
(28.06.2022)

• Thyroid D: ukuran membesar, tampak massa mixechoic,


berbatas tegas, tepi regular, berkapsul dengan ukuran 3,48
cm x 2,60 cm x 3,11 cm, vaskularisasi (+), kalsifikasi (-)
• Thyroid S: ukuran dan echo parenkim dalam batas normal.
Tidak tampak lesi hiper/hipoechoic patologik
• Isthmus: ukuran dan echo dalam batas normal
• Tidak tampak pembesaran KGB Submandibular
• Kesan: Massa Thyroid Lobus Dextra (TIRADS 3)
DIAGNOSIS:

DIAGNOSIS
Struma nodusa non-toksik dextra
RENCANA PEMBEDAHAN
Isthmulobectomy
ASSESMEN ANESTESI
ASA PS 2
RENCANA ANESTESI
General Anestesi
Tatalaksana Perioperatif:

1. Persiapan Preoperatif :
a. Persiapan Pasien :
- Edukasi Pasien
- Pasien dipuasakan 8 jam sebelum operasi dimulai
- IVFD RL 31 TPM
- Premedikasi
b. Persiapan Alat :
- Monitor ( SpO2, tekanan darah, nadi, EKG)
- Oksigen 2-4 lpm
- STATICS
-Persiapan Obat untuk General Endotracheal Anestesi
Tatalaksana Intraoperatif:

• Pemberian obat sedatif dan analgetik: Fentanyl 100 mcg + Midazolam 2 mg


• Preoksigenasi O2 3LPM
• Pemberian obat induksi: Profopol 100mcg + 30 mcg
• Pemberian Muscle Relaxant: Atracurium 30mg
• Intubasi
• Maintenance: Isoflurane 2 vol% + O2 3 LPM
Pasca Operatif

• Pasien dapat
mempertahankan potensi
jalan nafas
• Pasien dalam kondisi
hemodinamik baik:
TD: 100/70 mmHg
N: 78x/menit
P: 20x/ menit
PEMBAHASAN
ANATOMI DAN
FISIOLOGI PERNAFASAN
Penderita SNNT dapat diatasi dengan
isthmulobectomy dengan General anestesi

• General Anestesi / Anestesi umum→ Hilangnya kesadaran (sedasi)


Hilangnya persepsi nyeri (analgesia)
Hilangnya memori (amnesia)
Relaksasi
• Prosedur Isthmolobectomy/ Hemitiroidektomi → Pengangkatan salah satu
lobus tiroid beserta isthmusnya

Dewi AY, Ratunanda S. 2016. Early diagnosis and current treatment paradigm in head and neck surgery. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1-375
Pemberian Premedikasi Kepada Pasien

Tujuan:
1. Memberi Sedasi dan Analgesi → Memberi Ketenangan pada pasien
2. Pasien bebas dari ketakutan dan nyeri
3. Memperlancar Induksi Anestesi
4. Mengurangi mual dan muntah
5. Mencegah terjadinya aspirasi

Latief, S. A., Suryadi, K.A., & Dachlan, M.R. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Pasien diberikan Ondansetron, Ranitidine,
dan Dexamethasone

• Ondansetron 8 mg IV
Antiemetik
Menghambat reseptor serotonin pada sistem saraf serebral dan saluran pencernaan.
• Ranitidine 50 mg IV
Golongan Antagonis reseptor H2→ Menghambat sekresi cairan lambung.
• Dexamethasone 10mg IV
Golongan kortikosteroid (Glukokortikoid)
Mencegah pelepasan senyawa kimia penyebab radang.

Latief, S. A., Suryadi, K.A., & Dachlan, M.R. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Pada pasien diberikan Midazolam

• Sedasi preoperatif golongan benzodiazepine


• Menimbulkan efek sedasi + amnesia
• IV: onset kerja 1- 3 menit
• Dosis:
Preoperatif: 0,1-0,2 mg/kgBB/IV dilanjutkan 1 mg bila perlu

Latief, S. A., Suryadi, K.A., & Dachlan, M.R. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Pada pasien diberikan Opioid Fentanyl

• Premedikasi sedatif dan analgesi


• Potensi analgesi 75-125x lebih kuat dari morphine
• IV: Mula kerja 30 s, mencapai puncak dalam waktu 5 menit, relatif
menurun melambat 10-20 menit.
• Dosis:
Preoperatif: 1-2 mcg/KgBB
Intraoperatif: 50 mcg sesuai kebutuhan
Postoperatif: 0,5-1,5 mcg/KgBB.

Latief, S. A., Suryadi, K.A., & Dachlan, M.R. 2010. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Pada pasien ini diberikan Profopol

• Anestetik Intravena golongan non-barbiturat


• Mempengaruhi sistem saraf pusat melalui ikatan dengan resetor GABA
• Rapid onset of action 9-51 s, durasi kerja: 5-10 menit
• Dosis:
-Induksi: 1,5-2,5 mg/kg BB/ IV
-Rumatan: 25-50 mg/ IV

Rehatta, N. M., Hanindito, E., & Tantri, A. R. 2019. Anestesiologi dan Terapi. Intensif: Buku Teks Kati-Perdatin. Gramedia Pustaka. Jakarta
Pada pasien ini diberikan Atracurium

• Pelumpuh Otot Non-depolarisasi


• Berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik tetapi tidak menyebabkan
depolarisasi
• Menghalangi asetilkolin
• Meningkatkan pelepasan histamin
• Lama kerja: 20-45 menit
• Dosis:
-awal: 0,5-0,6mg/kgBB
-Pemeliharaan: 0,1mg/kgBB

Rehatta, N. M., Hanindito, E., & Tantri, A. R. 2019. Anestesiologi dan Terapi. Intensif: Buku Teks Kati-Perdatin. Gramedia Pustaka. Jakarta
Terjadinya Singultus Pada Pasien

• Singultus
Keadaan refleks yang melibatkan sistem saraf batang otak,
saraf vagus, dan frenikus→ Kontraksi otot diafragma, interkostalis,
dan penutupan glotis →suara khas “Hik”.4-60x/menit
• Durasi:
- Akut (<48 jam)
- Persisten (>48 jam)
- Intractable (>= 1bulan)

.
Christianty F, Caroline S, Adiwinata R, Richard T, Wiraputranto MC. 2016. Evaluasi dan tatalaksana singultus. Cermin Dunia Kedokteran. 43(11):833-5.
Terjadinya Singultus Pada Pasien

• Singultus yang berhubungan dengan anestesi umum:


- Hiperekstensi servikal
- Traksi pada diafragma
- Distensi lambung atau ventilasi yang tidak memadai
- Obat-obatan :
- Benzodiazepine (Midazolam)
- Opioid (Fentanyl)
- Kortikosteroid (Dexamethasone)
- Agen Anestesi (Profopol)

Christianty F, Caroline S, Adiwinata R, Richard T, Wiraputranto MC. 2016. Evaluasi dan tatalaksana singultus. Cermin Dunia Kedokteran. 43(11):833-5.
Manajemen Singultus Pada Pasien

• Strategi Ventilasi
- Jalan nafas dipertahankan
- Diberikan ventilasi tekanan positif secara intermitten dan berikan isoflurane 2,5 %
hingga 5%
• Pelumpuh otot (Atracurium)
- Menghambat Asetilkolin → menurunkan tonus otot polos dan kontraktilitas .

Rehatta, N. M., Hanindito, E., & Tantri, A. R. 2019. Anestesiologi dan Terapi. Intensif: Buku Teks Kati-Perdatin. Gramedia Pustaka. Jakarta
FARMAKOLOGI

1. Antipsikotik
• Chlorpomazine ( 25-50 mg IV/IM) dan Haloperidol (2-5 mg) → Menghambat dopamine di
hipotalamus.
2. Agen antikolinergik (Sulfas Atropin)
• Menghambat asetilkolin
• Mengurangi tekanan intra-esophagus
• Memblokir impuls afferen yang dimediasi vagal dari stimulasi vagal dan juga memblokir
lengan efferen dari pusat singultus.
3. Agen Prokinetik (Metoclopramide)
• Aksi antagonis pada reseptor dopamine dan agonis serotonin→ menghambat refleks
singultus

Obuchi T, Shimamura S, Miyahara N, Fujimura N, Iwasaki A. 2018. CO 2 retention: The key to stopping hiccups. Clin Respir J. 12(8):2340–2345.
NON- FARMAKOLOGI

1. Strategi Ventilasi
• Penerapan tekanan jalan nafas positif terus menerus pada 25-30 cm H2O
2. Pelepasan suboksipital
• Traksi diterapkan pada leher posterior → Merenggangkan otot-otot sub-oksipital di
dermatom C2 → mengurangi tekanan pada saraf vagus → menghilangkan singultus.
3. Retensi CO2
• Hipoventilasi yang disengaja selama ventilasi mekanis
• ETCO2 harus setidaknya 48 mmHg untuk menghentikan singultus
• Tingkat CO2 yang tinggi akan melawan sinyal singultus dari medula

Obuchi T, Shimamura S, Miyahara N, Fujimura N, Iwasaki A. 2018. CO 2 retention: The key to stopping hiccups. Clin Respir J. 12(8):2340–2345.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai