DEPARTEMEN ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Secara garis besar anestesi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
anestesi umum dan anestesi regional. Salah satu anestesi regional
yang banyak digunakan adalah subarachnoid block (SAB) atau disebut
juga anestesi spinal.
1. Hernia Abdominal :
2. Hernia Inguinalis
3. Hernia Femoralis
4. Hernia Umbilikalis
5. Hernia Diafragmatika
6. Hernia Morgagni
7. Hernia Foramen Winslowi
8. Hernia Obturatoria
• Hernia Inguinalis : Kasus terbanyak
- 1. Hernia Inguinalis Lateralis / Indirek
- 2. Hernia Inguinalis Medialis / Direk
• Hernia Kongenital
• Hernia Akwisita / didapat
• Hernia insisi
MACAM-MACAM HERNIA
INGUINALIS
1. Pintu hernia
2. Kantong hernia
3. Isi hernia
TANDA KLINIS
• Hernia reponibilis
• Hernia irreponibilis
- non inkarserata
- inkarserata
DIAGNOSA
• Benjolan reponibilis : H. reponibilis
-Daerah inguinal : bila meragukan test “ finger tip “ / test
Valsava
• Benjolan irreponibel :
- Daerah inguinal / lainnya
# Disertai ileus obstruktif hernia
inkarserata.
- # Tanpa ileus hernia irreponibel saja
- # Strangulata : jaringan / usus nekrosis
.arena obstruksi vaskularisasi
PENATALAKSANAAN
• Hanya operasi :
- Herniotomi
- Hernioplasti
- Herniorapi ( gabungan dari herniotomi dan henioplasti )
• Waktu operasi :
- Segera setelah terdiagnosa
• Operasi darurat:
- Kalau terjadi inkarserasi
- Inkarserasi : terjadi sewaktu-waktu
PROGNOSIS
• Kutis
• Subkutis
• Ligamentum Supraspinosum
• Ligamentum interspinosum
• Ligamentum flavum
• Epidural
• Duramater
• Subarachnoid
MACAM – MACAM
REGIONAL ANESTESI
1. Blok Sentral (Blok Neuroaksial).
Blok sentral dibagi menjadi tiga bagian yaitu: anestesi Spinal,
Epidural dan Kaudal.
A. Anestesi Spinal
Anestesi spinal merupakan tindakan pemberian anestesi
regional ke dalam ruang subaraknoid.
B. Anestesi Epidural
Anestesi epidural ialah blokade saraf dengan menempatkan
obat pada ruang epidural (peridural, ekstradural) di dalam
kanalis vertebralis pada ketinggian tertentu, sehingga daerah
setinggi pernapasan yang bersangkutan dan di bawahnya
teranestesi sesuai dengan teori dermatom kulit. Ruang epidural
berada di antara durameter dan ligamentun flavum. Bagian atas
berbatasan dengan foramen magnum dan dibawah dengan
selaput sakrogliseal.
Regional
ANESTESI
C. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural,
karena ruang kaudal adalah kepanjangan dari ruang epidural dan
obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus
sakralis ditutupi oleh ligamentum sakrogsigeal tanpa tulang yang
analog dengan ligamentum supraspinosum dan ligamentum
interspinosum. Ruang kaudal berisi saraf sacral, pleksus venosus,
felum terminale dan kantong dura.
Regional
ANESTESI
Pasien menolak
Indikasi Kontra Absolut
Deformitas pada lokasi injeksi
Hipovolemia berat
Sedang dalam terapi antikoagulan
Cardiac ouput yang terbatas; seperti stenosis aorta
Peningkatan tekana intracranial.
Indikasi, Kontraindikasi, dan Komplikasi
RA-SAB
Indikasi Kontra Relatif Infeksi sistemik (sepsis, bakteremia)
Infeksi sekitar tempat penyunikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Hipovolemia ringan
Nyeri punggung kronis
Tindakan
Nyeri punggung
Retensio urine
Meningitis
PERSIAPAN ANALGESIA SPINAL
• A. Penilaian Preoperatif
Tujuan:
• Mengetahui status fisik pasien praoperatif
• Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
• Memilih jenis atau teknik anestesia yang sesuai
• Meramalkan penyulit yang mungkin terjadi selama
operasi dan atau pascabedah
• Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi
penyulit yang diramalkan.
Preoperatif
• B. Tatalaksana evaluasi
Anamnesis
Anamnesis baik autoanamnesis maupun hetero anamnesis
Pemeriksaan fisik
Yakni memeriksa status pasien saat ini yang meliputi kesadaran,
frekuensi nafas, tekanan darah, nadi, suhu tubuh, berat dan
tinggi badan untuk menilai status gizi/BMI.
ASA 2 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemikringan sampai
sedang
ASA 3 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang
ASA 4 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang secara
ASA 5 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang sudah
tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak dalam24 jam pasien meninggal.
ASA 6 pasien mati batang otak yang akan menjalani transplantasi organ untuk donor.
E Jika prosedur merupakan prosedur emergensi, maka status pemeriksaan diikuti “E”
(Misal, “2E”)
Persiapan Preoperatif
• Puasakan Pasien
• Terapi Cairan
• Premedikasi
• Meredakan kecemasan dan ketakutan
• Memperlancar induksi anestesi
• Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
• Meminimalkan jumlah obat anestetik
• Mengurangi mual muntah pasca bedah
• Menciptakan amnesia
• Mengurangi isi cairan lambung
• Mengurangi reflek yang membahayakan
Contoh: Metoclopramide. Ranitidine, diazepam, petidine
Durante Operasi
• A. Persiapan Pasien
• B. Pemakaian Obat Anestesi
• C. Terapi Cairan
• D. Monitor
Post-Operatif
• A. Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke Recovery
Room
• B. Perawatan Post Anestesi di Recovery Room
• Observasi klinis harus dilakukan dengan pemantauan
seperangkat alat berikut :
• Pulse oximeter
• Non-invasive blood pressure monitor
• Elektokardiograf
• Nerve stimulator
• Pengukur suhu
POST ANESTHETIC ALDRETE RECOVERY SCORE
COLOR Oxygenation
RESPIRATION
CAN BREATHE DEEPLY AND COUGH Breathes deeply and coughs freely 2
CIRCULATION
BLOOD PRESSURE DEVIATING >50% FROM NORMAL Blood pressure more than ± 50 mmHg of normal 0
CONSCIOUSNESS
ACTIVITY
Laporan Kasus
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
• Nama : Tn. Kenzan
• Jenis Kelamin : Laki - laki
• Umur : 52 Tahun
• Agama : Kristen
• Alamat : Jl. Suluh No.37, Medan Tembung
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Status Perkawinan : Sudah Menikah
• No RM : 26.21.48
2. ANAMNESA
• Keluhan Utama : Benjolan di lipatan paha kanan
• Telaah :
• Pasien laki-laki datang ke IGD RS Haji dengan keluhan benjolan di
lipatan paha kanan. Hal ini dialami pasien sejak ±1 bulan yang lalu
sebelum dilakukannya operasi. Pada inspeksi saat pasien
mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio ingunalis yang berjalan dari lateral
atas ke medial bawah. Keluhan tidak disertai demam, batuk,
sesak nafas, sakit kepala. Riwayat operasi sebelumnya tidak ada.
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, dan Asma.
• RPT : (-)
• RPO : (-)
• RPK : (-)
3. PEMERIKSAAN FISIK
• Status Present
• Keadaan Umum: tampak Baik
• Vital Sign
• Sensorium : Compos Mentis
• Tekanan Darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 80 kali/menit
• RR : 28 kali/menit
• Suhu : 36 0C
• Tinggi Badan : 165 cm
• Berat Badan : 64 kg
• Pemeriksaan Umum
• Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor (-)
• Kepala : Normocepali
• Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Edema palpebra -/-
• Mulut : Hiperemis pharing (-), Pembesaran tonsil (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
• Paru
• Inspeksi : Pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan
abdominotorakal, retraksi costae -/-
• Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
• Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
• Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang paru
• Abdomen
• Inspeksi : Datar, Simetris
• Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
• Perkusi : Nyeri Ketok (-)
• Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
• Ekstremitas : Edema -/-
• Genitalia : tidak ada pembesaran pada testis
• PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• Hasil Laboratorium
• Darah Rutin
• Hb : 12, 3 g/dl
• HT : 37, 5 %
• Eritrosit : 4, 3 x 106 /µL
• Leukosit : 8. 500 /µL
• Trombosit : 298. 000 /µL
• Metabolik
• KGDS : 85 mg/dl
• Asam Urat : 5, 8 mg/dl
• Fungsi Ginjal
• Kreatinin : 0,66 mg/dl
• Ureum : 25 mg/dl
• Diagnosis : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
• RENCANA TINDAKAN
• Tindakan : HERNIORAPI
• Anesthesi : RA-SAB
• PS-ASA :1
• Posisi : Supinasi
• Pernapasan : Kanul nasal O2
• KEADAAN PRA BEDAH
• Pre operatif
• B1 (Breath)
• Airway : Clear
• RR : 22 kali/ menit
• SP : Vesikuler kanan = kiri
• ST : Ronchi (-), Wheezing (-/-)
• B2 (Blood)
• Akral : Hangat/ Merah/ Kering
• TD : 130/ 80 mmHg
• HR : 80 kali/ menit
• B3 (Brain)
• Sensorium : Compos Mentis
• Pupil : Isokor, kanan = kiri 3mm/ 3mm
• RC : (+)/(+)
• B4 (Bladder)
• Urine Output :-
• Kateter : tidak terpasang
• B5 (Bowl)
• Abdomen : Soepel
• Peristaltik : Normal (+)
• Mual/Muntah : (-)/(-)
• B6 (Bone)
• Oedem : (-)
• PERSIAPAN OBAT RA-SAB
• Intratekal
• Bupivacaine 0,5% : 17,5mg
• Fentanyl : 25µg
• Jumlah Cairan
• PO : RL 500 cc
• DO : RL 500 cc
• Produksi Urin :-
• Perdarahan
• Kasa Basah : 5 x 10 = 50 cc
• Kasa 1/2 basah : 3x 5 = 15 cc
• Suction : = 100 cc
• Jumlah : 165cc
• EBV : 75 x 64 = 4800 cc
• EBL
• 10 % = 480 cc
• 20 % = 960 cc
• 30 % = 1440 cc
• Durasi Operatif
• Lama Anestesi = 09.50 – 10.35 WIB
• Lama Operasi = 10.05– 10.35 WIB
• Teknik Anastesi : RA-SAB
• Posisi duduk (SITTING position) - Identifikasi L3-L4 → Desinfektan
betadine + alcohol 70%→ Insersi spinocan 25G → CSF (+), darah (-) →
injeksi bupivacain 0,5% 17,5 mg → posisi supine → atur blok setinggi
T6.
• POST OPERASI
• Operasi berakhir pukul : 10.35 WIB
• Setelah operasi selesai pasien di observasi di Recovery Room. Tekanan
darah, nadi dan pernapasan dipantau hingga kembali normal.
• Pasien boleh pindah ke ruangan bila Alderette score > 9
• Pergerakan :2
• Pernapasan :2
• Warna kulit :2
• Tekanan darah :2
• Kesadaran :2
• PERAWATAN POST OPERASI
• Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke ruang pemulihan
setelah dipastikan pasien pulih dari anestesi dan keadaan
umum, kesadaran serta vital sign stabil, pasien dipindahkan
ke bangsal dengan anjuran untuk bedrest 24 jam, tidur
telentang dengan 1 bantal untuk mencegah spinal headache,
karena obat anestesi masih ada.
• TERAPI POST OPERASI
• Istirahat sampai pengaruh obat anestesi hilang
• IVFD RL 20gtt/ menit
• Minum sedikit-sedikit bila sadar penuh dan peristaltic (+)
Normal
• Inj. Ketorolac 30mg/ 8jam IV
• Inj. Ondansetron 4mg/ 8 jam IV bila mual/ muntah
TERIMA KASIH