Disusun Oleh:
Marest Askyna Msen
Pembimbing:
dr. Albinus Cobis, Sp.An., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
KEPANITRAAN KLINIK MADYA SMF ANESTESI DAN
REANIMASI
RSUD JAYAPURA
TAHUN 2021
PENDAHULUAN
• Anestesi terdiri dari dua kata Yunani :An berarti
tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi
nyeri.
• Anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa
terhadap suatu rangsangan.
• Anestesi dibagi menjadi dua, yaitu anestesi
umum, dan analgesia regional.
• Anestesi regional dapat meliputi spinal, epidural
dan caudal.
• Anestesi spinal juga disebut sebagai blok
subarachnoid (SAB) umumnya digunakan pada
operasi tubuh bagian bawah, seperti ekstremitas
bawah, perineum, maupun abdomen bagian bawah.
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
• Fraktur Tertutup (simple Fraktur), adalah fraktur
dengan kulit yang tidak tembus oleh fragmen tulang,
sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Fraktur
Etiologi
Fraktur
Patologik
KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur Terbuka
Fraktur Beban Fraktur Tertutup
Fraktur traumatic Fraktur Patologis (compound
(Kelelahan) (simple Fraktur),
Fraktur)
Klasifikasi fraktur tibial plateau (schatzker classification)
Anatomi Tibia Fibula
Epidemiologi Fraktur
Fraktur tibial plateau terjadi pada 1% kasus dari semua fraktur dan
8% kasus terjadi pada pasien yang tua.
Fraktur yang terjadi pada pasien tua merupakan hasil dari trauma
dengan energy rendah
Fraktur pada medial plateau terjadi pada 23% kasus fraktur plateau
sedangkan fraktur lateral plateau terjadi pada 70% kasus, dan
kombinasi antara keduanya terjadi pada 31% kasus.
SubArachnoid Block
(SAB)
Definisi
• Obat anestesi lokal yang biasa dipakai untuk spinal anestesi adalah
lidokain, bupivakain, levobupivakain, prokain, dan tetrakain.
• Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan
perluasan daerah teranestesi.
• Pada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari berat
jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat ke
dasar akibat gravitasi.
• Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari area
penyuntikan ke atas.
• Bila sama (isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama di
tempat penyuntikan.
Lidokain
Lidokain (xylocain,lignokain) (xylocain,lignokaine) 5%
2%: berat jenis 1.006, sifat dalam dextrose 7.5%: berat
isobaric, dosis 20-100 mg (2- jenis 1.003, sifat hyperbaric,
5ml) dosis 20-50 mg (1-2 ml)
Anestetik lokal
yang paling
sering
digunakan
Bupivakain (markaine) 0.5%
Bupivakain (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat
dlm air: berat jenis 1.005, jenis 1.027, sifat hiperbarik,
sifat isobaric, dosis 5-20 mg dosis 5-15 mg (1-3 ml)
Komplikasi Anestesi Spinal
Nama : Nn. Y. Y
Tanggal Lahir : 14 Juli 1998
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Yahukimo
Suku : Papua
Ruangan : Ortopedi Lantai II
Tanggal MRS : 6 Desember 2020
Tanggal Operasi : 11 Desember 2020
No. RM : 47 38 09
ANAMNESA
(Autoanamnesa)
Riwayat Penyakit • Hipertensi (-). Asma (-), DM (-), Penyakit Jantung (-), Riwayat alergi
Dahulu obat (-).
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan :
Riwayat Penyakit Keluarga disangkal
Dalam keluarga tidak ada yang Riwayat alergi minuman :
menderita keluhan seperti pasien. disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat Anestesi
Disangkal
Tanda-Tanda Vital
Keadaan Umum : Baik
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 158 cm Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Berat Badan : 56 Kg
Suhu badan : 36.80C
Status Generalis
Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Kepala : Mata : Pupil: bulat, isokor, diameter ODS: 3 mm,
Refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-). Inspeksi : Tampak datar, jejas (-)
Perkusi : Sonor (+/+) Akral : hangat, kering dan merah, CRT< 2”,
Superior : Edema (-), ulkus (-), fraktur (-), kekuatan
Auskult Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
Thorak : otot: 5
: asi (-/-)
s
Jantung Ekstre :
mitas
Inspeks
: Iktus cordis tidak terlihat, thrill (-) Akral : hangat, kering dan merah, CRT< 2”,
i
Inferior : Edema (-/+), ulkus (-/-), fraktur (-/+),
Iktus Cordis teraba pada ICS V Midline clavicula kekuatan otot: 5/2
Palpasi :
sinistra
Auskult
: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
asi
Status Anestesi Pre Operasi
Status Lokalis
B2 Perfusi : hangat, kering, merah. Capilary Refill Time < 2 detik,
BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-), nadi: 80 x/m; TD:
• Regio Cruris Sinistra 110/70 mmHG
• Look : Udem (+), deformitas
(+), luka robek (-)
B3 Kesadaran: Compos Mentis, GCS : E4V5M6, riwayat kejang
• Feel : Nyeri Tekan (+) (-), riwayat pingasan (-), Pupil isokor, refleks cahaya +/+
• Movement : ROM Terbatas
B4 Terpasang DC, warna kuning muda.
B6 Akral hangat (+), CRT < 2” edema (+), fraktur (+), pada regio
cruris sinistra
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Hasil Nilai Satuan Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan Rujukan
PT 10,5 10.2 - 12.1 Detik
HGB 10,4 11.0 - 14.7 g/dL
APTT 20,6 24.8 – 34.4 Detik
Penentuan PS • PS ASA : II
• Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik ringan
ASA sampai sedang.
Persiapan Anestesi
Hari/Tanggal : 11/12/2020
B2 : Perfusi: hangat, kering, merah. CRT< 2 detik,
Diagnosa Pra : Closed Frakture Tibia Plateau sinistra
BJ: I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Bedah
Diagnosa Pasca : Post ORIF fraktur lateral condyle tibia B3 : Kesadaran Compos Mentis, GCS: 15 (E 4V5M6),
Bedah plateau sinistra Riwayat kejang (-), pingsan (-)
Keadaan Pra :
Bedah : Tampak sakit sedang B4 : Terpasang DC (+)
Keadaan Umum : 10 jam yang lalu
B5 : Perut tampak datar, palpasi: nyeri tekan (-)
Makan terakhir : 56 Kg
perkusi : tympani, BU (+) 3 – 4 x/m
BB : TD: 113/63 mmHg; N: 70 x/m; SB:
TTV : 36.6◦C; RR: 20 x/m
B6 : Akral hangat (+), edema (+), fraktur (+), pada regio
SpO2 100% cruris sinistra
Laporan Durante Operasi
Laporan anetesi
Ahli Anestesiologi dr.Albinus Cobis, Sp.An., M.Kes Penyulit Pembedahan -
Jenis Pembedahan Open Reduction Internal Fixatie (ORIF) Proximal Premedikasi : (-)
Tibia
Induksi dan : Bupivakain HCL 0,5%, dilakukan blok pada
Jenis Anestesi Anestesi Regional - Anestesi Sub Arachnoid Block
maintenance jam: 11.30 WIT
(SAB)
Anestesi dengan Bupivacaine HCL 0,5% 15 mg (3 cc)
Pengakhiran Anestesi : (-)
Teknik Anestesi Pasien duduk tegak di meja operasi dan kepala
Medikasi Durante : Bupivakain HCl 0.5 % 15 mg
menunduk, dilakukan desinfeksi di daerah lumbal
Operasi Efedrin 10 mg
dengan betadine lalu alkohol, identifikasi vertebra
Midazolam 2,5 mg
lumbal 3-4, kemudian jarum spinocain No. 27
Fentanyl 25 mg
ditusukkan diantara L3-L4, cairan serebrospinal (+),
Ranitidin 50 mg
darah (-), kemudian dilakukan blok subarachnoid
Ondansetron 4 mg
(injeksi Bupivacaine HCL 0,5% 15 mg), kemudian
Antrain 1 gram
pasien dibaringkan.
Paracetamol 1 gram
Posisi Supine
Tanda-tanda vital pada TD: 130/75 mmHg, Nadi : 67 x/m, reguler, kuat
Infus Pada tangan kiri terpasang IV line abocath 18 G
akhir pembedahan angkat, SpO2: 100%
dengan cairan Ringer Laktat 500 cc
Laporan Pembedahan
Ahli Bedah dr. Michael, Sp.OT
Ahli Anestesiologi dr. Albinus Cobis, Sp.An., M.Kes
Diagnosis Pre Closed Frakture Tibia Plateau sinistra
Operatif
Diagnosis Post Post ORIF fraktur lateral condyle tibia plateau
Operatif sinistra • Bed Rest
• Boleh makan /
Jenis Anestesi Anestesi regional (anestesi Sub Arachnoid Block)
minum
Macam Khusus (Eliktife)→Operasi sedang • IVFD RL 20 tpm
Pembedahan • Hypobac 2 x 200
• Ketorolac 3 x 30 mg
Tanggal 11/12/2020
Jam Operasi 12.10 – 14.10 WIT Instruks • Ranitidine 2 x 50mg
• Ceftriaxone 2 x 1 gr
Laporan Operasi
Pasien posisi supine dalam SAB
Prosedur asepsis – antisepsis, dan drapping i Post • Ukur produksi darah
tiap hari
Insisi pada lateral proximal cruris, perdalam
lapis demi lapis
Operasi • X-ray post op
• Cek lab DL post op
Tampak fraktur lateral condyle tibia plateau, • GV hari ke-2 post op
dilakukan reduksi terbuka dan pemasangan • Elevasi tungkai kiri
internal fixasi.
Kontrol perdarahan, cuci luka dengan NaCl
0,9%
Jahit Luka
Pasang drain
Operasi selesai
Terapi Cairan dan Resusitasi Cairan Peri-operatif
Cairan yang dibutuhkan Aktual
Pre Operasi Pre Operasi
Kebutuhan cairan harian (BB 56 Kg): Input : RL 500 cc
1. Maintenance perhari Output : Urine : -
40-50 cc/KgBB/Hari
40cc x 56 kg = 2240 cc/hari
50cc x 56 kg = 2800 cc/hari
Jadi total kebutuhan 2240cc – 2800cc / hari
Kebutuhan cairan perjam
= (2240cc – 2800cc ) : 24 jam
= 93,3cc – 116,6cc / jam
2. Replacement
Pengganti puasa 10 jam :
10 jam x kebutuhan cairan per jam =
10 x 93,3cc/jam = 933 cc
10 x 116,6cc/jam = 1166cc
Jadi total kebutuhan cairan pengganti puasa 10 jam yaitu 933cc –
1166cc
Durante Operasi Durante Operasi
Kebutuhan cairan selama operasi 2 jam
1. Maintenance Input : 1400 cc
Kebutuhan cairan per Jam 93,3cc – 116,6cc / jam RL 500 cc
Untuk 2 jam = (93,3cc – 116,6cc) x 2 Gelafusal 500 cc
= 186,6cc – 233,2cc RL 400 cc
2. Replacement
Perdarahan 300 cc Output : Urin = 600cc
EBV = 65 cc x BB = 65 x 56kg = 3640 cc
*catatan : (EBL = 10% EBV = 364 cc ; Total Perdarahan = ± 300 cc
20% EBV= 728 cc; 30% EBV=1092 cc)
Perdarahan durante operatif ± 300 cc Balance Cairan:
Perdarahan kurang <10 % EBL, maka replacement selama durante operatif dapat Input – Output
diatasi dengan cairan kristaloid yang mempunyai komponen elektrolit serupa = 1400 cc – 900 cc
komponen elektrolit serum = 500 cc
2 – 4 x EBL
2 – 4 x 300 cc = 600 cc - 1200 cc
3. Pergantian kehilangan cairan karena penguapan selama operasi
Operasi sedang : 6 – 8 cc/jam
BB x jenis operasi
56 kg x 6 – 8 cc = 336 - 448 cc/jam
Lama operasi 2 jam
2 x 336 – 448 cc = 672 – 896 cc
Total kebutuhan cairan durante operatif :
Maintenance + Replacement + Penguapan
= (186,6-233,2cc) + (600-1200cc) + (672 – 896 cc)
= 1459 – 2329 cc
Post Operasi Post Operasi
11 Desember 2020 jam 14.00 s/d 22.00 (8 11 Desember 2020 jam 14.00
jam) s/d 22.00 (8 jam)
1. Maintenance
= Kebutuhan cairan/ jam x 8 jam Input :
= 93,3 – 116,6 cc x 8 jam Transfusi PRC 250cc
= 747 – 933 cc RL 600cc
Total input : 850 cc
Hari/ Follow Up S : Nyeri Sedikit, tidak mual muntah
Tanggal 14/12/2 O:
12/12/20 S : Nyeri Sedikit, tidak mual muntah 020 B1: Airway bebas, napas spontan, RR: 20 x/m, suara
20 O: nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
B1: Airway bebas, napas spontan, RR: 20 x/m, suara nafas B2:Perfusi hangat, kering, merah, CRT<2”, TD:120/80
vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/- mmHg, Nadi 80x/m, Reguler, Kuat angkat
B2:Perfusi hangat, kering, merah, CRT<2”, TD:120/70 mmHg, B3: Kesadaran : Compos Mentis, GCS (E4V5M6) Pupil
Nadi 80x/m, Reguler, Kuat angkat bulat, Isokorر3 mm/3mm refleks cahaya (+/+)
B3: Kesadaran : Compos Mentis, GCS (E4V5M6) Pupil bulat, B4 : Terpasang DC, Produksi urine (+), warna kuning
Isokorر3 mm/3mm refleks cahaya (+/+) jernih.
B4 : Terpasang DC, Produksi urine (+), warna kuning jernih. B5 : Simetris, Supel, BU(+); Hepar/Lien: Tidak Teraba
B5 : Simetris, Supel, BU(+); Hepar/Lien: Tidak Teraba membesar; Nyeri Tekan (-)
membesar; Nyeri Tekan (-)
B6 : Look : tampak luka berbalut perban
B6 : Look : tampak luka berbalut perban
Feel: nyeri tekan (+), edema (-) Feel: nyeri tekan (+), edema (-)
Move: terdapat hambatan gerak dikarenakan nyeri Move: terdapat hambatan gerak dikarenakan nyeri
A: A:
Post ORIF Closed Frakture Tibia Plateau sinistra (H1) Post ORIF Closed Frakture Tibia Plateau sinistra (H3)
P: P:
IVFD RL 500 cc/8 jam IVFD RL 500 cc/8 jam
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
Inj. Hypobac 200/12 jam Inj. Hypobac 200/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8jam Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Inj. Ranitidine 50mg/12 jam Inj. Ranitidine 50mg/12 jam
Pro Rontgen
S : Nyeri Sedikit, tidak mual muntah
15/12/2020 O:
B1: Airway bebas, napas spontan, RR: 20 x/m, suara nafas vesikuler, rhonki -/-,
wheezing -/-
B2:Perfusi hangat, kering, merah, CRT<2”, TD:120/80 mmHg, Nadi 78x/m, Reguler,
Kuat angkat
B3: Kesadaran : Compos Mentis, GCS (E4V5M6) Pupil bulat, Isokorر3 mm/3mm
refleks cahaya (+/+)
B4 : DC (-), Produksi urine (+), warna kuning jernih.
B5 : Simetris, Supel, BU(+); Hepar/Lien: Tidak Teraba membesar; Nyeri Tekan (-)
B6 : Look : tampak luka berbalut perban
Feel: nyeri tekan (+), edema (-)
Move: terdapat hambatan gerak dikarenakan nyeri
A:
Post ORIF Closed Frakture Tibia Plateau sinistra (H4)
P:
IVFD RL 500 cc/8 jam
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
Inj. Hypobac 200/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Inj. Ranitidine 50mg/12 jam
Rencana BPL
PEMBAHASAN
Pasien perempuan umur 22 tahun rujukan dari RS.Dekai, Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didpatkan tekanan
dengan keluhan kaki kiri tidak dapat digerakkan post darah 110/70 mmHg, Nadi 80 x/m, Respirasi 20x/m, SpO2
kecelakaan lalu lintas pada tanggal 30 November 2020. 98%, Suhu badan 36,80 c, pada pemeriksaan fisik
Pasien post kecelakaan lalu lintas, terjatuh dan kaki kiri didapatkan pada Ekstremitas Status lokalis cruris sinistra:
tertindis motor, kaki kiri sulit di gerakakan. Pasien jatuh Terpasang perban elastis.
terbentur dada dan kepala disangkal. Keluhan pusing,
pingsan, nyeri dada, nyeri kepala, muntah juga disangkal. Status lokalis cruris sinistra:
Riwayat penyakit dahulu seperti diabetes mellitus, L: perdarahan aktif (-), deformitas (+)
tekanan darah tinggi ,asma disankal, riwayat penyakit F: nyeri tekan (+), krepitasi (+)
keluarga diabetes mellitus disangkal, tekanan darah tinggi,
penyakit jantung disangkal. M: ROM terbatas
• Pada teori dikatakan bahwa indikasi • Pada kasus ini dilakukan jenis
dilakukan jenis anestesi spinal atau
anestesi regional yaitu
SAB adalah untuk pasien yang akan
di bedah pada ekstremitas bawah, anestesi spinal atau anestesi
bedah panggul, tindakan sekitar subarachnoid (SAB).
rektum-perineum, tindakan obstetri- • Pada pasien ini direncanakan
ginekologi, bedah urologi, bedah
abdomen bawah dan anestesi spinal
untuk tindakan Open
juga mudah untuk dikerjakan. Reduction Internal Fixatie
Anestesi blok subaraknoid banyak (ORIF) pada region cruris
digunakan karena relatif murah, sinistra.
pengaruh sistemik minimal,
menghasilkan analgesi yang adekuat • Hal ini sesuai dengan indikasi
dan kemampuan mencegah respon untuk dipilihnya teknik
stress lebih sempurna. anestesi SAB.
Penentuan jenis obat anestesi
11 Desember 2020 jam 14.00 s/d 22.00 (8 jam) 11 Desember 2020 jam 14.00 s/d
22.00 (8 jam)
Maintenance
= Kebutuhan cairan/ jam x 8 jam Input :
= 93,3 – 116,6 cc x 8 jam RL 600cc
= 747 – 933 cc
Pada kasus ini balance cairan aktual pasien durante operasi sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan cairan pasien selama operasi berlangsung.
Namun jika dilihat dari total kebutuhan cairan pasien durante operasi maka
didapatkan 1459 – 2329 cc sementara intake cairan durante operasi hanya 1400cc
sehingga terdapat kekurangan cairan sebesar 59-929cc.
Sehingga dapat dikatakan total intake cairan masih belum memenuhi perkiraan total
kebutuhan cairan pada pasien ini.
• Selama durante operasi, perdarahan pada pasien ini yaitu ±
300 cc, dengan Estimate Blood Loss (EBL) <10 % EBV,
sehingga pada pasien ini tidak perlu dilakukan transfusi.
• Perdarahan pada pembedahan tidak selalu perlu transfusi,
untuk perdarahan di bawah 10% dari volume darah total
cukup diganti dengan cairan infus yang komposisi
elektrolitnya kira-kira sama dengan komposisi elektrolit
serum misalnya dengan Ringer Laktat.
• Dapat juga diberikan campuran cairan kristaloid + koloid.
Pemberian koloid adalah untuk mengatasi gejala defisit
plasma pada pasien selama operatif berupa hipotensi.
Selama durante operasi, Perdarahan pada Dapat juga diberikan
perdarahan pada pasien pembedahan tidak campuran cairan
ini yaitu ± 300 cc, selalu perlu transfusi, kristaloid + koloid.
dengan Estimate Blood untuk perdarahan di Pemberian koloid
Loss (EBL) <10 % EBV, bawah 10% dari adalah untuk mengatasi
sehingga pada pasien volume darah total gejala defisit plasma
ini tidak perlu dilakukan cukup diganti dengan pada pasien selama
transfusi. cairan infus yang operatif berupa
komposisi elektrolitnya hipotensi.
kira-kira sama dengan
komposisi elektrolit
serum misalnya dengan
Ringer Laktat.
PENUTUP
Kesimpulan