Anda di halaman 1dari 66

Case Report Session

FRAKTUR RADIUS
Milda Fakhriani
2144012044

Preseptor :
dr. Erinaldi Sp.OT
01

PENDAHUL
UAN
LATAR BELAKANG
• Fraktur merupakan suatu diskontinuitas tulang, sebagian besar terjadi akibat
trauma.

• Fraktur dikelompokan menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.

• Fraktur radius-ulna merupakan kegawatan orthopedi, terjadi akibat trauma


langsung, atau kondisi patologis (degenerasi tulang atau osteoporosis).

• Insiden di Amerika Serikat, 16 -17 kasus per 10.000 kasus.

• Penatalaksanaan bertujuan untuk memperoleh outcome yang baik dan juga


mengurangi risiko komplikasi
LATAR BELAKANG
Tujuan Penulisan
01 Menambah pengetahuan dan pemahaman terkait fraktur radius-ulna

Batasan Masalah
02 Membahas fraktur yang difokuskan pada bagian radius dan ulna

Metode Penulisan
03 Tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai literatur
02

TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI

Lengan (Antebrachium) :
• Segmen kedua terpanjang dari anggota tubuh
• Memanjang dan menghubungkan antara siku dan pergelangan
tangan
• Basis gerak dibentuk oleh bahu, yang akan memposisikan tangan.
• Dibentuk oleh dua tulang paralel, salah satunya (radius) dapat
berputar dengan yang lain (ulna), supinasi dan pronasi
• Memungkinkan untuk memutar tangan ketika siku difleksikan
• Ujung proximal radius membentuk caput radii,
berbentuk roda, letak melintang.
• Caput radii terpisah dari corpus radii oleh
collum radii.
• Di sebelah caudal collum pada sisi medial
terdapat tuberositas radii.
• Corpus radii di bagian tengah membentuk
– margo/crista interossea
– margo anterior
– margo posterior
• Caput radii di circumferentia articularis
kelilingi oleh facies articularis, yang
berhubungan dengan incisura radialis ulnae.
• Ujung distal radius
– melebar ke arah lateral
membentuk processus styloideus
radii
– bagian medial membentuk
incisura ulnaris
– pada facies dorsalis terdapat
sulcus-sulcus yang ditempati
oleh tendo.
• Permukaan ujung distal radius
membentuk facies articularis carpii
• Ujung proximal ulna :
– Lebih besar dari distal
– menghadap ke arah ventral →
Incisura trochlearis → membentuk
persendian dengan trochlea humeri.
• Caudal incisura trochlearis → terdapat
processus coronoideus
• Caudalnya processus coronoideus →
tuberositas ulnae → tempat perlekatan
m.brachialis.
• Lateral incisura trochlearis → incisura
radialis → berhadapan dengan caput
radii
• Caudal incisura radialis → crista
musculi supinatoris
• Tonjolan di bagian dorsal → olecranon
• Corpus ulna membentuk facies anterior,
facies posterior, facies medialis, margo
interosseus, margo anterior dan margo
posterior.
• Ujung distal ulna → caput ulna
• Caput ulna →
– circumferentia articularis
– Bagian dorsal → processus styloideus
dan silcusm
• caput ulna → Incissura ulnaris radii
• Kedua tulang lengan bawah :
– dihubungkan oleh sendi radioulnar → diperkuat oleh
ligamentum anulare
– melingkari kapitulum radius
– di distal oleh sendi radioulnar → diperkuat oleh ligamen
radioulnar → mengandung fibrokartilago triangularis.
• Membranes interosea → memperkuat hubungan radius dan ulna
• Radius dan ulna → dihubungkan
oleh otot antartulang → membuat
gerakan pronasi-supinasi
– M.supinator
– M.pronator teres
– M.pronator kuadratus
• Berinsersi pada radius dan ulna →
– patah tulang lengan bawah
– Dislokasi, angulasi dan rotasi,
terutama pada radius.
Klasifikasi Fraktur :
• Fraktur merupakan Subtipe secara klinis :
diskontinuitas dari struktur 1. Fragility fracture
jaringan tulang, yang umumnya 2. Pathological fracture
disebabkan oleh trauma. 3. High-energy fracture
• Trauma bisa langsung atau tidak (stress fracture)
langsung.
Berdasarkan hubungan tulang
• Fraktur yang terjadi tergantung
dengan paparan luar :
dengan jenis, kekuatan, dan arah 4. Open fracture
trauma. 5. Closed fracture
CLOSE
FRACTURE
OPEN
FRACTURE
JENIS PATAHAN

A. Fisura, B. Oblik, C. Tranversal (lintang), D. Kominutif,


E. Segmental.
MEKANISME CEDERA

(a) spiral (twisting); (b) oblik pendek (kompresi);


(c) pola ‘butterfly’ segitga (bending); (d) transversal (tension).
PENYEMBUHAN FRAKTUR

(a)Hematoma; (b)Inflamasi; (c) Kalus;


(d)Konsolidasi; (e)Remodeling
FRAKTUR
RADIUS-ULNA
Definisi :
Adanya diskontinuitas Epidemiologi :
pada tulang radius, ulna, • 32,7% dari kasus fraktur
atau keduanya. ekstremitas atas
• Dapat terjadi pada
Klasifikasi : semua usia, umumnya
1. Fraktur Monteggia dewasa muda dan
2. Fraktur Galeazzi pertengahan.
3. Fraktur Colles • Di AS 16-17 kasus per
4. Fraktur Smith 10.000 penduduk
5. dll
Pemeriksaan Fisik :
DIAGNOSIS Look (Inspeksi) : Deformitas, Bengkak
atau memar dan fungsio laesa (hilangnya
fungsi gerak)
Anamnesis : Feel (Palpasi) : Temperatur setempat yang
• Mekanisme trauma meningkat, nyeri tekan, dan krepitasi
• Nyeri Movement
• Pembengkakan • Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif
• gangguan fungsi anggota maupun pasif.
gerak • Gerakan yang tidak normal yaitu
• Deformitas gerakan yang terjadi tidak pada
• kelainan gerak sendinya.
• Krepitasi
• atau datang dengan gejala- Pemeriksaan Penunjang :
gejala lain 1. Pemeriksaan Labor
2. Pencitraan (Foto Polos / Rontgen)
Posisi AP-Lateral
1
4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Two views, minimal dua jenis proyeksi (anteroposterior dan lateral) harus
1
X- diambil.

RAY
Diperlukan untuk menentukan
2
Two joints, sendi yang berada di atas dan di bawah dari fraktur harus
difoto.

keadaan, lokasi serta ekstensi 3


Two limbs, x-ray pada sisi anggota gerak yang tidak cidera dibutuhkan
sebagai pembanding.
fraktur dengan mengingat rule
Two injuries, trauma keras biasanya menyeabkan cidera lebih dari satu
of twos 4 daerah tulang. Maka dari itu, pada fraktur calcaneum atau femur, penting
untuk memfoto x-ray pada pelvis dan vertebra.

Two occasions, beberapa fraktur sulit kelihatan pada hasil foto x-ray
5 pertama sehingga pemeriksaan ulang x-ray dalam satu atau dua minggu
kemudian dapat menunjukkan lesi yang ada.
1
5

PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT-SCAN MRI
CT scan dan MRI memperlihatkan hasil yang lebih optimal pada cidera tulang dan
jaringan lunak, namun keduanya sering tidak diperlukan dalam manejemen awal dari
fraktur terbuka. CT scan melihat lebih detail bagian tulang sendi dengan membuat irisan
foto lapis demi lapis. MRI digunakan untuk mengidentifikasi cidera pada tendon,
ligament, otot, tulang rawan, dan tulang.
FRAKTUR MONTEGGIA
Fraktur pada bagian sepertiga tengah
hingga proksimal dari tulang ulna
yang juga berkaitan dengan dislokasi
atau subluksasi tulang radius.

Klasifikasi :
• Tipe I
• Tipe II
• Tipe III
• Tipe IV
FRAKTUR GALEAZZI
Fraktur pada bagian sepertiga tengah
hingga distal dari tulang radius yang
juga berkaitan dengan dislokasi atau
subluksasi tulang ulna.

Klasifikasi :
• Tipe I
• Tipe II
FRAKTUR COLLES
Fraktur transversal melalui bagian
distal dari metafisis radius yang di
sertai dengan angulasi ke arah dorsal
dan pergeseran ke dorsal.

Gambaran dinner fork deformity


FRAKTUR SMITH
Fraktur transversal melalui
bagian distal dari metafisis
radius yang di sertai dengan
angulasi ke arah volar dan
pergeseran ke volar

sering disebut sebagai fraktur


reverse colles
TATALAKSANA
Airway A
Penilaian terhadap patensi jalan napas. obstruksi harus
PRIMARY
segera dibebaskan. kelainan pada vertebra servikalis SURVEY
dilakukan
pemasangan collar neck B Breathing
diperhatikan dan dilihat secara menyeluruh daerah toraks untuk
menilai ventilasi pasien. Jalan napas yang bebas tidak menjadikan
pasien memiliki ventilasi yang adekuat. Diberikan bantuan ventilasi
Circulation C jika diperlukan

kontrol volume darah dan output jantung serta control


perdarahan, baik dari luar maupun dalam, dengan
perdarahan
luar yang harus diatasi dengan balut tekan D Disability
evaluasi neurologis secara cepat dengan
AVPU

Exposure E
pakaian pasien perlu dilepas, selain itu perlu dicegah
terjadinya
hipotermi. 1
Reduksi tertutup :
TATALAKSANA – Fraktur tertutup
– fraktur yang stabil/ fraktur
dengan pergeseran
Prinsip (4R): minimal
1. Rekognisi atau pengenalan – biasanya dilakukan pada
2. Reduksi atau reposisi anak-anak
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi
4. Rehabilitasi Reduksi terbuka
– pada fraktur terbuka
– fraktur yang tidak stabil
Pada reduksi terbuka, fiksasi
– jika ada kerusakan
internal menggunakan metode
neurovaskular
plate dan screw menjadi terapi
– jika reduksi tertutup gagal
pilihan pada fraktur radius ulnar.
TATALAKSANA
Semua fraktur terbuka, sesimpel apapun kelihatannya harus dianggap
telah terkontaminasi. Penting untuk mencegah fraktur tersebut
mengalami infeksi
1
8
TATALAKSANA

Debridement

Menjadikan luka bersih dari benda asing dan


jaringan mati, menyisakan daerah untuk operasi
yang bersih serta jaringan yang memiliki
perdarahan yang baik.

1
9
2
0
TATALAKSANA
Penanganan fraktur

Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan reduksi terbuka


dengan fiksasi eksterna tulang. Stabilisasi fraktur penting
dalam mengurangi terjadinya infeksi, meminimalisir trauma
yang berlangsung, dan membantu penyembuhan jaringan
lunak.

Pemilihan Fiksasi Internal/External sesuai indikasi


Penutupan luka
Fraktur terbuka harus diobati dalam waktu
periode emasnya (6-8 jam mulai dari
terjadinya kecelakaan). Dapat dilakukan
split thickness skin-graft atau local-distant
flap

21
• Pada kebanyakan kasus, co-amoxiclav (1,2g / 8jam) atau
cefuroxime(1,5g / 8jam) (atau clindamycin (600mg / 6 jam) jika
terdapat alergi penisilin) diberikan secepatnya.
• Pada saat dilakukan debridement, gentamicin (1,5 mg/kgBB)

• co-amoxiclav
yang
atau cefuroxime(atau clindamycin)
terus diberikan.
Pemberian antibiotik
• luka grade I Gustilo bisa ditutup saat
debridement, profilaksis antibiotik tidak perlu diberikan lebih
profilaksis
dari 24 jam
• grade II dan IIIA-C biasanya terdapat penundaan penutupan luka
● → hospital-acquired bacteria → gentamicin dan
vancomycin (1g)

(atau teicoplanin (800mg)) diberikan saat penutupan


luka definitif tidak boleh lebih dari 72 jam
2
2
Aftercare

Di ruang perawatan setelah operasi selesai


dilakukan, ekstremitas ditinggikan dan
sirkulasi darah diobservasi. Pemberian
antibiotik dapat diteruskan namun maksimal
pemberiannya hanya sampai 72 jam pada tipe
fraktur yang lebih berat

2
3
2
5
KOMPLIKASI

Umum
Syok, koagulopati difus atau gangguan fungsi pernapasan yang dapat terjadi dalam 24 jam pertama
setelah trauma
beberapa hari kemudian dapat terjadi gangguan metabolisme berupa peningkatan katabolisme.

Komplikasi lokal dini


komplikasi yang terjadi dalam 1 minggu pertama pasca trauma, komplikasi pada waktu ini dapat
mengenai tulang, otot, jaringan lunak, sendi, pembuluh darah, saraf, organ viseral maupun
timbulnya sindrom kompartemen atau nekrosis avaskuler

Komplikasi lokal lanjut


terjadi lebih dari 1 minggu pasca trauma. Dapat berupa komplikasi pada tulang, osteomyelitis
kronis, kekakuan sendi, degenerasi sendi, maupun nekrosis pasca trauma
Dalam penyembuhan fraktur dapat juga terjadi komplikasi berupa infeksi, nonunion, delayed union,
dan malunion
PROGNOSIS

Dengan terbukanya barier jaringan lunak, maka


fraktur tersebut terancam mengalami proses infeksi.
Selama 6 jam sejak fraktur terjadi, luka masih dalam
periode emas penyembuhannya, dan setelah periode
tersebut luka berubah menjadi luka infeksi.
Post Pemasangan Plate dan Screw

Fraktur
Monteggia

Fraktur
Galeazzi
03

LAPORAN
KASUS
IDENTITAS

● Nama : Ny.Y
● No.RM : 390260
● Usia : 79 tahun
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Pekerjaan : IRT
● Status Perkawinan : Menikah
● Alamat : Guguak Randah, Agam
● Tanggal Masuk : 12 Mei 2022
● Tanggal Pemeriksaan : 12 Mei 2022
PRIMARY SURVEY
Airway : Paten, tidak ada tanda-tanda trauma servikal
Breathing: Spontan, gerakan dada simetris kiri dan kanan, RR 2x/menit
Circulation : Akral hangat, tekanan darah 168/80 mmHg, nadi 93x/menit,
CRT <2 detik, tidak tampak perdarahan aktif
Disability: GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor 2mm/2mm, reflek cahaya +/+
Expossure : Swelling dan deformitas pada lengan bawah kiri
 
SECONDARY SURVEI
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berusia 79 tahun datang ke IGD RS Achmad Moctar
Bukittinggi dengan :
 
Keluhan Utama
Nyeri pada lengan bawah kiri sejak setengah jam sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Nyeri pada lengan bawah kiri sejak setengah jam sebelum masuk rumah sakit pasca
kecelakaan lalu lintas. Awalnya pasien sedang berjalan di tepi jalan sendirian,
kemudian tiba-tiba dari arah belakang pasien disenggol oleh mobil dari belakang
sehingga pasien terjatuh ke samping kiri jalan dengan posisi tangan kiri pasien
menyangga tubuh.
• Pasien sadar setelah kejadian
• Riwayat mual, pusing, kejang, nyeri kepala, sesak nafas setelah kejadian (-)
• Riayat muntah (+) 1x
• Riwayat keluar cairan atau darah dari telinga,hidung, mulut setelah kejadian (-)
• Trauma tempat lain (-)
• BAK dan BAB tidak ada keluhan
 
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat patah tulang sebelumnya tidak ada.
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat DM (-)
 
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien.
 
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, riwayat minum alkohol (-), merokok
(-).
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis kooperatif, GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah : 168/80 mmHg
Nadi : 93 kali/menit
Nafas : 22 kali/menit
Suhu : 36,5 ºC
Nyeri : VAS 3
Rambut : Putih, tidak mudah rontok
Kulit : Turgor kulit baik
Kepala : Normocephal, hematom (-), VL (-)
Mata Mata :Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
refleks cahaya +/+
Telinga : Tidak ada perdarahan, tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ada perdarahan, tidak ditemukan kelainan
Gigi dan mulut : Tidak ditemukan kelainan 
Leher Leher :Tidak ada deviasi trakea, tidak ditemukan pembesaran
kelenjer getah bening
Paru :
Inspeksi : Simetris, kiri = kanan, jejas (-)
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), DC(-), DS (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Alat kelamin : Tidak diperiksa
Anus : Tidak diperiksa
Extremitas : Status lokalis
Status Lokalis (antebrachii sinistra)
Look : 
Swelling (+)
Deformitas (+)
Feel :
Nyeri tekan (+),
NVD (sensorik baik, refilling kapiler < 2 detik). 
Sensibilitas baik, akral hangat.
 
Movement : 
Pergerakan terbatas pada lengan yang sakit.
Pergerakan jari- jari tangan kiri (+)
FOTO KLINIS
FOTO KLINIS
Laboratorium (12 Mei 2022)

DIAGNOSIS KERJA Hb 13,7 gr/dl

Fraktur distal radius sinistra Leukosit 13.090 /mm 3

tertutup Trombosit /mm 3

Ht 40,5 %

GDS 105 mg/dl

Ureum darah 24,5 mg/dl

Kreatinin darah 0,83 mg/dl

PT 9,7 detik

APTT 22 detik

Natrium 140,6 mEq/l

Kalium 3,89 mEq/l

Klorida 112,4 mEq/l

Kesan Leukositosis
Pemeriksaan Radiologi
Kesan : Fraktur colles sinistra
Diagnosis
Fraktur colles sinistra
 
Tatalaksana 
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram iv
Inj. Ketorolac 3x30 mg iv 
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg iv
Pasang backslab
ORIF
 
Rontgen post ORIF
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
04

DISKUSI
Seorang pasien peremuan berusia 79 tahun datang dengan nyeri pada lengan bawah kiri
sejak satu jam sebelum masuk rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas. Awalnya pasien
sedang berjalan di tepi jalan sendirian, kemudian tiba-tiba dari arah belakang pasien
disenggol oleh mobil dari belakang sehingga pasien terjatuh ke samping kiri jalan dengan
posisi tangan kiri pasien menyangga tubuh. Pasien mengaku lengan bawah kiri 
membengkak dan terasa nyeri dan bertambah nyeri jika digerakkan. Pasien tetap sadar
setelah kejadian, tidak ada keluar cairan dari hidung, telinga, dan mulut, trauma di tempat
lain juga tidak ditemukan. 
Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien dengan GCS 15 dimana pasien dapat
membuka mata spontan (E4), dapat menggerakkan ekstremitas yang tidak sakit
sesuai perintah (M6), dan berbicara normal (V5).  Pemeriksaan fisik pada status
lokalis region antebrachii sinistra, ditemukan saat inspeksi tampak adanya
edema (+), deformitas (+). Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan,
sensibilitas baik, AVN bagian distal fraktur baik, CRT < 2 detik dan pada
movement didapatkan gerak aktif dan pasif terbatas, pergerakan sendi jari-jari
(+).
Pada pasien terjadi edema akibat trauma yang terjadi di bagian tungkai atas kanan. Edema
terjadi karena peningkatan permeabilitas dinding kapiler bertambah, akibatnya protein
plasma keluar dari kapiler sehingga tekanan osmotik koloid darah menurun dan
sebaliknya tekanan osmotik cairan interstisial bertambah hal ini menyebabkan makin
banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Nyeri pada pasien ini
terjadi karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat karena
penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur. Pada pasien ditemukan edema,
deformitas, dan tidak terdapat luka yang menghubungkan tulang fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit yang artinya merupakan fraktur tertutup. 
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil dalam batas normal kecuali
leukosit, terjadi leukositosis. Untuk menunjang diagnosis, pada pasien juga
diperlukan pemeriksaan rontgen. Prinsip pemeriksaan rontgen adalah rule of
two, 2 posisi yakni AP dan lateral, 2 sendi, 2 tungkai, 2 kesempatan. Dari
rontgen radius didapatkan gambaran fraktur colles sinistra. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,  pasien dapat
didiagnosis dengan fraktur colles sinistra.
Prinsip tatalaksana pada trauma adalah live saving dan limb saving. Live saving
merupakan prioritas utama dimana kita melakukan primary survey berupa A, B, C, D,
E:Airway and C-spine control, Breathing and ventilation, Circulation with hemmorage
control, Disability dan Environment. Setelah live saving sudah aman, lakukan limb saving
berupa penanganan nyeri, mengembalikan fungsi, tindakan non operatif atau operatif. 
Prinsip penanganan fraktur disebut dengan 4R, terdiri atas Recognizing yaitu
mendiagnosis trauma, Reduction yaitu mengembalikan posisi fraktur ke posisi sebelum
fraktur (reposisi), Retaining yaitu mempertahankan hasil reposisi sampai tulang
menyambung (immobilisasi), Rehabilitation yaitu mengembalikan fungsi organ fraktur
kembali normal.
Tatalaksana yang diberikan berupa infus RL sebagai terapi cairan pada pasien. Selanjutnya pasien juga
diberikan anti nyeri yaitu ketorolac intravena. Ketorolac merupakan obat anti nyeri dari golongan
NSAID (Non Steroidal Anti-Inflammatory Drug) yang bekerja menghambat prostaglandin. 
Nyeri pada pasien ini disebabkan karena kerusakan jaringan yang mengakibatkan sel melepaskan zat
yang bernama arachidonic acid sebagai bahan penghasil prostaglandin, sehingga pasien diberikan
ketorolac sebagai penghambat prostaglandin. Namun, prostaglandin juga memiliki fungsi lain sebagai
pelindung lambung dan berperan dalam respon inflamasi. Akibatnya, pemberian ketorolac ini dapat
menyebabkan iritasi pada lambung, ulserasi, dan perdarahan akibat efek samping obat. Oleh karena
itu, diberikanlah ranitidin sebagai obat untuk melindungi lambung dari efek yang akan ditimbulkan
oleh ketorolac16. Selain itu, pasien juga diberikan ceftriaxone 2x1 gram sebagai antibiotik. Hal ini
didasarkan dari hasil pemeriksaan laboratorium dimana leukosit lebih dari kadar normal yang
menunjukkan adanya suatu proses infeksi.
Pada pasien dilakukan pemasangan backslap sebelum dilakukan tindakan pembedahan.
Backslap merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif.
Pasien dilakukan tindakan pembedahan ORIF . Sesuai dengan indikasi ORIF menurut
Appley, fraktur tidak stabil dan berisiko mengalami penarikan fragmen tulang setelah
direduksi. Menurut Marelli (2007), keuntungan ORIF adalah memungkinkan proses
mobilisasi dini serta lebih memungkikan pasien untuk melakukan aktivitas dengan
bantuan yang minimal. 
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai