Anda di halaman 1dari 36

Asuhan Keperawatan

dengan
Kegawatdaruratan
pada Muskuloskeletal
Santi Rinjani, S.Kep., Ners., M.Kep
PENDAHULUAN

Trauma sistem musculoskeletal sering ditemukan pada 85


% trauma tumpul
Trauma musculoskeletal diantaranya :
 Fraktur
 Dislokasi
 Emergensi otot
ASKEP KLIEN FRAKTUR

 DEFINISI
• Fraktur adalah
terputusnya
(disruption) kontinuitas  ETIOLOGI
tulang. • Traumatik

• Fraktur dapat terjadi • Patologis


pada semua bagian
tubuh
• Fraktur dapat
mengenai pada
semua jenis usia
Penyebab terjadinya fraktur yang tersering
adalah karena kecelakaan.
Faktor patologis seperti pada kasus tumor tulang
akibat dari metastase.
Faktor degeneratif juga dapat menyebabkan
fraktur seperti pada penderita osteoporosis.
 TANDA DAN GEJALA • Kurang sensasi
• Deformitas
• Hilangnya fungsi
• Bengkak normal
• Echimosis • Gerakan abnormal
• Spasme otot • Krepitasi
• Nyeri
• Rontgen : abnormal
 KLASIFIKASI FRAKTUR

2. Berdasarkan garis
patah
1. Berdasarkan • Fraktur complete
penyebab • Fraktur incomplete
• Fraktur traumatik a. Partial
• Fraktur patologis b. Greenstick
c. Transversal
d. Olique
e. spiral
 Berdasarkan  Berdasarkan
kerusakan jaringan fragmen tulang
lunak • Displaced
• Tertutup (simple) • Undisplaced
• Terbuka (compound) • Distraction
a. Grade I  Berdasarkan letak
b. Grade II • 1/3 distal
c. Grade III • 1/3 medial
• 1/3 proximal
Fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat :
 Derajat 1
 Luka < 1 cm
 Kerusakan Jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
 Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kaminatif ringan.
 Kontaminasi minimal
 Derajat II
 Laserasi > 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap
 Fraktur kominatif sedang
 Derajat III
 Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas
 Jaringan lunak yang menutupi Fraktur tulang
 Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang
terpapar atau kontaminasi masif
 Luka pada pembuluh arteri (sarap perifer)
 PROSES
PENYEMBUHAN
TULANG
• Prokalus
• Kalus  KOMPLIKASI
• Osifikasi
• Compartement
• Remodeling syndrome
• Shock hipovolemia
• Tromboemboli
• Infeksi, necrotic vascular,
delayed union, ununion,
malunion
KOMPLIKASI FRAKTUR

1. Perdarahan  kematian
Fraktur dapat mengakibatkan kondisi-kondisi yang tidak kita harapkan dan dapat
membahayakan anggota bagian tubuh yang mengalami fraktur dan bahkan kematian
bila tidak mendapatkan pertolongan yang memadai.

Karena tulang mengandung banyak pembuluh darah, maka fraktur akan


menyebabkan putusnya pembuluh-pembuluh darah sehingga berakibat terjadinya
hematom di sekitar area fraktur.
Pada kondisi tertutup, fraktur femur dan fraktur pelvis merupakan kondisi kegawatan
yang harus segera mendapat penanganan karena perdarahan yang banyak terjadi.
Diperkirakan seseorang akan mengalami perdarahan sebanyak 1000 cc pada fraktur
femur pada satu sisi kaki sedangkan pada fraktur pelvic sebanyak 500 cc. Perdarahan
pada kedua fraktur di atas dapat menyebabkan shock dan kematian walaupun tidak ada
perdarahan yang tampak dari luar. Kehilangan darah akan lebih banyak lagi bila
seseorang mengalami fraktur terbuka.
2. Sindroma kompartemen
Sindroma kompartemen

 suatu kondisi dimana perfusi jaringan di otot mengalami penurunan.


 Biasanya didapatkan keluhan nyeri berat yang tak henti-henti. Penyebab
terjadinya kondisi ini adalah karena fasia otot yang terlalu kencang atau
dapat pula akibat pemasangan bidai atau balutan yang terlalu rapat.
 Perdarahan di dalam jaringan atau edema juga sebagai penyebab.
 Tempat yang sering mengalami sindroma kompatemen adalah otot
lengan dan kaki.
 Bila kondisi anoksia melebihi 6 jam dapat mengakibatkan kematian
jaringan sehingga lengan atau kaki harus diamputasi.
Untuk memastikan terjadinya sindroma kompartemen cukup lakukan
pemeriksaan 5 P yaitu :
 pain (nyeri)
 parestesia (penurunan sensasi raba)
 paralisis (kelumpuhan)
 pale (pucat)
 pulseness (nadi tidak teraba).
Alat khusus pemeriksaan sindroma
kompartemen
 Bila terjadi sindroma kompartemen maka :

 segera dilakukan penanganan. Menunda dapat berakibat kerusakan saraf, otot bahkan
terjadi nekrosis.

Prinsip-prinsip penanganan sindroma kompatemen antara lain:


 Meninggikan bagian Sindroma Kompartemen melebihi tinggi jantung,
 melepaskan atau merenggangkan bila terpasang alat restriktif seperti gift, plester.
 Jika dalam waktu 1 jam tidak ada perbaikan maka perlu dipersiapkan tindakan fasiotomi.
Pada fasiotomi, luka tidak langsung dijahit agar jaringan otot mengembang. Luka cukup
 ditutup dengan verban steril yang telah dilembabkan dengan normal saline.
 Dalam waktu 3-5 hari, bila pembengkakan hilang dan perfusi jaringan membaik luka
dibersihan (debridement) dan ditutup (kadang dengan skin graft}.
PEMERIKSAAN

 Survey primer/Pengkajian primer


 Kaji apakah ada fraktur pada tulang-tulang besar seperti tulang femur dan tulang pelvis.
 Selain itu juga menghentikan perdarahan bila terjadi fraktur terbuka.
 Selama pemeriksaan, periksa dengan cepat panjang tungkai, lihat adanya perubahan
bentuk/deformitas, memar/contusio, lecet/abration, luka tembus/ penetration, luka
bakar/burn, rasa nyeri/tenderness, laserasi, atau pembengkakan/swelling.
 Periksa adanya instabilitas dan krepitasi.
 Periksa dan catat nadi, motorik dan sensorik di daerah distal.
 Lokasi denyut nadi teraba paling jelas dapat ditandai dengan tinta.
 Krepitasi atau gesekan segmen tulang merupakan salah satu tanda pasti fraktur.
 Bila ada krepitasi, lakukan immobilisasi dengan segera untuk mencegah cidera lunak
yang lebih parah.
 Pemeriksaan krepitasi dilakukan dengan lembut untuk menghindari kerusakan lebih parah.
Penatalaksanaan Fraktur

 Tatalaksana fraktur yang tepat akan dapat mengurangi nyeri, kecacatan dan dan
komplikasi yang berat.
 Berikut adalah prinsip-prinsip penanganan kegawat-daruratan pada kasus fraktur:
a. Imobilisasi bagian tubuh yang mengalami fraktur sebelum korban dipindah
b. Jika pasien harus dipindah sebelum dipasang splint (bidai), tahan bagian atas dan
bawah daerah fraktur untuk mencegah gerakan rotasi atau anguler
c. Pembidaian dilakukan secara adekuat terutama pada sendi-sendi disekitar fraktur
d. Pada tungkai kaki, kaki yang sehat dapat digunakan sebagai bidai
e. Pada ekstremitas atas, lengan dipasang plester elastik ke dada atau lengan bawah
dipasang sling
f. Status neurovaskuler bagian bawah fraktur dikaji untuk menentukan adekuasi perfusi
jaringan perifer dan fungsi saraf
 MASALAH KEPERAWATAN
• Ggn rasa nyaman : nyeri
• Ggn pemenuhan ADL
• Risiko terjadinya ggn oksigenasi
• Risiko infeksi
• Risiko terjadinya atropi otot dan
kontraktur
 PRINSIF PENATA
LAKSANAAN  Penatalaksanaan
• Recognition emergensi
• Reduction • Lepaskan pakaian
• Retention • Tekan area
• Rehabilitation perdarahan
• Management infection • Cek status
neurovaskuler
• Posisi terlentang
• Immobilisasi daerah
fraktur
• Tutup fraktur dengan
kain bersih
Prosedur Pembidaian

 Persiapkan alat
Biasanya alat yang digunakan minimal terdiri dari bidai sesuai ukuran dan
kain pengikat bidai. Panjang pendek bidai tergantung dari area yang akan
di bidai.
 Misal pembidaian kaki disesuaikan dengan ukuran kaki yang akan di bidai.
Bidai harus melebihi panjang kaki. Kain pengikat bidai yang digunakan
dapat berupa kain mitela yang dilipat-lipat sehingga berbentuk
mamanjang. Jumlah kain sesuai dengan panjang bidai.
 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
 Dekatkan alat-alat ke pasien
 Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
 Bagian ekstremitas yang cidera harus tampak seluruhnya, pakaian harus
dilepas kalau perlu digunting
 Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian distal dari tempat
cidera sebelum pemasangan bidai
 Jika ekstrimitas tampak sangat bengkok dan nadi tidak ada, coba luruskan
dengan tarikan secukupnya, tetapi bila terasa ada tahanan jangan diteruskan,
pasang bidai dalam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi
 Bila curiga adanya dislokasi pasang bantal atas bawah jangan mencoba
untuk diluruskan
 Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan
kapas steril dan jangan memasukkan tulang yang keluar ke dalam lagi,
kemudian baru dipasang bidai dengan melewati 2 sendi
 Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian distal dari
tempat cidera setelah pemasangan bidai
 Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
 Lepas hand schoen dan cuci tangan
ASKEP TRAUMA SENDI

 PENGERTIAN
• Subluksasi adalah • Dislokasi adalah
setiap penyimpangan penyimpangan
(deviasi) dari rawan sendi, dimana
hubungan normal, rawan sendi sudah
dimana rawan sendi tidak menyentuh
masih menyentuh rawan sendi
rawan sendi pasangannya,
pasangannya
• Kerusakan
mengenai seluruh
ligament
ETIOLOGI
• Abduksi berlebihan
• Hiperekstensi
• Rotasi berlebihan
 PATOFISIOLOGI

Trauma

Kerusakan sendi dan sekitarnya

#Jaringan lunak # Saraf

# Pembuluh darah
Radial Dislocation
Dislocation of The Hip
 TANDA DAN GEJALA

• Deformitas
• Menurunnya keleluasaan gerak
• Nyeri hebat
• Bengkak
• Memar/perdarahan
• Spasme otot menurunnya sensasi
 PENATALAKSANAAN

PRINSIF : mengistirahatkan daerah trauma


• Rekognisi
• Reduksi
• Retensi
• Rehabilitasi
• Penanganan infeksi
ASKEP TRAUMA JARINGAN PENYAMBUNG

 SPRAIN
• Sprain adalah cedera ligamen yg disebabkan
tekanan sendi yang berlebihan akibat
keleluasan gerak yang berlebihan atau ekstensi
sendi secara paksa

Ligamen sobek dan tegang

Terbentuk gelembung sendi

Sendi menjadi tumpul

• Sprain dapat menyebabkan strain


 STRAIN
• Strain adalah cedera otot atau tendon pada lokasi yang
mengalami insersi
• Etiologi :
- Regangan otot berlebihan
- Kompres hangat pada saat aktivitas
- Aktivitas pada saat otot lelah
- Gerakan yang tiba-tiba
 TANDA DAN GEJALA

 SPRAIN
• Nyeri  STRAIN
• Teraba lembut • Nyeri
• Bengkak diatas • Otot lembek
ligamen
• Bengkak
• Sendi tidak stabil
• Hilang kekuatan otot
• Cairan pada
ligamen
 PENATALAKSANAAN
- Prinsif :RICE
• R : Recognition
• I : Ice
• C : Compression
• E : Elevation

- Obat : NSAIDs
- Pembedahan

Anda mungkin juga menyukai