Anda di halaman 1dari 51

TRAUMA MEDULLA SPINALIS

22 September 2023
Profil Pengajar
References
• Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta.
EGC. Sugiyono. 2007.
• Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Penerbit :
Dian Rakyat.Jakarta : 20092.Price SA, Wilson LM. Anatomi dan
Fisiologi Sistem Saraf. In : Pendit BU,
• Abdul Hafid (1989), Strategi Dasar Penanganan Cidera Otak. PKB Ilmu
Bedah XI – Traumatologi ,Surabaya.
TRAUMA MEDULLA SPINALIS

Dr. David Ferdinandus, Sp.B


Definisi :
• Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh
benturan pada daerah medulla spinalis
Etiologi :
 Kecelakaan
 Lesi tusuk atau tembak
 Tumor
Anatomi Columna Vertebralis
Anatomi Medulla Spinalis
Fungsi Dari Setiap Segmen Tulang Belakang
KLASIFIKASI SPINAL CORD INJURY
• Klasifikasi Frankel :
FRANKEL A: Kehilangan fungsi motorik dan sensorik lengkap
(complete loss)
FRANKEL B: Fungsi motorik hilang, fungsi sensorik utuh.
FRANKEL C: Fungsi motorik ada tetapi secara praktis tidak berguna
(dapat menggerakkan tungkai tetapi tidak dapat berjalan).
FRANKEL D: Fungsi motorik terganggu (dapat berjalan tetapi tidak
dengan normal ”gait”).
FRANKEL E: Tidak terdapat gangguan neurologik.
KLASIFIKASI SPINAL CORD INJURY
Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)
Grade Jenis Lesi Manifestasi Klinis

A Komplit tidak ada sensorik maupun motorik dibawah level defisit neurologi

B Inkomplit sensorik baik namun motorik nya menurun di bawah level defisit neurology

C Inkomplit sensorik baik dan fungsi motorik dibawah defisit neurology memiliki kekuatan
otot dibawah 3

D Inkomplit sensorik baik namun kekuatan otot motoriknya lebih dari 3 Atau sama dengan 3

E Normal Motorik dan sensorik berfungsi normal


Klasifikasi
Klasifikasi trauma medulla spinalis inkomplit
FRAKTUR CERVICAL

WHIPLASH INJURY

• Sekelompok gejala yg mengikuti kekuatan gaya propulsive


kompleks kepala dan leher.
• Temuan yg paling banyak terjadi (90%) kasus adalah kegagalan
discus intervertebralis dan robekan LLA
• Klinis : nyeri leher, spasme otot paracervical, kekakuan otor
leher posterior
PENANGANAN FRAKTUR CERVICAL

• Definisi : fraktur yang melibatkan satu atau lebih dari tujuh


vertebra cervical
• Anamnesa :
- riwayat trauma
- nyeri leher
- kelemahan ke 4 extremitas
- gangguan sensoris
- gangguan autonom (BAK,BAB)
TANDA DAN GEJALA

• Nyeri cervical post tinggi


• Spasme otot para cervical
• Parastesi extremitas atas
• Myelopaty

Pemeriksaan Fisik:
- Cari deformitas
- Cari nyeri ketuk spinal dan spasme otot paraspinal
Pemeriksaan Neurologis
• Pemeriksaan fungsi motoris
• Pemeriksaan fungsi sensoris
• Pemeriksaan fungsi autonom
• Pemeriksaan tanda radikulopati dan
instabilitas tulang
• Upper Limb : C5
• Muscle :
• M.Biceps Bracii
• Examination :
• Elbow Flexor
• Upper Limb : C6
• Muscle :
• M.Extensor Carpi
Radialis Brevis
• M.Extensor Carpi Ulnaris
• M.Extensor Digitorum
• M.Digiti Minimi
• Examination :
• Wrist Extensor
• Upper Limb : C7
• Muscle :
• M.Triceps Bracii
• Examination :
• Elbow Extensor
• Upper Limb : C8
• Muscle :
• M.Flexor Carpi Ulnaris
• M.Flexor Digitorum
Profundus
• M.Flexor Policis Brevis
• M.Flexor Pollicis Longus
• Examination :
• Finger Flexor
• Upper Limb : T1
• Muscle :
• M.Flexor Digiti Minimi
Brevis
• M.Abductor Digiti
Minimi
• Examination :
• Little Finger Abductor
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• X foto Cervical AP/ lateral
• CT scan cervical, utk melihat tulang
• MRI utk melihat spinal cord, root, ligamen dan diskus
Terapi
• Pembedahan :
- dilakukan pada kompresi medula spinalis
yg significant dg defisit neurologis
- Unstable atau dislokasi
• Medikamentosa :
- Metyl prednisolon
- Analgesik
FRAKTUR THORACOLUMBAL
1. Fraktur kompresi (Wedge fractures)

• Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis


yang tertekan dan membentuk patahan irisan.
• Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih
pendek ukurannya daripada ukuran vertebra sebenarnya.
• Dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian
dengan posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di
kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker dari
tempat lain ke vertebra.
Lk, 58 th, KLL dg paraplegi inferior dan gangguan
sensoris. Fr kompresi Th12, Fr B
Post operatif evaluasi, fr D
2. Fraktur remuk
(Burst fractures)
• Fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus
vertebralis secara langsung, dan tulang menjadi hancur.
Fragmen tulang berpotensi masuk ke kanalis spinais.
• Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco lumbar
junction dan terjadi paralysis pada kaki dan gangguan
defekasi ataupun miksi.
Pasien lk2, 35 th,jatuh dari pohon kelapa dg paraplegi
inferior, burst fr L3, Fr B
Post operatif evaluation , Fr D
3. Fraktur dislokasi
• Fraktur yang terjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya
karena kompresi, rotasi atau tekanan.
• Ketiga kolumna mengalami kerusakan sehingga sangat tidak stabil, cedera ini
sangat berbahaya.
• Terapi tergantung apakah ada atau tidaknya korda atau akar syaraf yang
rusak.
Lk 47 th, tertimpa batu di tambang emas dg paraplegi inferior , tdk
ada sensoris. fr dislokasi and kompresi Th 12, Fr A
Post operatif evaluation, fr C
4. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures)
• Fraktur yang sering terjadi pada kecelakaan mobil dengan kekuatan tinggi
dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat vertebrae dalam keadaan fleksi,
dislokasi fraktur sering terjadi pada thoracolumbar junction.
• Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang
pertengahan menbetuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian
kolumna anterior vertebralis.
Pemeriksaan
Sensorik
Penatalaksanaan
• Primary Survey
• A. Patenkan Airway dan immobilisasi C-
spine.
• B. Pola dan adekuasi Breathing.
• C. Sirkulasi dan perdarahan.
• D. Disabilitas : AVPU/GCS, pupil.
• E. Exposure. Cegah hipotermia.
• Terapi pada fraktur vertebra diawali dengan mengatasi
nyeri dan stabilisasi untuk mencegah kerusakan yang lebih
parah lagi.

1. Stabil terapi konservatif dengan : Body jacket / plaster


selama 8-12 minggu.

2. Tidak stabil sementara ada 2 pilihan : Bisa konservatif,


dapat juga operatif dengan melakukan stabilisasi intern
terutama bila penderita dengan gangguan neurologis.
Pemilihan tindakan, tergantung dg tipe fraktur,
seperti:

1. Braces & Orthotics


 Ada tiga hal yang dilakukan yakni, mempertahankan kesegarisan
vertebra (aligment), imobilisasi vertebra dalam masa penyembuhan,
mengatsi rasa nyeri yang dirasakan dengan membatasi pergerakan.
 Fraktur yang sifatnya stabil membutuhkan stabilisasi.
2. Pemasanagan alat dan prosoes penyatuan (fusion)
 Teknik pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil.
 Fusion adalah proses penggabungan dua vertebra dengan
adanya bone graft dibantu dengan alat-alat seperti plat, rods,
hooks dan pedicle screws.
 Penyatuan ini memerlukan waktu beberapa bulan atau lebih
lama lagi untuk menghasilkan penyatuan yang solid.
Pasien lk2, 35 th, jatuh dari pohon kelapa datang dgn paraplegi inferior dan
tidak ada sensoris, burst fraktur dan dislocation Th 12, fr A
Post operatif evaluation, fr C
Pr 38 th, jatuh dari pohon rambutan dan gangguan
sensoris. Fr kompresi Th 12, Fr B
Post Operatif evaluation, fr C
3. Vertebroplasty & Kyphoplasty
Tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal. Pada prinsipnya
teknik ini digunakan pada fraktur kompresi yag disebabkan
osteoporosis dan tumor vertebra.
Pada vertebroplasti bone cement diinjeksikan melalui lubang jarung
menuju corpus vertebra sedangkan pada kypoplasti adl sebuah
balon dimasukkanan dikembungkan untuk melebarkan vertebra yang
terkompresi sebelum celah tersebut diisi dengan bone cement.
Pengelolaan penderita dengan paralisis meliputi:
1.Pengelolaan kandung kemih dengan pemberian cairan yang cukup, kateterisasi
dan evakuasi kandung kemih dalam 2 minggu
2.Pengelolaan saluran pencernaan dengan pemberian laksansia setiap dua hari.
3.Monitoring cairan masuk dan cairan yang keluar dari tubuh
4.Nutirsi dengan diet tinggi protein tinggi kalori
5.Cegah dekubitus
Perawatan
1. Pre-stabilisasi
 Positioning : tempat tidur kasur dengan alas
keras, beberapa bantal dengan bantalan pasir.
 Turning setiap 2 jam (Log Roll)
 Terapi latihan luas gerak sendi, dengan tujuan
mencegah kontraktur.
2. Post-stabilisasi
• Latihan seperti sebelumnya
• Hari ke 3 latihan tegak
• Latihan pindah tempat
• Latihan berdiri
• Latihan ambulasi
Komplikasi
• Syok neurogenik versus syok spinal
• Hipoventilasi yang disebabkan karena paralysis
otot interkostal
• Trombosis vena profunda
• Hiperfleksia autonomic
• Dekubitus dan infeksi seperti infeksi urinarius.
TERIMAKASIH
Name: Dr. David Ferdinandus, Sp.B

Email: david.ferdinandus@ciputra.ac.id
Phone: 081.134.0904

Anda mungkin juga menyukai