Penyusun:
Pembimbing:
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus berjudul “Gangguan Obsesif Kompulsif” ini telah diperiksa
dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan
studikepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Mohammad Soewandhie Surabaya.
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan .................................................................................................................2
2
Daftar Isi ..................................................................................................................................3
Tutorial Klinik .........................................................................................................................4
A. Skenario .......................................................................................................................4
B. Riwayat Penyakit Sekarang .........................................................................................4
C. Riwayat Penyakit Dahulu ............................................................................................5
D. Riwayat Penyakit Keluarga .........................................................................................5
E. Riwayat Obat ...............................................................................................................6
F. Riwayat Penyalahgunaan Zat Terlarang ......................................................................6
G. Riwayat Sosial .............................................................................................................6
H. Status Psikiatri .............................................................................................................6
I. Keyword ......................................................................................................................7
J. Rumusan Masalah ........................................................................................................7
1. Apa yang dialami pasien saat ini? ...................................................................7
2. DD pada kasus pasien ......................................................................................7
3. Apa saja daftar masalah yang dialami pasien? ..............................................13
4. Diagnosis multiaksial .....................................................................................13
5. Data pasien apa saja yang dapat digunakan bila dieksplorasi lebih lanjut? ...14
6. Tatalaksana pasien .........................................................................................14
7. Prognosis pasien ............................................................................................15
Daftar Pustaka ........................................................................................................................16
TUTORIAL KLINIK
A. Skenario
3
Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke Poli Jiwa RSUD dr.
Mohammad Soewandhie Surabaya dengan keluhan terkadang masih terdengar suara
yang bertengkar dan menyalahkan pasien di dalam kepala namun sudah berkurang.
4
Pasien jarang menggunakan medsos untuk mengindari rasa jengkel terhadap
komentar yang jelek karena jika pasien melihat komentar yang kurang baik, pasien
akan memikirkan komentar itu berulang ulang dan cenderung membuat tidak nyaman.
Maag dirasa kumat-kumatan, sedangkan sesak sudah tidak pernah dirasakan.
E. Riwayat Obat
5
1. Lorazepam 2 mg Tab
2. Fluoxetine Cap 20 mg
3. Haloperidol 5 mg
4. Vit B6 10 mg Tab
5. Trihexyphenidil 2 mg
6. Risperidon 2 mg
7. Clobazam 10 mg
8. Luvox Tablet 50 mg (Fluvoxamine)
9. Lansoprazol Cap 30 mg
10. Aripiprazol Tablet Dispersible 10 mg (G)
11. Amitriptyllin 25 mgTab
12. Citicholin 500
13. Vit B12 Tab 50 mcg
14. Sertraline 50 mg
15. Asam Folat 1 mg Tab
G. Riwayat Sosial
Saat ini pasien tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga saja
H. Status Psikiatri
1. Kesan umum
Pasien perempuan tampak sesuai usia, perawakan sedikit gemuk,
berambut pendek sebahu, menggunakan baju kaos berwarna pink dan celana
berwarna hitam, tampak rapi dan tidak berbau.
2. Kesadaran : Compos mentis, jernih
3. Kontak : Mata (+), Verbal (+) relevan, lancar
4. Mood/Afek : Eutimia/Serasi (appropriate)
5. Proses berpikir :
6
a. Bentuk : Realistik
b. Arus : Koheren
c. Isi : Obsesif thought
6. Persepsi : halusinasi auditorik (+)
7. Kognitif
a. Orientasi : W/T/O : +/+/+
b. Konsentrasi : Normal
c. Daya ingat : S/P/M/J : +/+/+/+
d. Intelegensi : Cukup
8. Psikomotor : Normal
9. Tilikan : 4
I. Keyword
1. Perempuan, 37 tahun
2. Masih mendengar suara yang mirip orsng bertengkar dan menyalahkan
dirinya di dalam kepala
J. Rumusan Masalah
1. Apa yang dialami pasien saat ini
Saat ini pasien mengaku masih mendengar suara di kepalanya yang
seperti orang bertengkar dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri. Namun
suara ini dikatakan sudah jauh berkurang. Pasien juga mengatakan saat ini
pasien dan suami tidak ada yang bekerja dan saat ditanya bagaimana cara
bertahan hidup jika tidak ada yang bekerja, pasien menjawab “bisa dokter,
bantuan ya pasti ada saja yang datang”. Pasien mengatakan saat ini sudah bisa
lebih berdamai dengan kondisinya berkat sesi konseling yang dijalaninya dan
membatasi untuk bermain sosial media untuk menghindari komentar negatif
yang bisa membuat dirinya terlalu memikirkan hal tersebut dan membuatnya
tidak nyaman pada akhirnya
7
2. DD Pada Kasus Pasien
a. Gangguan obsesif kompulsif
1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau
tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap
hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau
mengganggu aktivitas penderita.
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :
Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;
edikitnyaa da satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil
dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh
penderita;
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan
(sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak
dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas);
gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus
merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
(unpleasantly repetitive).
4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif,
dengan depresi.
5. Penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga
menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan
depresi berulang (F33.-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran
obsesif selama episode depresif-nya.
6. Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau
menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi seeara paralel
dengan perubahan gejala obsesif.
7. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis
diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
8. Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila
tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif kompulsif
tersebut timbul.
8
9. Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik
menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.
10. Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala
yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
11. Gejala obsesif "sekunder" yang terjadi pada gangguan
skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organik,
harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.
b. Gangguan Cemas
1. Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas
(not restricted) pada situasi lingkungan tertentu saja.
2. Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan juga
beberapa unsur dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat
sekunder atau ringan.
3. Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas
(dari luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat
kejadian ini tidak membahayakan.
4. Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut
akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan
bentuk badan (dismorfofobia) yang tak realistik dimasukkan
dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik).
5. Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau
dihadapi dengan rasa terancam.
6. Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik
tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk
yang ringan sampai yang berat (serangan panik).
7. Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi.
8. Suatu episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas
fobik yang sudah ada sebelumnya.
9. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang
temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai
fobia, khususnya agoraphobia.
9
10. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas
timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat
pemeriksaan
c. Gangguan depresif berulang
1. Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari:
a. Episode depresi ringan (F32.0)
b. Episode depresi sedang (F32.1)
c. Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3);
2. Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan
tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan
bipolar.Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian
afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan
F30.2).
3. Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada
episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan
yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera sesudah suatu
episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh
tindakan pengobatan depresi).
4. Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun
sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya
menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori
ini harus tetap digunakan).
5. Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan,
seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres
atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk
penegakkan diagnosis).
d. Skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas) :
1.
10
a. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
b. “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
c. “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;
2.
11
manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain.
Atau paling sedikit dua gejala di bawa ini yang harus selalu ada
secara jelas :
1. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun
disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
2. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan, atau neologisme;
3. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posis tubuh tertentu (poturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, dan stupor;
4. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
5. adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk
setiap fase nonpsikotik prodromal);
6. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.
12
3. Apa Saja Daftar Masalah yang Dialami Pasien?
a. Masalah Biologis
Pasien tidak memiliki masalah medis lain yang mendasari kondisi
pasien saat ini.
b. Masalah Psikologis
1. Pasien selalu merasa bersalah pada diri sendiri
2. Pasien suka memendam perasaannya dari pada menceritakan
pada orang lain, karena dirasa hal itu akan lebih
memperburuk suasana.
c. Masalah Sosial
1. Saat ini pasien dan suaminya sedang tidak bekerja.
2. Pasien mudah marah meskipun dipicu oleh hal sepele.
3. Pasien memilih mengurangi interaksinya dengan tetangga karena
takut mendapatkan perkataan yang tidak menyenangkan sehingga
akan memperburuk kondisi pasien
4. Diagnosis Multiaksial
a. Axis I : F42.0 - Predominan Pikiran obsesif atau
pengulangan
b. Axis II : Ciri kepribadian cemas
c. Axis III : Gastritis
d. Axis IV : Masalah anak pernah dibully, masalah suami
tidak bekerja
e. Axis V :
1. GAFS saat pemx : 61
2. GAFS 1 tahun terkahir : 72
13
5. Data Pasien Apa Saja yang Dapat Dieksplorasi lebih lanjut?
a. Dibutuhkan informasi dari keluarga
1. Menanyakan kepada suami pasien apakah dirumah ada
masalah yang sekiranya menjadi bahan pikiran pasien
dan belum terselesaikan hingga saat ini.
2. Menanyakan kepada suami pasien apakah pasien dapat
bersosialisasi dengan baik, baik kepada keluarga
ataupun ke tetangga.
3. Informasi tentang dukungan sosial yang ada atau kurang,
seperti dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas
yang diikuti oleh pasien.
b. Dibutuhkan informasi dari pasien yang belum ditanyakan
1. Menanyakan kepada pasien kepada pasien kapan
pertama kali suara bertengkar dikepala mulai ada.
2. Masalah apa yang pertama kali yang dipikirkan pasien
sejak keluhan utama muncul
3. Ciri kepribadian pasien sebelum keluhan muncul:
a. Apakah pasien penyendiri?
b. Apakah pasien sering menceritakan masalah yang
dihadapi kepada orang lain?
c. Apakah pasien dapat bersosialisasi dengan baik?
d. Apakah pasien sering marah-marah?
14
7. Prognosis Pasien
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam, dengan faktor :
a. Memperberat
1. Sosioekonomi rendah
2. Perjalanan penyakit kronis
b. Memperingan
1. Timbul saat usia dewasa
2. Pasien perempuan
3. Tidak didapatkan riwayat keluarga
4. Kepatuhan terhadap terapi
5. Pendidikan pasien
6. Kepribadian pre psikotik tidak didapatkan skizoid/skizotipal
15
DAFTAR PUSTAKA
Lieberman, J,A and First, M.B. 2018. Psychotic Disorders. The New England Journal Of
Medicine, 379 (3), pp 270-280.
Maslim, Rusdi. 2019. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Rockville. (2016). Impact of the DSM-IV to DSM-5 Changes on the National Survey on
Drug Use and Health [Internet]. Available
from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519704/table/ch3.t13/
Sadock, B.J., Sadock, V.A. and Ruiz, P. 2015. Kaplan & Saddock’s synopsis of psychiatry:
Behavioural sciences/clinical psychiatry. 11th edn. Philadelphia, PA: Lippincott
Williams & Wilkins.
Willy F. Maramis, Albert A. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press
16