Anda di halaman 1dari 8

RESPONSI DOKTER MUDA

PSIKIATRI

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

Catatan Medik Dokter Muda


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Periode 2024

Penyusun:

Casey Clarissa Gondo

NIM 0607012320031

Pembimbing:

dr. Hesty Novitasari, Sp.KJ

DEPARTEMEN PSIKIATRI
RSUD DR. MOHAMAD SOEWANDHIE
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CIPUTRA SURABAYA
2024
Lembar Pengesahan
Laporan kasus berjudul “Gangguan Obsesif Kompulsif” ini telah diperiksa dan disetujui
sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah dr. Mohammad
Soewandhie Surabaya.

Surabaya, Mengesahkan,
Dokter Pembimbing

dr. Hesty Novitasari, Sp.KJ

2
DAFTAR ISI

RESPONSI DOKTER MUDA..........................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB I.................................................................................................................................................

BAB II................................................................................................................................................

2.1 Identitas Pasien...............................................................................................................

2.2 Anamnesis......................................................................................................................

2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya.......................................................................................

2.4 Riwayat Kehidupan Pribadi............................................................................................

2.5 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................

2.6 Status Psikiatri................................................................................................................

2.7 Ikhtisar Penemuan Bermakna.........................................................................................

2.8 Formulasi Diagnostik......................................................................................................

2.9 Formulasi Psikodinamika...............................................................................................

2.10 Diagnosis Multiaksial Menurut PPDGJ-III................................................................

2.11 Daftar Masalah............................................................................................................

2.12 Penatalaksanaan..........................................................................................................

2.13 Prognosis.....................................................................................................................

BAB III.............................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN
Menurut The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5),
gangguan obsesif kompulsif termasuk ke dalam gangguan neurotik dan didefinisikan
sebagai suatu gangguan mental yang ditandai dengan ditemukannya obsesi, dorongan
(kompulsif), atau bahkan keduanya. Obsesi dapat diidentifikasi dengan adanya pikiran,
dorongan, atau gambaran yang berulang dan terus-menerus dialami, pada suatu waktu
selama gangguan, sebagai sesuatu yang mengganggu, tidak diinginkan, dan pada sebagian
besar individu menyebabkan kecemasan atau tekanan yang nyata. Pada kondisi ini juga,
individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, dorongan, atau gambaran
tersebut, atau untuk menetralisirnya dengan suatu pemikiran atau tindakan (misalnya,
dengan melakukan pemaksaan). Sedangkan, untuk keadaan kompulsif dapat diidentifikasi
dengan adanya perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, memerintahkan pengecekan)
atau tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati)
yang dilakukan oleh orang tersebut sebagai respons terhadap obsesi, atau sesuai dengan
aturan yang harus diterapkan secara kaku. Perilaku atau tindakan mental ini ditujukan
untuk mencegah atau mengurangi tekanan atau mencegah suatu peristiwa atau situasi yang
ditakuti. Namun, perilaku atau tindakan mental ini tidak terhubung secara realistis dengan
apa yang ingin dinetralisir atau dicegah, atau secara jelas digolongkan berlebihan
(Rockville, 2016).
Selain perbedaan, ada juga persamaan antara obsesi dan kompulsi. Menurut
Maramis di tahun 2009, persamaan obsesi dan kompulsi antara lain:
1. Ada pikiran/ dorongan mendesak ke alam sadar secara gigih dan terus
menerus
2. Timbul rasa takut yang hebat dan penderita berusaha untuk menghilangkan
pikiran atau dorongan itu
3. Obsesi dan kompulsi dirasakan sebagai sesuatu yang asing, tidak disukai,
tidak bisa diterima namun tidak bisa ditekan
4. Pasien sadar akan gangguan serta mengenal bahwa yang terjadi tidak wajar
dan tidak rasional
5. Pasien merasa butuh untuk melawan obsesi dan kompulsi yang terjadi.

4
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa ke-3 (PPDGJ-III),
penegakan diagnosa dari gangguan obsesif kompulsif harus memiliki gejala obsesif atau
tindakan kompulsif, atau keduanya, dan harus ada hampir setiap hari setidaknya 2 minggu
berturut turut. Gejala obsesif dapat dikatakan ada apabila mencakup :
1. Disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
2. Minimal ada 1 pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun
ada lainnya yang tidak lagi dilawan pasien
3. Pikiran untuk melakukan tindakan di poin (2), bukan hal yang memberi
kepuasan/ kesenangan (sekedar lega dari kecemasan)
4. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls harus merupakan pengulangan yang
tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)
Menurut PPDGJ-3 juga dikatakan bahwa gangguan obsesif kompulsif (terutama pikiran
obsesif) memiliki hubungan erat dengan depresi karena, pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif sering menunjukkan gejala depresif dan sebaliknya, pasien dengan gangguan
depresi berulang (F33) dapat menunjukkan pikiran pikiran obsesif selama episode
depresifnya. Jika terjadi kondisi ini, pada episode akut, diagnosis diutamakan dari gejala
yang timbul terlebih dahulu. Gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya jika tidak ada
gangguan depresif di saat gejala obsesif kompulsif timbul. Jika tidak ada yang menonjol di
antara keduanya, lebih baik menjadikan depresi sebagai diagnosis primer. Pada gangguan
menahun, diagnosis diprioritaskan pada gejala yang paling bertahan saat gejala lain
menghilang (Maramis, 2009).

5
BAB II

RINCIAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. FB
Usia : 29 Tahun
Alamat : Tambakasri Gang 19 No. 1A, Surabaya
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Bangsa/Suku : Jawa
Tanggal pemeriksaan : 14 Maret 2024

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Masih ada sedikit rasa cemas dengan lingkungan yang kotor
Autoanamnesis:
Pasien datang ke poli jiwa RSUD Dr. Mohamad Soewandhie dengan keluhan
dada terasa sesak seperti ditekan. Keluhan ini sudah dirasa cukup lama dan
mengganggu pasien. Pasien juga sering menangis saat sedang sholat namun tidak
tahu apa yang menyebabkan pasien menangis. Pasien sering merasa sedih tanpa
penyebab yang jelas. Keluhan menangis
Heteroanamnesis:

Ibu Pasien bercerita bahwa pasien sudah lama mengalami gangguan ini.
Pasien dulu sering menangis dan terlihat sedih. Namun saat ibu pasien bertanya
pada pasien, pasien tidak menceritakan masalahnya pada ibunya. Ibu pasien
kemudian bercerita bahwa ibu pasien baru mengetahui pasien mengkonsumsi pil-pil
tersebut saat pasien harus rawat inap dikarenakan kondisi pasien semakin
memburuk hingga tidak mau makan. Ibu pasien berkata bahwa saat rawat inap,
pasien menangis tersedu-sedu dan menceritakan bahwa dia pernah mengkonsumsi
pil dari temannya dan meminta maaf pada orang tuanya. Ibu pasien pun melaporkan

6
hal tersebut pada pihak sekolah dan teman-temannya akhirnya di skors. Ibu pasien
berkata bahwa pasien awalnya hanya sering menangis tanpa sebab saja namun lama
kelamaan, pasien mulai menjadi semakin aneh dengan mulai mendengar suara-
suara bisikan di telinganya dan sering merasakan keberadaan orang lain
disekitarnya walaupun pasien sedang sendiri.
2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya

● Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya:

Pasien baru mengalami kondisi ini pertama kali (sejak 4 bulan yang lalu)

● Riwayat gangguan medis:

Pasien memiliki riwayat sakit lambung (+)

● Riwayat penyalahgunaan zat/obat:

Pasien pernah mengkonsumsi pil bertuliskan huruf L dan Y, namun sekarang


sudah tidak pernah mengkonsumsi pil tersebut
2.4 Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Masa prenatal dan perinatal:

Kehamilan pasien merupakan sesuatu yang direncanakan oleh kedua orangtua. Pasien lahir
tanggal 11 November 2006, normal, usia kandungan 9 bulan, tidak ada masalah saat hamil
dan lahir.
a. Masa kanak dini dan remaja:

Tumbuh kembang normal sesuai usia. Pasien merupakan anak yang penurut
namun sedikit pendiam. Pasien selama masa sekolah memiliki nilai yang baik dan
tidak pernah tinggal kelas. Pasien bersekolah di SD Sidotopo Wetan, SMPN 27 dan
SMK Wachid Hasyim Surabaya. Hubungan dengan teman baik, tidak ada masalah.
b. Riwayat keluarga
pasien: Ibu
Nama : Ny. D

Usia : 39 Tahun

Pekerjaan : IRT

RPD : DM (+), Masalah


jiwa (-) Kepribadian : Ekstrovert,

7
suka berbau

Anda mungkin juga menyukai