Anda di halaman 1dari 20

Referat

Obsessive Compulsive Disosder (OCD)

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran USK/
Rumah Sakit Jiwa Aceh
Banda Aceh

Disusun oleh:
Auda Nadira
2207501010115

Pembimbing:
dr. Fazil Amris, Sp. KJ

BAGIAN/ SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT JIWA ACEH
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Obsessive
Compulsive Disorder” Penyusunan referat ini sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa
di Rumah Sakit Jiwa Aceh, Banda Aceh,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Fazil Amris, Sp.KJ selaku
preseptor selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu
Kedokteran Jiwa atas waktu dan tenaga yang telah diluangkan untuk memberikan
bimbingan, saran, arahan, masukan, semangat, dan motivasi bagi penulis
sehingga referat ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, 8 Maret 2023


Penulis

Auda Nadira

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Defenisi...................................................................................................
2.2 Epidemiologi...........................................................................................
2.3 Etiologi....................................................................................................
2.4 Patofisiologi............................................................................................
2.5 Gambaran Klinis.....................................................................................
2.6 Diagnosis.................................................................................................
2.7 Diagnosis Banding..................................................................................
2.8 Penatalaksaan..........................................................................................
2.9 Prognosis...............................................................................................11
2.10 Komplikasi..........................................................................................11
2.11 Pencegahan..........................................................................................12
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
DAFTAR SINGKATAN

OCD : Obsessive Compulssive Disorder

NCS-R : National Comorbidity Survey Replication 

SSRIs : Selective Serotonin Reuptake Inhibitors 

CBT : Cognitive Behavioral Therapy 

ERP : Exposure and Response Prevention 

CSTC : Cortico-Striatal-Thalamic-Cortical 

5 HIAA : 5-HydroxyIndoleAcetic Acid

ICD 10 : International Classification of Diseasaes X

DSM-IVTR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV

OCPD : Obsessive-Compulsive Personality Disorder


BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan mental yang ditandai oleh


adanya pikiran intrusif berulang (obsesi) dan tindakan mental atau perilaku yang
menyertai pikiran-pikiran tersebut (kompulsi). Beberapa pasien mungkin hanya
mengalami obsesi atau kompulsi saja, namun sebagian besar pasien mengalami
keduanya. Prevalensi seumur hidup dari gangguan obsesif kompulsif adalah 1,5%
pada wanita dan 1% pada lelaki. Di Indonesia, terdapat kemungkinan bahwa kondisi
ini underdiagnosed karena banyaknya miskonsepsi.1
Dalam DSM V, gangguan obsesif kompulsif diklasifikasikan dalam satu
kelompok dengan gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic), gangguan hoarding,
trikotilomania, ekskoriasi, dan perilaku obsesif kompulsif lainnya. Kelompok
diagnosis ini ditandai dengan hendaya dalam mengendalikan impuls. 2 Dalam ICD X,
gangguan obsesif kompulsif masuk dalam kelompok gangguan cemas.3
Gangguan obsesif kompulsif biasanya memiliki awitan lebih awal dan banyak
ditemukan pada anak dan remaja. Faktor risiko paling besar untuk gangguan ini
adalah faktor genetik, riwayat kekerasan fisik dan seksual, serta riwayat pengalaman
traumatik di masa kecil.2 Data epidemiologi gangguan obsesif kompulsif
menunjukkan bahwa kondisi ini umumnya dimulai di masa awal kehidupan. Dalam
studi National Comorbidity Survey Replication (NCS-R), hampir seperempat pasien
laki-laki mengalami  gangguan obsesif kompulsif sebelum usia 10 tahun.1
Patofisiologi pasti gangguan obsesif kompulsif belum diketahui. Namun,
diperkirakan melibatkan interaksi kompleks antara faktor neurobiologi, genetik, dan
pengaruh lingkungan yang menimbulkan disrupsi pada sirkuit di otak.4
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan berdasarkan kriteria
diagnosis dalam ICD X atau DSM V. Kedua kriteria diagnosis ini menekankan pada
adanya obsesi dan atau kompulsi, dimana gejala-gejala ini menghabiskan waktu yang
signifikan, menimbulkan distress, dan mengganggu fungsi.1

1
2

Bila ditangani dengan baik, gangguan obsesif kompulsif dapat dikendalikan


dan gangguan terhadap fungsi sehari-hari bisa diminimalisir. Namun bila tidak
ditangani, gangguan ini dapat berlangsung secara kronik.25 Terapi untuk gangguan
obsesif kompulsif menggunakan kombinasi farmakoterapi dengan obat antidepresan
golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) dan psikoterapi cognitive
behavioral therapy (CBT) dengan teknik Exposure and Response Prevention (ERP).1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan kepribadian adalah salah satu bentuk gangguan psikis yang


berhubungan dengan bentuk perilaku, persepsi, pikiran maladaptif dan tidak fleksibel
yang menimbulkan hendaya fungsi dan distres subjektif yang signifikan. Salah satu
gangguan kepribadian adalah gangguan obsesif kompulsif. Obsesif adalah suatu
pikiran yang terus menerus secara patologis muncul dalam diri seseorang, sedangkan
kompulsif adalah tindakan yang didorong impuls yang berulang kali dilakukan.6
Gangguan obsesif kompulsif adalah pikiran obsesional atau tindakan
kompulsif yang berulang. Pikiran obssesional adalah ide, bayangan atau impuls yang
memasuki pikiran penderita secara terus menerus dalam bentuk stereotip. Pikiran
obsasional hampir selalu menyebabkan penderita tidak mampu menahannya.
Tindakan kompulsif tidak menyenangkan, apabila tindakan kompulsif ditahan,
kecemasan akan meningkat.6
Suatu obsesi (obsession) adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan
berulang yang sepertinya berada diluar kemampuan seseorang untuk mengendalikan.
Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan persisten sehingga mengganggu kehidupan
sehari-hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan. Termasuk
didalamnya adalah keragu-raguan, impulsimpuls, dan citra (gambaran) mental.
Sedangkan kompulsi (compulsion) adalah tingkah laku yang repetitif (seperti
mencuci tangan dan memeriksa kunci pintu atau gembok) atau tindakan mental
repetitif (seperti berdoa, mengulang kata-kata tertentu atau menghitung) yang
dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan atau doronganyang harus
dilakukan. Kompulsi sering muncul sebagai jawaban akan pikiran obsesif dan muncul
cukup sering dan kuat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari atau
menyebabkan distress yang signifikan.7

3
4

2.2 Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum


diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Sejumlah peneliti memperkirakan bahwa
gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik
psikiatri. Gambaran ini membuat gangguan obsesif-kompulsif menjadi diagnosis
psikiatri keempat terbanyak setelah fobia, gangguan terkait zat, dan gangguan
depresif berat. Prevalensi gangguan obsesif kompulsif di Amerika Serikat sebesar 2,5
% dan berada di rentang 1,7 – 4%. Lebih dari 2% populasi di Amerika Serikat
sekurangnya 1 dari 40 orang didiagnosis mengalami gangguan obsesif kompulsif
selama kehidupannya. 8
Gangguan obsesif-kompulsif mempengaruhi sekitar 2,3% orang di beberapa
titik dalam hidup mereka, dengan tingkat tahunan sekitar 1,2%.9 Bisa dikatakan
bahwa OCD terjadi di seluruh dunia.10 Gejala tidak biasa umumnya dimulai setelah
usia 35 dan setengah dari orang yang menderita OCD sudah mengalami gejalanya
sebelum 20 tahun. Laki-laki dan perempuan hampir memiliki potensi pengaruh yang
sama terhadap gangguan ini.11

2.3 Etiologi

2.3.1 Sudut Pandang Psikoanalisa


Obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan agresivitas
yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilet training yang kasar
sehingga individu menjadi terfikasi pada masa anal. Freud mengemukakan
beberapa mekanisme defensif utama yang menentukan kualitas simtom yaitu isolasi,
undoing dan reaksi formasi. Sedangkan Adler memandang obsesif-kompulsif
sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten. Isolasi adalah mekanisme pertahanan
yang melindungi seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika
5

terjadi isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari
komponen ideasional dan dikeluarkan dari kesadaran.
Undoing (meruntuhkan) adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan
dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat pikiran atau
impulsobsesional yang menakutkan. Reaksi formasi, melibatkan pola perilaku
yangbermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan
denganimpuls dasar.

2.3.2 Sudut Pandang Cognitive Behavioral


Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif kompulsif adalah
perilaku yang dipelajari dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut. Ide lain yang
muncul adalah kompulsif memeriksa terjadi karena defisit ingatan.
Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan dengan akurat, atau untuk
membedakan antara perilaku yang benar-benar dilakukan dan yang imajinasi
membuat seseorang memeriksa berkali-kali. Sedangkan pemikiran obsesif muncul
karena ketidakmampuan atau kesulitan untuk mengabaikan stimulus. Strategi
menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau ritualistik
dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara bertahap, karena
manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang menyakitkan
(kecemasan), strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai polaperilaku kompulsif
yang dipelajari.

2.3.3 Sudut Pandang Biologis


Davison dan Neale menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang
mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmiter di
otak, khususnya serotonin. Selain itu terdapat pula beberapa bukti tentang
keterlibatan faktor genetik dalam pembentukan gangguan. Data menunjukkan bahwa
obatserotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem
neurotransmiter lain. Penelitain klinis telah mengukur konsentrasi metabolit
6

serotonin, sebagai contoh, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) di dalam cairan


serebrospinalis danafinitas sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian
imipramine (yang berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan
telah melaporkan berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif.
OCD dapat disebabkan karena simptom neurogical. Suatu pendekatan
memperkirakan bahwa OCD mempunyai faktor genetic. Beberapa studi menemukan
indeks terbaaik untuk obssi dan kompulsif pada monoamine twins daripada dizygotic
twins. Kromosom 9 berisikan suatu daerah yang berhubungan dengan OCD. Tidak
semua kasus dari OCD mempunyai faktor genetik, gangguan kadang-kadang muncul
setelah ada kerusakan otak yang disebabkan beberapa hal seperti trauma kelahiran.
Encephalitis, dan trauma kepala. Beberapa pertimbangan gejala OCD berkaitan
dengan rusaknya atau disfungsi dari basal gangla, cingulated gyrus, dan prefrontal
cortex.

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi pasti gangguan obsesif kompulsif belum diketahui. Namun,


diperkirakan melibatkan interaksi kompleks antara faktor neurobiologi, genetik, dan
pengaruh lingkungan yang menimbulkan disrupsi pada sirkuit di otak.4
Patofisiologi neurobiologi gangguan obsesif kompulsif adalah akibat
disregulasi neurotransmitter serotonin, dopamine, dan glutamate pada jaras cortico-
striatal-thalamic-cortical (CSTC). Hal ini menyebabkan pasien mengalami
disregulasi fungsi inhibisi, sehingga kesulitan untuk mengendalikan pikiran disruptif
dan perilaku kompulsif.12

2.5 Gambaran Klinis

Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:


1. Suatu gagasan atau impuls yang memaksa dirinya secara bertubi-tubi dan
terus menerus ke dalam kesadaran seseorang
7

2. Perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral


dan sering kali menyebabkan orang melakukan tindakan kegagalan melawan
gagasan atau impuls awal
3. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien); yaitu ia dialami
sebagai asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai
makhluk psikologis.
4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsif merupakan sesuatu yang mustahil dan
tidak masuk akal
5. Individu yang tenderita obsesi kompulsif merasa adanya dorongan kuat untuk
menahannya13
Ada 4 pola gejala utama gangguan obsesi kompulsif yaitu :
1. Kontaminasi; pola yang paling sering terjadi yang diikuti oleh perilaku
mencuci dan menghindari obyek yang dicurigai terkontaminasi
2. Sikap ragu-ragu yang patologik; obsesi tentang ragu-ragu yang ikuti dengan
perilaku mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang situasi berbahaya atau kekerasan
(seperti lupa mematikan kompor atau tidak mengunci rumah).
3. Pikiran yang intrusif; pola yang jarang, pikiran yang intrusif tidak disertai
kompulsi, biasanya pikiran berulang tentang seksual atau tindakan agresif.
4. Simetri; obsesi yang tema kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga
bertindak lamban, misalnya makan memerlukan waktu berjam-jam, atau mencukur
kumis dan janggut. 13
Terdapat gejala obsesi saat berhubungan sekresi tubuh, kotor, kuman, dan
lainnya inidividu akan ada pikiran takut pada sesuatu yang buruk mungkin terjadi dan
butuh sesuatu untuk menghilangkannya atau melengkapinya. Adapun kompulsif
merupakan salah satu atau kesemua dari kategori perhitungan, mengecekan,
membersihkan, dan menghindar. Contoh menghitung ulang tentang mengunci pintu,
mencuci tangan sebanyak mungkin dalam sehari meskipun tangan mereka bersih.
Lainnya sangat cermat pada kebersihan rumah, cucian, pengeringan, lipatan pakaian
mereka. Beberapa menjadi takut untuk meninggalkan rumah karena takut
8

terkontaminasi dan menolak untuk bersentuhan pada anggota lainnya pada kelaurga
mereka. Jika tanpa sengaja terkontaminasi mereka biasanya melakukan ritual
pembersihan sebanyak mungkin.7

2.6 Diagnosis

2.6.1 Pedoman Diagnostik Gangguan Obsesif dan Kompulsif menurut International


Classification of Diseasaes X (ICD-10)
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesional dan tindakan
kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua
minggu berturut-turut, dan merupakan sumber distres dan gangguan aktivitas.
Gejala-gejala obsesional harus memiliki ciri-ciri berikut :
1. Harus dikenal/disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri individu sendiri;
2. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;
3. Pikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekadar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud
di atas);
4. Pikiran, bayangan, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang
tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
2.6.2 Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM-
IVTR) Kriteria Diagnosis berdasarkan DSM-V
Kriteria diagnosis gangguan obsesif kompulsif berdasarkan DSM V adalah sebagai
berikut:
A. Adanya obsesi, kompulsi, atau keduanya,
Obsesi didefinisikan sebagai hal berikut:
1. Pikiran, dorongan, atau gambaran yang berulang-ulang dan persisten, yang
9

mengganggu karena bersifat intrusif dan tidak diinginkan, dan pada sebagian
besar individu menyebabkan kecemasan atau distress
2. Individu yang mengalami akan berupaya untuk mengabaikan atau menekan
pikiran, dorongan, atau gambaran tersebut, atau berupaya untuk
menetralkannya dengan pikiran lain atau dengan tindakan (misalnya
melakukan kompulsi)
Kompulsi didefinisikan sebagai hal berikut:
1. Perilaku repetitif (misalnya mencuci tangan, menyusun barang, atau
memeriksa) atau tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, atau
mengulang-ulang kata dalam pikiran) yang dirasakan oleh individu sebagai
sesuatu yang harus dikerjakan sebagai respon terhadap adanya obsesi atau
berdasarkan aturan tertentu yang harus diikuti dengan ketat
2. Perilaku atau tindakan mental tersebut ditujukan untuk mencegah atau
mengurangi kecemasan atau distress, atau mencegah kejadian atau situasi
yang menakutkan; namun perilaku atau tindakan mental tersebut secara
realistis tidak berhubungan dengan apa yang akan dinetralkan atau dicegah,
atau sangat jelas dilakukan secara berlebihan

B. Obsesi dan kompulsi menghabiskan banyak waktu (misalnya menghabiskan


waktu lebih dari 1 jam per hari) atau menimbulkan distress atau gangguan
yang signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi lainnya
C. Gejala obsesif kompulsif bukan disebabkan oleh efek fisiologis dari zat
(misalnya akibat penyalahgunaan zat, efek samping obat) atau kondisi medis
lainnya
D. Gangguan yang timbul tidak bisa dijelaskan oleh adanya gejala-gejala
gangguan mental lainnya (misalnya khawatir berlebihan, seperti dalam
gangguan cemas menyeluruh; preokupasi pada penampilan, seperti dalam
gangguan dismorfik tubuh).
10

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari gangguan obsesif-kompulsif adalah sebagai berikut:14


1. Gangguan cemas akibat kondisi umum
2. Gangguan cemas akibat (diinduksi) zat
3. Gangguan depresi mayor
4. Gangguan cemas menyeluruh
5. Hipokondriasis
6. Gangguan tik
7. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
2.8 Penatalaksaan

2.8.1 Farmakoterapi
Pilih salah satu obat antidepresan di bawah ini dan berikan dengan dosis
adekuat yang relatif tinggi, dalam dosis terbagi (dicapai dengan titrasi dosis,
memerlukan waktu 1-3 minggu). 14
Tabel 2.1 Rekomendasi Farmakoterapi untuk Gangguan Obsesif Kompulsif
Nama Obat Dosis
Klomipramin 50-250 mg/hari
Fluosetin 20-80 mg/hari
Sertralin 50-200 mg/hari
Fluvoksamin 50-300 mg/hari

Hindari kenaikan dosis yang terlalu cepat karena akan meningkatkan


angka penghentian pengobatan (drop out) akibat efek samping yang lebih
sering timbul pada dosis yang lebih tinggi.
1. Jika terapi selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) gagal ganti
terapi, jika terdapat panik ganti dengan monoamine oxidase inhibitors
(MAOI), jika terdapat cemas ganti buspiron, jika terdapat depresi
dengan litium, jika terdapat tik dan wahan berikan antipsikotik.
11

2. Jika masih tidak respons atau terdapat riwayat bunuh diri lakukan
electroconvulsive therapi (ECT).
3. Jika ECT gagal, berikan terapi kombinasil 2 SSRI, atau kombinasikan
SSRI, ECT, dan terapi perilaku. 14

2.8.2 Non Farmaterapi


1. Terapi Kognitif Perilaku
Cognitive-behavioural therapy (CBT) adalah terapi yang sering digunakan
dalam pemberian treatment berbagai gangguan kecemasan termasuk OCD. Dalam
CBT penderita OCD pada perilaku mencuci tangan diatur waktu kapan ia mesti
mencuci tangannya secara bertahap. Bila terjadi peningkatan kecemasan barulah
terapis memberikan izin untuk individu OCD mencuci tangannya. Terapi ini efektif
menurunkan rasa cemas dan hilang secara perlahan kebiasaan-kebiasaannya itu.14, 15

2. Psikoterapi berorientasi tilikan


3. Psikoedukasi

2.9 Prognosis

Prognosis baik jika adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik,
adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang episodik.16
Prognosis buruk jika kompulsi yang diikuti onset masa kanak, kompulsi yang
bizarre, perlu opname, ada komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya
kepercayaan yang mengarah ke waham dan adanya gangguan kepribadian (terutama
kepribadian skizotipal.16

2.10 Komplikasi

Komplikasi akibat gangguan obsesif-kompulsif yang tidak ditangani dapat


mencakup:17
1. Waktu berlebihan yang dihabiskan untuk terlibat dalam perilaku ritual
12

2. Masalah kesehatan, seperti dermatitis kontak karena sering mencuci tangan


3. Kesulitan menghadiri pekerjaan, sekolah atau kegiatan sosial
4. Hubungan bermasalah
5. Kualitas hidup yang buruk secara keseluruhan
6. Pikiran dan perilaku bunuh diri

2.11 Pencegahan

Penyakit OCD ini tidak dapat dicegah. Diagnosis dini dan terapi yang sesuai
dapat mengurangi waktu yang pasien habiskan karena penyakit ini dan bisa
meningkatkan kualitas hidup penyandang OCD.17
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kesimpulan dari referat ini adalah


sebagai berikut:
1. Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang
mendorong penderitanya untuk melakukan tindakan tertentu secara
berulang-ulang. Tindakan tersebut ia lakukan untuk mengurangi
kecemasan dalam pikirannya.
2. OCD ditandai dengan gangguan pikiran yang menimbulkan kecemasan
dan perilaku yang dilakukan berulang kali guna menghilangkan kecemasan
tersebut. Sebagai contoh, penderita OCD yang takut terkena penyakit
cenderung akan mencuci tangan secara berlebihan atau terlalu sering
membersihkan rumah.
3. Pengobatan OCD bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul,
agar kualitas hidup penderitanya bisa membaik. Metode pengobatannya
dapat berupa terapi perilaku kognitif dan pemberian serotonin reuptake
inhibitors (SRIs) dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

12
14

DAFTAR PUSTAKA

1. Stein DJ, Costa DLC, L. C. Obsessive-compulsive disorder. et al.


Obsessive-compulsive disorder (2019) doi:doi:10.1038/s41572-019-
0102-3.

2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of


mental disorders, fifth edition (DSM-5). (2013).

3. World Health Organization (WHO). The ICD-10 Classification of


Mental and Behavioural Disorders. 2007.

4. Fenske JN, P. K. Obsessive-Compulsive Disorder: Diagnosis and


Management. Am Fam Physician (2015).

5. Albert U, Dell’Osso B, M. G. T. Italian guidelines for the


pharmacological treatment of Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) in
adults: a preliminary draft. Evidence based Psychiatric Care (2019).

6. Mudarsa, H. Dampak Gangguan Obsesif Kompulsif Disorder Pada


Impact of Obsessive Compulsive Disorder on Lectures. Ash-Shuduur 1,
41–53 (2021).

7. Rahmawati, Yoga, B. W. & Wika, H. L. Studi Deskriptif Orang Dengan


Obsesive Compulsive Disorder. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan FKIP 2, 694–706 (2019).

8. Syafaatul, L. Gangguan Obsesif Kompulsif. Jurnal Psikolgi Klinis dan


Kesehatan Mental awatan (2018).

9. Goodman, Wayne K.; Grice, Dorothy E.; Lapidus, Kyle A. B.; Coffey,
B. J. Obsussive Compulsive Disorder. (2014).
doi:doi:10.1016/j.psc.2014.06.004.

10. The Checkup. ‘OCD statistics 2020: Facts about obsessive-compulsive


disorder’.

11. machine, M. ‘NIMH » Obsessive-Compulsive Disorder’.

12. Auala, T., Zavale, B. G., Mbakwem, A. Ç. & Mocumbi, A. O. Acute


Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease: Highlighting the Role
of Group A Streptococcus in the Global Burden of Cardiovascular
Disease. Pathogens 11, (2022).

13. Widjaja, E. Gangguan cemas. universitas tarumanagara (2012).


15

14. Kemenkes RI. KMK_No._HK_.02_.02-MENKES-73-


2015_ttg_Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_Jiwa_. (2015).

15. Hayati, S. A. & Tohari, S. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dalam


Menurunkan Social Anxiety Disorder (SAD) dan Obsessive Compulsive
Disorder (OCD) Pada Remaja. Bulletin of Counseling and
Psychotherapy 4, 153–159 (2022).

16. Notes, M. M. Psychiatry. (2018).

17. Clinic, M. Diseases & Conditions. Obsessive-Compulsive Disorder


(OCD). (2020).

Anda mungkin juga menyukai