Oleh
Kurnia Rahman
014.01.3009
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala
sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala
setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena
gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan orang yang menikah. Gangguan
obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam
dibandingkan kulit putih.
C. Etiologi
a. FaktorBiologis
Neurotransmiter
Banyak uji coba kinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat
mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat di
dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Data
menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat
yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lain. Tetapi apakah serotonin
terlibat di dalam penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah tidak jelas
pada saat ini.
Genetika
Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan obsesif-
kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian
yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik
dibandingkan kembar dizigotik. Penelitian keluarga pada pasien
gangguan obsesif kompulsif telah menemukan bahwa 35 persen
sanak saudara derajat pertama pasien gangguan obsesif-kompulsif juga
menderita gangguan.
b. Faktor Perilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan.
Stimulus yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau
kecemasan melalui proses pembiasaan responden dengan
memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami adalah berbahaya
atau menghasilkan kecemasan, jadi objek dan pikiran yang
sebelumnya netral menjadi stimuli yang terbiasakan yang mampu
menimbulkan kecemasan atau gangguan.
c. Faktor Psikososial
Faktor kepribadian
Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif-
kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid.
Dengan demikian, sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau
tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif-kompulsif. Hanya
kira-kira 15 sampai 35 persen pasien gangguan obsesif-kompulsif
memiliki sifat obsesional pramorbid.
Faktor psikodinamika
Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan
psikologis utama yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan sifat
karakter obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan
pembentukan reaksi.
Isolasi
Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi
seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika
terjadi isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah
dipisahkan dari komponen idesional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika
isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya
terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak
memiliki afek yang berhubungan dengannya.
Undoing
Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls mungkin
dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas, operasi
pertahanan sekunder diperlukan untuk melawan impuls dan menenangkan
kecemasan yang mengancam keluar ke kesadaran. Tindakan kompulsif
menyumbangkan manifestasi permukaan operasi defensif yang ditujukan
untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan impuls dasar yang
belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan sekunder
yang cukup penting adal;ah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti
yang disebutkan sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan
kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau
meruntuhkan akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat
pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.
Pembentukan reaksi
Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi
dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan
impuls dasar. Seringkali, pola yang terlihat oleh pengamat adalah sangat
dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.
Faktor psikodinamik lainnya
Pada teori psikoanalitik klasik, gangguan obsesif-kompulsif
dinamakan neurosis obsesif-kompulsif dan merupakan suatu regresi dari
fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif merasa terancam oleh kecemasan tentang
pembalasan dendam atau kehilangan objek cinta yang penting, mereka
mundur dari fase oedipal dan beregresi ke stadium emosional yang sangat
ambivalen yang berhubungan dengan fase anal. Adanya benci dan cinta
secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan pasien
dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu ciri yang
melekat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah
derajat dimana mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara
jelas dalam isi gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak di
belakangnya. Dengan demikian, psikogenesis gangguan obsesif-
kompulsif, mungkin terletak pada gangguan dan perkembangan
pertumbuhan normal yang berhubungan dengan fase perkembangan anal-
sadistik.
Ambivalensi
Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam
karakteristik kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada
anak normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak
merasakan cinta dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang
berlawanan tersebut mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukan-
tidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan yang
melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan.
Pikiran magis
Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran
awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id,
dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah
pikiran kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat
menyebabkan peristiwa di dunia luar terjadi tanpa tindakan
fisik yang menyebabkannya, semata-mata hanya dengan berpikir
tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki
suatu pikiran agresif akan menakutkan bagi pasien gangguan obsesif-
kompulsif.
D. Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif kompulsif
menurut DSM IV:
o Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
o Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas.
· Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala
depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya
gejala depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala
obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis
diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
E. Gambaran Klinis
- Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami
sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya
sendiri sebagai makhluk psikologis.
- Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi
tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk
akal.
Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari, sebagai contoh feses, urin,
debu atau kuman. Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit
tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak
mampu pergi keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan
adalah respon emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti, rasa
malu dan rasa jijik yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan obsesi
kontaminasi biasanya percaya bahwa kontaminasi ditularkan dari objek ke
objek atau orang ke orang oleh kontak ringan.
Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh pengecekan
yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan, seperti
lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu.
Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan semata-mata pikiran obsesional
yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Nobsesi tersebut biasanya berupa
pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela oleh
pasien. Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau
ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara
harfiah menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur
wajahnya. Trikotilomania dan menggigit kuku mungkin merupakan kompulsi
yang beruhubungan dengan gangguan obsesif-kompulsif.
F. Diagnosis Bandimg
Kondisi medis
Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam
diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya,
epilepsi lobus temporalis, dan kadang-kadang komplikasi trauma dan
pascaensefalitik. Gejala karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik
motorik dan vokal yang sering dan hampir setiap hari terjadi.
Kondisi psikiatrik
Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding
gangguan obsesifkompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif, fobia, dan gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif
biasanya dapat dibedakan dari skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik
lain, oleh kurang kacaunya sifat gejala, dan oleh tiikan pasien terhadap
gangguan mereka. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif tidak memiliki
derajat gangguan fungsional yang berhubungan dengan gangguan obsesif-
kompulsif.
Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan antara pikiran obsesif
dan kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat disertai oleh
gagasan obsesif, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat.
Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan
obsesif kompulsif adalah hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan
kemungkinan gangguan impuls lainnya, seperti kleptomania dan judi
patologis. Pada semua gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang
berulang, sebagai contoh permasalahan tentang tubuhnya, atau perilaku
yang berulang sebagai contoh mencuri.
G. Terapi
Farmakoterapi
Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan
untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat
digunakan dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat
setelah empat sampai enam minggu pengobatan, walaupun biasanya
diperlukan waktu delapan sampai enam belas minggu untuk mendapatkan
manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat
antidepresan adalah masih kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan
obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan
tampaknya mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar
adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine
(Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin
specific reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac).
Clomipramine
Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg
sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap
dua sampai tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek
samping yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat
trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi,
disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering.
SSRI
Penelitian tentang Fluoxetine dalam gangguan obsesifkompulsif
menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat
terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi,
kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping
gastrointestinal, SSRI dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada obat
trisiklik/
Dengan demikian, kadang-kadang SSRI digunakan sebagai obat lini
pertama dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif.
Terapi perilaku
Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang
obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat
cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan
berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan
yang minimal karena adanya habituasi.
Psikoterapi
Terapi lain
5. Jenike MA. Obsessive compulsive disorder. N Engl J Med 2004; 350 : 259-65