Pembimbing :
Dr. dr Tuti Herwini, Sp. KJ
Penyusun :
Mohamad Rafli 20190420025
Ni Luh Putu Septia Pratiwi Ariska 20190420143
Ni Made Indah Prasatiya Ningsih 20190420144
Nindy Prawitasari 20190420145
Nining Putri Lindiasari 20190420146
Novany Tiara Sandy 20190420147
Noviati Prayangsari 20190420148
Oleh :
Menyetujui :
Pembimbing
2.3 Etiologi
1. Aspek Biologis
Neurotransmitter :
Sistem serotoninergik
Sistem Noradrenergik
Sistem Neuroimunologi
2. Psikologis
3. Faktor Psikososial
OBSESI KOMPULSI
Perhatian terhadap kebersihan Ritual mandi, mencuci dan
( kotoran, kuman, kontaminasi ) membersihkan yang berlebihan
Perhatian terhadap ketepatan Ritual mengatur posisi berulang-
ulang
Perhatian terhadap sekresi tubuh Ritual menghindari kontak dengan
( ludah, feces, urine ) sekret tubuh, menghindari sentuhan
Obsesi religius Ritual keagamaan yang berlebihan
( berdoa sepanjang hari )
Obsesi seksual ( nafsu terlarang atau Ritual berhubungan seksual yang
tindakan seksual yang agresif ) kaku
Obsesi terhadap kesehatan ( sesuatu Ritual berulang (pemeriksaan tanda
yang buruk akan terjadi dan vital berulang, diet terbatas)
menimbulkan kematian )
Obsesi ketakutan ( menyakiti diri Pemeriksaan pintu, kompor, gembok
sendiri atau orang lain )
Pemikiran menganggu tentang suara, Menghitung, berbicara, menulis,
kata-kata atau musik memainkan alat musik dengan suatu
ritual yang beragam
2.5 Diagnosis
Diagnosis gangguan Obsesif-kompulsif didasarkan pada gambaran
klinisnya.Tidak seperti pasien psikotik, pasien dengan gangguan Obsesif-
kompulsif biasanya menunjukkan wawasan dan menyadari bahwa perilaku
mereka tidak normal atau tidak logis (Michael, 2004).
Sebagai bagian dari kriteria diagnostik untuk Gangguan Obsesif
Kompulsif, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth
Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) memberikan kemudahan bagi para klinisi
untuk mendiagnosisgangguan Obsesif-kompulsif pada pasien yang umumnya
tidak sadar akan obsesi berlebihan dan kompulsinya (Sadock, 2007).
Kriteria obsesif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders,Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus memenuhi 4
kriteria dibawah ini :
Pikiran berulang dan terus-menerus, impuls, atau gambaran
yang dialami dibeberapa waktu selama gangguan yang bersifat
mengganggu dan tidak sesuai dan menyebabkan kecemasan dan
penderitaan. Orang dengan gangguan ini menyadari kualitas
patologis dari pikiran-pikiran yang tidak diinginkan ini (seperti
ketakutan untuk menyakiti anak-anak mereka) dan tidak akan
terjadipada mereka, tetapi pikiran ini sangat mengganggu dan
sulit untuk berdiskusi dengan orang lain.
Pikiran, impuls, atau gambar tidak hanya kekhawatiran yang
berlebihan tentang masalah kehidupan nyata.
Pasien mencoba untuk menekan atau mengabaikan pikiran
seperti itu atau untuk menetralisirnya dengan beberapa
pemikiran lain atau tindakan.
Orang tersebut mengakui bahwa pikiran obsesional, impuls,
atau gambaran adalah produk dari pikiran sendiri (tidak
dipaksakan dari luar, seperti dalam penyisipan pikiran).
Kriteria kompulsif menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus
memenuhi 2 kriteria dibawah ini :
Individu melakukan perilaku berulang (misalnya, mencuci
tangan ) atau tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung,
mengulang kata-kata diam-diam) dalam menanggapi sebuah
obsesi atau menurut aturan yang harus diterapkan secara
kaku. Perilaku tersebut bukan akibat efek fisiologis langsung
dari suatu zat atau kondisi medis umum.
Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau
mengurangi gangguan atau mencegah suatu peristiwa atau
situasi yang dicemaskan.Namun, perilaku atau tindakan mental
yang dilakukan baik tidak terhubung pada cara yang realistis
dengan apa yang mereka buat untuk mentralisir atau cegah
atau jelas berlebihan.
Pada beberapa poin selama gangguan, pasien mengakui
bahwa obsesi atau kompulsi itu berlebihan atau tidak masuk
akal (walaupun ini tidak berlaku untuk anak-anak).
Obsesi atau kompulsi itu menimbulkan penderitaan, yang
memakan waktu (berlangsung >1 jam/hari), atau secara
signifikan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi
pekerjaan atau akademis, atau kegiatan sosial biasanya atau
hubungan dengan orang lain.
Jika gangguan Axis I lainnya muncul, isi dari obsesi atau
kompulsi tersebut tidak terbatas pada itu saja.
Gangguan ini tidak terjadi karena pengaruh langsung zat
psikotik atau kondisi medis tertentu.
Spesifikasi tambahan "dengan tilikan rendah" dibuat bagi
seorang dengan gangguan Obsesif-kompulsif jika, untuk dalam
suatu jangka waktu episode,orang tersebut tidak mengenali
bahwa gejala itu berlebihan atau tidak masuk akal
(Sadock,2007).
Menurut PPDGJ-III untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala
obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap
hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.Hal tersebut merupakan
sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita. Gejala-
gejala obsesif harus mencakuphal-hal berikut (Maslim, 2000):
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikuran obsesif dengan
depresi.Penderita gangguan Obsesif-kompulsif sering kali juga menunjukan
gejala depresi dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresinya.Dalam
berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala
depresi umumnya diikuti secara paralel dengan perubahan gejala obsesif
(Maslim, 2000).
2.7 Terapi
Psikoterapi
Treatment psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya
diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ada beberapa
faktor OCD sangat sulit untuk disembuhkan, penderita OCD kesulitan
mengidentifikasi kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi
tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal .
Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun
perilakunya itu diketahui pasti sangat menganggunya. Baginya, perilaku
kompulsif tidak salah dengan perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan
segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja. Faktor lain adalah
kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai kondisi yang dialami oleh
individu oleh praktisi secara tidak tepat dapat membuat individu merasa
enggan untuk mengikuti terapi.
Beberapa psikoterapi yang dapat diberikan pada pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif:
Exposure and Response Prevention
Terapi ini dikenal pula dengan sebutan flooding, diciptakan oleh Victor
Meyer (1996), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi
yang menimbulkan tindakan kompulsif (seperti memegang sepatu yang kotor)
dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan ritual yang biasa
dilakukan (yaitu mencuci tangan). Mencegah individu menampilkan perilaku
yang menjadi ritualnya membuatnya menghadapi stimulus yang
membangkitkan kecemasan, sehingga memungkinkan kecemasan menjadi
hilang (Kaplan, 2010).
Rational-Emotive Behavior Therapy
Terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien
menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa
yang mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna.
Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasien
gangguan obsesif-kompulsif. Pada pendekatan ini pasien didorong untuk
menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka
tidak menampilkan perilaku kompulsi (Goldman, 2000).
Cognitive-behavioural therapy (CBT)
Terapi yang sering digunakan dalam pemberian treatment berbagai
gangguan kecemasan termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD pada
perilaku mencuci tangan diatur waktu kapan ia mesti mencuci tangannya
secara bertahap. Bila terjadi peningkatan kecemasan barulah terapis
memberikan izin untuk individu OCD mencuci tangannya. Terapi ini efektif
menurunkan rasa cemas dan hilang secara perlahan kebiasaan-
kebiasaannya itu (Goldman, 2000).
Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan
manajemen stres pada individu ketika menghadapi situasi konflik yang
memberikan kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri individu.
Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih (Goldman, 2000).
Farmakoterapi
Penanganan yang paling menjanjikan pada pasien dengan gangguan
obsesif kompulsif adalah dengan penggabungan dari segi biologis dan
psikologis dan biasanya dikombinasikan secara bergantian/berintegrasi.
Sampai saat ini pengobatan dengan clomipramine atau SSRI (Serotonin-
Specific Reuptake Inhibitor) yang lain, seperti fluoxetine (Prozac) atau
sertraline (Zoloft) telah dibuktikan sebagai pengobatan yang paling efektif
pada gangguan obsesif kompulsif.
Beberapa obat yang digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif-
kompulsif:
Trisiklik
Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan
obat-obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan
SSRIs. Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah (Halgin, 2009).
Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg
sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari
setiap dua sampai tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau
tampaknya efek samping yang membatasi dosis. Karena clomipramine
adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai efek samping yang biasanya dari
obat tersebut, termasuk sedasi, hipotensi, disfungsi seksual, dan efek
samping antikolinergik (sebagai contoh, mulut kering) (Kaplan, 2010).
2.8 Prognosis
Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan obsesif-
kompulsif memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah resiko
bagi semua pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif (Kaplan, 2010).
Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya
menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh
(bizzare), perlu perawatan di rumah sakit, gangguan depresif berat yang
menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang
(overvalued) (yaitu, penerimaan obsesi dan kompulsi), dan adanya gangguan
kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal) (Kaplan, 2010).
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan
yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik.
Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Ringkasan
Obsesif-kompulsif disorder adalah suatu gangguan kecemasan,
dimana obsesif adalah pikiran, ide ataupun gagasan yang menetap dan
beruntun sehingga memprovokasi rasa cemas pada penderita dan memaksa
penderita melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang yang disebut
kompulsif sebagai pereda rasa cemas, sehingga dapat menimbulkan stress
dan mengganggu produktifitas sehari-hari. Penangannya dapat dilakukan
dengan psikoterapi, dengan berbagai metode dari para ahli dan dengan
farmakoterapi yaitu obat golongan trisiklik, SSRI dan MAOI. Kombinasi dari
kedua pengobatan tersebut dapat menghasilkan efek terapeutik yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Benjamin J, Virginia A. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook
of Psychiatry. Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins
Publishers.2000. p 2569-2580.4.
Kaplan HI, Sadock BJ. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. 2010. Jakarta:EGC