Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Vol. 22, No. 1 November 2015 ISSN 0854-4263

JURNAL INDONESIA DARI

PATOLOGI KLINIS DAN


LABORATORIUM MEDIS
Majalah Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik

Susunan Pengelola Jurnal Ilmiah Patologi Klinik Indonesia (Jurnal


Patologi Klinik dan Laboratorium Medik Indonesia) Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Klinik Indonesia Masa Bakti 2013–2016 (surat keputusan
pengurus pusat PDSPATKLIN Nomor 008/PP-PATKLIN/III/2014)

Pelindung:
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia

Ketua:
Puspa Wardhani

Wakil Ketua:
Maimun Zulhaidah Arthamin

Sekretaris:
Dian Wahyu Utami

Bendahara:
Bastiana Bermawi

Anggota:
Osman D. Sianipar

Penelaah Ahli:
Riadi Wirawan, AAG. Sudewa, Rustadi Sosrosumihardjo, Rahayuningsih Dharma, Mansyur Arif

Penelaah Pelaksana:
Prihatini, Juli Kumalawati, Ida Parwati, Tahono, FM. Judajana, Krisnowati, Nurhayana Sennang Andi Nanggung,
Aryati, Purwanto AP, Jusak Nugraha, Sidarti Soehita, Maimun Zulhaidah Arthamin, Endang Retnowati,
Noormartany, Edi Widjajanto, Budi Mulyono, Adi Koesoema Aman, Uleng Bahrun, Ninik Sukartini,
Kusworini Handono, JB. Soeparyatmo, M. Yolanda Probohoesodo, Rismawati Yaswir

Berlangganan:
3 kali terbit per tahun
Anggota dan anggota muda PDSPATKLIN mulai Tahun 2011 gratis setelah pelunasan iuran
Bukan Anggota PDSPATKLIN: Rp 175.000,-/tahun
Uang dikirim ke alamat:

Bastiana Bermawi dr, SpPK


Bank Mandiri KCP SBY PDAM No AC : 142-00-1079020-1

Alamat Redaksi:
d/a Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Jl. Mayjend. Prof.Dr Moestopo 6–8 Surabaya.
Telp/Faks. (031) 5042113, 085-733220600 E-mail: majalah.ijcp@yahoo.com

Akreditasi No.66/DIKTI/KEP/2011
Vol. 22, No. 1 November 2015 ISSN 0854-4263

JURNAL INDONESIA DARI

PATOLOGI KLINIS DAN


LABORATORIUM MEDIS
Majalah Patologi Klinik Indonesia dan Laboratorium Medik

DAFTAR ISI

PENELITIAN
Perbedaan Kolagen IV pada Kerusakan Hati dan Infeksi Hepatitis C pada Pasien Talasemia dengan Kelebihan Zat
Besi
(Perbedaan Kolagen IV pada Kerusakan Hati dan Infeksi Hepatitis C pada Penderita Talasemia Kelebihan Zat
Besi)
Nuri Dyah Indrasari, Ina Susianti Timan, Pustika Amalia............................................................... ................................... 1–8
Pemeriksaan Tingkat sdLDL Serum Sebagai Petanda Diagnostik Stenosis Koroner (
Kadar sdLDL Serum sebagai Penanda Diagnostik Stenosis Koroner)
Indranila K. Samsuria, Laily Adninta............................................................... ............................................................... .................... 9–15
HubunganTerglikasiAlbumin dengan Angka Banding Kolesterol LDL/HDL di Diabetes Melitus Tipe 2 (Asosiasi
Albumin Terglikasi dengan Rasio Kolesterol LDL/HDL pada Penderita Diabetes Tipe 2)
Tiwik Eriskawati, Tahono, MI Diah. P............................................................... ............................................................... ................. 16–21
Deteksi Clostridium DifficileToksigenik Menggunakan Uji Cepat Toksin danReaksi Rantai Polimerase Waktu
Nyata
(Deteksi Toksigenik Clostridium Difficile Menggunakan Toxin Rapid Test dan Real Time Polymerase Chain
Reaction)
Ika Yasma Yanti, Dalima Ari Wahono Astrawinata............................................................... .............................................. 22–26
Kloning dan Overekspresi Protein P24-Gag HIV (
Kloning dan Ekspresi Berlebihan P24-Gag HIV)
Efrida, Andani Eka Putra............................................................... ............................................................... .............................................. 27–33
Analisis Kadar Serum Feritin pada Karsinoma Payudara (
Analisis Kadar Feritin pada Karsinoma Mammae)
Sriwati Atjo, Uleng Bahrun, Hardjoeno............................................................... ............................................................... ................ 34–37
Waktu penyelesaianUji Cocok Serasi di Pelayanan Bank Darah (
Turnaround Time Cross Match di Bank Darah)
Glent Nurtanio, Rachmawati Muhiddin, Mansyur Arif............................................................... .............................................. 38–41
FcγII (CD32) Monosit di Infeksi Dengue Primer dan Sekunder {FcγRII(
CD32)Monosit pada Infeksi Dengue Primer dan Sekunder}
Umi S. Intansari, Usi Sukorini, Shanti Ika Sari............................................................... ............................................................... .... 42–47
KesahihanPemeriksaanAntigen Koktail Spesifik KompleksTb (Esat-6, Cfp-10, Mpt-64) Metode Cepat
Imunokromatografipada Cairan Serebrospinal Pasien Meningitis Tuberkulosis
{Validitas Rapid Immunochromatography Complex Spesifik Cocktail Antigen Tb (Esat-6, Cfp-10, Mpt-64)
Penggunaan Cairan Serebrospinal pada Pasien Meningitis Tuberkulosis}
Livia Noviani, Ida Parwati, Ganiem AR, Turbawati DK............................................................... .............................................. 48–54

Dicetak oleh (dicetak oleh) Universitas Airlangga Press. (OC 024/01.16/AUP-C1E). Kampus C Unair, Mulyorejo Surabaya 60115, Indonesia.
Telp. (031) 5992246, 5992247, Faks. (031) 5992248. Email: aup.unair@gmail.com
Kesalahan penulisan (isi) di luar tanggung jawab AUP
Kenasaban Kadar 8-Hidroksi-2-Deoksiguanosin(8-OHdG) Serum dengan Derajat Defisit Neurologis pada
Stroke Iskemik
{Korelasi Serum 8-Hydroxy-2-Deoxyguanosine (8-OHdG) dengan Defisit Neurologis pada Stroke
Iskemik}
Liza, Ida Parwati, Andi Basuki Prima Birawa, Sylvia Rachmayati .............................................. .................... 55–59
LDL Teroksidasi dan Kepadatan Mineral Tulang (Kolesterol
LDL Teroksidasi dan Kepadatan Mineral Tulang)
Sheila Febriana, Yurdiansyah, Siti Rafiah, Ruland DN Pakasi, Uleng Bahrun.............................................. 60–64
Perbedaan KadarProlylcarboxypeptidasedi Pasien Sindrom Koroner Akut dengan Pasien Angina Stabil

(Perbedaan Kadar Prolylcarboxypeptidase pada Pasien Sindroma Koroner Akut dan Angina Stabil)
Maenaka Smaratungga, Rita C, Indrati AR, Martha JW............................................................... .............................................. 65–71
Analisis Feritin dan ASTterhadap Indeks Rasio Trombositsebagai Petanda Derajat Fibrosis Penyakit Hati Kronis (Analisis
Indeks Rasio Feritin dan AST terhadap Trombosit Sebagai Penanda Derajat Fibrosis Penyakit Hati Kronis)
Yulianti Yasin, Uleng Bahrun, Ibrahim Abdul Samad............................................................... ............................................... 72–76
Neopterin dan Peroksida Serum Sebagai Petanda Makrofag Teraktivasi pada Tuberkulosis Paru Aktif dan
Individu Berkebahayaan Tinggi
(Serum Neopterin dan Peroksida Sebagai Penanda Makrofag Aktif pada Tuberkulosis Paru Aktif dan
Individu Berisiko Tinggi)
I Nyoman Wande, Ni Made Linawati, I Made Bagiada, IWP. Sutirta Yasa, AAN. Subawa.......................... 77–81
Indeks Aterogenik Plasma pada Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (
Indeks Aterogenik Plasma pada Diabetes Mellitus Tipe 2)
Amarensi M Betaubun, Nurahmi, Uleng Bahrun, Ruland Pakasi............................................................... .................... 82–86
Nitrit Oksida dan Volume Edema Otak pada Strok Perdarahan dalam Otak dengan Polimorfisme
G894T
(Volume Nitrit Oksida dan Edema Serebral pada Stroke Hemoragik Intraserebral dengan
Polimorfisme G894T)
Iskandar Zakaria, Arif Faisal, Sri Sutarni, Ahmad Hamim Sadewa, Imran............................................................... .. 87–91

TELAAH PUSTAKA
Fungsi dan Pemeriksaan Limfosit Tγδ (Fungsi
dan Pemeriksaanγδlimfosit T)
Yulia Nadar Indrasari, Jusak Nugraha............................................................... ............................................................... ................. 92–98

LAPORAN KASUS
Mieloma MultipelNonsecretory
(Mieloma Multipel Nonsekretori)
Maimun Zulhaidah Arthamin, Nyi R. Wahidah, Boy A. Sihite............................................................... ........................... 99–103

INFORMASI LABORATORIUM MEDIK TERBARU................................................................ ........................ .......................... . 104

Ucapan terima kasih kepada penyunting Vol 22 No. 1 November 2015


Purwanto AP, AAG. Sudewa, Rismawati Yaswir, Juli Kumalawati, Sidarti Soehita, Ninik Sukartini,
Maimun Z. Arthamin, Rustadi Sosrosumihardjo, Tahono, Prihatini, Jusak Nugraha, Aryati,
Kusworini Handono, Endang Retnowati, Edy Widjajanto, FM. Judajana
DETEKSIDIFFISIL CLOSTRIDIUMTOKSIGENIK MENGGUNAKAN UJI CEPAT
TOKSIN DANREAKSI RANTAI POLIMERASE WAKTU NYATA
(Deteksi Toksigenik Clostridium Difficile Menggunakan Tes Cepat Toksin dan Reaksi Rantai
Polimerase Waktu Nyata)

Ika Yasma Yanti, Dalima Ari Wahono Astrawinata

ABSTRAK
Infeksi Clostridium difficile yang bersifat toksigenik, menyebabkan Pseudo Membrane Colitis (PMC) dan Clostridium Difficile
Associated Diarrhea (CDAD) meningkat tajam. Faktor risiko terbesar adalah penggunaan antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana mengetahui prevalensi dan karakteristik subjek dengan Toxigenic Clostridium difficile dan menilai
kemampuan toxin rapid test dibandingkan real-time PCR. Sembilan puluh subjek dewasa dengan terapi antibiotik lebih dari dua (2)
minggu terdaftar dalam penelitian ini. Hasil toxin rapid test dan real time PCR disajikan dalam tabel 2x2, uji statistik yang digunakan
adalah Chi square. Prevalensi Toksigenik Clostridium difficile berdasarkan toksin rapid test dan real-time PCR masing-masing adalah
27,3% dan 37,5%. Terdapat perbedaan yang signifikan antara konsistensi feses dan jumlah antibiotik yang digunakan dengan deteksi
Toksigenik Clostridium difficile. Ada hubungan antara lama terapi antibiotik dengan deteksi Toksigenik Clostridium difficile
menggunakan real-time PCR (p=0,010, RR=2,116). Sensitivitas, spesifisitas, rapid test PPV, NPV, PLR dan NLR terhadap real-time PCR
adalah 69,7%; 98,2%; 95,8%; 84,4%; 39,2 dan 0,31, masing-masing. Penelitian ini menyimpulkan bahwa prevalensi Clostridium difficile di
RSCM lebih tinggi dibandingkan di Malaysia, Thailand dan India; subjek dengan terapi antibiotik selama lebih dari empat (4) minggu
memiliki risiko ganda untuk memiliki Toksigenik Clostridium difficile dibandingkan subjek dengan terapi antibiotik kurang dari waktu itu
(4 minggu). Dengan demikian, dalam penelitian ini,

Kata kunci:Clostridium difficile toksigenik, tes cepat toksin, PCR waktu nyata, sensitivitas, spesifisitas

ABSTRAK
InfeksiClostridium difficiletoksigenik meningkat tajam, hal tersebut menyebabkanKolitis Membran Semu(PMC) dan Diare Terkait
Clostridium Difficile(CDAD). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jumlah penyakit pasien dan gambaran ciri subjek dengan
Clostridium difficiletoksigenik serta menilai kemampuan uji cepat toksin terhadapwaktu sebenarnyaPCR. Subjek penelitian adalah 90
orang dewasa yang diberi antibiotik lebih dari dua (2) minggu. Hasil penilaian pada penggunaan uji cepat danwaktu sebenarnyaPCR
disajikan dalam tabel 2x2 dan diuji kemaknaannya dengan Chi Kuadrat. Jumlah pasienClostridium difficiletoksigenik berdasarkan uji
cepat toksin adalah 27,3% danwaktu sebenarnyaPCR 37,5%. Ciri-ciri yang dimaksud adalah stabilitas kandungan dan jumlah antibiotik
dengan deteksinyaClostridium difficiletoksigenik. Hubungan lama pengobatan antibiotik dengan kejadian terdeteksinyaClostridium
difficiletoksigenik terdapat ketika menggunakanwaktu sebenarnyaPCR (p=0,010, kebahayaan relatif=2,116). Kepekaan, kekhasan, nilai
duga positif, nilai duga negatif, angka banding kemungkinan positif dan uji cepat angka banding kemungkinan negatif toksin terhadap
waktu sebenarnyaPCR berturut-turut adalah 69,7%; 98,2%; 95,8%; 84,4%; 39,2 dan 0,31. Berdasarkan ketelitian ini dapat disimpulkan
bahwa jumlah pasienClostridium difficiledi RSCM lebih tinggi dibandingkan di Malaysia, Thailand dan India. Subjek yang diobati dengan
antibiotik lebih dari empat (4) minggu berkebahayaan terdeteksiClostridium difficiletoksigenik dua (2) kali lebih besar dibandingkan
dengan subjek yang diobati antibiotik kurang dari empat (4) minggu. Uji cepat toksin dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
kejadianClostridium difficiletoksigenik.

Kata kunci:Clostridium difficiletoksigenik,toksin uji cepat, waktu sebenarnyaPCR,kepekaan, kekhasan

PENDAHULUAN
antibiotik digunakan dalam jangka lama atau beberapa
Penggunaan antibiotik bagi pasien sudah menjadi hal macam obat tersebut sekaligus digunakan.1
yang lazim. Penggunaan antibiotik ini bukan saja karena Salah satu permasalahan yang timbul sebagai
penyakit infeksi yang menjadi penyebab orang yang sakit dampak pemakaian antibiotik di rumah sakit adalah
dirawat, tetapi juga karena penyakit tersebut sering pengidapan infeksiClostridium difficile (C.difficile) oleh
didapatkan oleh mereka selama dirawat di rumah sakit. C.difficiletoksigenik. Infeksi ini menimbulkan
Antibiotik di satu sisi memang membantu mengatasi manifestasi klinis yang beragam, dari gejala ringan
penghilangan penyebab infeksi, tetapi di sisi lain seperti diare ringan, hingga kolitis pseudomembran (
menimbulkan permasalahan baru terutama bila kolitis pseudomembran, PMC) dan megakolon.2

Departemen Patologi Klinik, FKUI – RSCM, Jakarta. Email: eca_jojo@yahoo.co.id

22
Penggunaan antibiotik spektrum luas yang METODA
cenderung semakin meningkat dan kurang terkendali
digabungkan dengan pengawasan yang kurang serta Rancangan penelitian ini telah disetujui oleh Panitia
peningkatan jumlah pasien yang berusia lanjut Etik Penelitian FKUI-RSCM. Penelitian dilakukan di ruang
menghadapkan petugas kesehatan kepada ancaman rawat inap Gedung A RS Cipto Mangunkusumo dan
kejadian peningkatan infeksiC.difficileyang tidak Departemen Patologi Klinik FKUI-RSCM antara bulan
disadarinya.3 Januari−Mei 2014. Rancangan penelitian bersifat
Jumlah pasienC.difficiledewasa dengan diare prospektif, dalam hal ini sebanyak 90 subjek dewasa yang
yang berhubungan dengan pengobatan antibiotik dirawat inap dengan pengobatan antibiotik (kecuali yang
di Thailand pada tahun 2003 adalah 18,64%.4 diberi metronidazol dan atau vankomisin) lebih dari dua
Berdasarkan ketelitian pada tahun 2012 di Malaysia, (2) minggu, dengan peninjauan konsistensi antara
dilaporkan sebanyak 13,7% sampel ulasan dari pasien lembek−cair, serta kesediaan mengikuti kegiatan kajian
yang beriwayat positif pengobatan antibiotik ini. Uji cepat yang digunakan pada penelitian ini adalah
mengandung toksinC.difficile.5Sedangkan di India Imunoquick®C.sulitGDH danImunoquick®ToxA/B dari
pada tahun 1999, 15% dari kasus diare nosokomial Biosynex, sedangkanwaktu sebenarnyaPCR
disebabkan oleh infeksiC.difficile.6 menggunakanSimplexaTMC. difficile Universal Directdari
Pengujian yang dijadikan acuan untuk Diagnostik Fokus.
pemeriksaanC.difficileadalah kultur toksigenik. Subjek penelitian diminta memberikan ulasannya saat
Pengujian ini memerlukan prasarana sel maupun buang air besar. Tinja yang terkumpul disimpan pada
kultur anaerob dan ahli tenaga untuk mengidentifikasi suhu -20HaiC sampai jumlah sampel terpenuhi. Bila
dampak sitopatik.7-8Deteksi toksinC.difficiledengan jumlah sampel telah terpenuhi, maka ulasan dicairkan
metodeEnzyme-linked Immunosorbent Assay(ELISA) pada suhu ruang (25HaiC) selama 30 menit–1 jam.
lebih cepat dan tidak mahal, tetapi tidak peka. Pilihan Selanjutnya diperiksa secara uji cepat danwaktu
lain adalah uji cepat dengan cepatTes sebenarnyaPCR sesuai petunjuk yang terdapat di
imunokromatografi(TIK). Pengujian ini sangat mudah, lembaran masing-masing.
tidak memerlukan tenaga terlatih, hasil dapat Data subjek penelitian dan hasil pemeriksaan dicatat
diperoleh dalam waktu cepat dan mempunyai dalam tabel induk. Umur subjek dicantumkan dalam
kepekaan tinggi (lebih dari 90%).9 golongan menurut umur <60 tahun dan ≥60 tahun. Jenis
Pemeriksaan lain adalah menggunakan teknik Reaksi antibiotik digolongkan dalam kebahayaan tinggi dan
Rantai Polimerase Waktu Nyata(waktu sebenarnyaPCR). rendah dan jumlah antibiotik dibagi dalam jumlah macam
Waktu sebenarnyaPCR adalah cara pemeriksaan yang antibiotik yaitu <3 dan ≥3. Lama pengobatan antibiotik
memiliki kepekaan dan kekhasan tinggi serta hasil yang dibebankan menjadi <4 minggu dan ≥4 minggu, data
relatif cepat. Saat ini telah tersedia pemeriksaanwaktu yang diperoleh selanjutnya diolah secara deskriptif dan
sebenarnya PCR untukC.sulitsepertiSimplexa™C.difficile analitik menggunakan program Produk statistik dan
Universal Directyang dapat mendeteksi gen toksin B Solusi Layanan(SPSS)ver 20.
C.difficile. Loeffelholz dkk10membandingkan Simplexa™ Data hasil pemeriksaanC.difficiletoksigenik
C.difficile Universal Directdengan metode rujukan dan menggunakan uji cepat danwaktu sebenarnyaPCR
memperoleh hasil kepekaan dan kekhasan Simplexa™ disajikan dalam bentuk tabel 2x2. Hasil pemeriksaan
C.difficile Universal Direct.Terhadap rujukan metode waktu sebenarnya PCR digunakan sebagai bakuan emas.
tersebut berturut-turut berturut-turut mendapatkan hasil Tabel ini selanjutnya digunakan untuk menghitung
sebanyak 100% dan 97,5%.10Pemeriksaan ini, karena sensitivitas, kekhasan, nilai duga positif dan nilai duga
harganya mahal, saat ini cara tersebut belum dapat negatif, angka kemungkinan banding positif dan yang
dilakukan secara rutin.11 negatif uji cepat terhadapwaktu sebenarnyaPCR.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien dan HASIL DAN PEMBAHASAN
gambaran ciri spesimen dan subjek denganC.difficile
toksigenik dan yang diberi obat antibiotik serta menilai Pada penelitian ini berhasil mengumpulkan 90
kemampuan uji cepat dibandingkan denganwaktu sampel. Dua sampel tidak disertakan karena hasilnya
sebenarnya PCR dalam mendeteksiC.difficiletoksigenik tidak sah. Hasil uji cepat antigen 46 positif dan 42 negatif
pada subjek dengan pengobatan antibiotik. Hasil telitian dan yang mengandung toksin 24 positif dan 64 negatif,
ini diharapkan dapat membantu penatalaksanaan pasien sedangkan hasilwaktu sebenarnyaPCR 33 positif dan 55
pengidapC.difficiletoksigenik dengan lebih cepat dan negatif.
tepat serta mencegah manifestasi klinis yang berat serta Hasil deteksiC.difficilemenggunakan uji cepat danwaktu
penambahan lama waktu rawat inap yang berdampak sebenarnyaPCR berdasarkan ciri spesimen dan subjek
pada peningkatan biaya perawatannya. ditampilkan pada Tabel 1.

Deteksi Clostridium Difficile Toksigenik Menggunakan Uji Cepat Toksin -YantidanAstrawinata 23


Tabel 1. DeteksiC.difficileberdasar ciri spesimen dan subjek penelitian

Jumlah ke- Antigen uji cepat Toksin uji cepat PCR waktu nyata
Ciri spesimen dan subjek
seluruhan (n=88) positif, n (%)$ positif, n (%) $ positif, n (%) $
Konsistensi tinjau
Cair 21 7 (33,3) 1 (4,8) 3 (14,3)
Lembek 67 39 (58,2) 23 (34,3) 30 (44,8)
Jenis kelamin
Laki laki 45 22 (48,9) 12 (26,7) 15 (33,3)
Perempuan 43 24 (55,8) 12 (27,9) 18 (41,9)
Umur (tahun)
≥60 tahun 18 10 (55,6) 2 (11,1) 4 (22,2)
<60 tahun 70 36 (51,4) 22 (31,4) 29 (41,4)
Lama pengobatan antibiotik
≥4 minggu 15 9 (60,0) 7 (46,7) 10 (66,7)
<4 minggu 73 37 (50,7) 17 (23,3) 23 (31,5)
Jenis antibiotik
Kebahayaan tinggi * 85 45 (52,9) 24 (28,2) 33 (38,8)
Kebahayaan rendah** 3 1 (33,3) 0 (0) 0 (0)
Jumlah macam antibiotik
≥3 antibiotik 38 24 (63,2) 14 (36,8) 19 (50,0)
<3 antibiotik 50 22 (44,0) 10 (20.0) 14 (28,0)
* Klindamisin, golongan sefalosporin, golongan kuinolon, ampisilin

* * Antibiotik lain yang bukan tergolong dalam antibiotik berkebahayaan tinggi

$Persen dalam baris

Berdasarkan Tabel 1, dapat dihitung jumlah pasien Disimpulkan bahwa jenis kelamin bukan merupakan
C.difficiletoksigenik berdasarkan uji cepat danwaktu faktor kebahayaan yang bermakna untuk infeksiC.difficile
sebenarnya PCR, yaitu 24/88=27,3%; dan 33/88=37,5%. toksigenik.12
Kedua hasil ini lebih tinggi dibandingkan hasil yang Dua dari 18 (11,1) subjek berumur ≥60 tahun dan 22
diperoleh di Malaysia tahun 2012 (13,7%)5, Thailand dari 70 yang berumur <60 tahun (31,4%) positif akibat
tahun 2003 (18,64%)4dan India tahun 1999 (15%)6. Hal C.difficiletoksigenik dengan uji cepat. Berdasar waktu
ini kemungkinan karena pemilihan subjek yang lebih sebenarnyaPCR, 4 dari 18 subjek yang berumur ≥60
ketat pada penelitian ini, yaitu yang bersangkutan tahun (22,2%) dan 29 dari 70 yang <60 tahun (41,4%)
telah mendapat pengobatan antibiotik lebih dari dua menunjukkan hasil positif. Pada penelitian ini tidak
(2) minggu. terlihat adanya peningkatan kebahayaan infeksi pada
Satu dari 21 sampel yang cair (4,8%) dan 23 dari 67 usia ≥60 tahun. Hasil ini berbeda dengan ketelitian
yang lembek (34,3%) memberikan hasil positif McDonald dkk13dan Loo dkk14yang menyatakan bahwa
menggunakan uji cepat toksin. Tiga dari 21 sampel yang umur berhubungan erat dengan peningkatan
cair (14,3%) dan 30 dari 67 yang lembek (44,8%), beri hasil kebahayaan infeksiC.difficileterutama mereka yang
positif menggunakanwaktu sebenarnyaPCR. Hal ini berumur ≥60 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan
kemungkinan karena sampel berbentuk cair akibat sebaran umur subjek tidak merata, yaitu 70 dari 88 orang
dampak pengenceran, menyebabkan jumlah bakteri atau berumur <60 tahun (79,5%) dan 18 dari 88 mereka yang
racun berada di bawah batas deteksiwaktu sebenarnya berumur ≥60 tahun (20,5%).
PCR maupun uji cepat, sehingga hasil pemeriksaan Peningkatan kebahayaan infeksi pada usia tua
menjadi negatif. dihubungkan dengan penurunan respon imun
Pada penelitian ini, hasil uji positifC.difficile terhadap infeksi15, baik imunitas bawaan maupun
toksigenik antara laki laki dan perempuan tidak jauh adaptif, yaitu gangguan fungsi makrofag dan limfosit
berbeda. Berdasarkan uji cepat 12 dari 45 orang laki- B.16Hal ini senada dengan yang dikemukakan Kyne
laki (26,7%) dan 12 dari 43 perempuan (27,9%) positif dkk17bahwa kadar IgG terhadap toksin A pada karier
C.difficiletoksigenik. Berdasarkanwaktu sebenarnya serum tidak bergejala lebih tinggi dibandingkan
PCR. Lima belas dari 45 laki-laki (33,3%) dan 18 dari 43 dengan subjek yang terinfeksiC.difficiletoksigenik.17,18
perempuan (41,9%) positifC.difficiletoksigenik. Hal ini Delapan puluh lima dari 88 subjek penelitian
sesuai dengan ketelitian Dubberke dkk12yang (96,6%) mendapat obat antibiotik berkebahayaan

24 Jurnal Patologi Klinik dan Laboratorium Medik Indonesia, Jil. 22, No. 1 November 2015: 22–26
tinggi untuk infeksiC.difficiletoksigenik terjadi, yaitu: minggu memiliki kebahayaan dua (2) kali lebih besar
ampisilin, golongan sefalosporin dan kuinolon untuk terdeteksiC.difficiletoksigenik dibandingkan
klindamisin. Tiga puluh tiga dari 85 subjek (38,8%) mereka yang diberi obat antibiotik <4 minggu.
diberi obat antibiotik mendapatkan kebahayaan tinggi Stevens dkk20dalam penelitian kasus pengendalian
positifC.difficiletoksigenik denganwaktu sebenarnya retrospektif tertentu menyatakan bahwa subjek
PCR. Bila diperiksa dengan uji cepat, 24 dari 85 subjek dengan median lama pengobatan >18 hari memiliki
(28,2%) mendapatkan positifC.difficiletoksigenik. Tiga angka banding bahaya dua kali lebih besar
subjek yang diberi obat antibiotik berkebahayaan dibandingkan kelompok pembandingnya.20Pepin dkk
rendah, terkaitC.difficiletoksigenik dan diperiksa 15menyatakan hal serupa yaitu terdapat peningkatan
menggunakan uji cepat maupunwaktu sebenarnya angka banding bahaya pada subjek yang diobati
PCR tidak terdeteksi. Panggil dkk19dan Pepin dkk15 antibiotik selama ≥7 hari dibandingkan dengan yang
menyatakan jenis dan jumlah antibiotik berpengaruh kurang dari itu untuk jenis obat yang sama.15
terhadap kejadian infeksiC.difficile.15, 19 Hasil deteksiC.difficilemenggunakan uji cepat untuk
Empat belas dari 38 subjek (36,8%) yang diobati ≥3 toksin dibandingkan dengan metodewaktu sebenarnya
macam antibiotik dan 10 dari 50 orang (20,0%) yang PCR ditampilkan di Tabel 3.
pemberiannya kurang dari jumlah tersebut dan diperiksa DeteksiC.difficiletoksigenik menggunakan uji cepat
menggunakan uji cepat terdeteksiC.difficile toksigenik dibandingkan dengan metodewaktu sebenarnyaPCR
positif. Bila menggunakanwaktu sebenarnyaPCR, 19 dari diperoleh nilai kepekaan 69,7%, kekhasan 98,2%, nilai
38 subjek yang diobati ≥3 macam antibiotik (50,0%) dan dugaan positif 95,8% dan yang negatif 84,4%, angka
14 dari 50 orang yang memberikannya <3 macam kemungkinan banding positif 39,2 serta yang negatif
antibiotik (28,0%) menunjukkan hasil positif. Hasil ini 0,31. Alat tertentu dikatakan memiliki nilai diagnostik
sesuai dengan ketelitian Dial dkk19bahwa infeksiC.difficile baik bila nilai kemungkinan pita angka positif lebih
dipengaruhi oleh jumlah maupun jenis antibiotik yang besar dari 10 sedangkan angka kemungkinan pita
digunakan sebagai pengobatan. Semakin banyak macam negatif mendekati 0,1.21-22
antibiotik yang diberikan, gangguan keseimbangan flora Uji cepat memiliki nilai diagnostik yang baik karena
normal akan semakin nyata, sehingga kemungkinan memiliki kekhususan yang tinggi meskipun
tertularC.difficilelebih besar dibandingkan dengan kepekaannya sedang. Uji dengan kekhususan yang
pengobatan tunggal.15, 19 tinggi baik digunakan untuk diagnosis kepentingan,
Hasil deteksiC.difficiletoksigenik berdasarkan lama artinya bila hasilnya positif, kemungkinan besar
pengobatan antibiotik menggunakanwaktu sebenarnya subjek benar-benar sakit. Bila hasil pengujiannya
PCR ditampilkan di Tabel 2 negatif harus dikukuhkan dengan pemeriksaan yang
Tujuh dari 15 subjek yang diberi obat antibiotik lebih peka dan khas sepertiwaktu sebenarnyaPCR.
selama ≥4 minggu (46,7%) dan 17 dari 73 yang diberi obat
yang sama <4 minggu positif mengalamiC.difficile
toksigenik (23,3%). Yang bersangkutan diperiksa
menggunakan uji cepat. Berdasarwaktu sebenarnyaPCR, Tabel 3.Hasil deteksi C.sulitmenggunakan uji cepat untuk
10 dari 15 subjek yang diberi antibiotik selama ≥4 minggu toksin dibandingkan dengan metodewaktu sebenarnyaPCR
(66,7%) dan 23 dari 73 (31,5%) mereka yang diberi
antibiotik <4 minggu ditemukan positif terdapatC.difficile Uji cepat PCR waktu nyata Jumlah
untuk racun Positif Negatif keseluruhan
toksigenik. Bila dihitung dengan Chi Kuadrat, terdapat
Positif 23 1 24
hubungan antara lama pengobatan antibiotik dengan
Negatif 10 54 64
terdeteksinyaC.difficiletoksigenik menggunakanwaktu
Jumlah keseluruhan 33 55 88
sebenarnyaPCR (p=0,010; RR=2,116). Hal ini berarti subjek
yang diobati antibiotik selama ≥4

Tabel 2. DeteksiC.difficiletoksigenik berdasarkan lama pengobatan antibiotik menggunakan pemeriksaanwaktu sebenarnyaPCR

C.sulittoksigenik Kebahayaan relatif


Jumlah
Lama pengobatan p (selamat kepercayaan
Positif Negatif keseluruhan
95%)
≥4 minggu 10 5 15
<4 minggu 23 50 73 0,010 2.116
Jumlah keseluruhan 33 55 88 (1.293–3.462)

Deteksi Clostridium Difficile Toksigenik Menggunakan Uji Cepat Toksin -YantidanAstrawinata 25


SIMPULAN DAN SARAN 6. Dhawan B, Chaudhry R, Sharma N. Insiden Infeksi
Clostridium difficile: Studi Prospektif di Rumah Sakit India.
Jumlah pasienC.difficiletoksigenik di pengidap yang Infeksi J Hosp. 1999; 43 (29): 275-80.
. 7. Planche T, Wilcox M. Tes referensi untuk infeksi Clostridium
obati antibiotik di RSCM berdasarkkan uji cepat untuk
difficile: satu atau dua standar emas? J Clinic Pathol. 2011; 64
toksin danwaktu sebenarnyaPCR lebih tinggi (10): 1-5.
dibandingkan dengan jumlah pengidap di Malaysia, 8. Rupnik M, Wilcox MH, Gerding DN. Infeksi Clostridium difficile:
Thailand dan India. Perbedaan yang dimaksud adalah Perkembangan Baru dalam Epidemiologi dan Patogenesis.
Nature Rev Microbiol 2009; 7: 526-36.
adanya konsistensi antara pengujian, lama pengobatan
9.Carroll KC, Bartlett JG. Biologi Clostridium difficile: Implikasi
antibiotik dan jumlah obat tersebut dengan terdeteksinya Epidemiologi dan Diagnosis. Annu Rev Mikrobiol. 2011; 65:
C.difficiletoksigenik yang menggunakanwaktu sebenarnya 501-21.
PCR. Antara lama pengobatan antibiotik dan terdeteksinya 10. Loeffelholz M, Murphy A, Frank L, Bufton K. Evaluasi simplexa
Clostridium difficile toxin real time PCR assay. 29th
C.difficiletoksigenik yang menggunakanwaktu sebenarnya
Simposium Virologi Klinis 2013; 60-4
PCR (p=0,010, kebahayaan relatif: 2,116). Kepekaan uji cepat 11. Simplexa™ C. difficile Universal Direct. Diagnostik Fokus.
untuk toksin dengan penggunaanwaktu sebenarnya PCR California, Cypress, 2012; 1-12.
dalam mendeteksiC.difficiletoksigenik terdapat hubungan, 12. Dubberke ER, Reske KA, Yan Y, Olsen MA, McDonald LC, Fraser VJ.
Clostridium difficile terkait penyakit dalam pengaturan
yaitu jika hasilnya sebesar 69,7%; kekhasan 98,2%; nilai duga
endemisitas: identifikasi faktor risiko baru. Klinik Infeksi Dis.
positif 95,8%, nilai duga negatif 2007; 45: 1543-9.
84,4%, angka kemungkinan banding positif 39,2 dan 13. McDonald LC, Utang M, Jernigan DB. Infeksi Clostridium difficile
angka kemungkinan banding negatif 0,31. pada pasien yang keluar dari rumah sakit jangka pendek AS
1996-2003. Emerg Menginfeksi Dis. 2006; 12: 409-25.
Para peneliti ini menganggap, bahwa perlu dilakukan
14. Loo VG, Bourgault AM, Lamothe F, Michaud S, Turgeon N.
penelitian sejenis untuk mengetahui hubungan ciri subjek Faktor inang dan patogen untuk infeksi dan kolonisasi
dengan mencari yang terdeteksinya Clostridium difficile N Eng J Med. 2011; 365 (18): 1693-703.
C.difficiletoksigenik dengan menggunakan sampel 15. Pepin J, Saheb N, Coulombe MA, Alary ME, Corriveau MP,
Penulis S,et al. Munculnya Fluoroquinolones sebagai Faktor
yang lebih besar, agar sebarannya di setiap kelompok
Risiko Predominan untuk Diare Terkait Clostridium difficile:
tidak jauh berbeda, sehingga dapat dianalisis dengan Sebuah Studi Kohort selama Epidemi di Quebec. Klinik
baik. Uji cepat untuk toksin dapat digunakan sebagai Infeksi Dis. 2005; 41: 1254-60.
alat mendiagnosis guna mendeteksiC.difficile 16. Graham JE, Christian LM, Kiecolt-Glaser JK. Stres, Usia, dan Fungsi
Kekebalan Tubuh: Menuju Pendekatan Masa Hidup. J. Perilaku.
toksigenik.
Kedokteran 2006; 29 (4): 389-400.
17. Kyne L, Warny M, Qamar A, Kelly CP. Pengangkutan tanpa gejala
dari Clostridim difficile dan kadar serum antibodi IgG terhadap
DAFTAR PUSTAKA toksin AN Eng J Med. 2000; 342 (6): 390-7.
18.Kelly CP. Bisakah kita mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi infeksi
1. Holloway KA. Mempromosikan Penggunaan Antibiotik Rasional. New berulang Clostridium difficile? Mikrobiol Klinik Menginfeksi. 2012; 18: 21-7.
Delhi, Wilayah Asia Tenggara WHO. 2011; 15: 122-8.
2. Kyne L, Hamel MB, Polavaram R, Kelly CP. Biaya Perawatan Kesehatan 19. Dial S, Alrasadi K, Manoukian C, Huang A, Menzies D. Risiko diare
dan Kematian Terkait dengan Diare Nosokomial Akibat Clostridium Clostridium difficile di antara pasien rawat inap yang diresepkan
difficile. Klinik Menginfeksi Dis. 2002; 34: 346-53. penghambat pompa proton: studi kohort dan kasus-kontrol.
3. Collins DA, Hawkey PM, Riley TV. Epidemiologi Infeksi CMAJ. 2004; 171 (1): 33-8.
Clostridium difficile di Asia. jurnal. 2013; 2 (21): 1-9. 20. Stevens V, Dumyati G, Fine LS, Fisher SG, Wijngaarden Ev. Paparan
4. Wongwanich S, Rugdeekha S, Pongpech P, Dhiraputra C. Antibiotik Kumulatif dari Waktu ke Waktu dan Risiko Infeksi
Deteksi Gen Toksin Clostridium difficile A dan B dari Sampel Clostridium difficile. Klinik Infeksi Dis. 2011; 53: 42-8.
Kotoran Pasien Diare Thailand dengan Teknik Reaksi Rantai 21. Pusponegoro HD, Wirya IGNW, Pudjiadi AH, Bisanto J,
Polimerase. J Med Assoc Thailand. 2003; 86 (10): 970-5. Zulkarnaen SZ. Uji Diagnostik. Di dalam: Sastroasmoro S,
5. Hassan SA, Othman N, Idris FM, Rahman ZA, Maning N, Ismail S, editor. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Rahman RA,et al.Prevalensi Toksin Clostridium difficile pada Jakarta, Sagung Seto, 2002; 166-85.
Sampel Kotoran Diare Pasien dari Rumah Sakit Tersier di 22. Dahlan MS. Analisispenelitian diagnostik. Di dalam: Novianto A, editor.
Malaysia Penisular Timur Laut. MedJ Malaysia. 2012; 67 (4): Penelitian diagnostik, dasar-dasar teoritis dan aplikasi dengan
402-5. program SPSS dan Stata. Jakarta, Salemba Medika, 2009; 20- 30.

26 Jurnal Patologi Klinik dan Laboratorium Medik Indonesia, Jil. 22, No. 1 November 2015: 22–26

Anda mungkin juga menyukai