Kelompok 3
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini sampai dengan selesai. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Sulastri, M.Kep., Sp.Jiwa selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Paliatif serta kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah kami yang berjudul “PENGKAJIAN BIO-PSIKO,
SOSIAL, PADA ASKEP PALIATIF"
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1......................................................................................................................4
1. LATAR BELAKANG..................................................................................4
2. TUJUAN.......................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................13
Kesimpulan.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
4
2. Diharapkan mampu mengetahui pengkajian bio, psiko, sosial asuhan
keperawatan paliatif
BAB II
ISI
5
2) Nyeri viseral, nyeri hebat terjadi pada organ-organ viseral didaerah
penyebaran kanker. Rasa nyeri ini membuat penderita mengalami nyeri
hebat sampai-sampai penderita tidak mampu lagi membuat peta
sensorik secara rinci dan cermat di dalam korteks otak. Dengan
demikian, penderita mengalami rasa nyeri yang hebat tetapi tidak
mampu mengatakan dengan tepat baik sifat nyerinya, kualitas nyerinya
maupun kuantitas nyerinya. Penderita hanya mampu merasakan rasa
nyeri yang sangat dalam dan luas di seluruh anggota tubuhnya
terutama daerah penyebaran kanker dengan disertai rasa tidak nyaman.
3) Nyeri neuropatik, penderita kanker yang mengalami nyeri neuropatik
ini dikuatirkan pada jalur-jalur nyeri di dalam daerah tubuhnya
mengalami hambatan sehingga penderita tidak dapat menerima obat-
obat penurun ataupun penghilang rasa nyeri, bahkan sejenis morphin
tidak akan dapat digunakan lagi untuk mengurangi rasa nyeri yang
diderita.
4) Nyeri pleksopati, penderita mengalami nyeri yang hebat pada daerah
sumsum tulang belakang.
5) Nyeri pinggang/tulang belakang, penderita yang mengalami nyeri
hebat pada daerah ini biasanya menunjukkan prognosis yang jelek
karena sakit pada daerah ini mengindikasikan adanya proses
penyebaran keseluruh bagian dan jaringan tubuh yang lain.
6
b. Aspek Psikologis
c. Aspek Sosial
Kesempatan untuk berhubungan sosial menjadi terbatas saat keinginan
untuk bersama semakin kuat. Dengan demikian ini bukan saatnya untuk
membatasi kunjungan. Konsekuensi mengenai interaksi sosial yang tidak
menyenangkan ini dapat membuat pasien mulai menarik diri dari
kehidupan sosialnya dengan cara membatasi orang-orang yang
mengunjunginya hanya kepada beberapa orang anggota keluarga saja.
Pemberian perawatan paliatif harus dapat memberikan perawatan sesuai
dengan masalah yang ada pada pasien.
a. Pengkajian Biologi
Pedoman : Nyeri, gejala lainnya dan efek samping ditangani berdasarkan
bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan sistematis.
Kriteria :
7
1. Tim interdisiplin mencakup kemampuan level spesialis yang
professional dalam mengatasi gejala.
2. Pengkajian nyeri secara teratur, gejala bukan nyeri (termasuk tapi
tidak terbatas pada kesulitan bernafas, mual, lelah, lemah, anoreksia,
insomnia, kecemasan, depresi, kebingungan serta konstipasi), obati
efek samping, dan kapasitan fungsional didokumentasikan. Instrumen
validasi, jika tersedia digunakan. Pengkajian gejala pada pasien dan
kerusakan kognitif seharusnya dilakukan dengan alat yang sesuai.
3. Hasil dari manajemen nyeri dan penatalaksanaan gejala nyeri adalah
keamanan serta berkurangnya level nyeri dan gejala, sepanjang
berlangsungnya gejala, sampai ke level yang dapat diterima oleh
pasien.
4. Respon terhadap penyulit gejala dengan cepat dan sesuai, melalui
dokumen di rekam medis.
5. Batasan terhadap manajemen gejala yang efektif harus diketahui dan
dirujukkan, termasuk ketakutan yang tidak sesuai dati risiko dan efek
samping, kecanduan, depresi napas., kematian yang cepat akibat
analgesic opioid.
6. Sebuah rencana manajemen risiko harus diterapkan ketika obat
pengontrol gejala diresepkan sebagai penatalaksanaan jangka panjang.
7. Dilakukan pengkajian terhadap pemahaman pasien mengenai penyakit
dan konsekuensinya, gejala, efek samping dari pengobatan , kerusakan
fungsi dan pengobatan yang berguna.
8. Dilakukan pengkajian terhadap pemahaman keluarga menngenai
penyakit dan konsekuensinya, gejala, efek samping, kerusakan fungsi
dan pengobatan.
9. Tindakan terhadap gejala penyakit, efek samping farmakologi,
nonfarmakologi , serta terapi tambahan atau supportif.
10. Merujuk ke pelayanan kesehatan yang professional dengan
kemampuan spesial dalam mengatasi gejala tersedia jika
memungkinkan (seperti terapi radiasi, spesialis manajemen nyeri,
anestesi, ortopedi , terapi okupasi dan fisik, dan spesialis anak).
8
11. Keluarga diedukasi dan dibantu untuk mengambil tindakan sesuai
yang aman dan nyaman.
12. Sebuah proses untuk meningkatkan kualitas, penilaian kembali fisik
dan pengkajian fungsional, serta tingkat efektivitas pengobatan
didokumentasikan dan diarahkan sebagai dasar perubahan
dalam praktik klinis.
b. Pengkajian Psikologis
Pedoman : Masalah psikologi dan psikiatri dikaji dan ditangani
berdasarkan bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan
sistematis
Kriteria :
1. Tim interdisiplin mencakup professional dengan kemampuan spesifik
serta pelatihan psikologis dan psikiatri yang merupakan kelainan
akibat penyakit serius bagi pasien dan keluarga termasuk depresi,
kecemasan, dan kerusakan kognitif.
2. Pengkajian yang teratur terhadap reaksi fisiologis(termasuk tapi tidak
terbatas oleh stress, ucapan berduka dan strategi pertahanan). Kapan
pun memungkinkan, sebuah alat pemeriksaan yang valid dan spesifik
harus digunakan.
3. Pengkajian psikologis termasuk pasien mengerti penyakit, gejala, efek
samping dan pengobatan, sebagaimana pemeriksaan dari kebutuhan
perawatan, kapasitas dan strategi pertahanan.
4. Pengkajian psikologis termasuk keluarga mengerti akan kesakitan dan
konsekuensi bagi pasien dan keluarga, dan pemeriksaan kapasitas
rawat keluarga, kebutuhan dan strategi pertahanan.
5. Keluarga diedukasi dan didukung untuk memberikan bantuan
psikologis yang sesuai ke pasien.
6. Farmakologi, nonfarmakologi, dan terapi tambahan diberikan untuk
mengobati penyulit psikologis atau sindrom psikiatri, yang sesuai.
Alternatif pengobatan secara jelas didokumentasikan dan
dikomunikasikan, juga mengizinkan pasien serta keluarga untuk
membuat pilihan informasi.
9
7. Merespons gejala penyakit dengan cepat dan sesuai dengan apa yang
tertera dalam rekam medis. Evaluasi efektivitas pengobatan secara
teratur dan pilihan keluarga pasien yang telah didokumentasikan.
8. Merujuk ke tenaga kesehatan professional dengan kemampuan level
spesialis dalam pentalaksanaan psikiatri dan psikologis yang sesuai
dengan usia(seperti: psikiatri, psikologis serta pekerja social.
9. Pengkajian yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan bantuan
disediakan untuk pasien pediatrik, saudara mereka, maupun anak atau
cucu pada pasien dewasa.
10. Komunikasi dengan anak dan individu yang memiliki gangguan
kognitif menggunakan verbal, nonverbal , dan atau arti simbolik sesuai
dengan stadium perkembangan dan kapasitas kognitif.
11. Pemilihan pengobatan berdasarkan tujuan perawatan, pengkajian
keuntungan dan kerugian, bukti terbaik, dan pilihan pasien atau
keluarga. Tujuannya yaitu untuk mengetahui kebutuhan psikologis,
mengobati masalah psikiatri, menigkatkan penyesuaian diri, dan
mendukung perkembangan emosional , penyembuhan, penyusunan dan
melengkapi usaha yang belum selesai, dan bantuan melalui periode
kehilangan.
12. Sebuah proses untuk meningkatkan kualitas dan pengulangan kembali
pemeriksaan fisiologi dan psikiatri serta keefektifan pengobatan
didokumentasikan dan berperan penting dalam
perubahan praktis klinis
c. Pengkajian Sosial
Pedoman : Pengkajian interdisiplin yang komprehensif untuk
mengindentifikasi kebutuhan sosial pasien dan keluarganya, secara
rencana dikembangkan untuk menanggapi kebutuhan tersebut seefektif
mungkin.
Kriteria :
1. Tim interdisiplin termasuk professional dengan kemampuan spesifik
pasien-populasi dalam mengkaji dan mengurus kebutuhan sosial dan
10
praktis selama terjadi penyakit yang mengancam nyawa atau kronis
progresif.
2. Praktisi yang memiliki kemampuan dalam mengkaji dan mengurus
kebutuhan perkembangan anak harus tersedia untuk pasien anak dan
anak dari pasien dewasa sesuai.
3. Pengkajian sosial interdisiplin yang komprehensif tercapai dan
didokumentasikan meliputi:
a. Struktur keluarga dan lokasi geografis
b. Hubungan
c. Jalur komunikasi
d. Hubungan sosial dan budaya yang ada
e. Tunjangan sosial
f. Keputusan medis
g. Letak tempat kerja dan sekolah
h. Keuangan
i. Seksualitas
j. Keintiman
k. Pengaturan kehidupan
l. Ketersediaan penjaga
m. Akses transportasi
n. Akses obat resep dan bebas
o. Produk nutrisional
p. Askes ke peralatan yang dibutuhkan
q. Sumber komunitas termasuk sekolah dan tempat kerja
r. Masalah hukum.
11
d. Menyediakan tunjangan emosi dan sosial dan meningkatkan
komunikasi.
4. Rencana perawatan sosial diformulasikan dari pengkajian berulang
komprehensif sosial dan budaya, dan merefleksikan serta
mendokumentasikan nilai, tujuan, dan keinginan seperti dibentuk
pasien dan keluarga. Intervensi direncanakan untuk meminimalisasi
dampak lain dari penatalaksanaan di keluarga dan mempromosikan
pelayan kesehatan dan tujuan serta keberadaan keluarga.
5. Rujukan ke pelayanan yang sesuai dibuat untuk memenuhi kebutuhan
sosial dan mempromosikan akses pelayanan, pertolongan di rumah,
sekolah atau tempat kerja, transportasi, rehabilitasi, medis, konseling,
sumber komunitas dan perlengkapan.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan utama perawatan paliatif adalah membantu semua pasien di segala usia
dengan penyakit yang mengancam nyawa beserta keluarga mereka, selama
terjadinya seluruh fase penyakit, tidak bergantung durasi, hingga kesembuhan atau
kematian, dan periode kehilangan. Perawatan paliatif dilakukan dengan perhatian
interdisiplin terlatih terhadap nyeri dan gejala mengganggu lainnya; emosional,
spiritual, dan bantuan praktikal ; sistensi dalam pengambilan keputusan kompleks,
dan moordinasi dengan kesinambungan pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah
untuk membantu pasien dan keluarga mencapai kualitas hidup terbaik sejalan
dengan nilai, kebutuhan, dan keinginan mereka. Standar operasional untuk
perawatan paliatif mewakili pendapat konsesus dari organisasi mayor perawatan
paliatif dan pemimpimnya di AS, dan berdasarkan bukti ilmiah atau opini
professional yang ada. Standar operasional praktik klinis seperti ini telah menjadi
alat yang diterima yang mengandung konsistensi, komprehensif, dan kualitas
meliputi banyak bagian dari pelayanan kesehatan. Penyebarluasan srandar
operasional di AS akan membantu terwujudnya perawatan paliatif sebagai
komponen yang menyatu dengan pelayanan kesehatan pada pasien yang terbaring
dengan penyakit yang mengancam nyawa dan penyakit kronis progresif.
Diharapkan Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative Care dapat
membantu pencapaian kualitas tinggi pada pelayanan kesehatan bagi pasien dan
keluarga untuk bergantung dan berharap.
13
DAFTAR PUSTAKA
14