Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN PALIATIF

PENGKAJIAN BIO-PSIKO, SOSIAL, PADA ASKEP PALIATIF

Dosen Pengampu: Sulastri, M.Kep., Sp.Jiwa

Kelompok 3

1.Surya Ningsih 2114301053


2.Lathifa Nur Anggraini 2114301094
3.Popi Rizkanti 2114301095
4.Vhirga Bayu lexana 2114301097

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI SARJANA TERAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TK 3 REG 2
TAHUN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyusun makalah ini sampai dengan selesai. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Sulastri, M.Kep., Sp.Jiwa selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Paliatif serta kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah kami yang berjudul “PENGKAJIAN BIO-PSIKO,
SOSIAL, PADA ASKEP PALIATIF"

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Kami menyadari bahwasanya dalam penulisan
makalah ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan serta
pengalaman kami. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kami bisa memperbaiki makalah ini dikemudian
hari.

Bandar Lampung, 11 Januari 2024

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1......................................................................................................................4

1. LATAR BELAKANG..................................................................................4

2. TUJUAN.......................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

1. Definisi Bio-Psiko, Sosial.............................................................................5

2. Pengkajian bio, psiko, sosial asuhan keperawatan paliatif...........................7

BAB III..................................................................................................................13

Kesimpulan.........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi


kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien,
penumpang, dan lain-lain) yang tingkat kepuasannya hanya dapat
dirasakan oleh orang yang melayani maupun yang dilayani. Masalah
psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal
yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang
membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien
maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Permasalahan yang
sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif
meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah
dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013).
Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif
dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang
mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa
yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan merupakan
keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit
(ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap
tidak jelasan atau ancaman tidak spesifik. Bahwa kecemasan adalah
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang disertai oleh respon
otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan tanda waspada yang memberi tanda individu akan
adanya bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.

2. TUJUAN

1. Diharapkan mampu menjelaskan definisi dari bio, psiko, sosial.

4
2. Diharapkan mampu mengetahui pengkajian bio, psiko, sosial asuhan
keperawatan paliatif

BAB II

ISI

1. Definisi Bio-Psiko, Sosial

Pemberian perawatan paliatif sangat dianjurkan untuk pasien dan keluarga


pasien dengan penyakit terminal salah satunya adalah kanker. Perawatan ini
memungkinkan tidak hanya mendapatkan perawatan secara aspek fisik saja
namun juga perawatan secara psikologis dan sosial dalam menghadapi
penyakit fisik yang berpengaruh terhadap masalah pikologis dan sosial yang
dihadapi pasien dan keluarga pasien. Hal ini sesuai definisi perawatan paliatif
menurut WHO yaitu perawatan yang aktif dan menyeluruh terhadap pasien
yang penyakitnya tidak lagi memberikan tanggapan kepada pengobatan yang
menyembuhkan. Kontrol dari rasa sakit, gejala-gejala lain, masalah psikologis,
sosial, dan spiritual merupakan hal yang
a. Aspek Biologi
Aspek biologi didefinisikan sebagai manifestasi fisik yang terjadi pada
pasien akibat penyakit yang dideritanya atau penyakit komorbid lain
terjadi bersamaan dengan penyakit primer (Witari, 2020). Masalah fisik
yang sering kali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif yaitu
nyeri. Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi
secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat
diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabila data
subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (Dudney
et al., 2015).
Beberapa aspek nyeri yang sering terjadi(Megawe: 1998) adalah:
1) Nyeri somatik, nyeri somatic ini terjadi di sekitar otot-otot abdomen,
jaringan ikat, tulang pinggul dan seputar daerah ovarium.

5
2) Nyeri viseral, nyeri hebat terjadi pada organ-organ viseral didaerah
penyebaran kanker. Rasa nyeri ini membuat penderita mengalami nyeri
hebat sampai-sampai penderita tidak mampu lagi membuat peta
sensorik secara rinci dan cermat di dalam korteks otak. Dengan
demikian, penderita mengalami rasa nyeri yang hebat tetapi tidak
mampu mengatakan dengan tepat baik sifat nyerinya, kualitas nyerinya
maupun kuantitas nyerinya. Penderita hanya mampu merasakan rasa
nyeri yang sangat dalam dan luas di seluruh anggota tubuhnya
terutama daerah penyebaran kanker dengan disertai rasa tidak nyaman.
3) Nyeri neuropatik, penderita kanker yang mengalami nyeri neuropatik
ini dikuatirkan pada jalur-jalur nyeri di dalam daerah tubuhnya
mengalami hambatan sehingga penderita tidak dapat menerima obat-
obat penurun ataupun penghilang rasa nyeri, bahkan sejenis morphin
tidak akan dapat digunakan lagi untuk mengurangi rasa nyeri yang
diderita.
4) Nyeri pleksopati, penderita mengalami nyeri yang hebat pada daerah
sumsum tulang belakang.
5) Nyeri pinggang/tulang belakang, penderita yang mengalami nyeri
hebat pada daerah ini biasanya menunjukkan prognosis yang jelek
karena sakit pada daerah ini mengindikasikan adanya proses
penyebaran keseluruh bagian dan jaringan tubuh yang lain.

Gejala Sakit Fisik Yang lain:

a. Mual, Muntah, dan Anoreksia. Keluhan-keluhan pada pasien dengan


keluhan mual, muntah dan anoreksia biasanya bersumber pada
keluhan-keluhan subjektif. Sekalipun keluhan ini sifatnya subjektif
namun memberikan dampak negative pada penurunan gejala fisik yang
lain seperti: keringat berlebihan, kepucatan, salivasi, dan lain-lain.
b. Obstruksi Usus. Pasien biasanya menjadi tidak mau makan dan minum
karena lambungnya mengalami sakit yang sangat hebat.

6
b. Aspek Psikologis

Pasien dengan peenyakit terminal biasanya semakin tidak bisa


menunjukkan dirinya secara ekspresif. Pasien menjadi sulit untuk
mempertahankan kontrol biologis dan fungsi sosialnya, seperti menjadi
sering mengeluarkan air liur, perubahan ekspresi bentuk muka, gemetaran
dan lain sebagainya. Pasien juga sering mengalami kesakitan, muntah
muntah, keterkejutan karena perubahan penampilan yang drastis
disebabkan kerontokan rambut atau penurunan berat badan, dan stres
karena pengobatan sehingga pasien mengalami ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi. Masalah psikologis tersebut disebabkan oleh perubahan-
perubahan dalam konsep diri pasien. Sebagai pemberi perawatan paliatif
harus bisa melakukan tugas dengan menyesuaikan terhadap masalah
pasien.

c. Aspek Sosial
Kesempatan untuk berhubungan sosial menjadi terbatas saat keinginan
untuk bersama semakin kuat. Dengan demikian ini bukan saatnya untuk
membatasi kunjungan. Konsekuensi mengenai interaksi sosial yang tidak
menyenangkan ini dapat membuat pasien mulai menarik diri dari
kehidupan sosialnya dengan cara membatasi orang-orang yang
mengunjunginya hanya kepada beberapa orang anggota keluarga saja.
Pemberian perawatan paliatif harus dapat memberikan perawatan sesuai
dengan masalah yang ada pada pasien.

2. Pengkajian bio, psiko, sosial asuhan keperawatan paliatif

a. Pengkajian Biologi
Pedoman : Nyeri, gejala lainnya dan efek samping ditangani berdasarkan
bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan sistematis.
Kriteria :

7
1. Tim interdisiplin mencakup kemampuan level spesialis yang
professional dalam mengatasi gejala.
2. Pengkajian nyeri secara teratur, gejala bukan nyeri (termasuk tapi
tidak terbatas pada kesulitan bernafas, mual, lelah, lemah, anoreksia,
insomnia, kecemasan, depresi, kebingungan serta konstipasi), obati
efek samping, dan kapasitan fungsional didokumentasikan. Instrumen
validasi, jika tersedia digunakan. Pengkajian gejala pada pasien dan
kerusakan kognitif seharusnya dilakukan dengan alat yang sesuai.
3. Hasil dari manajemen nyeri dan penatalaksanaan gejala nyeri adalah
keamanan serta berkurangnya level nyeri dan gejala, sepanjang
berlangsungnya gejala, sampai ke level yang dapat diterima oleh
pasien.
4. Respon terhadap penyulit gejala dengan cepat dan sesuai, melalui
dokumen di rekam medis.
5. Batasan terhadap manajemen gejala yang efektif harus diketahui dan
dirujukkan, termasuk ketakutan yang tidak sesuai dati risiko dan efek
samping, kecanduan, depresi napas., kematian yang cepat akibat
analgesic opioid.
6. Sebuah rencana manajemen risiko harus diterapkan ketika obat
pengontrol gejala diresepkan sebagai penatalaksanaan jangka panjang.
7. Dilakukan pengkajian terhadap pemahaman pasien mengenai penyakit
dan konsekuensinya, gejala, efek samping dari pengobatan , kerusakan
fungsi dan pengobatan yang berguna.
8. Dilakukan pengkajian terhadap pemahaman keluarga menngenai
penyakit dan konsekuensinya, gejala, efek samping, kerusakan fungsi
dan pengobatan.
9. Tindakan terhadap gejala penyakit, efek samping farmakologi,
nonfarmakologi , serta terapi tambahan atau supportif.
10. Merujuk ke pelayanan kesehatan yang professional dengan
kemampuan spesial dalam mengatasi gejala tersedia jika
memungkinkan (seperti terapi radiasi, spesialis manajemen nyeri,
anestesi, ortopedi , terapi okupasi dan fisik, dan spesialis anak).

8
11. Keluarga diedukasi dan dibantu untuk mengambil tindakan sesuai
yang aman dan nyaman.
12. Sebuah proses untuk meningkatkan kualitas, penilaian kembali fisik
dan pengkajian fungsional, serta tingkat efektivitas pengobatan
didokumentasikan dan diarahkan sebagai dasar perubahan
dalam praktik klinis.
b. Pengkajian Psikologis
Pedoman : Masalah psikologi dan psikiatri dikaji dan ditangani
berdasarkan bukti terbaik, yang dilakukan dengan sangat terampil dan
sistematis
Kriteria :
1. Tim interdisiplin mencakup professional dengan kemampuan spesifik
serta pelatihan psikologis dan psikiatri yang merupakan kelainan
akibat penyakit serius bagi pasien dan keluarga termasuk depresi,
kecemasan, dan kerusakan kognitif.
2. Pengkajian yang teratur terhadap reaksi fisiologis(termasuk tapi tidak
terbatas oleh stress, ucapan berduka dan strategi pertahanan). Kapan
pun memungkinkan, sebuah alat pemeriksaan yang valid dan spesifik
harus digunakan.
3. Pengkajian psikologis termasuk pasien mengerti penyakit, gejala, efek
samping dan pengobatan, sebagaimana pemeriksaan dari kebutuhan
perawatan, kapasitas dan strategi pertahanan.
4. Pengkajian psikologis termasuk keluarga mengerti akan kesakitan dan
konsekuensi bagi pasien dan keluarga, dan pemeriksaan kapasitas
rawat keluarga, kebutuhan dan strategi pertahanan.
5. Keluarga diedukasi dan didukung untuk memberikan bantuan
psikologis yang sesuai ke pasien.
6. Farmakologi, nonfarmakologi, dan terapi tambahan diberikan untuk
mengobati penyulit psikologis atau sindrom psikiatri, yang sesuai.
Alternatif pengobatan secara jelas didokumentasikan dan
dikomunikasikan, juga mengizinkan pasien serta keluarga untuk
membuat pilihan informasi.

9
7. Merespons gejala penyakit dengan cepat dan sesuai dengan apa yang
tertera dalam rekam medis. Evaluasi efektivitas pengobatan secara
teratur dan pilihan keluarga pasien yang telah didokumentasikan.
8. Merujuk ke tenaga kesehatan professional dengan kemampuan level
spesialis dalam pentalaksanaan psikiatri dan psikologis yang sesuai
dengan usia(seperti: psikiatri, psikologis serta pekerja social.
9. Pengkajian yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan bantuan
disediakan untuk pasien pediatrik, saudara mereka, maupun anak atau
cucu pada pasien dewasa.
10. Komunikasi dengan anak dan individu yang memiliki gangguan
kognitif menggunakan verbal, nonverbal , dan atau arti simbolik sesuai
dengan stadium perkembangan dan kapasitas kognitif.
11. Pemilihan pengobatan berdasarkan tujuan perawatan, pengkajian
keuntungan dan kerugian, bukti terbaik, dan pilihan pasien atau
keluarga. Tujuannya yaitu untuk mengetahui kebutuhan psikologis,
mengobati masalah psikiatri, menigkatkan penyesuaian diri, dan
mendukung perkembangan emosional , penyembuhan, penyusunan dan
melengkapi usaha yang belum selesai, dan bantuan melalui periode
kehilangan.
12. Sebuah proses untuk meningkatkan kualitas dan pengulangan kembali
pemeriksaan fisiologi dan psikiatri serta keefektifan pengobatan
didokumentasikan dan berperan penting dalam
perubahan praktis klinis
c. Pengkajian Sosial
Pedoman : Pengkajian interdisiplin yang komprehensif untuk
mengindentifikasi kebutuhan sosial pasien dan keluarganya, secara
rencana dikembangkan untuk menanggapi kebutuhan tersebut seefektif
mungkin.
Kriteria :
1. Tim interdisiplin termasuk professional dengan kemampuan spesifik
pasien-populasi dalam mengkaji dan mengurus kebutuhan sosial dan

10
praktis selama terjadi penyakit yang mengancam nyawa atau kronis
progresif.
2. Praktisi yang memiliki kemampuan dalam mengkaji dan mengurus
kebutuhan perkembangan anak harus tersedia untuk pasien anak dan
anak dari pasien dewasa sesuai.
3. Pengkajian sosial interdisiplin yang komprehensif tercapai dan
didokumentasikan meliputi:
a. Struktur keluarga dan lokasi geografis
b. Hubungan
c. Jalur komunikasi
d. Hubungan sosial dan budaya yang ada
e. Tunjangan sosial
f. Keputusan medis
g. Letak tempat kerja dan sekolah
h. Keuangan
i. Seksualitas
j. Keintiman
k. Pengaturan kehidupan
l. Ketersediaan penjaga
m. Akses transportasi
n. Akses obat resep dan bebas
o. Produk nutrisional
p. Askes ke peralatan yang dibutuhkan
q. Sumber komunitas termasuk sekolah dan tempat kerja
r. Masalah hukum.

Pertemuan rutin pasien dan keluarga dilakukan dengan anggota tim


multidisiplin untuk mengkaji pengertian dan menjawab pertanyaan :

a. Mendiskusikan tujuan pengobatan dan rencana pengobatan ke


depan.
b. Menentukan harapan.
c. Kemauan dan ketakutan.

11
d. Menyediakan tunjangan emosi dan sosial dan meningkatkan
komunikasi.
4. Rencana perawatan sosial diformulasikan dari pengkajian berulang
komprehensif sosial dan budaya, dan merefleksikan serta
mendokumentasikan nilai, tujuan, dan keinginan seperti dibentuk
pasien dan keluarga. Intervensi direncanakan untuk meminimalisasi
dampak lain dari penatalaksanaan di keluarga dan mempromosikan
pelayan kesehatan dan tujuan serta keberadaan keluarga.
5. Rujukan ke pelayanan yang sesuai dibuat untuk memenuhi kebutuhan
sosial dan mempromosikan akses pelayanan, pertolongan di rumah,
sekolah atau tempat kerja, transportasi, rehabilitasi, medis, konseling,
sumber komunitas dan perlengkapan.

12
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Tujuan utama perawatan paliatif adalah membantu semua pasien di segala usia
dengan penyakit yang mengancam nyawa beserta keluarga mereka, selama
terjadinya seluruh fase penyakit, tidak bergantung durasi, hingga kesembuhan atau
kematian, dan periode kehilangan. Perawatan paliatif dilakukan dengan perhatian
interdisiplin terlatih terhadap nyeri dan gejala mengganggu lainnya; emosional,
spiritual, dan bantuan praktikal ; sistensi dalam pengambilan keputusan kompleks,
dan moordinasi dengan kesinambungan pelayanan kesehatan. Tujuannya adalah
untuk membantu pasien dan keluarga mencapai kualitas hidup terbaik sejalan
dengan nilai, kebutuhan, dan keinginan mereka. Standar operasional untuk
perawatan paliatif mewakili pendapat konsesus dari organisasi mayor perawatan
paliatif dan pemimpimnya di AS, dan berdasarkan bukti ilmiah atau opini
professional yang ada. Standar operasional praktik klinis seperti ini telah menjadi
alat yang diterima yang mengandung konsistensi, komprehensif, dan kualitas
meliputi banyak bagian dari pelayanan kesehatan. Penyebarluasan srandar
operasional di AS akan membantu terwujudnya perawatan paliatif sebagai
komponen yang menyatu dengan pelayanan kesehatan pada pasien yang terbaring
dengan penyakit yang mengancam nyawa dan penyakit kronis progresif.
Diharapkan Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative Care dapat
membantu pencapaian kualitas tinggi pada pelayanan kesehatan bagi pasien dan
keluarga untuk bergantung dan berharap.

13
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Colleges of Nursing.2002.” Peaceful Death:


ReccomendedCompetencies and Curricular Guidelines For 172 Nurse to Nurse :
Palliative Care End-Of- Life-Nursing Care”.Washington,DC:American
Association of Colleges of Nursing.

American Academy of Pediatrics, Committee on Bioethics and Committee on


Hospital Care.2000. “Palliative Care For Children”.Pediatrics.106:351-357.

Suprapto.(2022).Konsep Dasar Keperawatan Paliatif.

14

Anda mungkin juga menyukai