HERI GUNAWANSIH
HUSMITA OKTAZIANI
NADIA SYAWATUL MUTHMAINNAH
NI MADE JUNIA PUTRI
RIZAL EFENDI
DEFENISI PERAWATAN PALIATIF
Menurut WHO, perawatan paliatif dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah
terkait dengan penyakit yang mengancam nyawa, melalui
pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan cara identifikasi
dini, pemeriksaan yang baik, terapi rasa sakit dan masalah lainnya
yaitu masalah fisik, psikososial, dan spritual (Rasjidi, 2010).
Aspek biologi berkaitan dengan aspek fisik yaitu rasa nyerinya sangat hebat sehingga
penderita terkadang tidak kuat dan tidak tahan menghadapi rasa nyeri ini. Beberapa
aspek nyeri yang sering terjadi (Megawe: 1998) adalah:
Pasien dengan penyakit terminal biasanya sernakin tidak bisa menunjukkan dirinya secara ekspresif.
Masalah psikologis tersebut disebabkan oleh perubahanperubahan dalam konsep diri pasien. Sebagai
pemberi perawatan paliatif harus bisa melakukan tugas dengan menyesuaikan terhadap masalah
pasien. Tugas yang berkaitan dengan fungsi psikologis meliputi upaya untuk:
Pemahaman akan kebutuhan spiritualitas akan mempengaruhi kualitas hidup individu secara psikologis,
dengan kata lain spiritualitas adalah sesuatu yang menghidupkan semangat bagi penderita kanker serviks
untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Pemahaman yang baik juga akan membantu pasien dalam
menerima kondisi yang terjadi pada dirinya.
ASPEK KULTURAL
Bila penderita kanker mengalami rasa nyeri yang sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pendekatan
farmakologi, maka aspek sosial, kultural dan spirituallah yang diharapkan masih mampu meringankan
rasa nyeri.
Pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual, kultural
sesuai prosedur dan standar asuhan
keperawatan paliatif
ASPEK BIO
Pedoman Nyeri, gejala lainnya dan efek samping ditangani berdasarkan bukti terbaik, yang dilakukan dengan
sangat terampil dan sistematis
.
Kriteria:
1. Tim interdisiplin mencakup kemampuan level spesialis yang professional dalam mengatasi gejala.
2. Pengkajian nyeri secara teratur, gejala bukan nyeri(termasuk tapi tidak terbatas pada kesulitan bernafas, mual,
lelah, lemah, anoreksia, insomnia, kecemasan, depresi, kebingungan serta konstipasi), obati efek samping, dan
kapasitan fungsional didokumentasikan
3. Hasil dari manajemen nyeri dan penatalaksanaan gejala nyeri adalah keamanan serta berkurangnya level nyeri
dan gejala, sepanjang berlangsungnya gejala, sampai ke level yang dapat diterima oleh pasien.
4. Dilakukan pengkajian terhadap pernahaman pasien mengenai penyakit dan konsekuensi nya, gejala, efek
samping dari pengobatan, kerusakan fungsi dan pengobatan yang berguna.
5. Dilakukan pengkajian terhadap pemahaman keluarga menngenai penyakit dan konsekuensinya, gejala, efek
samping, kerusakan fungsi dan pengobatan.
6. Keluarga diedukasi dan dibantu untuk mengambil tindakan. sesuai yang aman dan nyaman.
ASPEK PSIKOLOGI
Pedoman Masalah psikologi dan psikiatri dikaji dan ditangani berdasarkan bukti terbaik, yang dilakukan
dengan sangat terampil dan sistematis
Kriteria:
1. Tim interdisiplin mencakup professional dengan kemampuan spesifik serta pelatihan psikologis dan
psikiatri yang merupakan kelainan akibat penyakit serius bagi pasien dan keluarga termasuk depresi,
kecemasan, dan kerusakan kognitif
2. Pengkajian yang teratur terhadap reaksi fisiologis (termasuk tapi tidak terbatas oleh stress, ucapan
berduka dan strategi pertahanan). Kapan pun memungkinkan, sebuah alat pemeriksaan yang valid dan
spesifik harus digunakan.
3. Pengkajian psikologis termasuk pasien mengerti penyakit, gejala, efek samping dan pengobatan,
sebagaimana pemeriksaan dari kebutuhan perawatan, kapasitas dan strategi pertahanan
4. Pengkajian psikologis termasuk keluarga mengerti akan kesakitan dan konsekuensi bagi pasien dan
keluarga, dan pemeriksaan kapasitas rawat keluarga, kebutuhan dan strategi pertahanan,
5. Keluarga diedukasi dan didukung untuk memberikan bantuan psikologis yang sesuai ke pasien.
ASPEK SOSIO
Pedoman Pengkajian interdisiplin yang komprehensif untuk mengindentifikasi kebutuhan sosial pasien
dan keluarganya, secara rencana dikembangkan untuk menanggapi kebutuhan tersebut seefektif
mungkin.
Kriteria:
1. Tim interdisiplin termasuk professional dengan kemampuan spesifik pasien-populasi dalam
mengkaji dan mengurus kebutuhan sosial dan praktis selama terjadi penyakit yang mengancam
nyawa atau kronis progresif
2. Praktisi yang memiliki kemampuan dalam mengkaji dan. mengurus kebutuhan perkembangan
anakharus tersedia untuk pasien anak dan anak dari pasien dewasa sesuai.
3. Pengkajian sosial interdisiplin yang komprehensif tercapai dan didokumentasikan
4. Rencana perawatan sosial diformulasikan dari pengkajian berulang komprehensif sosial dan
budaya, dan merefleksikan serta mendokumentasikan nilai, tujuan, dan keinginan seperti dibentuk
pasien dan keluarga
ASPEK SPIRITUAL
Pedoman: Dimensi spiritual dan keberadaan dikaji dan direspons berdasarkan bukti terbaik, yang
dilakukan dengan sangat terampil dan sistematis.
Kriteria:
1. Tim interdisiplin termasuk prifesional dengan kemampuan dalam mengkaji dan merespons masalah
keagamaan dan ekstensial yang mungkin bertentangan pada pasien pediatric dan dewasa dengan
penyakit yang mengancam nyawa serta keluarganya.
2. Pengkajian spiritualitas digunakan untuk mengidentifikasi latar belakang agama atau
spiritual/keberadaan, keinginan maupun kepercayaan terkait ritual dan praktik pasien serta keluarga.
3. Reevaluasi periodic terhadap dampak intervensi keagamaan/keberadaan dan keinginan pasien
keluarga didokumentasikan.
4. Pasien dan keluarga dimotivasi untuk menunjukkan symbol kerohanian/keagamaan mereka.
5. Pelayanan fasilitas paliatif memfasilitasi ritual agama atau keagamaan seperti yang diinginkan pasien
dan keluarga. terutama saat kematian.
ASPEK SPIRITUAL
Pedoman: Dimensi spiritual dan keberadaan dikaji dan direspons berdasarkan bukti terbaik, yang
dilakukan dengan sangat terampil dan sistematis.
Kriteria:
1. Tim interdisiplin termasuk prifesional dengan kemampuan dalam mengkaji dan merespons masalah
keagamaan dan ekstensial yang mungkin bertentangan pada pasien pediatric dan dewasa dengan
penyakit yang mengancam nyawa serta keluarganya.
2. Pengkajian spiritualitas digunakan untuk mengidentifikasi latar belakang agama atau
spiritual/keberadaan, keinginan maupun kepercayaan terkait ritual dan praktik pasien serta keluarga.
3. Reevaluasi periodic terhadap dampak intervensi keagamaan/keberadaan dan keinginan pasien
keluarga didokumentasikan.
4. Pasien dan keluarga dimotivasi untuk menunjukkan symbol kerohanian/keagamaan mereka.
5. Pelayanan fasilitas paliatif memfasilitasi ritual agama atau keagamaan seperti yang diinginkan pasien
dan keluarga. terutama saat kematian.
ASPEK KULTURAL
Pedoman: Program perawatan paliatif mengkaji dan mencoba untuk memenuhi kebutuhan budaya yang
spesifik terhadap pasien dan keluarga
Kriteria:
1. Latar belakang budaya, perhatian, kebutuhan pasien, dan keluarganya diperoleh serta
didokumentasikan
2. Kebutuhan budaya diidentifikasi oleh tim dan keluarga, dimasukkan dalam rencana perawatan tim
interdisiplin
3. Komunikasi dengan pasien dan keluarga dihormati, begitu huga dengan pilihan budaya mengenai
penyingkapan, berkata jujur, dan membuat keputusan
4. Program bertujuan menghormati dan mengakomodasi rentang bahasa, makanan, dan praktik
kegiatan keagamaan pasien sertakeluarganya
5. Kapanpun memungkinkan, tim memiliki akses dan menggunakan pelayanan penerjemah yang tepat
6. Pengerahan dan praktik yang dibayar berjuang untuk merefleksikan keberagaman budaya dari
komunitas.
Kesimpulan
perawatan paliatif adalah membantu semua pasien di segala usia dengan penyakit yang
mengancam nyawa beserta keluarga mereka, selama terjadinya seluruh fase penyakit, tidak
bergantung durasi, hingga kesembuhan atau kematian, dan periode kehilangan. Perawatan
paliatif dilakukan dengan perhatian interdisiplin terlatih terhadap nyeri dan gejala mengganggu
lainnya; emosional,spiritual, dan bantuan praktikal; sistensi dalam pengambilan keputusan
kompleks, dan moordinasi dengan kesinambungan pelayanan kesehatan.
THANK YOU