Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

ISU PSIKOLOGI, EMOSIONAL, DAN SOSIAL PASIEN SAKIT


TERMINAL DAN KELUARGANYA

OLEH : KELOMPOK 4 (A11-A)

NAMA KELOMPOK :

1. DEWA AGUNG ARI DWIJAYANTI ( 17.321.2659 )


2. DEWA AYU SEPTIANTI DEWI ( 17.321.2662 )
3. I GEDE ENDRA SURYANTHA ( 17.321.2667 )
4. I KETUT RAJENDRA PATMA A.W. ( 17.321.2670 )
5. KOMANG PURNAMA SARI ( 17.321.2676 )
6. NI LUH GEDE DEVI YULISTYA DEVI ( 17.321.2690 )
7. NI LUH PUTU DEWI ASTUTI ( 17.321.2692 )
8. NI PUTU CHANDRA WATI ( 17.321.2699 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
petunjuk dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Isu Psikologi, Emosional, dan Sosial Pasien Sakit Terminal dan
Keluarganya” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan


Paliatif. Disamping itu makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengembangkan pengetahuannya tentang isu psikologi, emosional, dan sosial
pasien sakit terminal dan keluarganya. Tidak lupa pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyajian makalah ini.


Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terutama
mahasiswa keperawatan.

Denpasar, 02 April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Psikologi Pasien dengan Sakit Terminal dalam Keperawatan


Paliatif......................................................................................................... 4

2.2 Dampak Sakit Terminal Terhadap Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada
Pasien dan Keluarganya............................................................................. 6

2.3 Dampak Permasalahan Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada Pasien dengan
Sakit Terminal dan Keluarganya Terhadap Respon Nyeri dan Gejala......... 8

2.4 Peran Tim Multidisipliner dalam Keperawatan Paliatif............................... 9

2.5 Pengkajian Pada Pasien dari Latar Belakang Berbagai Budaya................ 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................. 14

3.2 Saran........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit
melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri
serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health
Organization (WHO), 2016).

Latar belakang perlunya perawatan paliatif adalah karena meningkatnya


jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa
dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif
kronis, cystic fibrosis, stroke, parkinson, gagal jantung (heart failure), penyakit
genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan perawatan
paliatif, di samping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Tujuan perawatan paliatif untuk mengurangi penderitaan pasien,


meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.
Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan
yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya. Meski pada
akhirya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stress menghadapi penyakit yang
dideritanya.

Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah menghargai setiap kehidupan,


menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau
menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan,
menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, mengintegrasikan
aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga,
menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan dukungan yang diperlukan
agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat, memberikan
dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.

1
Tenaga kesehatan yang berorientasi pada paliatif harus memliki sikap
peduli terhadap pasien (empati), menganggap pasien sebagai seorang individu
karena setiap pasien adalah unik, mempertimbangkan budaya pasien seperti faktor
etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya yang bisa mempengaruhi penderitaan
pasien. Persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya adalah mutlak diperlukan
sebelum perawatan dimulai.

Tenaga kesehatan mengalami kesulitan dalam melakukan perawatan


paliatif. Hal ini tentu saja menjadi masalah bagi tenaga kesehatan. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan menjelaskan bagaimana melakukan perawatan paliatif
terutama melakukan pengkajian tentang masalah yang sering dialami oleh pasien
dengan sakit terminal. Masalah tersebut antara lain masalah psikologis, masalah
emosional, dan masalah sosial. Selain itu juga menjelaskan peran tim multidisiplin
dalam perawatan paliatif karena tenaga kesehatan sangat berperan penting dalam
perawatan paliatif. Aspek kebudayaan sangat diperhatikan dalam perawatan
paliatif karena perawatan paliatif identik dengan masalah sosial dan spiritual dari
pasien maupun keluarganya. Oleh karena itu, latar belakang budaya sangat
diperhatikan dalam pengkajian perawatan paliatif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil
yaitu :
1. Apa konsep pengkajian psikologis pada pasien dengan sakit terminal
dalam keperawatan paliatif?
2. Bagaimana timbal balik antara permasalahan psikologis, emosional,
dan sosial akibat dari dampak sakit terminal yang dialami oleh pasien
dan keluarganya dengan respon nyeri dan gejala lainnya?
3. Bagaimana peran tim multidisipliner dalam perawatan paliatif dan
pengkajian pada pasien dengan latar belakang berbagai budaya?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memenuhi penugasan mata kuliah Keperawatan Paliatif.

2
2. Mengembangkan materi tentang konsep pengkajian psikologis pada pasien
dengan sakit terminal dalam keperawatan paliatif.
3. Mengembangkan materi tentang timbal balik antara permasalahan
psikologis, emosional, dan sosial akibat dari dampak sakit terminal yang
dialami oleh pasien dan keluarganya dengan respon nyeri dan gejala
lainnya.
4. Mengembangkan materi tentang peran tim multidisipliner dalam
perawatan paliatif dan pengkajian pada pasien dengan latar belakang
berbagai budaya.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Agar dapat mengetahui tentang konsep pengkajian psikologis pada pasien
dengan sakit terminal dalam keperawatan paliatif.
2. Agar dapat menjelaskan tentang timbal balik antara permasalahan
psikologis, emosional, dan sosial akibat dari dampak sakit terminal yang
dialami oleh pasien dan keluarganya dengan respon nyeri dan gejala
lainnya.
3. Agar dapat menjelaskan tentang peran tim multidisipliner dalam
perawatan paliatif dan pengkajian pada pasien dengan latar belakang
berbagai budaya.

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1 Pengkajian Psikologi Pasien dengan Sakit Terminal dalam Keperawatan
Paliatif

Sesuai fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross


mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara
mendalam dan hasil penelitiannya yaitu :
a. Respon kehilangan
 Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah ketakutan.
 Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan
kemudian mengendurkannya.
 Rasa sedih diungkapkan dengan menangis.
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk
berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan pasien penyakit terminal yaitu :
1. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi respon psikologis pasien pada penyakit
terminal, sistem pendekatan bagi pasien. Ras Kerud telah
mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu :
a. Riwayat psikososial
b. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis
c. Kemampuan koping
d. Tingkat perkembangan
e. Adanya reaksi sedih dan kehilangan
2. Faktor sosio kultural
Pasien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan, pola kultur
terhadap kesehatan, penyakit dan kematian yang dikomunikasikan baik
secara verbal maupun nonverbal.
3. Faktor presipitasi
a. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian
b. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
c. Support dari keluarga dan orang terdekat
d. Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga pasien

4
menarik diri, cepat tersinggung, dan tidak ada semangat hidup
4. Faktor perilaku
a. Respon terhadap pasien
b. Respon terhadap diagnosa
c. Isolasi sosial
5. Mekanisme koping
a. Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit
fisik yang berfungsi sebagai pelindung pasien untuk memahami
penyakit secara bertahap adalah :
 Tahap awal (initial stage)
Tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “saya harus
meninggal karena penyakit ini”.
 Tahap kronik (kronik stage)
Persetujuan dengan proses penyakit “aku menyadari dengan
sakit akan meninggal tetapi tidak sekarang” terjadi secara mendadak
dan timbul perlahan-lahan.
 Tahap akhir (finansial stage)
Menerima kehilangaan “saya akan meninggal” kedamaian
dalam kematian sesuai kepercayaan.
b. Regresi
Mekanisme pasien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya.
c. Kompensasi
Suatu tindakan dimana pasien tidak mampu mengatasi keterbatasan
karena penyakit yang dialami.
d. Belum menyadari (clossed awereness)
Pasien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian
tidak mengerti mengapa pasien sakit.
e. Berpura-pura (mutual prelensa)
f. Menyadari (open awereness)
Komunikasi saat pengkajian psikologis dengan pasien terminal :
1. Denial, pada tahap ini dapat mempergunakan teknik komunikasi :

5
 Listening : dengarkan apa yang diungkapkan pasien
 Silent : mengkomunikasikan minat perawat pada pasien secara non
verbal
 Broad opening : mengkomunikasikan topik/pikiran yang sedang
dipikirkan pasien
2. Anger, pada tahap ini dapat mempergunakan teknik komunikasi :
 Listening : perawat berusaha dengan sabar mendengar apapun yang
dikatakan pasien
3. Bargaining
 Focusing
 Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
 Sharing perception
 Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan
untuk meluruskan kerancuan
4. Acceptance
 Informing : membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan
tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan atau kemandirian
pasien
 Broad opening : komunikasikan kepada pasien tentang apa yang
dipikirkannya dan harapan-harapannya
 Focusing : membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik
utama dan menjaga agar tujuan komunikasi tercapai

2.2 Dampak Sakit Terminal Terhadap Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada
Pasien dan Keluarganya

1) Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif
adalah kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah
diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan
kecemasan bagi pasien maupun keluarga.
Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh
afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang

6
mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di
masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.
Masalah psikologis : klien terminal dan orang terdekat
biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus
asa seringkali ditunjukan. Masalah psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak
mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi atau barrier komunikasi.

2) Gangguan Emosional
Tentunya menderita suatu penyakit serius akan membuat
pasien merasa takut, marah, sedih, emosi tidak terkontrol, dan depresi.
Begitupun dengan keluarga pasien yang juga merasakan hal yang
sama. Dalam perawatan paliatif, hal ini dapat dikurangi dengan cara
melakukan konseling, membuat diskusi antar-sesama pasien yang
memiliki riwayat penyakit yang sama, dan pertemuan keluarga.

3) Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya
ketidaknormalan kondisi hubungan sosial pasien dengan orang yang
ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja. Isolasi
sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

2.3 Dampak Permasalahan Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada Pasien


dengan Sakit Terminal dan Keluarganya Terhadap Respon Nyeri dan
Gejala

Pada umumnya nyeri dirasakan lebih keras jika terdapat juga


kecemasan, depresi, maupun kesepian. Penderita dengan keluhan nyeri
psikologi ini akan merasakan nyeri yang lebih hebat jika dihindari oleh
keluarga dan teman- temannya. Sebaliknya jika penderita nyeri psikologi ini
diberikan kata-kata yang menentramkan dan menyenangkan maka rasa nyeri
tersebut akan berkurang.

7
Kecemasan itu sendiri dapat menyebabkan nyeri fisik, karena otot
menjadi tegang sehingga dapat menimbulkan nyeri pada tengkuk, kepala
ataupun punggung. Depresi dapat menyebabkan gangguan fisik seperti nyeri
yang dapat mengakibatkan kemunduran dan mengganggu aktivitas sehari-
hari. Gangguan-gangguan psikologis yang berhubungan dengan emosi dapat
menimbulkan masalah-masalah kesehatan.

Penderita dengan gangguan nyeri psikologi dapat dibagi menjadi


beberapa kriteria, yaitu :

1. Penderita yang mengeluh tentang badannya tetapi melalui pemeriksaan


fisik dan laboratorium tidak ditemukan penyakit organik yang dapat
menyebabkan gejala-gejala tersebut.

2. Terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala-gejala lain yang


timbul bukan disebabkan penyakit organik itu tetapi karena faktor
psikologik. Jadi factor psikologi ini muncul karena penyakit organik,
misalnya : seseorang dengan kelainan jantung sangat mencemaskan
keadaannya atau seseorang menderita kanker sangat khawatir penyakitnya
menjadi semakin parah.

3. Murni karena gangguan psikologis : gangguan ini tampak jika rasa nyeri
semakin hebat dengan adanya suatu konflik atau problem psikologis.

Ansietas (kecemasan) mempunyai efek yang besar terhadap kualitas


maupun terhadap intensitas pengalaman nyeri. Ambang batas nyeri berkurang
karena adanya peningkatan rasa cemas dan ansietas menyebabkan terjadinya
lingkaran yang terus berputar karena peningkatan ansietas akan menyebabkan
peningkatan sensitivitas nyeri.

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota


keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan
perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri tetapi adanya dukungan
sosial dan keluarga akan mengurangi rasa kesepian dan ketakutan.

8
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan
hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya individu yang memiliki
lokus kendali eksternal, mempersepsikan faktor-faktor lain di dalam
lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang bertanggungjawab
terhadap hasil akhir peristiwa. Individu yang memiliki lokus kendali internal
melaporkan mengalami nyeri yang tidak terlalu berat daripada individu yang
memiliki lokus kendali eksternal.

2.4 Peran Tim Multidisipliner dalam Keperawatan Paliatif

Tim paliatif adalah tim interdisiplin. Tim interdisiplin yang memberi


pelayanan paliatif terdiri dari individu-individu dari berbagai profesi dan disiplin
yang bekerja sama terintegrasi ke arah tujuan yang sama. Seperti dikemukakan di
bawah, disarankan masing-masing individu bertanggung jawab dalam hal
menentukan strategi langkah-langkah dalam bidang masing-masing.

Tujuan utama dari pengobatan paliatif adalah mengurangi penderitaan


pasien, karena kualitas hidup seseorang pada akhirnya ditetapkan oleh dampak
berbagai keterbatasan lahiriah yang dialaminya terhadap konsen hidup yang
meliputi jiwa, raga, sosial dan rohani. Karena itu penderitaan seseorang pasien
tidak ditetapkan oleh berbagai masalah fisik saja tetapi amat tergantung atas
berbagai aspek yang dikemukakan di atas. Berat ringannya penderitaan seseorang
amat ditentukan kepribadian si sakit yang nota bene merupakan bagian penting
dan tidak dapat dipisahkan dari dirinya terutama saat ingin diketahui kualitas
hidupnya.

Berat ringannya dampak sesuatu kejadian baik fisik maupun psikis


terhadap penderitaan seseorang amat ditentukan keadaan fisik, kepribadian, masa
lampaunya, harapan hidupnya, keluarganya, pengalaman hidupnya, latar belakang
kebudayaan, peranan serta pengalaman dengan sekitarnya, perilaku sehari-hari,
masa depannya dan lain-lain. Tanpa bantuan profesi lain seorang dokter, seorang
perawat, petugas sosial, psikolog, maupun psikoterapis tidak akan dapat
menghayatinya dengan baik penderitaan yang dirasakan oleh pasien.

9
Profesi yang terkait dengan perawatan paliatif bekerjasama dalam bentuk
tim paliatif. Anggotanya antara lain adalah profesi kedokteran (berbagai spesialis,
dokter keluarga, dokter umum), keperawatan, psikologi, fisioterapis, pekerja
sosial, ahli agama, dan lain-lain. Masing-masing profesi ini akan terlibat sesuai
dengan masalah yang dihadapi pasien. Dukungan keluarga dan teman-teman
penderita tidak kalah pentingnya dalam menghadapi penderitaan yang dialami.

Penyusunan tim perawatan paliatif disesuaikan dengan kebutuhan


penderita dan tempat perawatan. Dokter, perawat, psikolog, terapis dan pekerja
sosial akan berkunjung secara berkala dan dalam waktu yang terbatas. Sebagian
besar tugas-tugas keperawatan yang dapat dilimpahkan ke keluarga menjadi beban
keluarga. Keluarga juga bisa didampingi oleh penjaga orang sakit yang sudah
dilatih yaitu seorang pelaku rawat (care giver). Siapapun dapat menjadi tenaga
pelaku rawat baik anggota keluarga, kerabat, tetangga, pembantu rumah tangga
atau tenaga lainnya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa penyusunan tim perawatan paliatif perlu


disesuaikan dengan tempat perawatan dan masalah yang dihadapi, meski
demikian harus jelas siapa yang memimpin tim perawatan paliatif. Sangat penting
adanya komunikasi yang baik antara anggota tim. Komunikasi menyangkut
masalah pemberian obat, pengamatan klinis, dan rencana perawatan selanjutnya.
Untuk itulah diperlukan rekam medis yang dapat dibaca oleh semua anggota tim.
Secara berkala tim perawatan paliatif perlu melakukan pertemuan untuk
membahas perjalanan penyakit penderita, masalah-masalah yang dihadapi dan
cara mengatasinya. Jangan dilupakan masalah-masalah non medis yang mungkin
timbul karena adakalanya masalah ini lebih menonjol dan lebih rumit
dibandingkan dengan masalah medisnya.

Tugas dari tim pelayanan paliatif adalah membantu pasien dan keluarga
mengatasi berbagai masalah fisik maupun kejiwaan yang berkaitan dengan
penyakit terminal/tidak dapat disembuhkan. Dalam melaksanakan tugas tersebut
tim paliatif sebaiknya berjalan berdampingan dengan pasien dan keluarganya,
serta selalu siap setiap saat diperlukan untuk membantu mengatasi berbagai

10
masalah ringan sampai berat baik fisik maupun mental misalnya mulai dari
kesakitan, sesak nafas, rasa lemah, sampai dengan kesepian, dan ketakutan.

Seperti diutarakan diatas tim paliatif tersebut sebaiknya berjalan


berdampingan dengan pasien dan keluarganya, jadi tidak dengan cara memberi
intruksi melainkan memberikan pandangan dan alternatif. Walaupun demikian
pelayanan paliatif tetap dilakukan dengan kaidah-kaidah saat membuat analisa
dan keputusan. Hal-hal menunjukan bila suatu program pelayanan paliatif yang
baik memerlukan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Layanan “ home care”
2. Layanan “day care”
3. Layanan rawat inap
4. Pusat informasi
5. Layanan rawat jalan :
a. Klinik nyeri
b. Konsultasi
c. Pemantauan berkala (follow up)

2.5 Pengkajian Pada Pasien dari Latar Belakang Berbagai Budaya

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi


masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :
a. Faktor teknologi (technological factors). Teknologi kesehatan
memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors).
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat

11
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat
kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kindship and social factors).
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur, dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways
factors). Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-
norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, dan
kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors).
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai
sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat di antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors). Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal

12
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Respon pada pasien terminal sangat berbeda dengan respon pada pasien
dalam fase akut maupun kronis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan pasien
penyakit terminal antara lain faktor predisposisi, faktor sosio kultural, faktor
presipitasi, faktor perilaku, dan mekanisme koping. Selain itu juga harus
memperhatikan komunikasi dalam melakukan pengkajian dengan pasien fase
terminal. Dampak sakit terminal pada pasien dan keluarganya adalah mengalami
masalah psikologis, masalah emosional, dan masalah sosial. Masalah-masalah
tersebut juga akan mempengaruhi respon nyeri dan gejala lain dalam pasien. Hal
ini dapat memperparah kondisi jika pasien tidak memiliki koping yang sesuai,
dukungan dari keluarga yang kurang, dan tidak bisa mengendalikan kecemasan.
Profesi yang terkait dengan perawatan paliatif bekerjasama dalam bentuk tim

13
paliatif. Anggotanya antara lain adalah profesi kedokteran (berbagai spesialis,
dokter keluarga, dokter umum), keperawatan, psikologi, fisioterapis, pekerja
sosial, ahli agama, dan lain-lain. Masing-masing profesi ini akan terlibat sesuai
dengan masalah yang dihadapi pasien. Pengkajian keperawatan dari latar belakang
budaya yang berbeda dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu : faktor teknologi, faktor agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan
keterikatan keluarga, faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup, faktor kebijakan
dan peraturan yang berlaku, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan.

3.2 Saran
Perawatan paliatif sangat berhubungan dengan terapi pikiran agar pasien
menjadi lebih tenang. Dalam hal ini seorang perawat harus benar-benar
memahami pengkajian untuk pasien paliatif, dampak psikologi, dampak
emosional, dampak sosial, pengkajian dari latar belakang budaya yang berbeda
dalam perawatan paliatif. Selain itu, perawat harus mampu bekerja sama dengan
tim kesehatan lainnya sehingga perawatan paliatif maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Anita., dkk. 2018. Tinjauan Agama, Sosial, dan Budaya dalam Perawatan
Paliatif. Tersedia Pada scribd.com/presentation/376888595/Tinjauan-
Agama-Sosial-Budaya-Dalam-Perawatan. Diakses pada Selasa, 02 April
2019 pukul 14.00 WITA.

Nimas. 2019. Apa Itu Perawatan Paliatif? Siapa yang Memerlukannya?. Tersedia
Pada hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/perawatan-paliatif-adalah/.
Diakses pada Selasa, 02 April 2019 pukul 13.20 WITA.

Siska., dkk. 2010. Peranan Psikolog Dalam Menangani Penderita Nyeri


Psikologi Di Rumah Sakit Volume .

Veronica., dkk. 2018. Perawatan Paliatif. Tersedia Pada


rscarolus.or.id/article/perawatan-paliatif. Diakses pada Selasa, 02 April
2019 pukul 13.45 WITA.

World Health Organization. (2017). Definition of Palliative Care. Tersedia Pada


who.int/cancer/palliative/definition/en/. Diakses pada Selasa, 02 April
2019 pukul 13.35 WITA.

14
Yoga., dkk. 2014. Pengkajian Pasien Beda Budaya. Tersedia Pada
scribd.com/doc/214787910/Komkep-Pada-Pasien-Beda-Budaya. Diakses
pada Selasa, 02 April 2019 pukul 14.00 WITA.

-------- End Of Life Care. Tersedia Pada dokumen.tips/documents/end-of-life-


caredocx.html. Diakses pada Selasa, 02 April 2019 pukul 13.20 WITA.

-------- Tim Paliatif. Tersedia Pada dokumen.tips/documents/tim-paliatif.html


Diakses pada Selasa, 02 April 2019 pukul 14.20 WITA.

15

Anda mungkin juga menyukai