NAMA KELOMPOK :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Dampak Sakit Terminal Terhadap Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada
Pasien dan Keluarganya............................................................................. 6
2.3 Dampak Permasalahan Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada Pasien dengan
Sakit Terminal dan Keluarganya Terhadap Respon Nyeri dan Gejala......... 8
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 14
3.2 Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi
penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit
melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri
serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health
Organization (WHO), 2016).
1
Tenaga kesehatan yang berorientasi pada paliatif harus memliki sikap
peduli terhadap pasien (empati), menganggap pasien sebagai seorang individu
karena setiap pasien adalah unik, mempertimbangkan budaya pasien seperti faktor
etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya yang bisa mempengaruhi penderitaan
pasien. Persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya adalah mutlak diperlukan
sebelum perawatan dimulai.
2
2. Mengembangkan materi tentang konsep pengkajian psikologis pada pasien
dengan sakit terminal dalam keperawatan paliatif.
3. Mengembangkan materi tentang timbal balik antara permasalahan
psikologis, emosional, dan sosial akibat dari dampak sakit terminal yang
dialami oleh pasien dan keluarganya dengan respon nyeri dan gejala
lainnya.
4. Mengembangkan materi tentang peran tim multidisipliner dalam
perawatan paliatif dan pengkajian pada pasien dengan latar belakang
berbagai budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Pengkajian Psikologi Pasien dengan Sakit Terminal dalam Keperawatan
Paliatif
4
menarik diri, cepat tersinggung, dan tidak ada semangat hidup
4. Faktor perilaku
a. Respon terhadap pasien
b. Respon terhadap diagnosa
c. Isolasi sosial
5. Mekanisme koping
a. Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit
fisik yang berfungsi sebagai pelindung pasien untuk memahami
penyakit secara bertahap adalah :
Tahap awal (initial stage)
Tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “saya harus
meninggal karena penyakit ini”.
Tahap kronik (kronik stage)
Persetujuan dengan proses penyakit “aku menyadari dengan
sakit akan meninggal tetapi tidak sekarang” terjadi secara mendadak
dan timbul perlahan-lahan.
Tahap akhir (finansial stage)
Menerima kehilangaan “saya akan meninggal” kedamaian
dalam kematian sesuai kepercayaan.
b. Regresi
Mekanisme pasien untuk menerima ketergantungan fungsi perannya.
c. Kompensasi
Suatu tindakan dimana pasien tidak mampu mengatasi keterbatasan
karena penyakit yang dialami.
d. Belum menyadari (clossed awereness)
Pasien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian
tidak mengerti mengapa pasien sakit.
e. Berpura-pura (mutual prelensa)
f. Menyadari (open awereness)
Komunikasi saat pengkajian psikologis dengan pasien terminal :
1. Denial, pada tahap ini dapat mempergunakan teknik komunikasi :
5
Listening : dengarkan apa yang diungkapkan pasien
Silent : mengkomunikasikan minat perawat pada pasien secara non
verbal
Broad opening : mengkomunikasikan topik/pikiran yang sedang
dipikirkan pasien
2. Anger, pada tahap ini dapat mempergunakan teknik komunikasi :
Listening : perawat berusaha dengan sabar mendengar apapun yang
dikatakan pasien
3. Bargaining
Focusing
Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
Sharing perception
Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan
untuk meluruskan kerancuan
4. Acceptance
Informing : membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan
tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan atau kemandirian
pasien
Broad opening : komunikasikan kepada pasien tentang apa yang
dipikirkannya dan harapan-harapannya
Focusing : membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik
utama dan menjaga agar tujuan komunikasi tercapai
2.2 Dampak Sakit Terminal Terhadap Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada
Pasien dan Keluarganya
1) Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif
adalah kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah
diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan
kecemasan bagi pasien maupun keluarga.
Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh
afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang
6
mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di
masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.
Masalah psikologis : klien terminal dan orang terdekat
biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus
asa seringkali ditunjukan. Masalah psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak
mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi atau barrier komunikasi.
2) Gangguan Emosional
Tentunya menderita suatu penyakit serius akan membuat
pasien merasa takut, marah, sedih, emosi tidak terkontrol, dan depresi.
Begitupun dengan keluarga pasien yang juga merasakan hal yang
sama. Dalam perawatan paliatif, hal ini dapat dikurangi dengan cara
melakukan konseling, membuat diskusi antar-sesama pasien yang
memiliki riwayat penyakit yang sama, dan pertemuan keluarga.
3) Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya
ketidaknormalan kondisi hubungan sosial pasien dengan orang yang
ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja. Isolasi
sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.
7
Kecemasan itu sendiri dapat menyebabkan nyeri fisik, karena otot
menjadi tegang sehingga dapat menimbulkan nyeri pada tengkuk, kepala
ataupun punggung. Depresi dapat menyebabkan gangguan fisik seperti nyeri
yang dapat mengakibatkan kemunduran dan mengganggu aktivitas sehari-
hari. Gangguan-gangguan psikologis yang berhubungan dengan emosi dapat
menimbulkan masalah-masalah kesehatan.
3. Murni karena gangguan psikologis : gangguan ini tampak jika rasa nyeri
semakin hebat dengan adanya suatu konflik atau problem psikologis.
8
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan
hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya individu yang memiliki
lokus kendali eksternal, mempersepsikan faktor-faktor lain di dalam
lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang bertanggungjawab
terhadap hasil akhir peristiwa. Individu yang memiliki lokus kendali internal
melaporkan mengalami nyeri yang tidak terlalu berat daripada individu yang
memiliki lokus kendali eksternal.
9
Profesi yang terkait dengan perawatan paliatif bekerjasama dalam bentuk
tim paliatif. Anggotanya antara lain adalah profesi kedokteran (berbagai spesialis,
dokter keluarga, dokter umum), keperawatan, psikologi, fisioterapis, pekerja
sosial, ahli agama, dan lain-lain. Masing-masing profesi ini akan terlibat sesuai
dengan masalah yang dihadapi pasien. Dukungan keluarga dan teman-teman
penderita tidak kalah pentingnya dalam menghadapi penderitaan yang dialami.
Tugas dari tim pelayanan paliatif adalah membantu pasien dan keluarga
mengatasi berbagai masalah fisik maupun kejiwaan yang berkaitan dengan
penyakit terminal/tidak dapat disembuhkan. Dalam melaksanakan tugas tersebut
tim paliatif sebaiknya berjalan berdampingan dengan pasien dan keluarganya,
serta selalu siap setiap saat diperlukan untuk membantu mengatasi berbagai
10
masalah ringan sampai berat baik fisik maupun mental misalnya mulai dari
kesakitan, sesak nafas, rasa lemah, sampai dengan kesepian, dan ketakutan.
11
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat
kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kindship and social factors).
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur, dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien
dengan kepala keluarga.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways
factors). Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-
norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini
adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, dan
kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors).
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai
sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh
perawat di antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors). Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal
12
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Respon pada pasien terminal sangat berbeda dengan respon pada pasien
dalam fase akut maupun kronis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan pasien
penyakit terminal antara lain faktor predisposisi, faktor sosio kultural, faktor
presipitasi, faktor perilaku, dan mekanisme koping. Selain itu juga harus
memperhatikan komunikasi dalam melakukan pengkajian dengan pasien fase
terminal. Dampak sakit terminal pada pasien dan keluarganya adalah mengalami
masalah psikologis, masalah emosional, dan masalah sosial. Masalah-masalah
tersebut juga akan mempengaruhi respon nyeri dan gejala lain dalam pasien. Hal
ini dapat memperparah kondisi jika pasien tidak memiliki koping yang sesuai,
dukungan dari keluarga yang kurang, dan tidak bisa mengendalikan kecemasan.
Profesi yang terkait dengan perawatan paliatif bekerjasama dalam bentuk tim
13
paliatif. Anggotanya antara lain adalah profesi kedokteran (berbagai spesialis,
dokter keluarga, dokter umum), keperawatan, psikologi, fisioterapis, pekerja
sosial, ahli agama, dan lain-lain. Masing-masing profesi ini akan terlibat sesuai
dengan masalah yang dihadapi pasien. Pengkajian keperawatan dari latar belakang
budaya yang berbeda dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu : faktor teknologi, faktor agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan
keterikatan keluarga, faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup, faktor kebijakan
dan peraturan yang berlaku, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan.
3.2 Saran
Perawatan paliatif sangat berhubungan dengan terapi pikiran agar pasien
menjadi lebih tenang. Dalam hal ini seorang perawat harus benar-benar
memahami pengkajian untuk pasien paliatif, dampak psikologi, dampak
emosional, dampak sosial, pengkajian dari latar belakang budaya yang berbeda
dalam perawatan paliatif. Selain itu, perawat harus mampu bekerja sama dengan
tim kesehatan lainnya sehingga perawatan paliatif maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anita., dkk. 2018. Tinjauan Agama, Sosial, dan Budaya dalam Perawatan
Paliatif. Tersedia Pada scribd.com/presentation/376888595/Tinjauan-
Agama-Sosial-Budaya-Dalam-Perawatan. Diakses pada Selasa, 02 April
2019 pukul 14.00 WITA.
Nimas. 2019. Apa Itu Perawatan Paliatif? Siapa yang Memerlukannya?. Tersedia
Pada hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/perawatan-paliatif-adalah/.
Diakses pada Selasa, 02 April 2019 pukul 13.20 WITA.
14
Yoga., dkk. 2014. Pengkajian Pasien Beda Budaya. Tersedia Pada
scribd.com/doc/214787910/Komkep-Pada-Pasien-Beda-Budaya. Diakses
pada Selasa, 02 April 2019 pukul 14.00 WITA.
15