Skenario 6
Pembimbing:
Disusun Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
pembuatan case report ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan
Provinsi Lampung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K) yang telah
menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga case report ini dapat
bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang
membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
I. IDENTITAS PASIEN................................................................................1
III. ANAMNESIS............................................................................................1
1. KELUHAN UTAMA..........................................................................1
4. RIWAYAT PENDIDIKAN.................................................................3
5. RIWAYAT PEKERJAAN..................................................................3
6. RIWAYAT KELUARGA...................................................................3
1. Deskripsi Umum.................................................................................4
2. Pembicaraan........................................................................................5
3. Alam Perasaan....................................................................................5
4. Gangguan Persepsi..............................................................................5
5. Proses Berpikir....................................................................................5
7. Pengendalian Impuls...........................................................................6
8. Daya Nilai...........................................................................................6
iii
9. Tilikan.................................................................................................6
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..............................................................6
X. PROGNOSIS...........................................................................................11
XII. DISKUSI..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................20
iv
CASE REPORT
Skenario 6
Nn. F, 24 tahun, tidak bekerja, pendidikan terakhir SLTA. Saat sekolah dari SD
hingga SLTA, prestasi sekolah Nn. F rata-rata kelas. Nn. F anak ke2 dari 2
bersaudara. Ayah Nn. F sekitar 6 bulan yang lalu meninggal dunia karena sakit.
Adapun ibu Nn.F, Ibu Rumah Tangga dengan memiliki sedikit usaha kecil
kecilan. Sekitar 2 bulan setamat SLTA, Nn.F didiagnosis lupus oleh internist,
Sejak saat itu, Nn. F berulang kali dirawat di Rumah Sakit karena Lupus nya.
Kakak Nn.F telah menikah, belum memiliki anak dan pernah berobat di RSJD
Provinsi Lampung.
Sekitar 2 (dua) tahun terakhir ini, Nn.F sering marah tanpa alasan yang jelas, sulit
tidur, terkadang berbicara melantur, terlihat sedih bahkan pernah ingin bunuh diri.
Nn.F pernah di rawat inapkan di RSJD Provinsi Lampung setelah mengamuk dan
kemudian mencoba bunuh diri. Nn. F dibawa ke IGD RSJD Provinsi Lampung
Menurut ibu, sudah hampir 4 bulan Nn.F putus obat, karena Nn.F tidak mau
1
I. IDENTITAS PASIEN
enam.
keluarga pasien.
III. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
internist.
Sejak 2 tahun terakhir ini, Nn.F sering marah tanpa alasan yang jelas,
Sejak 4 bulan yang lalu, Nn. F putus obat, tidak mengkonsumsi obat-
2
1 minggu yang lalu, Nn.F dirawat inapkan di RSJD Provinsi Lampung
Sejak 2 tahun terakhir ini, Nn.F sering marah tanpa alasan yang jelas,
4. Riwayat Pendidikan
kelas.
5. Riwayat Pekerjaan
6. Riwayat Keluarga
Pasien belum menikah. Nn. F anak ke2 dari 2 bersaudara. Ayah Nn. F
sekitar 6 bulan yang lalu meninggal dunia karena sakit. Ibu Nn.F, Ibu
Nn.F telah menikah, belum memiliki anak dan pernah berobat di RSJD
Provinsi Lampung.
3
Keterangan
: Laki-laki hidup
: Laki-laki mati
: Wanita hidup
: Pasien
1. Deskripsi Umum
4
2. Pembicaraan
3. Alam Perasaan
b. Afek : Mendatar
4. Gangguan Persepsi
5. Proses Berpikir
a. Orientasi: tidak ada data mengenai orientasi tempat, waktu, orang dan
5
situasi
b. Daya ingat: tidak ada data mengenai daya ingat segera, jangka pendek,
7. Pengendalian Impuls
Terdapat agitasi yang membahayakan diri pasien sendiri dan orang lain
8. Daya Nilai
9. Tilikan
1. Status Internus
6
2. Tanda-tanda Vital
3. Pemeriksaan Fisik
4. Status Neurologis
5. Laboratorium
memiliki pendidikan terakhir SLTA. Sejak 2 tahun terakhir ini, pasien sering
marah tanpa alasan yang jelas, sulit tidur, terkadang berbicara melantur,
Sejak 4 bulan yang lalu, pasien putus obat, tidak mengkonsumsi obat-obatan
dan obat dari internist (Lupus). Satu minggu yang lalu, pasien
7
pasien memiliki usaha kecil-kecilan, dan ayah pasien baru meninggal dunia
anhedonia dan iritabel, afek mendatar, terdapat keserasian antara mood dan
afek, isi pembicaraan inkoheren, dan terdapat agitasi pada pasien yang
Dalam kasus ini, ditemukan riwayat yang berkaitan dengan kondisi medis
umum, berupa Systemic Lupus Erythematosus (SLE) sehingga hal ini dapat
menjadi dasar untuk diagnosis gangguan mental organik (F0). Pasien tidak
zat psikoaktif (F1). Pasien tidak memiliki keluhan berupa gangguan pikiran
dan persepsi seperti adanya halusinasi atau waham, sehingga hal ini dapat
waham (F2). Ditemukan adanya perubahan mood dan afek kearah depresi
dan diserta dengan perubahan pada tingkat aktivitas. Gejala lain adalah
8
sekunder terhadap perubahan tersebut. Meskipun terdapat gejala tersebut,
perasaan, dengan mood anhedonia dan iritabel, afek mendatar, dan keserasian
antara mood dan afek. Hal yang dikeluhkan oleh pasien sudah dua tahun
terakhir ini dirinya sering marah tanpa alasan yang jelas, sulit tidur, terkadang
berbicara melantur, terlihat sedih bahkan pernah ingin bunuh diri. Satu
Hal tersebut menjadi dasar diagnosis pada gangguan depresi organik (F06.32)
dengan tentamen suicide. Kriteria umum gangguan mental organik (F0) pada
pasien, seperti adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak, atau penyakit
fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental
yang tercantum, dan adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau
sindrom mental. Pasien juga disertai kondisi yang sesuai dengan salah satu
penyakit SLE, dan dalam beberapa tahun setelah didiagnosis SLE, pasien
sering marah tanpa sebab jelas, sulit tidur, bicara melantur, sedih, ingin dan
9
remaja. Pasien menyelesaikan pendidikan SLTA dengan prestasi kelas rata-
retardasi mental (F7). Oleh karena itu, hingga saat ini belum ada diagnosis
pada aksis II. Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
ditemukan riwayat penyakit fisik ataupun kelainan medis umum, berupa SLE
Hasil anamnesis yang dilakukan, pasien tidak bekerja. Selain itu, ibu pasien
memiliki usaha kecil-kecilan dan ayah yang baru meninggal dunia 6 bulan
yang lalu, sedangkan kakak pasien memiliki riwayat berobat ke RSJD. Oleh
karena itu ditemukan diagnosis pada aksis IV yaitu masalah pekerjaan dan
Aksis V, skor GAF current 20-11, yaitu terdapat bahaya mencederai diri atau
orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri
barang-barang di rumahnya dan mencoba bunuh diri, dan skor GAF highest
level past year (HLPY) juga 20-11, yaitu terdapat bahaya mencederai diri
atau orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri
karena pasien tidak bekerja dan sejak 2 tahun terakhir pasien terlihat sedih
10
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
group.
X. PROGNOSIS
11
3. Quo ad sanationam : Dubia
1. Psikoterapi:
Psikoedukasi:
12
● Menyusun rencana jangka pendek
2. Psikofarmaka diberikan:
30mg/hari (tiga kali injeksi perhari dengan interval dua jam) dan
XII. DISKUSI
terdapat berbagai tanda dan gejala yang sangat luas sehingga dilakukan suatu
dimana suatu gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki yang lebih tinggi,
lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Oleh karena itu, penegakan diagnosis
13
sehingga pasien termasuk kepada gangguan mental organik (F0). Sedangkan
Lalu, ditemukan adanya perubahan mood dan afek ke arah depresi dan
diserta dengan perubahan pada tingkat aktivitas. Gejala lain adalah sekunder
gangguan mood dan afek (F3) untuk melengkapi dari gejala afektif
organiknya.
hampir 2 (dua) tahun ini dirinya sering marah tanpa alasan yang jelas, sulit
tidur, terkadang berbicara melantur, merasa sedih bahkan ingin bunuh diri.
pasien lama menderita penyakit lupus nya. Hal tersebut menjadi dasar
neurotik (F40-F44).
Gangguan mood akibat kondisi medis umum, yang juga dikenal dengan
yang dianggap merupakan efek fisiologis langsung dari penyakit medis atau
zat spesifik. Gangguan ini seringkali sulit didefinisikan dan belum diteliti
14
(anhedonia) atau mood elevasi, ekspansif, atau iritabel yang prominen,
dianggap disebabkan baik oleh medis maupun bedah atau oleh intoksikasi
mood berupa manik, depresi, atau campuran, dan apakah kriteria untuk
(Saddock, 2016).
otak dan penyakit fisik (F06) menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
yang tercantum;
mental;
sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga
15
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III sebagai berikut:
● Disertai kondisi yang sesuai dengan salah satu diagnosis dari gangguan
- Afek depresif
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
● Gejala lainnya:
16
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
f) Tidur terganggu;
periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat
diketahui tidak bekerja, sedangkan ibu pasien hanya sebagai ibu rumah
tangga yang memiliki usaha kecil-kecilan. Selain itu, ayah pasien sudah
meninggal dunia 6 bulan yang lalu dan kakak pasien sudah menikah serta
17
pasien ini didapatkan Aksis V, skor GAF current 20-11, yaitu bahaya
mencederai diri sendiri atau orang lain, terdapat disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan menguru diri. Skor GAF digunakan untuk menilai secara
Penatalaksanaan dari fase agitasi akut pada kasus ini diberikan tatalaksana
diberikan tiga kali injeksi perhari dengan interval dua jam. Olanzepin
merupakan anti psikotik generasi II (APG II) yang bekerja sebagai agonis
untuk fase depresi pada kasus ini diberikan tatalaksana farmakoterapi yaitu
depresif sedang. Dalam CBT, dokter memposisikan diri sebagai mitra yang
18
berhubungan dengan gangguan depresinya dengan mengajarkan bagaimana
Prognosis pada pasien adalah dubia karena ganguan mental organik yang
dialami oleh pasien yaitu dengan penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE).
Dimana pasien dengan SLE yang sudah memiliki manifestasi klinis meliputi
banyak organ memiliki prognosis dubia. Selain itu episode depesi yang
19
DAFTAR PUSTAKA
Publishing
Kemenkes.
Saddock BJ, Sadock VA, dan Ruiz P. 2015. Kaplan &-Sadock’s Synopsis of
20