(PERILAKU KEKERASAN)
Dosen Pembimbing :
Rehana, S.Pd, S.Kep,M.Kes
DISUSUN OLEH
Lutfi Ridwinnida Rahmatullah PO7120119054
TINGKAT : I B
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Asuhan Keperawatan Jiwa (Perilaku Kekerasan)……………………………3
B. Identitas Pasien...............................................................................................3
C. Riwayat Kperewatan.......................................................................................3
a. Keluhan Utama…………..……………………………………………….3
b. Alasan Masuk………………..……………………………………….......4
c. Faktor Presdipos……………………………………………………….....4
D. Psikososial …………………………………………………………………...5
a. Genogram ………………………………………………………………..5
b. Konsep Diri……………………………………………………………….5
c. Identitas Diri………………………………………………………………6
d. Hubungan Sosial………………………………………………………….6
e. Spritual…………………………………………………………………....6
E. Status Mental………………………………………………………………....6
F. Kebutuhan Persiapan Pulang………………………………………………….8
G. Makanisme Koping…………………………………………………………...9
H. Masalah Psikososoial dan Lingkungan……………………………………….9
I. Penatalaksanaaan ……………………………………………………………10
J. Analisis Data…………………………………………………………………10
K. Pohon Masalah……………………………………………………………….12
L. Diagnosa……………………………………………………………………...12
iii
M. Tindakan Keperawatan………………………………………………………13
N. Evaluasi……………………………………………………………………...21
O. Strategi Pelaksanaan…………………………………………………………22
a. Proses Keperawatan……………………………………………………...22
b. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan…………………………...22
BAB II PENUTUP...................................................................................................30
A. Kesimpulan ...................................................................................................31
B. Saran ………………………………………………………………………...31
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proyek integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas dan rumah sakit
menunjukkan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih
terkoordinasi dengan baik di semua unsur kesehatan. Hakekat pembangunan
kesehatan merujuk pada penyelengaraan pelayanan kesehatan untuk mencapai
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk.(Depkes RI, 2006).
1
keadaan dimanan seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara
fisik baik terhadap diri / orang lain. (Townsend, 1998)
Hal ini melihat fenomena-fenomena diatas baik gejala yang muncul / akibat
dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu
Askep yang professional pada pasien perilaku kekerasan sangat diharapkan oleh
pasien atau keluarga.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal.
2. Tujuan khusus
a. Penulis dapat mengidentifikasikan hambatan dalam perawatan pasien
marah agresif sehingga dapat dicari pemecahan masalahnya
b. Penulis dapat mengganbarkan hasil pengkajian keperawatan pada
Ny. N dangan prilaku kekerasan
c. Penulis dapat mendiskripsikan hasil analisa data yang diperoleh pada Ny.
N dengan prilaku kekerasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. N
2. Umur : 19 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan : SMP
5. Status : Belum menikah
6. Alamat : Ujanmas
7. Agama : Islam
8. Suku : Jawa
ii. Identitas Keluarga
1. Nama
Ibu : Ny. M
2. Jenis Kelamin : Perempuan
C. Riwayat Kesehatan
II Keluhan Utama
Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien
dibawa ke RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan bicara
3
kasar. Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka usaha yang dulu
bangkrut tapi tidak terlaksana.
Alasan masuk
Menurut keterangan keluarga pada tanggal 8 januari 2008, pasien dibawa ke
RSJ karena dirumah, pasien mengamuk, memukul orang dan bicara kasar.
Keluarga mengatakan pasien punya keinginan membuka usaha yang dulu
bangkrut tapi tidak terlaksana.
Faktor prespitasi
Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien ditagih hutangnya oleh pihak grosir
tapi pasien belum bisa membayar. Pasien merasa bingung jadi mudah marah dan
tersinggung. Sehari yang lalu yang nagih datang lagi sama pasien, meminta
untuk pasien melunasi hutang-hutangnya. Pasien mengatakan sangat marah dan
sempat memukul karena jengkel yang nagih tidak mau disemayani padahal tahu
pasien tidak punya uang.
4
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 50 kg.
D. Psikososial
1. Genogram
2. Konsep diri
Gambaran Diri
Pasien menggambarkan dirinya seperti orang yang sukses yang dapat bertanggung
jawab terhadap orang tua dan adiknya.
3. Identitas Diri
Pasien mengatakan tahu bahwa dirinya perempuan dan pasien adalah anak pertama
dari 5 bersaudara. Pasien mengatakan dulu punya usaha dagang, sukses dan
5
akhirnya bangkrut, sekarang pasien tidak bisa kerja apa-apa, pasien bingung karena
hutangnya banyak dan tidak bisa membayar.
Peran Diri
Pasien sebelum gangguan jiwa punya usaha sembako sukses tapi setelah bangkrut
pasien tidak punya kerja lain. Di keluarga sebagai anak pertama tapi tidak bisa
bantu orang tua. Pasien merasa tidak bisa jadi contoh adik-adiknya, pasien merasa
dirinya gagal. Dalam kegiatan masyarakat pasien mengatakan jarang ijut karena
malu dengan usahanya yang bangkrut.
4. Hubungan Sosial
Pasien jika ada masalah sering cerita dengan adik pertamanya. Di masyarakat
pasien jarang punya teman karena pasien jarang kumpul dengan warga. Di Rumah
Sakit lebih banyak memisahkan diri karena merasa tidak kenal dan malu
menceritakan tentang masalahnya usaha yang gagal
6
5. Spiritual
Pasien selalu taat beribadah, di Rumah Sakit juga terlihat tekun ibadahnya.
E. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, rambut acak-acakan dan kotor.
2. Pembicaraan
Saat menyinggung masalah pasien, pasien bicara tiba-tiba keras, tatapan mata
tajam, pasien mengatakan jengkel saat ditanya masalahnya, pasien agresif saat
menjawab pertanyaan. Pasien mengatakan “Saya orangnya memang suka
ngomong keras dan kasar, apalagi saat jengkel di rumah saya juga seperti ini.”
3. Aktivitas Motorik
Kontak mata tajam, tangan mengepal, pembicaraan tidak fokus / mudah
beralih. Sebelum dilakukan pengkajian pasien diruangan teriak-teriak dan
sempat memukul temannya. Pasien mengatakan jika jengkel suka marah-
marah dan berteriak kadang mukul dan ada disekitarnya.
4. Afek
Afek pasien sesaat stimulus yang diberikan, ekspresi wajah tegang saat
ditanya soal masalahnya.
5. Alam Perasaan
7
6. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata ada, wajah tegang, pasien kooperatif menjawab pertanyaan
namun tiba-tiba bicara pasien kasar saat ditanya masalahnya.
7. Persepsi
Kurang lebih 2 tahun lalu saat pertama kali dirawat di RSJ pasien mengatakan
sering mendengar suara-suara orang menyuruh lari, suara anak yang tidak ada
wujudnya itu datang setiap pasien sedang melamun/menjelang tidur tapi
sekarang pasien sudah tidak mendengar suara-suara itu lagi.
8. Proses Fikir
Pembicaraan pasien bisa dimengerti, pasien sering mengulang pembicaraan
tentang masalah pasien yaitu tentang usahanya yang bangkrut.
9. Isi FikirPasien ada gangguan isi fikir yaitu obsesi, pasien mengatakan ingin
sekali membuka usaha dagang baru biyar dapat melunasi hutang dan tidak
membebani orang tua dan keluarganya lagi.
10. Tingkat Kesadaran
Pembicaraan pasien terkadang kacau
11. Memori
Pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang, pasien mengatakan ± 2
tahun pernah dirawat disini karena ditinggal pacar.
8
2. BAK / BAB
Dirumah pasien BAK/BAB pada tempatnya, di RSJ pasien juga selalu BAK/
BAB di tempatnya.
3. Mandi
Pasien mengatakan dirumah mandi 2x sehari, dirumah sakit mandi tanpa
disuruh.
4. Berpakaian
Selama dirumah tidak pernah memperdulikan cara berpakaian/ penampilan,
cara berpakaian tidak rapi, di RSJ pasien juga tidak perduli dengan
penampilannya.
5. Kebersihan Diri
Pasien mandi rutin tapi Kalau tidak diingatkan gosok gigi pasien tidak mau
gosok gigi di Rumah Sakit juga.
7. Penggunaan Obat
Setelah pasien pulang dari RSJ pasien suka kontrol, tapi pasien mengatakan
jenuh dan malas dengan obat. Pasien mengatakan ± 2 bulan tidak lagi
mengkonsumsi obat. Di RSJ harus dipaksa dulu minum obat.
G. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan ingin bisa usaha dagang lagi agar bisa melunasi utang
dan membantu orang tua, pasien mengatakan saat di rumah karena tidak ada
kesibukan kerja, pasien bingung dan marah-marah, pikiran panas dan akhirnya
pasien melampiaskan dengan teriak / memukul apa yang ada disekitar.
9
H. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan setiap ada masalah tidak pernah bercerita dengan orang
lain kecuali ibu dan adiknya / ayah pasien.
I. Penatalaksanaan
1. Laboratorium
P. 2.5-5.7
J. Analisa Data
10
No
Tgl/jam Data Problem
.
11
3 9 Januari 08 Ds : Pasien mengatakan sejak usaha Gangguan
bangkrut tidak bisa membantu konsep diri,
keluarga malah membebani. harga diri rendah
K. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Core problem
Ketidak sesuaian
peran
L. Diagnosa
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan
marah secara asertif
12
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah, berhubungan dengan
ketidaksesuaian peran
M. Tindakan Keperawatan
- pasien mau
13
menyebutkan nama
- pasien mau diajak
berinteraksi/bertukar
pikiran.
- Pasien menyebutkan
penyebab marahnya
karena dagangan
bangkrut, utang
menumpuk dan biaya
Rumah Sakit
- Pasien menyebutkan
tanda-tanda marahnya.
P: - lanjut ke TUK 4,5,6
- pasien dapat
mengidentifikasi marah
yang sering dilakukan.
- Pasien dapat
mengidentifikasi akibat
marah.
- Pasien dapat
mengidentifikasi cara
konstruksi terhadap
marah
10- Dx. 1 TUK : 4,5,6 S: Pasien mengatakan
01- Kalau saya marah,
- Menanyakan pasien
08 pengennya berteriak dan
cara marah yang
memukul apa yang ada
jam: biasa dilakukan.
disekitar saya.
09.3 - Menanyakan pasien
14
0 apa dengan marah - pasien mengatakan
yang dilakukan dengan marah yang
dapat saya lakukan saya
menyelesaiakan hanya merasa puas tapi
masalah. tidak menyelesaikan
- Menanyakan apa masalah
akibat dari - pasien mengatakan
kemarahannya. “kalau saya habis
- Menanyakan pasien marah
apakah mau cara (berteriak/mukul),
yang sehat untuk tenggorokan saya sakit,
mengatasi marah. tangan saya sakit,
- Mengajarkan pasien orang yang saya pukul
cara sehat juga marah.
mengontrol marah : - Pasien mengatakan
1. saat ingin marah / ingin tahu cara marah
ingin mukul pasien sehat seperti apa.
bisa memukul - Pasien mengatakan
bantal. jadi saya harus belajar
2. dengan melakukan cara marah yang
kegiatan atau seperti suster lutfi
mengutarakan ajarkan.
marahnya dengan A: TUK 4,5,6 tercapai
teman/orang
- pasien mau
sekitar tanpa harus
mengutarakan marah
berteriak atau
yang biasa dilakukan
memukul.
- pasien mengatakan
3. berdoa atau tarik
akibat dari marahnya.
15
nafas dalam - Pasien mengerti dan
sambil mau belajar cara marah
mengucapkan yang sehat.
astaghfirullah. - TUK 4,5,6 tercapai.
O: tidak ada gerakan
motorik dari wajah,
kaki/ tangan pasien.
- pasien kooperatif
menjawab pertanyaan.
P: - Lanjut ke TUK 7-9
- Pasien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
marah.
- Pasien dapat
menggunakan obat
dengan benar.
11- Dx. 1 TUK 7-9 S: pasien mengatakan saya
01- akan memilih cara
- Menyuruh pasien
08 marah yang sehat
memilih cara yang
dengan memukul bantal.
Jam: sehat yang
10.3 diajarkan untuk - pasien mengatakan
0 mengontrol marah. jadi obat yang harus
wib - Menyuruh pasien saya minum putih,saya
mendemonstrasikan akan minum obat rutin
cara yang dipilih dan tepat waktu pagi,
untuk mengontrol sore, malam, saya ingin
16
marah. cepat sembuh dan tidak
- Menjelaskan marah-marah lagi.
manfaat minum O: pasien
obat mendemonstrasikan cara
- Menjelaskan kapan marah dengan memukul
waktu minum obat. bantal.
- Menjelaskan dosis
A: TUK 7-9 tercapai
jenis obat yang
harus pasien minum - Pasien mau
sesuai kebutuhan. mendemonstrasikan
salah satu marah yang
sehat yang telah
diajarkan
- Pasien mengerti
manfaat , jenis dan
waktu kapan pasien
harus minum obat.
P: - Lanjut ke TUK 8
- Pasien dapat
dukungan keluarga
untuk mengontrol
marah.
12- Gangguan TUK 1,2,3 S: pasien mengatakan
01- konsep diri dirumah suka bersih-
- membina hubungan
08 harga diri bersih, nyapu, nyuci
saling percaya
rendah baju, kadang saya suka
jam: - menanyakan
mengaji
08.3 kemampuan positif
0 yang dimiliki di - pasien mengatakan
17
rumah dirumah sakit kadang
- menanyakan saya nyapu, Bantu
kemampuan dan mbak perawat nyapu
mendiskusikan dan merapikan tempat
kemampuan positif tidur.
yang dapat O: pasien pagi-pagi
digunakan di membantu perawat
Rumah Sakit. merapikan tempat tidur.
- pasien mencatat
kegiatan yang
dilakukan di rumah
A: TUK 1,2,3 tercapai
- pasien mau
mengungkapkan
kemampuan yang
dapat digunakan
dirumah dan di Rumah
Sakit.
P: - lanjut TUK 4, 5, 6
- pasien dapat
menetapkan dan
merencanakan kegiatan
sesuai jadwal.
- Pasien dapat
melakukan kegiatan
sesuai kondisi sakit.
- Pasien dapat
18
dukungan dari keluarga
- Mendelegasikan
TUK 4,5,6 pada
poerawat jaga
13- Dx. 1 TUK 8 S: keluarga mengatakan
01- saat pasien marah sikap
- menanyakan
08 keluarga hanya
keluarga bagaimana
mendiamkan, kadang
jam: kemampuan
ikut memarahi pasien.
10.3 keluarga dari sikap
0 yang telah - keluarga
dilakukan dirumah mengatakan “tanda
Menjelaskan tanda marah yang mbak
pasien marah : jelaskan tadi persis
1. mata melotot dengan tanda saat anak
2. muka merah saya mau marah, muka
3. tangan mengepal/ merah, mata melotot,
ada gerakan pada suara kasar, kadang
muka yang sampai memukul”.
menunjukkan - Keluarga
permusuhan. mengatakan “jadi
4. nada suara tinggi mbak, kalo nanti anak
saya marah, saya tidak
boleh mendiamkan /
- melatih keluarga
marah, tapi harus
cara mengajari
mengajari anak saya
pasien marah yang
marah yang sehat
sehat dengan :
seperti yang mbak
1. memberikan
ajarkan.
kegiatan
19
2. latih untuk ambil - Keluarga
nafas dalam mengatakan “saya
3. menyuruh pasien ingin mencoba
mengutarakan bagaimana cara
marah dan apa menanyakan sebab
penyebabnya. anak marah.
4. menyuruh pasien - Keluarga
berdoa dengan mengatakan “anak saya
membaca istighfar disini marah karena
5. menyuruh ingin pulang dan takut
melampiaskan biaya Rumah Sakit
marah dengan mahal.
memukul bantal. - Keluarga
mengatakan “saya akan
selalu mengawasi anak
- Menganjurkan pada
saya rutin minum obat.
keluarga memilih
O: keluarga kooperatif
cara melatih anak
marah dan - keluarga
membantu keluarga mendemonstrasikan
mendemonstrasikan cara menanyakan
. penyebab anak marah.
- Mengajurkan pada A: TUK 8 tercapai
keluarga untuk
- keluarga
mengawasi pasien
mengungkapkan sikap
rutin minum obat.
yang dilakukan saat
anak marah.
- Keluarga memilih
20
dan
mendemonstrasikan
cara marah yang sehat
kepada anaknya.
P: - keluarga dapat
mendemonstrasikancara
lain yang diajarkan
untuk melatih anak cara
marah yang sehat.
- lanjut ke-TUK 10
pasien dapat dukungan
dari lingkungan untuk
mengontrol marah
- mendelegasikan
TUK 10 ke perawat
jaga.
N. EVALUASI
Pada diagnosa pertama yaitu prilaku kekerasan dilakukan evaluasi pada
tanggal 13- 01- 2008dengan melakukan TUK 8 klien dapat dukungan dari keluarga..
Data subyektif yang di dapat keluarga mau mengajarkan pasien bagaimana cara
marah yang sehat dengan menanyakan apa yang mengakibatkan marahnya, dan
keluarga juga mengatakan saat pasien marah tidak akan mendiamkan dan memarahi
tetapi akan mengajarkan bagaimana marah yang sehat . keluarga mengatakan senang
bisa bertemu dengan pasien dan lega sudah mengerti masalah yang dihadapi pasien
Data obyektif yang di dapat keluarga kooperatif dan tersenyum, keluarga mau
mengerti kondisi pasien. Sedangkan evaluasi yang di dapat pada pasien yaitu pasien
21
tenang, bicara dengan nada rendah tidak agresif, kontak mata ada. pasien
mengungkapkan masalah yang membuatnya marah.
Pada TUK 9 yaitu klien dapat minum obat dengan benar sudah dilakukan pada
tanggal 11- 01- 2008, sedangkan pada TUK 10 perawat tidak melaksanakan sesuai
intervensi kemudian mendelegasikan keperawat jaga.
Pada diagnosa kedua yaitu gangguan konsep dari harga diri rendah dilakukan
evaluasi pada tanggal 12- 01- 2008 dengan melakukan TUK 1,2,3 yaitu Pasien
mengungkapkan kemampuan yang positif yang dimiliki di rumah dan kemampuan
yang dapat di lakukan di rumah sakit dengan data subyektif pasien mengatakan di
rumah saya suka bersih-bersih, nyuci baju kadang adzan di masjid,sedangkan di
rumah sakit pasien kadang menyapu dan membantu perawat merapikan tempat tidur.
Data obyektif yang di dapat pagi- pagi rasien memabantu perawat merapikan tempat
tidur, pasien mencatat kegiatan yang dapat dilakukan druamah dan di rumah salit.
Pada TUK 4, 5, 6 perawat tidak menyelesaikan sesuai intervensi kemudian
mendelegasikan ke perawat jaga.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
- Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah
dan memecahkan baskom cangkir.
2. Diagnosa
- Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK :
- Membina hubungan saling percaya
22
- Mengidentifikasi penyebab marah
- Selamat pagi, nama saya Lutfi. Panggil saya suster Lutfi. Namanya siapa,
senang dipanggil apa? Saya akan merawat Ny. N
Evaluasi/ validasi
23
Evaluasi Obyektif
- Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Ny. N ingat lagi, penyebab Ny. N
marah yang belum kita bicarakan.
Kontrak
Topik
- Nanti akan kita bicarakan perasaan Ny. N pada saat marah dan cara marah
yang biasa Ny. N lakukan.
Tempat
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
- Klien dapat menyebutkan penyebab marah.
1. Diagnosa
- Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
2 TUK :
- Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
- Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
24
- Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
25
- Apa akibat perilaku Ny. N?
- Betul, tangan jadi sakit, sapu bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya
dibawa ke rumah sakit
- Bagaimana Ny. N, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar
dan sehat?
- Baiklah, waktu kita sudah habis.
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
- Bagaimana perasaan Ny. N setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
- Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok.
26
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1. Orientasi
Salam terapeutik
- Tn. N masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan latihan
cara marah yang sehat.
Tempat
27
- Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
Waktu
28
d. Kontrak
Topik
- Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara lain.
Waktu
29
BAB lll
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah kami sampaikan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pasien yang mengalami perilaku kekerasan, pasien akan condong
menunjukkan tanda-tanda pandangan mata tajam, bibir kasar / dengan nada tinggi,
otot tegang, memukul bila tidak tenang dengan memberikan asuhan keperawatan
dengan komunikasi terapeutik kepada pasien akan dapat membantu meminimalkan
tindakan kekerasan yang terjadi.
Pada saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan masalah yang sering didapatkan yaitu melakukan komunikasi
terapeutik, menciptakan hubungan terapeutik, sikap jujur, sabar dan terbuka,
sangat tepat diterapkan dalam rangka membina hubungan saling
percaya dengan pasien
Keikutsertaan keluarga dalam lingkungan dan memberikan asuhan
keperawatan pasien masih kurang, selama pasien dirawat hanya ayah
saja yang menjenguk pasien, keluarga yang lain, saudara ataupun tetangga jarang
yang menengok pasien. Tetapi kebersihan asuhan keperawatan pada pasien tidak
lepas dari peran serta keluarga, sering perlunya mengikutsertakan pasien, keluarga
dan rekan yang ada di lingkungan sekitar secara rutin. Kebersihan keluarga dan
lingkungan dalam asuhan keperawatan agar lebih ditingkatkan lagi dengan
mengaftifkan petugas sosial rumah sakit untuk memberikan motivasi pada
keluarga dan lingkungan sekitar untuk ikut memperhatikan / mengetahui keadaan
pasien di rumah sakit sehingga keluarga dan lingkungan dapat ikut aktif dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
30
B. Saran
Bagi perawat diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan untuk memberikan perawatan secara optimal agar
klien dapat melakukan marah secara asertif dan dapat mengontrol emosinya saat
marah
Bagi institusi rumah sakit untuk menunjang keberhasilan keperawatan klien
dengan perilaku kekerasan perlu ditingkatkan lagi hubungan kerja sama antara
pihak rumah sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah sakit maupun
sudah pulang di rumah
Bagi keluarga diharapkan memberik motivasi kepada klien dengan perilaku
kekerasan dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif terhadap diri
sendiri ataupun orang lain akan muncul sehingga pasien dapat mengontrol
emosinya saat marah
Bagi institusi pendidikan agar senantiasa mengembangkan sayap melalui
secara aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan perilaku kekerasan
31
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana, 1996, Hubungan Therapeutik Perawat pasien. EGC Jakarta
Keliat Budi Ana dan Sinaga Cristina, 1992, Marah Akibat Penyakit yang Diderita,
Arcan Jakarta
Stuart and Sundeen, SJ, 1991, Principle and Practive of Psychiatrik Nursing, Masby
Year Book, St. Louis.
Stuart, G. W and Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3 alih
bahasa : Achiryani S hamid, D. N. Sc. EGC Jakarta.
32