Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

GANGGUAN DEPRESI ORGANIK

Pembimbing:

dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K)

Disusun Oleh:
Astara Ginarana 1818012108
Charisatus Sidqotie 1818012098
Fidya Cahya Sabila 1818012026
M. Rifki Pratama 1818012064

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Gangguan
Depresi Organik” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus
ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K) yang telah
meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan naskah ini. Penulis
menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian.

Bandar Lampung, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien............................................................................................1
II. Anamnesis Psikiatri...................................................................................1
A. Keluhan Utama.....................................................................................1
B. Riwayat Penyakit Sekarang...................................................................1
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya..............................................................2
D. Riwayat Kehidupan Pribadi..................................................................3
E. Riwayat Pendidikan...............................................................................4
F. Riwayat Pekerjaan.................................................................................5
G. Riwayat Perkawinan.............................................................................5
H. Riwayat Keagamaan.............................................................................5
I. Riwayat Kehidupan Keluarga................................................................5
J. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga........................................................6
K. Situasi Kehidupan Sekarang.................................................................6
III. Pemeriksaan Status Mental....................................................................6
A. Deskripsi Umum...................................................................................6
B. Mood dan Afek.....................................................................................6
C. Pembicaraan..........................................................................................7
D. Persepsi.................................................................................................7
E. Pikiran...................................................................................................7
F. Sensorium dan Kognisi..........................................................................7
G. Pengendalian Impuls.............................................................................7
H. Daya Nilai dan Tilikan..........................................................................7
I. Penilaian Terhadap Realita.....................................................................7
J. Taraf Dapat Dipercaya...........................................................................7
IV. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut………………………………...8
V. Data Klinis Bermakna.............................................................................9
VI. Formulasi Diagnosis..................................................................................
VII.Evaluasi Multiaksial..............................................................................12
VIII.Daftar Masalah.....................................................................................12
A. Organobiologi.....................................................................................12
B. Psikologi..............................................................................................12
C. Sosial...................................................................................................13
IX.Prognosis..................................................................................................13
X. Rencana Terapi........................................................................................13
XI.Diskusi......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. 5
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Tn.E, laki-laki usia 23 tahun, mahasiswa semester 6 (enam) di Universitas
Negeri di Provinsi Lampung. Tn.E merupakan anak ke 4 (empat) dari tiga
bersaudara.

II. Anamnesis Psikiatri


Anamnesis dan autonamnesis dapat dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Lampung.

A. Keluhan Utama

Mudah sekali tersinggung, sering bengong, dan merasa sulit untuk

memahami pelajaran sejak 1 bulan yang lalu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Tn.E merupakan anak ke 4 (empat) dari empat bersaudara. Tn.E dibawa

keluarga berobat ke Psikiater setelah sekitar 2 (dua) bulan ini mudah

tersinggung, sering bengong dan merasa sulit untuk memahami pelajaran.

Menurut keluarga Tn.E tidak pernah merokok apalagi menggunakan

narkoba. Tn.E juga tidak pernah jatuh atau mengalami kecelakaan.

Menurut keluarga sudah hampir 3 (tiga) tahun terakhir ini Tn.E kerap

kejang yang hilang timbul. Pada awal kejang Tn.E dibawa berobat ke

Dokter Spesialis Saraf dan berobat rutin selama hampir 1,5 (satu

setengah) tahun dan kejang makin lama makin jarang. Setelah 3 (tiga)

bulan tidak kejang, Tn.E mulai tidak rutin makan obat. Sehingga Tn.E

kembali kejang. Menurut Tn.E sebelum kejang dirinya merasa telinganya

1
berdenging dan setelahnya dirinya tidak dapat mengingat apa-apa lagi.

Menurut Tn.E setelah kejang, dirinya sering merasa sangat lemas dan

pusing. Gejala ini berlangsung sekitar 1 jam. Terkadang beberapa jam

setelah kejang dirinya mendengar suara-suara orang berbicara tidak jelas.

Terkadang juga melihat seperti bayangan putih. Menurut orangtua, gejala

Tn.E makin lama terlihat makin beragam, pernah setelah kejang Tn.E

berusaha melepaskan pakaiannya. Tn. E juga pernah hampir celaka,

karena kejang timbul saat dirinya mengendarai motor.

Tn.E menyatakan dirinya terkadang malu dengan teman-temannya karena

penyakitnya ini. Menurut ibu, sudah hampir 1 (satu) bulan ini Tn.E

terlihat lebih banyak mengurung diri di kamar, makan sedikit, tidak

banyak bicara dan murung. Menurut Tn.E sekitar 1 (satu) bulan terakhir

ini perasaannya sedih, tidak semangat dan terkadang ada pikiran untuk

bunuh diri.

C. Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Medis Umum

Tn.E memiliki riwayat penyakit epilepsi sejak 3 tahun yang lalu,

ditanyakan mengenai jenis dan durasi kejang? Diperkirakan kejang

tipe umum

2. Riwayat Gangguan Psikiatri

Tn.E tidak memiliki riwayat penyakit psikiatri


3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Tn.E tidak merokok dan menggunakan narkoba, ditanyakan apakah

pasien memiliki riwayat minum alkohol ? Diperkirakan tidak.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Periode Prenatal dan Perinatal

Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :

a. Apakah ada masalah saat kehamilan? Diperkirakan tidak ada

masalah

b. Apakah pasien lahir cukup bulan? Diperkirakan cukup bulan

c. Apakah pasien lahir dengan persalinan normal? Diperkirakan

normal

d. Apakah ada atau tidaknya kecacatan saat lahir? Diperkirakan

tidak ada

e. Apakah pasien mendapatkan pengasuhan dan kehangatan dari

orang tuanya? Diperkirakan baik

2. Periode Bayi dan Balita

Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :

a. Apakah anak mendapatkan perlakuan kasar? Diperkirakan

tidak

b. Apakah ada riwayat terjatuh saat kecil? Diperkirakan tidak

ada

c. Apakah pasien diasuh langsung oleh ibunya? Diperkirakan

langsung
d. Apakah pasien diberi ASI eksklusif oleh ibu kandung dan

mendapatkan nutrisi yang cukup? Diperkirakan diberi cukup

e. Apakah pasien mengalami gangguan tumbuh kembang?

Diperkirakan tidak mengalami gangguan

3. Periode Masa Kanak-Kanak (6—12 tahun)

Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :

a. Apakah selama masa kanak-kanak, pasien dapat bersekolah

dan mengikuti pelajaran dengan baik? Diperkirakan

mengikuti dengan baik

b. Apakah pasien pernah tinggal kelas? Diperkirakan tidak

pernah

4. Periode Masa Remaja Awal- Akhir (12-18 tahun)

Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :

a. Apakah pasien masih dianggap belum dewasa oleh orang

tuanya? Diperkirakan masih belum

b. Pasien tidak pernah mencoba minuman beralkohol dan

narkoba? Diperkirakan tidak pernah

5. Periode Usia Dewasa

Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :


a. Apakah pasien sering berinteraksi sosial dengan lingkungan
sekitar? Diperkirakan normal

E. Riwayat Pendidikan

Pasien saat ini adalah mahasiswa semester 6 (enam) di Universitas Negeri

di Provinsi Lampung
F. Riwayat Pekerjaan

Pasien seorang mahasiswa

G. Riwayat Perkawinan

Pasien belum menikah dan belum memiliki anak.

H. Riwayat Keagamaan
Perlu ditanyakan terkait agama pasien dan rajin atau tidak untuk
beribadah? Diperkirakan normal

I. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien tinggal

dirumah bersama orang tua dan saudaranya.

 Perlu ditanyakan terkait keharmonisan antar anggota keluarga?

Diperkirakan normal

Pedigree Chart

J. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Perlu ditanyakan tingkat ekonomi keluarga pasien? Diperkirakan cukup

K. Situasi Kehidupan Sekarang


Saat ini pasien tinggal bersama orang tuanya. Pasien merupakan seorang
mahasiswa semester 6 (enam) di Universitas Negeri di Provinsi Lampung.

III.Pemeriksaan Status Mental


A. Deskripsi Umum
Penampilan : Pasien laki-laki diperkirakan berpakaian rapih,
berpenampilan sesuai usia, hygiene diperkirakan

baik
Perilaku dan : Lemah dan tampak sedih, tidak bersemangat
aktivitas
psikomotor
Sikap terhadap : Diperkirakan Kooperatif
pemeriksa

B. Mood dan Afek


Mood : Hypotimia atau Depresif
Afek : Terbatas
Keserasian : Serasi

C. Pembicaraan
Tidak ada informasi, tetapi dapat ditanyakan pembicaraan pasien spontan,
kelancaran pembicaraan, volume pembicaraan, intonasi berbicara, kualitas
ataupun kuantitas dari pembicaraan

D. Persepsi
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
Halusinasi : Auditorik dan visual
Ilusi : Tidak ada

E. Pikiran
Produktivitas : Produktif
Proses pikir : Koheren/Logis
Isi pikir : Tidak terdapat miskin isi pikir, waham, obsesi

F. Sensorium dan Kognisi


Kesadaran : Composmentis
Orientasi dan : Dapat ditanyakan orientasi orang, tempat dan
Daya Ingat waktu apakah baik atau tidak
Konsentrasi dan : Tidak terdapat data, tetapi dapat dilakukan
Perhatian pengukuran
Kemampuan : Tidak ada data. Dapat Diminta untuk meniru
Visuospasial gambar jam dinding
Pikiran Abstrak : Tidak ada data
Intelegensi dan : Diperkirakan baik
Kemampuan
Informasi

G. Pengendalian Impuls
Diperkirakan pasien dapat tetap mengontrol impuls dan tetap kooperatif
saat wawancara

H. Daya Nilai dan Tilikan


Daya nilai sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Tilikan derajat 1 : Pasien tidak tahu bahwa dirinya sakit.

I. Penilaian Terhadap Realita


Ditanyakan apakah pasien mengetahui kondisinya saat ini dan menerima?
Diperkirakan tidak tau dan merasa terganggu
J. Taraf dapat dipercaya
Kesan dapat dipercaya.

IV. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut

a. Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital dalam batas normal.

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan head to toe dari kepala, mata, hidung, oral, telinga, leher

yaitu kesan dalam batas normal

Pemeriksaan Paru, jantung, abdomen, ekstremitas yaitu kesan dalam batas

normal.

c. Status Internus

Pemeriksaan pernafasan, kardiovaskular, dan gastrointestinal kesan dalam

batas normal.

d. Status Neurologis

Status neurologis dalam kesan dalam batas normal.

e. Laboratorium

Dapat direncanakan pemeriksaan laboratorium

Dapat direncanakan pemeriksaan EEG.

V. Data Klinis Bermakna

a. Identitas

Tn. E usia 23 th merupakan mahasiswa semester akhir Universitas Negeri

di Provinsi Lampung dan anak terakhir dari 4 bersaudara

b. Anamnesis

Sejak 3 tahun yang lalu, pasien memiliki riwayat kejang, pasien berobat

rutin selama 1,5 th sejak muncul gejala kejang. Setelah 3 bulan tidak

muncul kejang, pasien menjadi jarang minum obat sehingga kejang timbul

kembali. Menurut keluarga, gejala pasien beragam, terkadang setelah

kejang melepas pakaian. Menurut pasien, setelah kejang mengalami

halusinasi auditorik dan visual.


Selama 2 bulan terakhir pasien mudah tersinggung, sering bengong, dan

sulit memahami pelajaran. Selama 1 bulan belakangan mengurung diri di

kamar, makan sedikit, tidak banyak bicara, dan murung. Pasien

mengatakan bahwa dirinya sedih, tidak semangat, dan ada pikiran untuk

bunuh diri.

c. Pemeriksaan Status Mental

Deskripsi umum : Tampak sedih dan tidak bersemangat

Kesadaran : Compos mentis

Mood, afek, keserasian : Hypotimia/ depresif, terbatas, serasi

Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik dan visual

Pikiran : Tidak ada gangguan isi pikir

Pengendalian impuls : Diperkirakan kooperatif

Daya nilai dan tilikan : Tilikan 1

Taraf dapat dipercaya : Kesan dapat dipercaya

VI.Formulasi Diagnosis

Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik

dan visual serta adanya hendaya (disability) dalam kehidupan sosial, aktivitas

sehari hari dan adanya pikiran untuk bunuh diri. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa sesuai dengan

definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.

Diagnosis Aksis I
Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

didapatkan sejak 3 tahun yang lalu sering mengalami kejang berulang. Pasien

sudah berobat ke Dokter Spesialis Saraf/Neurolog dan sudah berobat rutin

selama 1,5 tahun dan kejang makin lama makin jarang. Setelah 3 bulan tidak

kejang, pasien mulai tidak rutin makan obat dan kembali kejang. Pasien

pernah berusaha melepaskan pakaiannya, dan juga pernah hampir celaka

karena kejang timbul saat dirinya mengendarai motor. Pada pasien ditemukan

hendaya dalam aktivitas sehari hari sejak 5 bulan lalu yaitu sering bengong

dan merasa sulit untuk memahami pelajaran. Dari hasil ananmnesis juga

ditemukan gejala psikopatologi yaitu adanya riwayat halusinasi auditorik

(pasien mendengar suara-suara orang berbicara tidak jelas), riwayat halusinasi

visual (pasien melihat seperti bayangan putih), riwayat gejala depresi (pasien

mengurung diri di kamar, makan sedikit, tidak banyak bicara, tampak murung,

perasaannya sedih, tidak semangat dan terkadang ada pikiran untuk bunuh

diri). Hal tersebut dapat menjadi dasar untuk mendiagnosis pasien dengan

gangguan mental organik akibat kerusakan dan disfungsi otak dan

penyakit fisik (F06) → gangguan depresi organik (F06.32).

Dari anamnesis diketahui bahwa pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol

dan zat psikoaktif lainnya berdasarkan hal tersebut, pasien bukan termasuk

penderita gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol atau

zat psikoaktif lainnya (F1).


Berdasarkan gejala gejala yang ditemukan, diagnosis pada pasien adalah

Gangguan Depresi Organik. Pada pasien ditemukan gangguan pada fungsi

kognitif seperti daya pikir (intellect) dan daya belajar (learning), gangguan

kesadaran (consciousness) dan gangguan persepsi (halusinasi) yang mencolok.

Diagnosis Aksis II

Pasien merupakan mahasiswa semester akhir Universitas Negeri di Provinsi

Lampung sehingga dapat disimpulkan pasien tidak mengalami retardasi

mental. Selain itu, keluarga juga tidak mengeluhkan adanya gangguan perilaku

saat pasien masih remaja ataupun saat pasien sudah dewasa. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa belum ada diagnosis pada aksis II.

Diagnosis Aksis III

Berdasarkan anamnesis pasien didiagnosis banding epilepsi, dan sudah

mendapatkan pengobatan. Oleh sebab itu diagnosis untuk Aksis III Penyakit

Susunan Saraf (G00-G99).

Diagnosis Aksis IV

Selama 1 bulan terakhir, pasien selalu mengurung diri di kamar, tidak banyak

bicara dan murung. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya masalah dalam

hal interaksi pasien dengan orang-orang disekitarnya, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pada Aksis IV, terdapat masalah sosial pada pasien.

Diagnosis Aksis V
Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan

menggunakan GAF (Global Assesment of Functioning). GAF pasien saat

anamnesis dan pemeriksaan fisik memenuhi kriteria skor 50-41, yaitu adanya

gejala yang serius, misal keinginan untuk bunuh diri, perilaku obsesif cukup

kuat, sering mengutil) atau gangguan yang cukup serius pada fungsi

kehidupan sosial, pekerjaan, sekolah, misal : tidak punya teman dan

kehilangan pekerjaan.

VII.Evaluasi Multiaksial

Aksis I : F06.32.Gangguan Afektif Organik Depresi

Aksis II : Belum ada diagnosis

Aksis III : Penyakit susunan saraf (G00-G99)

Aksis IV : Terdapat masalah sosial

Aksis V : GAF current 50-41

VIII.Daftar Masalah

A. Organobiologik

Pada pasien didapatkan adanya keluha kejang.

B. Psikologik

Pada pasien ditemukan adanya gejala depresif disertai adanya riwayat

halusinasi auditorik dan halusinasi visual.

C. Sosial
Didapatkan adanya hendaya dalam bidang social. Pasien mengaku malu

dengan teman temannya karena penyakit yang ia alami.

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

X. RENCANA TERAPI

A. Konseling

Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga pasien tentang

penyakit pasien dan agar keluarga dapat memahami kondisi dari pasien

serta menganjurkan untuk dapat melakukan pengobatan secara teratur.

B. Cognitive Behaviour Therapy (CBT)

Terapi ini bertujuan untuk mengelola gejala yang dirasakan pasien,

dilakukan dengan pendekatan biopsikososial untuk mengurangi gejala-

gejala yang dialami pasien yang berfokus untuk menghilangkan

sumber-sumber reinforcement sekunder, memperbaiki keretampilan

coping untuk mengatasi stress, dan memperbaiki keyakinan yang

berlebihan atau terdistorsi mengenai kesehatan atau penampilan

seseorang. Hal-hal yang dilakukan berupa membangun hubungan

dengan dan kepercayaan dari pasien, mendiskusikan

kemungkinan/diagnosis dengan pasien, mengedukasi mengenai

gangguan yang dialami, memfokuskan penatalaksaaan pada fungsi


kehidupan sehari-hari, mengelola stres secara efektif dan peningkatan

aktivitas fisik, menjadwalkan pertemuan yang reguler sebagai follow-

up ( Sadock et al, 2017).

C. Psikoedukasi

Melakukan intervensi pada individu, keluarga, dan kelompok yang

fokus pada mendidik pasien mengenai tantangan signifikan dalam

hidupnya, membantu pasien mengembangkan sumber-sumber

dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut,

dan mengembangkan keterampilan coping untuk menghadapi tantangan

tersebut.

D. Psikofarmaka

- Asam Valproate 2x250 mg (sampai 2 tahun bebas kejang)

- Risperidone 2x2 mg (selama 14 hari)

- Pasien disarankan untuk dirawat atau di rujuk ke dokter Sp. KJ

XI. Diskusi

Gangguan Mental Organik (GMO) merupakan gangguan mental yang

berkaitan dengan gangguan yang berhubungan langsung dengan otak atau

ganggguan sistemik yang mempengaruhi otak secara tidak langsung. Menurut

PPDGJ III, GMO memiliki tiga gambaran utama yaitu adanya gangguan

fungsi kognitif seperti daya ingat (memory), daya pikir (intellect) daya belajar

(learning), adanya gangguan sensorium seperti gangguan kesadaran

(consciousness) dan perhatian (attention), dan terdapat sindrom dengan


manifestasi yang menonjol dalam bidang perseprsi (halusinasi), isi pikiran

(waham/delusi), suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas). GMO

tersebut dapat ditegakkan diagnosisnya apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut:

1) Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit fisik

sistemik yang memiliki hubungan dengan gejala gangguan mental,

2) Adanya hubungan waktu (dapat beberapa minggu atau bulan) antara

penyakit yang mendasarinya dengan sindrom gangguan mental,

3) Adanya perbaikan dari gangguan mentalnya setelah ada perbaikan atau

dihilangkannya penyebab yang mendasarinya,

4) Tidak ada bukti yang mengarahkan pada penyebab lain dari sindroma

gangguan mental tersebut (seperti pengaruh dari genetika atau

dicetuskan oleh distres).

Dari anamnesis yang dilakukan, Tn.E memenuhi kriteria diagnosis. Tn.E

mengatakan bahwa sejak 3 tahun yang lalu Tn.E kejang (epilepsy) dan

pernah ke Dokter Spesialis Syaraf, dan diberi pengobatan rutin. Epilepsi

merupakan penyakit yang berhubungan dengan kerusakan atau disfungsi

otak. Kemudian, Tn.E mengalami kekambuhan pada epilepsinya terlebih

dahulu dan kemudian disusul oleh munculnya gejala psikotik pada Tn.E.

Selanjutnya saat masih dalam anamnesis, tidak ada bukti yang

mengarahkan pada penyebab lain seperti genetika, lingkungan, atau faktor

stress.

Pada saat anamnesis, Tn.E juga mengatakan bahwa ia terkadang seperti

mendengar suara yang tidak jelas di telinganya yang menyebabkan


telinganya seperti berdenging, dan juga Tn.E terkadang melihat bayangan

putih. Manifestasi klinis pada Tn.E ini merupakan gejala psikotik berupa

halusinasi audiotorik dan halusinasi visual.

Tn.E mengeluhkan perasaannya selalu sedih dan sulit untuk memahami

pelajaran 2 bulan terakhir ini, dan keluarga Tn.E pun mengatakan bahwa

sudah 1 bulan ini Tn.E terlihat lebih banyak mengurung diri di kamar,

makan sedikit, tidak banyak bicara, dan murung. Hal-hal tersebut sesuai

dengan kriteria diagnosis depresi. Menurut PPDGJ III, episode depresif

memiliki tiga gejala utama (1) afek depresif, (2) hilangnya minat dan

kebahagiaan, (3) serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya

keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan

menurunnya aktivitas. Gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian

kurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa

bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan

pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,

tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang. Episode depresif ditegakkan

apabila periode depresif terjadi sekurang-kurangnya 2 minggu namun

periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala yang dialami berat dan

berlangsung cepat.

Gangguan psikiatrik terhadap epilepsi sangat sering terjadi terutama gejala

psikosis pada penderita epilepsi tersebut. Psikosis adalah gangguan

psikiatrik spesifik yang sangat jelas ada kaitannya. Prevalensi mencatat dari

seluruh gangguan psikotik pada pada pasien epilepsi berkisar antara 7-12%.
Selain itu prevalensi mencatat dari 100 anak dengan kejang kompleks

dalam periode lebih dari 30 tahun sebanyak 10% mengalami gangguan

psikotik. Hal ini memperlihatkan bahwa resiko terjadinya psikotik pada

pasien epilepsi dua kali atau lebih dibandingkan populasi umum (Elvira &

Hadisukanto, 2017). Pada kasus kali ini Tn. E 23 tahun, sudah 1,5 tahun

rutin berobat dengan dokter neurologi tetapi setelah 3 bulan, Tn. E tidak

rutin meminum obat yang dianjurkan kembali. Kejang yang diderita Tn.E

menjadi kambuh kembali. Beberapa saat setelah Tn.E mengalami kejang

terkadang ia mengalami halusinasi auditorik berupa mendengar suara-suara

orang berbicara tidak jelas. Terkadang Tn.E berhalusinasi visual dan

melihat seperti bayangan putih. Selain itu pasien juga tampak mudah sekali

tersinggung, dan ada juga keinginan seperti membunuh diri sendiri,

keadaan yang diderita oleh Tn.E ini tentu saja epilepsi dengan gejala

psikotik.

Pada kasus ini Tn. E juga mengaku bahwa pasien tampak sering bengong

dan merasa sulit untuk memahami pelajaran sebagai mahasiswa. 1 bulan

terakhir Tn.E merasa sedih sehingga lebih banyak mengurung diri dikamar.

Makan sedikit, tidak banyak bicara dan murung. Menurut Tn.E perasaannya

sedih, tidak semangat dan terkadang ada pikiran ingin bunuh diri yang

menandakan bahwa pada pasien terjadi gejala depresi. Depresi sering

terjadi pada epilepsi, umumnya disertai disforia kronik dengan ansietas

tinggi dan iritabel. Risiko bunuh diri ditemukan lebih tinggi pada epilepsi

dibandingkan dengan populasi non-epilepsi, terutama pada epilepsi lobus

temporalis.
Pada kasus Tn.E dilakukannya pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

laboratorium atau pemeriksaan elektrolit, hal ini dapat dilakukan untuk

mengekslusikan penyebab kejang apabila terjadi gangguan metabolik

berupa hipoglikemik, hipomagnesia, electrolyte imbalance, dll. Selain itu

juga, pada Tn. E dapat dilakukan pemeriksaan pemeriksaan EEG, hal ini

dapat membuktikan bahwa resiko terjadinya psikotik, pada pasien epilepsi

khususnya pasien yang focus epilepsi nya ada di media basal lobus

temporalis. Penelitian tentang lateralisasi focus epilepsi yang menduga

adanya hubungan antara focus di sisi kiri berkaitan dengan psikosis dapat

dilakukan pemeriksaan dengan EEG, PET Scan dan SPECT. Pada EEG

sendiri dapat ditemukan perubahan gelombang saat serangan terjadi. Selain

itu juga EEG dapat membedakan diagnosis banding dengan psikosis

fungsional.

Pasien Tn. E mengalami disfungsi primer, yaitu riwayat epilepsy dalam 3

tahun terakhir yang menyebabkan munculnya gejala gangguan mental,

sehingga pasien dikategorikan dalam Gangguan Mental Organik (F0).

Tidak ada riwayat merokok dan penggunaan narkoba sehingga Gangguan

Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif (F1) dapat

disingkirkan. Selanjutnya, pasien dikategorikan lagi sebagai Gangguan

mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik (F06)

dikarenakan adanya penyakit epilepsy yang berhubungan dengan gejala

gangguan mental yang dialami pasien, serta adanya hubungan waktu yang

berupa munculnya gejala gangguan mental pasien saat kejang pasien tidak
terkontrol karena tidak lagi rutin minum obat. Kemudian, dari F06 pasien

dikategorikan lagi sebagai F06.3 (Gangguan Afektif Organik) dikarenakan

adanya gangguan afek terbatas pada pasien. Gangguan afek yang dialami

oleh pasien mengarah ke gejala depresi, di antaranya adalah mengurung

diri di kamar, makan sedikit, tidak banyak bicara, murung, sedih, tidak

semangat, ada pikiran bunuh diri, sulit memahami pelajaran sehingga

pasien didiagnosis sebagai Gangguan Depresi Organik (F06.32).

Pada pasien epilepsi yang menunjukkan gejala psikotik, upaya tatalaksana

harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah perburukan dan

memperbaiki prognosis. Penanganan gangguan psikotik pada epilepsi yaitu

dengan mengoptimalkan efek dari obat anti epilepsy itu sendiri untuk

mencegah kejang berulang dan memulai terapi farmakologis anti psikotik

berdasarkan beratnya gejala, perilaku dan fungsi sehari-hari. Dalam

pengobatan pasien epilepsi dengan gangguan psikiatrik, hal yang perlu

dilakukan adalah mengatasi epilepsinya dengan pemberian obat

antikonvulsan seperti carbamazepine, asam valproat, gabapentin dan

lamotrigine. Pada Tn. E diberikan asam valproate 2 kali 250 mg perhari

sampai didapatkan adanay 2 tahun bebas kejang, dengan tujuan mencegah

kejang berulang dan mencegah terjadinya gejala psikotik. Terapi

selanjutnya adalah pemberian obat psikotik yang memiliki efek minimal

terhadap sindrom ekstrapiramidal dan dapat menurunkan ambang kejang.

Pada Tn. E dapat diberikan antipsikotik generasi kedua berupa risperidone

dengan dosis 2 kali 2 mg perhari. Selain itu, intervensi psikoterapi

sederhana juga dapat dilakukan seperti konseling, CBT dan psikoedukasi.


Hal ini bertujuan untuk menghilangkan, mengubah atau mengurangi gejala-

gejala yang ada, membantu pasien mengembangkan sumber-sumber

dukungan dan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan tersebut, dan

mengembangkan keterampilan coping untuk menghadapi tantangan

tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira SD, dan Hadisukanto G. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Persatuan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI). Pedoman Tatalaksana Epilepsi.


Jakarta: PERDOSSI; 2014. Elvira Sylvia D dan Hadisukanto G. 2017.
Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott; Ruiz, Pedro. Comprehensive


textbook of psychiatry 10th Edition. United States of America:
Wolters Kluwer; 2017

Wahyuni A, Cahyaningsih FR. 2020. Gangguan Mental Organik ec Epilepsi pada


Laki Laki Usia 17 Tahun. Jurnal Medula. 9(4): 621-624

Anda mungkin juga menyukai