Anda di halaman 1dari 35

TUGAS KELOMPOK

SISTEM NEUROBEHAVIOR
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
PERILAKU KEKERASAN

KELOMPOK 3b

Andi Nur Restu Firadika


Riskayana
Ridha Sinta Yunita
Besse Wabi Hamsinar
Nurlela Thamrin
Husni Dili Amelianti
Suriani Syamsuddin
Sri Nurhidayah S
Ana M Sarwuna
Rechan Handayani
Nur Istiqamah DS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya tugas makalah Sistem Neurobehavior yang di berikan
kepada kami dapat di selesaikan tepat waktu

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu kami dalam proses pembuatan makalah Sistem Neurobehavior dan
kami menyadari di dalam Makalah ini jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca .Akhir
kata kami mengharapkan makalah Sistem Neurobehavior dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Penyusun

Kelompok 3b

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ........................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... 4

C. TUJUAN .............................................................................................. 4

BAB II SKENARIO

1. Kata Kunci .......................................................................................... 5

2. Klasifikasi kata kunci ........................................................................ 5

3. Core problem ..................................................................................... 6

4. Pertanyaan-pertanyaan penting ....................................................... 6

5. Jawaban penting ............................................................................... 7

6. Pertanyaan tambahan ....................................................................... 8

7. Jawaban Pertanyaan tambahan ...................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................... 33

B. SARAN .............................................................................................. 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) tahun 2013 menyatakan bahwa

sekitar 450 juta orang di dunia memiliki gangguan mental. Sekitar 25%

penduduk dari 450 juta orang di dunia diantaranya mengalami gangguan

jiwa Risiko Perilaku Kekerasan usia tertentu selama hidupnya.

Sedangkan pada tahun 2014, penduduk yang menderita Risiko Perilaku

Kekerasan mengalami peningkatan mencapai 28%.Gangguan jiwa

terbesar hampir merata di seluruh dunia, termasuk di wilayah Asia

Tenggara. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO),

hampir satu per tiga dari penduduk di wilayah Asia Tenggara pernah

mengalami gangguan neuropsikiatri (Iyus Yosep,2014).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes RI, 2010)

jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang.

Di Indonesia sendiri prevalensi gangguan jiwa tertinggi terdapat di

provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), diikuti Nagroe Aceh

Darussalam (18,5%), Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatra

Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%). Berdasrkan data Riset

Kesehatan Dasar (2007), menunjukkan prevalensi gangguan jiwa

nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk dari data tersebut bisa

disimpulkan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia setiap

tahunnya selalu meningkat (Fathul Habbi, et al 2017).

1
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI,

2010) berbagai macam tekanan masalah yang terjadi dimasyarakat

Indonesia, baik social maupun ekonomi berdampak pada jumlah

penderita gangguan jiwa perilaku kekerasan di Indonesia pada tahun

2012 telah mencapai 11,6% (usia 15-64 tahun) dari 237,6 juta orang

dengan kata lain sebanyak 27.561.600 orang penduduk Indonesia

menderita gangguan jiwa perilaku kekerasan (Fathul Habbi, et al 2017).

b. Rumusan Masalah

“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Perilaku

Kekerasan?

c. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep medis Perilaku Kekerasan

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Perilaku kekerasan

2
BAB II
SKENARIO
MODUL 2
Skenario 2 / Kulihat Bayangan di matamu

Seorang laki-laki berumur 50 tahun di bawah oleh keluarganya ke

RS Jiwa 2 hari yang lalu karena marah-marah dan memukul kakaknya.

Pengkajian saat ini sudah sering mondar-mandir, ekspresi wajah tegang,

mata melotot, bicara keras dan trlihat sering menatap tembok kamar. Saat

ini dirawat di ruang PICU dan mendapatkan farmakoterapi yaitu injeksi

ludomer, Haloperidol 50 mg, Trixelpenedil 100 mg. Saat ini perawat sudah

mengajdarkan tarik napas dalam untuk relaksasi.

1. Kata Kunci

a. Usia 50 tahun

b. Marah-marah

c. Memukul

d. Sering mondar mandir

e. Ekspresi wajah tegang

f. Mata molotot

g. Bicara keras

h. Menatap tembok

i. Injeksi Haloperidol 50 mg, Trixelpenedil 100 mg

2. Klarifikasi Kata Kunci

a. Laki-laki berusia 50 tahun

3
b. Marah-marah : Suatu emosi secara fisik mengakibatkan antara lain

peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tekanan adrenalin

dan noradrenalin.

c. Memukul atau mengenakana suatu benda yang keras atau berat

dengan kekuatan

d. Mondar-mandir : berjalan kesana kemari, hilir-mudik, kian kemari

e. Ekspresi wajah tegang : mimik wajah yang dimana posisi otot tegang

pada wajag

f. Mata melotot : gerakan bola mata yang melotot

g. Bicara keras : mengungkapkan kata-kata dengan intonasi kuat atau

keras

h. Menatap tembok : tatapan yang tertuju pada tembok

i. Haloperidol : obat antipsikotik yang digunakan untuk menangani

penyakit akixofrenia, mania dalam penyakitbipolar, halusinasi

selama proses penanggulangan, kecanduan minum alcohol

j. Trixelpenedil : obat untuk mengatasi gejala Parkinson dan juga

digunakan untuk mengurangi efek samaping obat antipsikotik pada

pasien jiwa / skizofrenia.

3. Core Problem

Perilaku Kekerasan

4. Pertanyaan-pertanyaan Penting

a. Apakah kondisi lingkungan disekitar biasa mempengaruhi kondisi

kejiwaan seseorang?

4
b. Bagimana penanganan peran keluarga pada pasien perilaku

kekerasan yang dikembalikan ke rumah?

c. Mengapa marah sulit terkontrol pada pasien perilaku kekerasan?

5. Jawaban Penting

1. Ya, pada suatu kondisi yang sangat menekan (stres) maka orang

terkadang kesulitan beradaptasi dengan kondisi tersebut sehingga

akhirnya bisa mengganggu fikiran, perasaan dan perilaku orang

tersebut.

Kejiwaan seseorang akan mempengaruhi perilaku, perasaan dan

fikiran seseorang. Jika kejiwaannya tidak sehat maka juga akan

berpengaruh pada perilaku, perassan dan pikiran.

Jika hal ini berlangsung lama maka akan mengalami perubahan

sistem yang terkadang menjadi pola perilaku (Kepribadian) orang

tersebut walaupun mungkin belum disebut sebagai suatu gangguan

jiwa secara diagnosis klinis

2. Peran keluarga pada perawatan di rumah

a. Memberikan perhatian dan kasih sayang dan penghrgaan sosial

pada pasien

b. Mengawasi kepatuhan minum obat

c. Membantu untuk selalu berinteraksi dengan lingkungan

d. Memberi kegiatan yang positifuntuk mengisi waktu di rumah

e. Jangan biakan menyendiri, melibatkan dalam kegiatan sehari-

hari

5
f. Memberikan pujian jika melakukan hal yang positif

g. Jangan mengkritik jika melakukan kesalahan

h. Menjauhkan pasien dari pengalaman atau keadaan yang

menyebabkan merasa tidak berdaya dan tidak berarti

i. Rutin memeriksakan kondisi kesehatan pasien

3. Marah sulit terkontrol karena tidak terpenuhinya mekanisme koping

sehingga mengakibatkan respon yang maladaptif atau tidak sesuai

dengan sikap atau perilaku yang seharusnya. Jika mekanisme

koping tidak terpenuhi menyebabkan stressor yang berlebihan dan

tidak sesuai dengan manajemen stres yang seharusnya.

6. Pertanyaan Tambahan

a. Apa yang dimaksud dengan perilaku kekerasan ?

b. Bagaimana Rentang Respon Marah pada perilaku kekerasan ?

c. Bagaimana Proses Terjadinya Marah ?

d. Bagaimana etiologi pada PK?

e. Bagaiama tanda dan gejala pada PK?

f. Bagaimana pengobatan medik pada PK?

g. Bagaimana pohon masalah pada PK?

h. Bagaimana pengkajian pada perilaku kekerasan?

i. Apa saja diagnosa keperawatan dan perilaku keperawatan?

j. Bagaimana intervensi perilaku kekerasan?

6
7. Jawaban Pertanyaan Tambahan

a. Pengertian Perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik

kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh

gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap

suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol.

(Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar, 2016)

Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor

yang dihadapi oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku

aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan

untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis. (Iyus

Yosep dan Titin Sutini, 2014)

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik

terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang merupakan

respon dari kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang

dirasakan sebagai ancaman (Iyus Yosep dan Titin Sutini, 2014).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons marah

yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai

orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respons tersebut

biasanya muncul akibat adanya stresor.Respon ini dapat

7
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun

lingkungan. (Budi Anna Keliat dan Akemat, 2012)

b. Rentang Respon Marah

Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan

ungkapan kemarahan suatu bentuk komunikasi dan proses

penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami

kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak

setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti

atau diremehkan”. (Afrisal, 2013)

Menurut Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar (2016) Rentang

respon kemarahan individu dimulai dari respon normal(asertif)

sampai pada respon sangat tidak normal (maladaptif).

Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Asertif :klien mampu mengungkapkan marah tanpa

menyalahkan orang lain dan memberikan kelegaan.

Frustasi :klien gagal mencapai tujuan kepuasan/saat marah

dan tidak dapat menemukan alternatifnya.

Pasif :klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaannya,

tidak berdaya dan menyerah.

8
Agresif : klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih

terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman.

Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang

kontrol, disertai amuk, merusak lingkungan.

1) Respon Adaptif

Menurut Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar (2016),

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-

norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu

tersebut dalam batas normal jika menghdapai suatu masalah

akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif :

a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada

kenyataan

b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada

kenyataan.

c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang

timbul dari pengalaman ahli.

d) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih

dalam batas kewajaran.

e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan

orang lain dan lingkungan.

2) Respon maladaptive

Menurut Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar (2016), Respon

maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan

9
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya

dan lingkungan, adapun respon tidak normal (maladaptif)

meliputi :

a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh

dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan

bertentangan dengan kenyataan sosial.

b) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan

ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk

fisik.

c) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang

timbul dari hati.

d) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak

teratur.

c. Proses Terjadinya Marah

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-

hari yang harus dihadapi oleh setiap individu.Stres dapat

menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak

menyenangkan dan terancam.Kecemasan dapat menimbulkan

kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3

cara (Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011) :

1) Mengungkapkan secara verbal

2) Menekan

3) Menantang

10
Dari ketiga cara ini yang pertama adalah konstruktif sedang dua

cara yang lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau

menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara

ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan

pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai

depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk. (Menurut Lilik

Ma’rifatul Azizah, 2011)

d. Etiologi

1) Faktor Predisposisi

Menurut Iyus Yosep (2014), faktor predisposisi klien dengan

perilaku kekerasan adalah :

a) Teori Biologis

(1) Neurologic factor

Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,

neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai

peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan

pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif.

Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi

timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.

(2) Genetik factor

Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua,

menjadi potensi perilaku agresif. Menuru riset Kazua

Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dormant

11
(potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika

terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian

genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh

penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang

tersangkut hukum akibat perilaku agresif.

(3) Cycardian Rhytm(irama sikardian tubuh)

Memegang peranan pada individu. Menurut penelitian

pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan

menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13.

Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk

bersikap agresif.

(4) Biochemistry factor (faktor biokimia tubuh)

seperti neurotransmitter di otak (epineprin, norepineprin,

dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan

dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan

dalam tubuh, adanya stimulasi dari luar tubuh yang

dianggap mengancam atau membahayakan akan

dihantar melalui impuls neurotransmitter ke otak dan

meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan

hormon androgen dannorepineprin serta penurunan

serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra

dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku

agresif.

12
(5) Brain Area Disorder

Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal,

sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak,

penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat

berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak

kekerasan.

b) Teori Psikologis

(1) Teori psikonalisa agresivitas dan kekerasan dapat

dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang (life

span history). Teori ini menjelaskan bahwa adanya

ketidakpuasan fase oral 0-2 tahun dimana anak tidak

mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air

susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap

agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai

kompensasi adanya ketidakpercayaan pada

lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa

aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego

dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif

dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara

terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan

rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasan.

13
(2) Imitation, modeling, and information processing theory.

Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang

dalam lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya

contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau

lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru

perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak

dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada

boneka dengan rewardpositif pula (makin keras

pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton

tayangan cara mengasihi dan mencium boneka tersebut

dengan reward positif pula (makin baik belaiannya

mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan

diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku

sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya

(3) Learning theory

Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu

terhadap lingkungan terdekatnya.Ia mengamati

bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan

mengamati bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga

belajar bahwa agresivitas lingkungan sekitar menjadi

peduli, bertanya, menanggapi dan menganggap bahwa

dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.

14
2) Faktor Presipitasi

Menurut Iyus Yosep (2014), faktor-faktor yang dapat

mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan :

a) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak

bola, geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.

b) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan

kondisi sosial ekonomi.

c) Kesulitan dalam mengonsumsikan sesuatu dalam keluarga

serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan

masalah cenderung melakukan kekerasan dalam

menyelesaikan konflik.

d) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan

obat dan alcoholisme dan tidak mampu mengontrol

emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

e) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan

pekerjaan, perubahan tahap perkembangan keluarga.

e. Tanda dan Gejala

Menurut Abu Kalya (2010) tanda dan gejala klien dengan Risiko

Perilaku Kekerasan sering menunjukkan adanya antara lain :

Data subyektif :

1) Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.

2) Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna.

15
3) Klien mengungkapkan perasaan jengkel.

4) Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-

debar, rasa tercekik, dada terasa sekal dan bingung.

5) Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai

diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

6) Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya.

Data obyektif :

1) Muka merah.

2) Mata melotot.

3) Rahang dan bibir mengatup.

4) Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal.

5) Tampak mondar-mandir.

6) Tampak bicara sendiri dan ketakutan.

7) Tampak berbicara dengan suara tinggi.

8) Tekanan darah meningkat.

9) Frekuensi denyut jantung meningkat.

10) Nafas pendek.

f. Pengobatan Medik

Menurut Afrisal (2013) ada beberapa pengobatan medic dalam Risiko

Perilaku kekerasan, yaitu :

1) Farmakoterapi

a) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)

b) Obat anti depresi, amitriptyline

16
c) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam.

d) Obat anti insomnia, phneobarbital

2) Terapi modalitas

a) Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu

mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian :

(1) BHSP

(2) Jangan memancing emosi klien

(3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan

keluarga

(4) Memberikan kesempatan pada klien dalam

mengemukakan pendapat

(5) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang

dialami

(6) Mendengarkan keluhan klien

(7) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien

(8) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung

perasaan klien

(9) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung

memvonis

(10) Jika terjadi PK yang dilakukan adalah :

(a) Bawa klien ketempat yang tenang dan aman

(b) Hindari benda tajam

17
(c) Lakukan fiksasi sementara

(d) Rujuk ke pelayanan kesehatan

b) Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan

social atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk

mengembalikan kesadaran klien karena masalah sebagian

orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.

c) Terapi music

Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk

mengembalikan kesadaran klien.

18
g. Tinjauan Tentang Proses Keperawatan

Klien mengalami perilaku kekerasan sukar mengontrol diri dari

emosi.Untuk itu, perawat harus mempunyai kesadaran diri yang

tinggi agar dapat menerima dan mengevaluasi perasaan sendiri

sehingga dapat memakai dirinya sendiri secara terapeutik dalam

merawat klien. (Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar, 2016)

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus

jujur, empati, terbuka dan penuh penghargaan, tidak larut dalam

perilaku kekerasan klien dan tidak menghakimi. (Mukhripah

Damaiyanti dan Iskandar, 2016)

1) Pengkajian

Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar (2016) pada dasarnya

pengkajian pada klien perilaku kekerasan ditujukan pada semua

aspek, yaitu biopsikososial-kultural-spiritual.

a) Aspek Biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf

otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga

tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil

melebar, pengeluaran urin meningkat. Ada gejala yang sama

dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan,

ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,

tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi

yang dikeluarkan saat marah bertambah.

19
b) Aspek Emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak

berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain,

mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan

menuntut.

c) Aspek Intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan

melalui proses intelektual, peran panca indera sangat penting

untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah

dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat

perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab

kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan

diintegrasikan.

d) Aspek Sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan

ketergantungan. Emosi marah sering merangsang

kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan

kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang sehingga

orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata

kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut

dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari

orang lain, menolak mengikuti aturan.

20
e) Aspek Spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubugan

individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan

norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang

dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi

dua macam sebagai berikut :

(1) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata.

Data ini didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan

langsung oleh perawat.

(2) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan

oleh klien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui

wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data

yang langsung didapat oleh perawatan disebut sebagai

data primer, data yang diambil dari hasil catatan tim

kesehatan lain sebagai data sekunder.

Perilaku Kekerasan (PK)

Effect

Resiko Perilaku Kekerasan (RPK)

Core Problem

Halusinasi

Causa

21
Dari pohon masalah diatas didapat masalah keperawatan

sebagai berikut : (Muhiddin dkk, 2016)

(a) Perilaku Kekerasan

(b) Resiko Perilaku Kekerasan

(c) Halusinasi

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

aktual dan potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat

terhadap masalah kesehatan sebagai respon kehidupan.

Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah

dengan masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai

berikut, (Menurut Mukhripah Damaiyanti dan Iskandar, 2016) :

a. Perilaku Kekerasan

a) Data Mayor

(1) Data Subjektif

Mengancam, mengumpat, bicara kasar, nada suara

tinggi

(2) Data Objektif

Agitasi, meninju, membanting, melempar.

b) Data Minor

(1) Data Subjektif

22
Mengatakan ada yang mengejek, mengancam,

mendengar suara yang menjelekkan, merasa orang

lain mengancam dirinya.

(2) Data Objektif

Menjauh dari orang lain, katatonia.

b. Resiko Perilaku Kekerasan

1) Data Mayor

a) Data Subjektif

Menyatakan pernah melakukan tindakan kekerasan,

informasi dari keluarga tentang tindak kekerasan yang

dilakukan oleh pasien.

b) Data Objektif

Adanya tanda/jejas perilaku kekerasan pada anggota

tubuh.

2) Data Minor

a) Data Subjektif

Mendengar suara-suara, merasa orang lain

mengancam, menganggap orang lain jahat.

b) Data Objektif

Tampak tegang saat bercerita, pembicaraan kasar jika

menceritakan marahnya.

c. Halusinasi

1) Data Mayor

23
a) Data Subjektif

Mengatakan mendengar suara bisikan.

b) Data Objektif

Bicara sendiri, tertawa sendiri, marah tanpa sebab.

2) Data Minor

a) Data Subjektif

Mengatakan kesal, mengatakan senang dengan

suara-suara.

b) Data Objektif

Menyendiri, melamun.

3) Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan

menurut Muhiddin (2016) adalah :

N Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan


o Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Resiko Klien dapat Setelah 5x pertemuan : Bina hubungan saling
Perilaku membina Ekspresi wajah percaya
Kekerasan hubungan bersahabat menunjukkan 1. sapa klien
saling percaya rasa senang, ada kontak dengan ramah
dengan mata, mau berjabat baik secara
perawat tangan, mau menjawab verbal maupun
salam, klien mau duduk non verbal
berdampingan dengan 2. perkenalkan diri
perawat, mau dengan sopan
mengutarakan masalah 3. Tanyakan nama
yang dihadapi. lengkap dan
nama panggilan
yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan
pertemuan
5. Tunjukkan sikap
jujur dan
menepati janji
6. Tunjukkan sikap
empati dan

24
menerima klien
apa adanya
7. tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien
8. Perhatikan
kebutuhan dasar
klien
9. Dengar dengan
penuh perhatian
ekspresi
perasaan klien.

Perilaku Pasien Setelah …x pertemuan SP 1 P


Kekerasan mampu : pasien mampu : 1. Identifikasi
1. Mengidentif 1. Mengidentifikasi penyebab, tanda,
ikasi penyebab, tanda, dan dan gejala PK
penyebab gejala PK yang dilakukan
dan tanda 2. Menjelaskan cara akibat PK
perilaku mengontrol PK 2. Jelaskan cara
kekerasan dengan cara fisik, mengontrol PK
2. Menyebutk obat, verbal, dan dengan cara fisik,
an jenis spiritual obat, verbal,
perilaku 3. Mengontrol PK secara spiritual
kekerasan fisik yaitu dengan tarik 3. Latih pasien cara
yang nafas dalam dan mengontrol PK
pernah pukul kasur atau secara fisik yaitu
dilakukan bantal dengan tarik
3. Menyebutk 4. Memasukkan pada nafas dalam dan
an akibat jadwal kegiatan pukul kasur atau
dari untukn latihan fisik bantal
perilaku 4. Masukkan pada
kekerasan jadwal kegiatan
yang untuk latihan fisik
dilakukan
4. Menyebutk
an cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
5. Mengontrol
perilaku
kekerasann
ya secara :
fisik, social,
verbal,
spiritual,
terapi
psikofarma
ka
Perilaku Pasien Setelah…x pertemuan SP 2 P
Kekerasan mampu : pasien mampu :

25
1. Mengident 1. Menyebutkan 1. Evaluasi kegiatan
ifikasi kegiatan yang sudah latihan fisik : beri
penyebab dilakukan pujian
dan tanda 2. Mengontrol PK 2. Latihan cara
perilaku dengan minum obat mengontrol PK
kekerasan 3. Masukkan pada dengan minum
2. Menyebut jadwal kegiatan obat (jelaskan 6
kan jenis untuk latihan fisik benar : jenis,
perilaku dan minum obat guna, dosis,
kekerasan frekuensi, cara,
yang kontinuitas
pernah minum obat)
dilakukan 3. Masukkan pada
3. Menyebut jadwal kegiatan
kan akibat untuk latihan fisik
dari dan minum obat
perilaku
kekerasan
yang
dilakukan
4. Menyebut
kan cara
mengontro
l perilaku
kekerasan
5. Mengontro
l perilaku
kekerasan
nya secara
: fisik,
social,
verbal,
spiritual,
terapi
psikofarm
aka
Perilaku Pasien Setelah …x pertemuan SP 3 P
Kekerasan mampu : pasien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Mengident 1. Menyebutkan latihan fisik &
ifikasi kegiatan yang sudah minum obat. Beri
penyebab dilakukan pujian
dan tanda 2. Mengontrol PK 2. Latih cara
perilaku secara verbal yaitu mengontrol PK
kekerasan dengan secara verbal
2. Menyebut mengungkapkan yaitu dengan
kan jenis secara halus, mengungkapkan
perilaku meminta secara secara halus,
kekerasan halus, dan menolak meminta secara
yang secara halus dengan halus, menolak
pernah benar secara halus
dilakukan 3. Memasukkan pada dengan benar
3. Menyebut jadwal kegiatan 3. Masukkan pada
kan akibat untuk latihan fisik, jadwal kegiatan
dari minum obat, dan untuk latihan fisik,
perilaku verbal

26
kekerasan minum obat dan
yang verbal
dilakukan
4. Menyebut
kan cara
mengontro
l perilaku
kekerasan
5. Mengontro
l perilaku
kekerasan
nya secara
: fisik,
social,
verbal,
spiritual,
terapi
psikofarm
aka.
Perilaku Pasien Setelah …x pertemuan SP 4 P
kekerasan mampu : pasien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Mengidentif 1. Menyebutkan latihan fisik,
ikasi kegiatan yang sudah minum obat &
penyebab dilakukan verbal. Beri pujian
dan tanda 2. Mengontrol PK 2. Latih cara
perilaku dengan cara spiritual mengontrol PK
kekerasa 3. Memasukkan pada dengan cara
2. Menyebutk jadwal kegiatan untuk spiritual
an jenis latihan fisik, minum 3. Masukkan pada
perilaku obat, verbal, dan jadwal kegiatan
kekerasan spiritual. untuk latihan fisik,
yang minum obat,
pernah verbal, dan
dilakukan spiritual.
3. Menyebutk
an akibat
dari
perilaku
kekerasan
yang
dilakukan
4. Menyebutk
an cara
mengontrol
perilaku
kekerasa
5. Mengontrol
perilaku
kekerasann
ya secara :
fisik, social,
verbal,
spiritual,
terapi

27
psikofarma
ka.
Perilaku Pasien Setelah …x pertemuan SP 5 P
Kekerasan mampu : pasien mampu : 1. Evaluasi kegiatan
1. Mengidentif 1. Menyebutkan latihan fisik 1, 2,
ikasi kegiatan yang sudah minum obat,
penyebab dilakukan verbal, dan
dan tanda 2. Melakukan kegiatan spiritual
perilaku secara mandiri 2. Nilai kemampuan
kekerasa 3. Mengontrol PK yang telah
2. Menyebutk mandiri
an jenis 3. Nilai apakah PK
perilaku terkontrol
kekerasan
yang
pernah
dilakukan
3. Menyebutk
an akibat
dari
perilaku
kekerasan
yang
dilakukan
4. Menyebutk
an cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
5. Mengontrol
perilaku
kekerasann
ya secara :
fisik, social,
verbal,
spiritual,
terapi
psikofarma
ka.
Perilaku Keluarga Setelah …x pertemuan SP 1 K
kekerasan mampu : keluarga mampu : 1. Diskusikan
merawat 1. Mendiskusikan masalah yang
pasien di masalah yang dirasakan dalam
rumah dirasakan dalam merawat pasien
merawat pasien 2. Jelaskan
2. Menjelaskan pengertian, tanda
pengertian, tanda & & gejala, dan
gejala, dan proses proses terjadinya
terjadinya PK PK (gunakan
3. Menjelaskan cara Booklet)
merawat pasien PK 3. Jelaskan cara
4. Merawat pasien PK merawat pasien
dengan melakukan PK
kegiatan fisik yaitu 4. Latih satu cara
dengan cara tarik merawat pasien

28
nafas dalam dan PK dengan
pukul kasur atau melakukan
bantal kegiatan fisik
5. Membantu pasien yaitu dengan cara
sesuai dengan jadwal tarik nafas dalam
kegiatan dan member dan pukul kasur
pujian atau bantal
5. Anjurkan
membantu pasien
sesuai dengan
jadwal kegiatan
dan member
pujian
Perilaku Keluarga Setelah …x pertemuan SP 2 K
Kekerasan mampu : keluarga mampu : 1. Evaluasi kegiatan
merawat 1. Menyebutkan keluarga dalam
pasien di kegiatan yang sudah merawat/melatih
rumah dilakukan pasien pasien fisik. Beri
2. Menjelaskan 6 benar pujian
cara memberikan 2. Jelaskan 6 benar
obat cara memberikan
3. Memberikan/membim obat
bing pasien minum 3. Latih cara
obat memberikan/me
4. Membantu pasien mbimbing pasien
sesuai dengan jadwal minum obat
kegiatan dan member 4. Anjurkan
pujian membantu pasien
sesuai dengan
jadwal kegiatan
dan member
pujian
Perilaku Keluarga Setelah …x pertemuan SP 3 K
Kekerasan mampu : keluarga mampu : 1. Evaluasi kegiatan
merawat 1. Menyebutkan keluarga dalam
pasien di kegiatan yang sudah merawat/melatih
rumah dilakukan dalam pasien fisik dan
merawat/melatih memberikan
pasien obat. Beri pujian
2. Latih dan bimbing 2. Latih dan bimbing
pasien dengan cara pasien dengan
bicara yang baik cara bicara yang
3. Latih dan bimbing baik
pasien dengan 3. Latih dan bimbing
kegiatan spiritual pasien dengan
4. Membantu pasien kegiatan spiritual
sesuai dengan jadwal 4. Anjurkan
kegiatan dan membantu pasien
memberikan pujian sesuai dengan
jadwal kegiatan
dan memberikan
pujian
Perilaku Keluarga Setelah …x pertemuan SP 4 K
kekerasan mampu : keluarga mampu : 1. Evaluasi kegiatan
merawat keluarga dalam

29
pasien di 1. Menyebutkan merawat/melatih
rumah kegiatan yang sudah pasien fisik,
dilakukan dalam memberikan
merawat/melatih obat, latihan
pasien bicara yang baik
2. Menjelaskan follow up & berikan pujian
ke RSK/PKM, tanda 2. Jelaskan follow
kambuh, rujukan up ke RSJ/PKM,
3. Membantu pasien tanda kambuh,
sesuai dengan jadwal rujukan
kegiatan dan 3. Anjurkan
memberikan pujian membantu pasien
sesuai dengan
jadwal kegiatan
dan memberikan
pujian.
Perilaku Keluarga Setelah …x pertemuan SP 5 K
Kekerasan mampu : keluarga mampu : 1. Evaluasi kegiatan
merawat 1. Menyebutkan keluarga dalam
pasien di kegiatan yang sudah merawat/ melatih
rumah dilakukan dalam pasien fisik,
merawat/melatih memberikan
pasien obat, cara bicara
2. Merawat pasien yang baik &
3. Melakukan control ke kegiatan spiritual,
RSJ/PKM dan follow up.
Beri pujian
2. Nilai kemampuan
keluarga merawat
pasien
3. Nilai kemampuan
keluarga
melakukan
control ke
RSJ/PKM

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik baik terhadap

diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang merupakan respon dari

kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan

sebagai ancaman.

Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat

mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri

yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan

pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya

dan rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasan.

B. Saran

Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan

diagnosa resiko perilaku kekerasan sebaiknya menjaga jarak aman

dan menjalin hubungan saling percaya dengan klien. Amati apakah

ada perilaku non verbal yang menunjukkan tindakan maladaptif.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anna, K.B., dan Akemat. (2012). Model Praktek Keperawatan Profesional


Jiwa. Jakarta:EGC
Anna, K.B., dan Akemat. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Jakarta:EGC
Azizah Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta:Graha Ilmu
Depkes RI. (2010). Keperawatan Jiwa Teori dari Tindakan
Keperawatan:Depkes dalam Fathul Habbi et al 2017
Muhiddin dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Makassar:SAHABATcom
WHO (World Health Organization). 2013. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Bandung:RefikaAditama
Yosep Iyus. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung:RefikaAditama

Anda mungkin juga menyukai