KEPERAWATAN JIWA II
DOSEN PENGAMPU :
Ns.Rahmaniza,M.Kep
DISUSUN OLEH :
Nadia aufa (180101147)
Putri cantika (180101150)
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpah rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini disusun untuk menambah pemahaman pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
kami miliki sehingga tugas ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, kami
berharap kepada para pembaca agar dapat memberikan koresi atau masukan
yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah yang kami buat ini.
Penyusun kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................2
C. Tujuan .........................................................................................................2
BAB II TEORI................................................................................................................................3
A. Kasus ( masalah utama ).....................................................................................................3
B. Proses terjadinya masalah...................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Asuhan keperawatan...........................................................................................................6
B. Roreplay dan Sp..................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................................22
A. Kesimpulan ........................................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang harus dimiliki oleh
seseorang Sebagai individu, manusia memiliki dua komponen kesehatan yang harus
dipenuhi kebutuhannya, yaitu kesehatan fisik dan psikis.Pengobatan bagi orang
dengan gangguan fisik akan lebih mudah dibanding dengan gangguan psikis, karena
para penderita gangguan fisik sadar bahwa dirinya mengalami sakit yang pastinya
memerlukan pengobatan. Hal itu tidak terjadi pada penderita gangguan psikis,
mereka merasa bahwa dirinya sehat. Mereka tidak memerlukan bantuan untuk
menyembuhkan penyakitnya, karena merasa sehat, tidak memiliki gangguan apapun.
Semua keputusan terkait pengobatan bagi penderita gangguan psikis ada di tangan
keluarga maupun orang-orang dekat di sekitar penderita. Menurut, Hartanto (2003).
Kualitas lingkungan dan interaksi sosial penderita, sangat erat berhubungan dengan
risiko deteriorasi dan kronisitas dari gangguan tersebut. Penderita gangguan psikis
tidak kompeten untuk bisa memahami tindakan yang dilakukan. Namun kiranya
perlu diperhatikan, bahwa inkompetensi pada penderita gangguan jiwa memiliki
ciri-ciri yang berbeda dengan penderita gangguan fisik. Selain pada persepsi bahwa
penderita gangguan psikis adalah manusia inkompetensi, gambaran-gambaran yang
lebih menyakitkan lagi seperti manusia buas, tidak berguna, berbahaya, selalu
bergantung, dan pengganggu juga sering dilontarkan oleh orang-orang disekitarnya.
Sebagai pihak terdekat dari si penderita, keluarga memang memegang penuh hak
atas pilihan metode penyembuhan yang akan dikenakan oleh si penderita. Mereka
masih dapat lebih tertangani, namun jika mereka adalah para penyandang gangguan
psikis yang telah “memutuskan” untuk meninggalakan zona aman -keluarga-, pihak
yang berhak atas mereka tidaklah akan jelas lagi.
Penyandang gangguan psikis dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah secara
khusus. Masalah yang dihadapi para penyandang gangguan psikis ini tidak dapat
dikatakan sebagai masalah kesehatan saja. Mereka memilik masalah yang lebih
kompleks lagi. Penyandang gangguan psikis, yaitu orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa,merupakan permasalahan yang spesifik. Pada umumnya mereka tidak
dapat disembuhkan seratus persen (100%)
1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana kasus terjadinya gelandangan psikotik?
2. Bagaimana proses terjadinya masalah?
3. Bagaimana ASKEP gelandangan psikotik ?
4. Bagaimana SP dan ROLEPLAY gelandangan psikotik?
C. Tujuan
1. Agara mahasiswa mampu memahami tentang gelandagan psikotik.
2. Agarmahasiswa mampu mengetahui bagaimana ASKEP gelandanga psikotik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
c. Psikologis
3. Kriteria
a. Psikotik organik
Adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada susunan syaraf pusat dan
psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik , gangguan metabolisme dan intoksikasi obat.
b. Psikotik Fungsional
Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada kepribadian seseorang yang
bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian) seperti psikotik
paranoid dan curiga.
c. Tahap-Tahap Kekambuhan
1) Tahap 1 : kewalahan berlebih (mengeluh kewalahan, gejala anxietas yang intensif)
2) Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya bergabung dengan
gejala depresi)
3) Tahap 3 : rasa malu (biasanya hipomania dan halusinasi dan klien tidak bisa
mengendalikan)
4) Tahap 4 : disorganisasi Psikotik (tahap ini gejala gangguan jiwa jelas terjadi,
halusinasi, waham)
5) Tahap 5 : resolusi Psikotik (tahap ini di rumah sakit dan terjadi penyembuhan
psikotik)
4. Rentang Respon Neurobiologis
Adaptif Maladaptif
4
5. Mekanisme Koping
a. Regresi (b.d masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah besar
tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
b. Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
c. Menarik diri
d. Pengingkaran
7. Diagnosa Keperawatan
a. GSp : halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah
d. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
e. Gangguan proses pikir :waham
f. Resiko bunuh diri
g. Defisit perawatan diri
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. ASUHAN KEPERAWATAN
Laporan Pendahuluan Gangguan Sensori Persepsi ; Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa. Halusinasi identic dengan skizofrenia. Seluruh klien dengan skizofrenia
diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan
gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan delirium. Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998)
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang bermakna secara mental
mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk. (2013) menegaskan “the termhallucination
comes from the latin “hallucination”:to wonder mentally or to beabsent-minded”.
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart&Laraia, 2005).Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensai palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien seakan stimulus
yang tidak ada (keliat, 2009)
Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukan diagnosis klien yang
mengalami psikotik, khususnya schizophrenia. Halusinasi dipengaruhi oleh
factor(stuart dan laraia,2005) ,di bawah ini antara lain:
1. Faktor Predisposisi
6
Halusinasi juga dipengaruhi oleh faktir perkembangan, jika dalam masa
perkembangan seseorang terganggu seperti citaitacita/keinginan tak tercapai/kegagalan,
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,pola asuh otoriter, dan mendapat
tindakan kekerasan dapat memicu terjadinya stress dan cemas sehingga mengakibatkan
halusinasi. Factor lainnya yaitu factor bilogi, dimana dengan adnaya stress berlebihan
seperti mengalami keputusasaan dapat merasa depresi karena suatu keadaan tertentu,
yang jika lama-kelamaan tanpa pengobatan dan penanganan tertentu dapat memicu
munculnya halusinasi.
2. Faktor Presipitas
7
Jenis halusinasi Karakteristik
Pendegaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling
seringsuara orang, suara berbentuk kebisingan yang
kurang keras sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang atau lebih.
Pikiran yang didengar klien dimana pasien disuruh
untuk melakukan sesuatu yang kadang- kadang
membahayakan
C. Mekanisme Kopping
8
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart,Laraia,
2005) meliputi:
D. Fase-Fase Halusinasi
9
pengalaman sensori
berada dalam kendali
kesaadaran
NONPSIKOTIK
Fase II condemning 1. Pengalaman sensori 1. Meningkatnya tanda-tanda
yang menjijikan dan system syaraf
Ansietas berat halusinasi
menakutkan otonomakibta ansietas
menjadi menjijikan
seperti penigkatan denyut
2. Klien mulai lepas
jantung ,pernafasan,dan
kendali dan munkin
tekanan darah.
mencoba untuk
mengambil jarak 2. Rentang perhatian
darinya dengan menyempit
sumber yang
3. Asyik dengan pengalaman
dipersepsikan
sensori dan kehilangan
3. Klien mungkin kemampuan membedakan
mengalami dengan halusinasi dan
dipermalukan oleh realita.
pengalaman sensori
4. Menyalahkan
dan menarik diri dari
orang lain 5. Menarik diri dari orang
lain
4. Mulai merasa
kehilangan kontrol 6. Konsentrasi terhadap
pegalaman sensori kerja
5. Tingkat kecemasan
berat,secara umum
halusinasi
meyebabkan
perasaan antipasti
Fase III controlling 1. Klien berhenti 1. Kemauan yang dikendalikan
10
Ansietas berat menjadi melakukan halusinasi akan lebih diikuti
sensori jadi berkuasa perlawanan terhadap
2. Kesukaran berhubungan
halusinasi dan
dengan orang lain
menyerah pada
halusinasi tersebut. 3. Rentang perhatian hanya
beberapa detik atau menit
2. Isi halusinasi
menjadi menarik 4. Adanya tanda-tanda fisik
ansietas berat : berkeringat,
3. Klien mungkin
tremor,dan tidak mampu
mengalami kesepian
memenuhi perintah
jika sensori
halusinasi berhenti. 5. Isi halusinasi menjadi atraktif
E. Rentang Respons
Respons adaftif Respon maladptif
11
1.Pikiran logis 1.Distorsi pikiran 1.Gangguan
2.Persepsi akurat ilusi pikir/delusi
3.Emosi konsisten 2.Reaksi emosi 2.Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan 3.Sulit merespon emosi
4.Prilaku sesuai 3.Prilaku aneh atau 4.Prilaku disorganisasi
5.Berhubungan sosial tidak biasa 5.Isolasi sosial
4.Menarik diri
A. Pohon Masalah
Isolasi sosial
12
IV. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
13
8.Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
SPI Pasien SPI Keluarga
SP III Pasien
SP III Keluarga
1.Membantu keluarga
1.Mengevaluasi jadwal membuat jadwal aktifitas di
kegiatan harian pasien rumah
A. Proses Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
2. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
3. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika menemukan klien yang sedang halusinasi
14
4. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
5. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.
6. Diskusikan tentang dampak yang akan dialamunya bila klien menikmati
halusinasinya.
7. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
(tidur,marah,menyibukkan diri dll)
8. Diskusikan vara yang digunakan klien,
9. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi
10. Bantu klien memilih cara yang sudah diajurkan dan latih untuk mencobanya.
11. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
12. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
13. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita, stimulasi
persepsi.
14. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topic)
15. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga kunjungan rumah)
16. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, warna,
dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
17. Pantau klien saat penggunaan obat.
18. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
19. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
20. Ajurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
B. Kondisi Klien
DS: Klien mengatakan mendengar suara aneh Klien mengatakan takut
Klien mengatakan cemas
DO:Klien tampak menyendiri
Klien tampak ketakutan
Klien tampak selalu menunduk
C. Diagnosa Keperawatan
15
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
A. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“assalamualaikum ibu, selamat pagiii, saya perawat yang akan merawat ibu.Nama
saya SS, senang dipanggil S. nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
2. Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa semalam tidurnya nyenyak? Keluhan ibu hari
ini apaa?”
3. Kontrak : Topik “ ibu kita ngobrol-ngobrol yuk, biar saling mengenal”
Waktu “kita mau ngobrol berapa lama?”
Tempat “ kita mau ngobrol di mana?”
Tujuan Interaksi “ kita ngoobrol tentang suara-suara yang ibu dengar,dan kita latihan
untuk menghardik suara-suara itu”
C. TERMINASI
1. Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan
a. Evaluasi klien (Subjektif)
Bu gimana perasaannya setelah latihan menghardik? Coba sebutkan lagi apa saja cara
untuk mencegah suara itu datang lagi?
16
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Coba peraktikan lagi cara menghardik seperti yang sudah saya ajarkan?
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
Ibu mau latihan menghardik berapa kali? Waktunya mau kapan saja bu? Yuk kita
bikin jadwal bu.
3. Kontrak Topik yang akan datang :
Topik : ibu besok kita akan melakukan cara kedua untuk mencegah suara itu datang
lagi
Waktu : besok kita mau ngobrol jam berapa bu? Bagaimana setelah makan siang?
Tempat : kita mau ngobrol dimana bu? Bagaimana kalau diruang tamu?
D. ROLEPLAY
Di suatu pagi, di daerah Kemang para Satpol PP sedang bertugas untuk mengamankan
para gelandangan yang berada di lokasi tersebut. Ditemukan 2 gelandangan yang memiliki
gangguan jiwa. Satpol PP tersebut kemudian mengirimkan 2 gelandangan tesebut ke Panti
Sosial
Petugas Panti : Baik, terimakasih untuk laporan dan bantuan nya karna telah membawa
mereka kesini.
Petugas Panti : Saya baru saja menerima dua orang gelandangan yang dibawa oleh
Satpol PP. Berdasarkan laporan, 2 orang ini memiliki gangguan mental. Apa boleh saya
langsung melaporkan ke Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk segera ditanangi?
Kepala Panti : Boleh, silakan langsung hubungi pihak Rumah Sakit terkait ruangan dan
administrasi
17
Petugas Panti : Baik, Bu. Segera saya konfirmasikan.Petugas Panti kemudian
menghubungi pihak Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk memberitahukan bahwa akan ada
pasien baru dari Panti Sosial ABCD. Setelah dikonfirmasi dari pihak Rumah Sakit, bahwa
mereka dapat di tanangi di sana, pihak Panti
Perawat 1 : Pak, saya mau melapor, ada dua pasien baru. Atas nama Ny. X, dan Ny. Y.
Kedua pasien tersebut berasal dari Panti Sosial ABCD. Setelah dilakukan pengkajian, kedua
nya terdiagnosa Halusinasi Pendengaran.
Kepala Ruangan : Terimakasih laporan nya, saya memberikan tanggung jawab kepada kamu
dan Perawat 2 untuk menangani kedua pasien tersebut.
Kemudian Perawat 1 dan Perawat 2 menghampiri kedua pasien tersebut untuk dilakukan
terapi dan Strategi Pelaksanaan 1.
Perawat 2 : Selamat Siang Ibu, saya perawat yang akan merawat ibu. Nama saya SS, senang
dipanggil S. nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?
Perawat 2 : bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa yang Ibu rasakan saat ini? Pasien 2 : Baik
Perawat 2 : ibu kita ngobrol-ngobrol yuk, biar saling mengenal kita mau ngobrol berapa
lama?
Pasien 2 : Iyaa
Perawat 2 : kita mau ngobrol di mana? Pasien 2 : Yaudah disini aja sus
Perawat 2 : Okee, kita ngoobrol tentang suara-suara yang ibu dengar, dan kita latihan untuk
menghardik suara-suara itu Apa yang ibu rasakan? Ada apa kejadian apa saat ibu dibawa
kesini?
18
Pasien : Saya dibawa pol PP tuh tadi ke Panti gitu. Terus dari Panti saya dibawa kesini.
Gak tau kenapa saya dibawa. Orang saya gak kenapa-kenapa
Perawat : Apa Ibu dengar suara-suara yang tidak ada wujudnya? Pasien : Iya saya suka
denger ada yang bisikin saya gitu
Perawat : Suara seperti apa yang ibu dengar? Ibu dengar suaranya kapan saja dan saat apa
saja?
Pasien : Suara perempuan gitu sus, nyuruh saya ngambil anak saya
Perawat : Ohh, ibu udah punya anak? Apa yang ibu rasakan saat mendengar suara itu? Apa
yang ibu lakukan saat dengar suara itu?
Pasien : Punya, tapi pas 5 bulan kandungan anak saya gak ada. Ya saya suka tiba tiba
mau ngambil anak kecil yang lewat
Perawat : Kalau seperti itu ibu namanya mengalami halusinasi, yang sebenarnya suara itu
tidak ada.
Perawat : Bu, saya punya 4 cara untuk mencegah suara itu muncul lagi. Pertama ibu bisa
menghardik suara itu. Cara kedua, ibu bisa bercakap-cakap. Ketiga, melakukan kegiatan. Dan
keempat, patuh minum obat. Saya akan ajarkan cara pertama ya bu? Dengan menghardik
suara itu bu. Caranya, ibu tutup telinga ibu dan katakan “Pergi! Pergi! Saya tidak mau
dengar, kamu palsu!”.
Perawat : Coba ibu sambil ikuti saya ya, kita bersama-sama latihan menghardik
Perawat : nah bagus iya, seperti itu, Bu. Bu gimana perasaannya setelah latihan
menghardik? Coba sebutkan lagi apa saja cara untuk mencegah halusinasi?\Pasien
:Pertama,menghardik, terus ngobrol, terus ngelakuin kegiatan, terus minum obat.
Perawat : Bagus Ibu pandai. Nah sekarang coba tolong contohkan cara yang pertama yaitu
menghardik sesuai yang tadi kita peragakan Pasien : (memperagakan cara menghardik)
19
Perawat : Bagus. Nah, Ibu mau latihan menghardik berapa kali? Waktunya mau kapan saja
bu? Yuk kita bikin jadwal bu.
Perawat 2 : Nah, kita sudah selesai ya, Ibu mau mengobrol dimana dan jam berapa untuk
besok kita melakukan cara yang kedua untuk mencegah halusinasi?
Perawat 2 : Baik, besok ya kita bertemu lagi. Nah, sekarang Ibu terapi hipnotis 5 jari dengan
teman saya ya? Pasien : Iya sus
Perawat 1 : Halo Ibu, kenalin nama saya RR senang dipanggil R, kalau ibu namanya siapa?
senang di panggil apa?
Perawat 1 : Baiklah, kita langsung mulai aja ya terapinya. Pertama Ibu mau duduk atau
berdiri?
Perawat 1 : Boleh. Yuk, mulai ya. Pejamkan mata, tarik nafas, buang perlahan. Lakukan 3
kali yaa… Gabungkan jempol dengan telunjuk, bayangkan tubuh anda begitu sehat. Setelah
itu, gabungkan jempol dengan jari tengah, bayangkan ketika anda mendapatkan hadiah atau
barang yang anda sukai. Kemudian, gabungkan jempol dan jari manis, bayangkan anda
berada di tempat yang paling nyaman, tempat yang membuat anda merasa sangat bahagia.
Gabungkan jempol dengan jari kelingking, bayangkan ketika anda mendapat suatu
penghargaan.
Tarik nafas, buang perlahan, lakukan lagi selama 3 kali. Boleh sekarang buka mata.
E. EVALUASI
Implementasi Evaluasi
Implementasi Evaluasi
S : Klien mengatakan mampu menghardik
DS: Klien mengatakan mendengar suara aneh Klien mengatakan masih mendengar suara
Klien mengatakan takut Klien mengatakan suara muncul 3 kali
20
Klien mengatakan cemas Klien mengatakan suara muncul saat
DO :Klien tampak menyendiri malam hari
Klien tampak ketakutan O : Klien tampak mampu menghardik
Klien tampak selalu menunduk Klien masih tampak menyendiri
Dx : Gangguan Sensori Persepsi: Klien masih tampak berbicara sendiri
Halusinasi Pendengaran A : Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Tindakan Keperawatan : Pendengaran
1. Membina hubungan saling percaya P : Lanjutkan untuk memasukkan ke dalam
Mengidentifikasi isi halusinasi jadwal harian
2. Mengidentifikasi waktu
terjadinya halusinasi
3. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
4. Mengidentifikasi situasi yang
5. Menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan
cara menghardik halusinasi dalam
jadwal harian
RTL :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
Pasien
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang harus dimiliki oleh
seseorang. Sebagai individu, manusia memiliki dua komponen kesehatan yang harus
dipenuhi kebutuhannya, yaitu kesehatan fisik dan psikis. Pengobatan bagi orang dengan
gangguan fisik akan lebih mudah dibanding dengan gangguan psikis, karena para penderita
gangguan fisik sadar bahwa dirinya mengalami sakit yang pastinya memerlukan
pengobatan. Semua keputusan terkait pengobatan bagi penderita gangguan psikis ada di
tangan keluarga maupun orang-orang dekat di sekitar penderita. Adapula hal yang kita bahas
kali ini adalah Gelandangan Psikotik yang menuru Permensos RI No. 8 tahun 2012
Gelandangan Psikotik adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan
normal kehidupan yang layak dalam masyarakat, mempunyai tingkah laku
aneh/menyimpang dari norma-norma yang ada atau seseorang bekas penderita penyakit jiwa,
yang telah mendapat pelayanan medis dan telah mendapat Surat Keterangan Sembuh dan
tidak mempunyai keluarga/kurang mampu serta perlu mendapat bantuan untuk hidup. Proses
terjadinya masalah ini karna adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca makalah ini dapat menambah pengetahuan dan diharapkan
untuk menambahkan hal-hal yang kurang dari makalah ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Davidson, Gerald C, D. (2004). Psikologi Abnormal (9th ed.; N. Fajar, ed.). Jakarta:
Rajawali.
23