Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS KE-1

SEORANG WANITA 67 TAHUN DENGAN SKIZOFRENIA

23 JUNI 2022

Oleh:

Aviolena Retinovaliani

R. Annisa Wildani

PEMBIMBING:

dr. Andri Nurdiyana Sari, Sp.KJ.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2022
Lembar Pengesahan

PRESENTASI KASUS SKIZOFRENIA

Oleh :
Aviolena Retinovaliani

R. Annisa Wildani

Telah disetujui/disahkan pada tanggal …………………………


oleh Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran UMS/RSUD Ponorogo

Pembimbing

(dr. Andri Nurdiyana Sari, SpKJ)

2
‫بسم ا الرحمن الرحيم‬

KASUS PSIKOTIK 1

I. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Ny. Sumarti
- Umur : 67 tahun.
- Jenis kelamin : Perempuan.
- Agama : Islam.
- Suku : Jawa.
- Pendidikan : Tidak tamat SD
- Pekerjaan : Tidak bekerja
- Alamat : Pagotan, Purworejo, Kec. Geger, Madiun
- Status Perkawinan : Menikah
- Tanggal Masuk RSDM : 18 Juni 2022.
- Tanggal pemeriksaan : 20 s/d 23 Juni 2022

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat penyakit pasien diperoleh pada tanggal 20 Juni 2022 secara
autoanamnesis dan tanggal 22 Juni 2022 secara alloanamnesis dari :
- Ny. M, keponakan pasien.
- Tn. S, keponakan pasien.

A. Keluhan utama :
Gaduh gelisah, merusak barang-barang rumah dan tanaman sekitar. Pasien
sering keluyuran mengganggu tetangga. Membuat warga sekitar takut dan
resah. Sudah pernah dibawa ke puskesmas dan diinjeksi skizonoat namun
tidak membaik. Kaki dan tangan pasien gemetar. Kegiatan sehari-hari
pasien mengumpulkan barang bekas.

3
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Autoanamnesis.
Pada pemeriksaan tanggal 20 Juni 2022, pasien mengatakan
dibawa ke rumah sakit karena bingung dan sumpek. Pasien mendengar
adanya suara-suara berisik namun tidak dapat mendeskripsikannya.
Seluruh tubuh pasien terasa gemetar terutama tangan dan kaki. Menurut
pasien, pasien sudah memasuki rumah sakit selama 3 hari. Pasien merasa
sedih tanpa sebab yang jelas, meminta pulang terus-menerus, dan merasa
sehat. Pasien menjelaskan bahwa tidak ada seseorang yang jahat
kepadanya, lingkungannya baik-baik saja, tidak ada perubahan pada diri
dan lingkungannya. Pasien percaya bahwa dia tidak pernah berbuat
keributan yang merugikan. Orientasi tempat dan waktu baik.
Pada pemeriksaan tanggal 21 Juni 2022, pasien mengatakan bahwa
kabarnya baik dan tidak merasakan perasaan apa-apa baik senang maupun
sedih. Pasien merasa bingung dan terus menerus meminta pulang.
Pada pemeriksaan tanggal 22 Juni 2022, pasien mengatakan lemes,
pusing, minta pulang. Pasien merasa sedih dan bingung.
Pada pemeriksaan tanggal 23 Juni 2022, keluhan pasien masih
sama yaitu meminta pulang dan merasa sedih, pasien tidak merasa pusing
maupun lemas. Paien merasa sehat.

Alloanamnesis
Menurut Ny. M, keponakan pasien, pasien dibawa ke rumah sakit
oleh perangkat desa dan keponakannya karena pasien suka berkeliling ke
rumah warga dan meresahkan warga. Pasien sudah mengalami gejala
gangguan jiwa sejak 25 tahun yang lalu. Ibu pasien juga menderita
gangguan jiwa. Tidak diketahui penyebab pasien mengalami gangguan
jiwa. Kegiatan sehari-hari pasien apabila sedang tidak kambuh hanya diam
di rumah dan kadang-kadang keluar rumah. Namun apabila sedang
kambuh, pasien suka mengambil tanaman seperti padi dan pisang, dan juga

4
barang-barang bekas. Kekambuhan kadang terjadi sekali atau dua kali
dalam sebulan. Ketika kambuh sampai tidak mau makan sampai seminggu.
Pasien tinggal sendirian di rumahnya. Pasien memiliki dua anak
namun jauh semua. Keseharian pasien dibantu oleh keluarga yang tinggal
di dekat rumahnya.
Menurut Tn. S, pasien mengalami gangguan jiwa sejak suaminya
meninggal dunia. Sejak saat itu pasien mengalami depresi berat hingga
sekarang.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Gangguan psikiatrik
Pasien baru pertama kali memasuki bangsal jiwa.
2. Gangguan Medis
Hipertensi.
3. Riwayat penggunaan alkohol dan zat-zat lain
Disangkal.
4. Riwayat trauma kepala
Tidak pernah trauma kepala.

D. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak keempat dari lima bersaudara. Di keluarga
didapatkan riwayat gangguan jiwa pada ibunya.

Genogram:

5
Keterangan gambar:
: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan
: tanda gambar yang menunjukkan pasien.
: tanda gambar yang menunjukkan telah meninggal.
: tanda keluarga yang mempunyai gangguan jiwa

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


(dilakukan pada tanggal 20 Juni 2022)
A. Gambaran Umum
1. Penampilan: seorang perempuan, tampak sesuai umur, dan
perawatan diri buruk.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : hipoaktif, sering duduk murung
dibalik pintu ruang bangsal, agak gemetar.
3. Sikap terhadap pemeriksa : kurang kooperatif.
B. Kesadaran:
Kuantitatif : compos mentis (E4V5M6).
C. Pembicaraan: sedikit bicara, lambat, suara kecil, monoton, seperti
bergumam, sebagian besar pembicaraan masih bisa dimengerti namun ada
sebagian kecil tidak bisa dimengerti.
D. Mood dan afek
1. Mood : sedih
2. Afek : tumpul
3. Kesesuaian : tidak sesuai
E. Pikiran
1. Bentuk pikiran : non realistik
2. Isi pikiran : minskin isi pikir
3. Progresi pikiran : inkoheren
F. Persepsi
1. Halusinasi pendengaran : didapatkan
2. Halusinasi penglihatan : tidak di dapatkan

6
3. Ilusi : tidak di dapatkan
4. Depersonalisasi : tidak di dapatkan
5. Derealisasi : tidak di dapatkan
G. Kesadaran dan Kognisi
1. Orientasi :
a. Orang : baik
b. Tempat : baik
c. Waktu : baik
d. Situasional : baik
2. Daya ingat :
a. Jangka panjang : terganggu
b. Jangka menengah : baik
c. Jangka pendek : baik
d. Ingatan segera : baik
3. Konsentrasi dan perhatian : baik
4. Kemampuan visuospasial : baik
5. Pikiran abstrak : terganggu
6. Intelegensia dan kemampuan informasi : sedikit terganggu
7. Kemampuan menolong diri sendiri : terganggu
H. Pengendalian Impuls :
Pasien banyak terdiam, agak murung, kurang kooperatif dengan
pemeriksa.
I. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya Nilai Sosial : terganggu
2. Uji Daya Nilai : buruk
3. Penilaian Realita :
Terganggu, pasien mengaku berusia 16 tahun dan memiliki
anak berusia 2 tahun namun sudah menikah.
4. Tilikan diri :
Derajat 1, menyangkal tentang penyakitnya dan merasa sehat.
J. Taraf Dapat Dipercaya :
7
Secara keseluruhan informasi di atas dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status Internus.
1. Kesan umum : compos mentis, gizi baik, konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-)
2. Tanda vital : Tensi : 140/80 mmHg, Nadi : 85x/menit, suhu :
36°C, respirasi : 20 x/menit, SpO2 : 99%
3. Jantung/paru : dalam batas normal.
4. Abdomen : dalam batas normal.
B. Status Neurologikus : belum diperiksa
C. Laboratorium :
Hematologi
Haemoglobin : 12,4g/dl
Hematokrit : 37,3 %
Lekosit : 5,39 /ul
Trombosit : 313.000 /ul
Eritrosit : 4,19 juta/ul
MCV : 88,9 fL
MCH : 29,5 pg
MCHC : 33,2 g/dl
Eusinofil : 6%
Basofil : 0,4%
Neutrofil : 49,6%
Limfosit : 36,4%
Monosit : 7,6%

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA:


Pasien perempuan 67 tahun, pendidikan tidak tamat SD, sudah
menikah, tidak bekerja, tiga minggu sebelum masuk RSUD gaduh gelisah,
merusak barang di rumah dan tanaman di sekitar. Sering keluyuran
8
mengganggu tetangga. Kegiatan pasien sering mengumpulkan barang-
barang bekas. Pasien sudah mengalami gejala gangguan jiwa sejak 25
tahun yang lalu.

Hasil pemeriksaan Internus = Hipertensi 140/80 mmHg


Hasil pemeriksaan status mentalis didapatkan :
● Gambaran Umum : seorang perempuan, tampak sesuai umur,
dan perawatan diri buruk.
● Pembicaraan : sedikit bicara, lambat, suara kecil, monoton,
seperti bergumam, sebagian besar pembicaraaan masih bisa
dimengerti namun ada sebagian kecil tidak bisa dimengerti.
● Mood: sedih; Afek: tumpul; kesesuaian : tidak sesuai
● Pikiran
Bentuk pikir : non realistik
Isi pikir : miskin isi pikir
Progesi pikir : inkoheren
● Persepsi : halusinasi (+)
● Kesadaran dan kognisi
Pikiran abstrak: terganggu
Intelegensia dan kemampuan informasi: sedikit terganggu
Kemampuan menolong diri sendiri: buruk
● Pengendalian impuls: Pasien banyak terdiam, agak murung, kurang
kooperatif dengan pemeriksa.
● Daya nilai dan tilikan: daya nilai sosial dan uji daya nilai:
terganggu; penilaian realita terganggu; tilikan derajat 1.
● Taraf dapat dipercaya: kurang dapat dipercaya.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan pola perilaku dan
psikologis yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) dalam melakukan aktivitas kehidupan
9
sehari-hari yang biasa, pemanfaatan waktu luang, fungsi pekerjaan dan
hubungan sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien ini
menderita gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan statusinternus Ht, tensi 140/80 yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang berkaitan dengan gejala psikis.
Sehingga diagnosis Gangguan Mental Organik belum dapat disingkirkan.
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya riwayat penyalahgunaan zat
psikoaktif dan alkohol, sehingga diagnosis Gangguan Mental Terkait Zat
(Substance- Related Disorder) dapat disingkirkan.
Berdasarkan data-data yang telah tersebut di atas, maka sesuai dengan
kriteria PPDGJ III diusulkan diagnosis axis I untuk pasien ini dengan :
F. 20.3 Skizofrenia Tak Terinci, DD. Gangguan Skizoafektif Tipe
Depresif (F25.1)
Karena menurut riwayat psikiatri, pasien sudah mengalami gejala
gangguan jiwa sejak 25 tahun yang lalu. Pada pasien ini didapatkan gejala-
gejala psikotik yaitu adanya halusinasi pendengaran namun saat ini sudah
tidak ada, adanya gangguan afektif, serta arus pikiran inkoheren. Selain itu
terdapat gejala negatif seperti sikap apatis, sedikit bicara, dan respon
emosional yang menumpul. Pasien juga menarik diri dari lingkungan sosial
dan kinerja sosialnya menurun. Terdapat gangguan afek berupa mood sedih,
afek tumpul, tidak sesuai. Pasien kehilangan minat dan hidup tidak bertujuan
(menggelandang).
Diagnosis bandingnya adalah :
1. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1)
Pada pasien didapatkan gejala psikotik yang merujuk pada skizofrenia
dan gangguan mood dan afek yang sama sama terlihat pada saat yang
bersamaan. Mood lebih cenderung ke arah sedih dan murung.
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari hasil anamnesis axis
II tidak dapat diidentifikasi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan status Internus maka axis III pada
pasien ini adalah hipertensi.
10
Pada axis IV tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.
Pada axis V : skalaGAF saat ini : 40-31, karena adanya disabilitas
dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi.

VII. DIAGNOSIS MULTIAXIAL


Aksis I : F 20.3 Skizofrenia Tak Terinci
Aksis II :-
Aksis III : Hipertensi
Aksis IV : Tidak ada dukungan dari keluarga
Aksis V : GAF 40-31.

VIII. DAFTAR MASALAH:


A. Organobiologik : hipertensi
B. Psikologik :
1. Gangguan perasaan dan psikomotor.
2. Gangguan pikiran (bentuk dan isi pikir).
3. Hilangnya fungsi peran, pemanfaatan waktu luang, sosial.
4. Daya nilai realita yang buruk.
5. Tilikan diri buruk.

IX. PROGNOSIS
Yang meringankan :
No. Keterangan Check List
1. Onset lambat (dewasa)
2. Faktor pencetus jelas
3. Onset akut
4. Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan, premorbid
baik
5. Gangguan mood

11
6. Mempunyai pasangan
7. Riwayat keluarga gangguan mood
8. Sistem pendukung yang baik
9. Gejala positif

Yang memberatkan :
No. Keterangan Check List
1. Onset muda V
2. Faktor pencetus tidak jelas V
3. Onset tidak jelas
4. Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan, premorbid
tidak baik
5. Perilaku menarik diri dan autistik
6. Tidak menikah, cerai, janda, duda
7. Riwayat keluarga skizofrenia V
8. Sistem pendukung yang buruk V
9. Gejala negative V
10. Tanda dan gejala neurologis
11. Tidak ada remisi dalam 3 tahun
12. Banyak relaps V
13. Riwayat trauma perinatal

Qua ad vitam : dubia ad bonam


Qua ad sanasionam : dubia ad malam
Qua ad fungsionam : dubia ad malam

X. RENCANA PENGOBATAN LENGKAP


A. Psikofarmaka:
Lodomer injeksi 1 ampul IM per 12 jam
Diphenhidramin maleat 1 ampul IM per 12 jam

12
Risperidone 2mg 2x1
Hexymer 2mg 2x1
Clozapin 25mg 2x1
CPZ 100mg 1x1
B. Psikoterapi :
Psikoedukasi pada keluarga.
Memberikan pengertian kepada keluarga mengenai
gangguan yang dialami pasien sehingga dapat mendukung
ke arah kesembuhan

XI. FOLOW UP

Tanggal S O A P

20 Juni 2022 Pasien nggleyeng, CM, kurang kooperatif, F20.3  Terapi oral :
hipoaktif, meminta hipoaktif, afek mood in Risperidone 2 x
pulang, mendengar appropriate, halusinasi (+), 2mg, Clozapine 2
suara-suara, merasa Proses pikir : Nonrealistik, x 25mg
gemetar, merasa inkoheren, orientasi OSWT: Hexymer 2 x 2mg
sedih baik, daya ingat jangka  Terapi IM :
pendek : baik, jangka panjang : Lodomer 2mg 1
baik, Kognitif : baik, daya nilai amp
realita dan sosial : terganggu, Dipenhydramin
insight (1) per 12 jam
21 Juni 2022 Minta pulang, sudah CM, mood : sedih, afek : F20.3  Terapi oral :
tidak nggleyeng, tumpul, tidak sesuai, Risperidone 2 x
hipoaktif, tidak inkoheren, halusinasi (-), non 2mg, Clozapine 2
merasakan apa-apa realistic x 25mg
baik senang mauoun Kognitif : baik, daya nilai dan Hexymer 2 x 2mg
sedih realita : Terganggu, insight (1)  Terapi IM :
Lodomer 2mg 1
amp
Dipenhydramin
per 12 jam
22 Juni 2022 Minta pulang, lemes, CM, mood : sedih, afek : F20.3  Terapi oral :
pusing, sedih, tumpul, tidak sesuai, Risperidone 2 x
murung, lusuh inkoheren, halusinasi (-), 2mg, Clozapine 2
hipoaktif, non realistic, x 25mg
kognitif : baik, daya nilai dan Hexymer 2 x 2mg
realita : terganggu, insight (1)  Terapi IM :
Lodomer 2mg 1
amp
Dipenhydramin
per 12 jam

13
23 Juni 2022 Minta pulang, tidak S= 36.4°C F20.3 ● Terapi oral :
merasa sakit, merasa CM, mood: sedih, afek: Risperidone 2 x
sedih, lusuh. tumpul, tidak sesuai, 2mg, Clozapine 2
inkoheren, halusinasi (-), x 25mg
hipoaktif, non realistic, Hexymer 2 x 2mg
kognitif : baik, daya nilai dan
realita : terganggu, insight (1)

XII. DISKUSI
Skizofrenia
a. Definisi dan prevalensi skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab dan perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. Ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik pikiran dan persepsi serta oleh afek yang tidak wajar atau
tumpul. Kesadaran dan kemampuan intelektual biasanya tidak
terganggu. Namun dapat terjadi penurunan kognitif tertentu di
kemudian hari (PPDGJ III).
Menurut WHO (2019) bahwa prevalensi pasien skizofrenia 20 juta
orang di dunia. Sedangkan Data Riskesdas (2013) menunjukan jumlah
penduduk Indonesia ada sekitar 236 juta yang mengalami skizofrenia
sebanyak 68% (sekitar 272.816.000 orang) dan berdasarkan hasil
Riskesdas (2018) didapatkan estimasi prevalensi orang yang pernah
menderita skizofrenia sebesar 1,8 per 1000 penduduk (Nuruddani, dkk.,
2021).
b. Faktor resiko skizofrenia
Ada beberapa factor resiko yang dapat meningkatkan kejadian
skizofrenia, yaitu tingkat pendidikan yang rendah, tidak bekerja, dan
adanya faktor genetik (Sudarmono, dkk., 2018).
c. Kriteria Diagnostik Skizofrenia

14
Menurut PPDGJ III, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala
itu kurang tajam atau kurang jelas):
1) Thought echo, Thought insertion or withdrawal, Thought
broadcasting
a) Thought echo adalah isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi
pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya
berbeda.
b) Thought insertion or withdrawal adalah isi pikiran yang
asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal).
c) Thought broadcasting adalah isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.
2) Delusion of control, Delusion of influence, Delusion of passivity,
Delusion perception
a) Delusion of control adalah waham tentang dirinya
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
b) Delusion of influenceadalahwaham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c) Delusion of passivity adalah waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
(tentang dirinya secara jelas, merujuk ke pergerakan tubuh
serta anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan
khusus).
d) Delusion perception adalah pengalaman inderawi yang
tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
3) Halusional Auditorik dapat berupa suara halusinasi yang
berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien. Dan
15
mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara atau jenis suara halusinasi lain yang
berasal dari salah satu bagian tubuh).
4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu 14
mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau
dunia lain).
5) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus.
6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme.
7) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), negativisme, mutisme, dan stupor.
8) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan
respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
d. Manajemen Skizofrenia (PPK IDI, 2014)
i. Intervensi psikososial: dukungan keluarga, edukasi keluarga
ii. Farmakoterapi
1. Antipsikotik: Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari atau Risperidon
2x 1-3 mg/hari atau Klorpromazin 2-3 x 100-200 mg/hari.
Untuk haloperidol dan risperidon dapat digabungkan dengan
16
benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3 x 5 mg, lorazepam 1-3 x
1-2 mg) untuk mengurangi agitasi dan memberikan efek
sedasi. Benzodiazepin dapat ditappering-off setelah 2-4
minggu.
2. Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat diberikan
injeksi intra muskular haloperidol kerja cepat (short acting) 5
mg, dapat diulangi dalam 30 menit - 1 jam jika belum ada
perubahan yang signifikan, dosis maksimal 30 mg/hari. Atau
dapat juga dapat diberikan injeksi intra muskular klorpromazin
2-3 x 50 mg. Untuk pemberian haloperidol dapat diberikan
tambahan injeksi intra muskular diazepam untuk mengurangi
dosis ntipsikotiknya dan menambah efektivitas terapi. Setelah
stabil segera rujuk ke RS/RSJ.
3. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat
dipertimbangkan untuk pemberian injeksi depo (jangka
panjang) antipsikotik seperti haloperidol decanoas 50 mg atau
fluphenazine decanoas 25 mg. Berikan injeksi I.M ½ ampul
terlebih dulu untuk 2 minggu, selanjutnya injeksi 1 ampul
untuk 1 bulan. Obat oral jangan diberhentikan dahulu selama
1-2 bulan, sambil dimonitor efek samping, lalu obat oral
turunkan perlahan.
4. Jika timbul efek samping ekstrapiramidal seperti tremor,
kekakuan, akinesia, dapat diberikan triheksifenidil 2-4 x 2 mg;
jika timbul distonia akut berikan injeksi diazepam atau
difenhidramin, jika timbul akatisia (gelisah, mondar mandir
tidak bisa berhenti bukan akibat gejala) turunkan dosis
antipsikotik dan berikan beta-blocker, propranolol 2-3 x 10-20
mg.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sudarmono, S., Afni, N., Andri, M., & Rafiudin, R. (2018). Faktor Risiko
Kejadian Skizofrenia di Rumah Sakit Madani Palu. Jurnal Kolaboratif
Sains, 1(1).
Nuruddani, S. (2021). Pengalaman Keluarga Sebagai Caregiver Pasien
Skizofrenia: Systematic Review: Skizofrenia. Jurnal Kesehatan, 14(1), 23-
27.
Maslim, Rusdi. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ III. Jakarta.
Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia;
2014

18

Anda mungkin juga menyukai