Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN JIWA
“Seorang Laki-laki Usia 32 Tahun dengan Gangguan Cemas”

Pembimbing: dr. Rihadini, Sp.KJ

Disusun Oleh:
M. Mucharom Chairul Umam H3A019037

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
2

BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Tn. R
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kedungmundu, Semarang
Status pernikahan : Menikah
No RM :-

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis di RSJD Amino
Gondohutomo pada tanggal 15 Oktober 2020, Pukul 09.30.
1. Keluhan Utama:
Pasien merasa sering sakit lambung
2. RPS:
Sejak 2 tahun terakhir keluhan sakit lambung sering kambuh dan
berobat ke Dokter Penyakit Dalam, menurut Dokter pasien mengalami
gangguan GERD. Pasien sudah berobat teratur tapi keluhan masih
kambuh dan beberapa bulan terakhir semakin memburuk. Pasien juga
merasa dirinya cemas dalam satu tahun terakhir, pasien merasa cemas
dan khawatir keluhan yang dirasakannya dapat menyebabkan
kematian, serta pasien merasa cemas jika nantinya anak istri tidak ada
yang mengurus. Pasien juga mengeluhkan keringat dingin di telapak
tangan dan kaki, serta merasa jantung berdebar-debar. Keluhan
dirasakan setiap hari, tanpa ada penyebabnya. Dalam 2 bulan terakhir
berat badan pasien turun sekitar 10kg walaupun nafsu makan baik,
tidak ada gangguan tidur pada pasien. Dua tahun yang lalu istri pasien
3

terlilit hutang. Hal tersebut menyebabkan kondisi pasien semakin


memburuk. Maka dari itu pasien datang ke poliklinik jiwa RSJD
Amino Gondohutomo.
1. RPD
a. Riwayat penyakit dahulu : Pasien belum pernah menderita
kecemasan sebelumnya.
b. Riwayat Penyakit medis:
Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), alergi (-), GERD (+)
c. Riwayat trauma: disangkal
d. Riwayat rawat inap: disangkal
e. Riwayat pengobatan : sedang menjalani pengobatan GERD
f. Riwayat penggunanan NAPZA: disangkal
g. Riwayat penggunanan alkohol: Pasien pernah mengkonsumsi
alcohol sejak SMP sampai tahun 2014
h. Riwayat merokok: disangkal
2. Kurva Perjalanan Penyakit (GAF)
a. Sepuluh tahun yang lalu:
Pasien mengalami trauma karena ayahnya meninggal gantung diri
gantung diri karena terlilit hutang, pasien merasa marah dan
menyalahkan ibunya sehingga keluar dari rumah dan tidur
disembarang tempat. Nilai GAF 80
b. Dua tahun yang lalu :
Pasien memilikki masalah karena istri pasien terlilit hutang dalam
jumlah yang besar serta pasien memilikki keluhan penyakit
lambung yang didiagnosis oleh dokter penyakit dalam dengan
GERD. Nilai GAF 70
c. Saat diperiksa :
1. Mengalami cemas dan takut terus menerus, takut akan kematian
2. Fungsi waktu luang baik
3. Fungsi peran sebagai kepala keluarga baik.
4. Fungsi sosial hubungan dengan keluarga dan tetangga baik.
4

6. Nilai GAF 70, dimana terdapat beberapa gejala ringan dan


menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

GAF
82
8080
78
76
74
72
70 70 70
68
66
64
10 tahun 2 tahun Sekarang

Kolom3

3. Riwayat Pramorbid
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir secara normal dan tidak terdapat masalah kelainan
pada kehamilan dan persalinan.
b. Riwayat masa anak awal (0-3 tahun)
5

Pasien diasuh oleh kedua orangtua, pertumbuhan dan


perkembangan sesuai dengan anak seusianya.
c. Riwayat masa anak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien aktif dapat bergaul dan beradaptasi dengan teman
disekitarnya.
d. Riwayat masa pubertas dan remaja
Pasien dapat beradaptasi dengan teman di lingkungan sekitarnya.
e. Riwayat masa dewasa
1) Riwayat pekerjaan: Swasta
2) Riwayat perkawinan: Menikah, 4 tahun
3) Riwayat militer: Tidak ada
4) Riwayat pendidikan:
Lulus SMA, dapat mengikuti dengan baik. Tidak pernah
tinggal kelas.
5) Keagamaan: Islam, beribadah sholat 5 waktu, kadang-kadang
mengikuti pengajian di kampung.
6) Aktivitas sosial:
Pasien dapat bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar rumah,
mengikuti arisan RT dan RW.
7) Situasi hidup sekarang:
Tinggal dengan kedua anak dan suami.
8) Riwayat hukum:Tidak ada
f. Riwayat psikoseksual: Tidak ditanyakan
g. Riwayat keluarga (genogram): -
h. Mimpi, khayalan: sudah tercapai
6. RPK:
Keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. DM (-), hipertensi
(-), asma (+) dari ibu, alergi (-), jantung (-).
7. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang pekerja swasta, memiliki 2 orang anak, periksa dengan
BPJS.
6

C. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


1. Gambaran umum
a. Penampilan: rapi, sesuai umur, bersih.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
1) Tingkah laku : aktif
2) Sikap : kooperatif
3) Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
4) Kontak psikis : baik
2. Mood dan Afek
a. Mood : eutimik
b. Afek : appropriate
c. Kesesuaian : sesuai
d. Ekspresi emosi yang lain
1) Pengendalian : terkendali
2) Stabilitas : stabil
3) Echt-Unecht : echt (respon emosi tidak dibuat-dibuat)
4) Dalam/dangkal : dalam
5) Arus emosi : normal
6) Empati : sesuai
7) Skala diferensiasi : baik
1. Pembicaraan
a. Kualitas : cukup
b. Kuantitas : cukup
c. Bicara spontan : spontan
d. Sulit mulai bicara/sulit ditarik : (-)
e. Kecepatan/lambat bicara : cukup
2. Gangguan persepsi
a. Halusinasi (-)
b. Ilusi (-)
3. Pikiran
7

a. Bentuk pikir : realistik


b. Arus pikir : relevan
c. Isi pikir:
1) Pre-okupasi : ingat mati dan merasa berdosa (-)
2) Waham
Waham kebesaran (-), waham kejar (-), waham berdosa (-),
waham curiga (-), waham hipokondri (-)
3) Delusion:
Delusion of control (-), delusion of influence (-),delusion of
passivity (-), delusional perception (-), thought of echo (-),
thought of insertion (-), thought of withdrawl (-), thought of
broadcasting (-)
4. Sensorium dan kognitif
a. Kesiagaan dan tingkat kesadaran: jernih
b. Orientasi:
Orientasi waktu baik, orientasi tempat baik, orientasi orang baik,
orientasi situasi baik
c. Daya ingat :
Daya ingat segera baik, daya ingat jangka pendek baik, daya ingat
jangka panjang baik
d. Konsentrasi dan perhatian : baik
e. Kemampuan visuo-spasial : baik
f. Pikiran abstrak : baik
g. Sumber informasi dan kecerdasan : baik
h. Tes MMSE : tidak dilakukan
5. Pengendalian Impuls
a. Tilikan : 4, pasien menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya.
b. Empati : dapat dirasakan
c. Intelegensia : baik
d. Pertimbangan : baik
8

e. Realibilitas : reliabel
D. FORMULASI DIAGNOSTIK
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki berusia 32 tahun datang ke
RSJD Dr. Amino Gondohutomo dengan keluhan cemas sejak 1 tahun
terakhir. Dari anamnesis ditemukan gejala kecemasan seperti khawatir
akan meninggal dunia hampir setiap hari; gejala ketegangan motorik
seperti gelisah; dan gejala overaktivitas otononik seperti kaki dan tangan
keringat dingin dan jantung berdebar-debar.
Pada pemeriksaan status mental perilaku dan aktivitas psikomotor
baik, mood dan afek sesuai, pembicaraan sesuai dengan konteks, proses
pikir realistik, gangguan persepsi negatif, sensorium kognitif baik, dan
pengendalian impuls baik. Tilikan pasien 4 yaitu pasien menyadari
sepenuhnya tetang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai
perbaikan.
1. Diagnosis multiaxial:
a. Aksis I : F/41.1Gangguan cemas menyeluruh (telah
memenuhi syarat pedoman diagnostik berupa anxietas berupa
gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa
minggu hingga beberapa bulan, yang tidak terbatas pada keadaan
situasi tertentu saja).
b. Aksis II : Z 03.2 (Tidak ada diagnosis Aksis II)
c. Aksis III : GERD
d. Aksis IV : Tidak ada
e. Aksis V : GAF 70 Gejala Ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
2. Diagnosis Banding
a. Gangguan Panik (Anxietas Paroksismal Episodik)
b. Gangguan Anxietas Phobia Sosial
c. Gangguan stress pasca trauma
d. Gangguan Obsesif-Kompulsif
3. Terapi :
9

a. Farmakoterapi:
Diazepam 2 mg tab 3 kali / hari, selama 2-3 minggu
Fluoxetine tab 20mg 1 dd 1 o.m. selama 2-6 minggu
b. Non farmakoterapi
Terapi yang paling sering digunakan dalam perawatan
kecemasan adalah cognitive-behavioural therapy (CBT). Pada CBT
diberikan teknik pelatihan pernafasan atau meditasi ketika
kecemasan muncul, teknik ini diberikan untuk penderita
kecemasan yang disertai dengan serangan panik.
Support group juga diberikan dalam CBT, individu
ditempatkan dalam group support yang mendukung proses
treatment. Group support dapat berupa sekelompok orang yang
memang telah dipersiapkan oleh konselor/terapis untuk
mendukung proses terapi atau keluarga juga dapat diambil sebagai
group support ini.

E. PROGNOSIS
Keterangan Baik Buruk
Genetik √
Onset √
Faktor pencetus √
Kepribadian pramorbid √
Status marital √
Status ekonomi √
Kekambuhan √
Suport lingkungan √
Gejala positif - -
Gejala negatif - -
Respon terapi √
Prognosis : Bonam
10

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan dalam
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam meniali realistis
(reality testing Ability), masih baik, kepribadian masi tetap utuh
(tidak mengalami keretakan pribadi (spilliting personality), perilaku
dapat terganggu tetapi masih dalam batas normal.1
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety
Disorder, GAD) merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan
kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional
bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa
kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurangnya selama 6 bulan.1,2
Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan
berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot,
iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi
sosial dan pekerjaan.1,2

B. ETIOLOGI
11

1. Teori Biologi
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak.
Basal ganglia, sistem limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan
terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga
ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang
berkaitan dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin,
glutamat dan kolesistokinin. Pemeriksaan PET (Positron Emission
Tomography) pada pasien GAD ditemukan penurunan metabolisme di
ganglia basal dan massa putih otak.1,2
2. Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik
pasien GAD dan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar
25% dari keluarga tingkat pertama penderita GAD juga menderita
gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar
didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada
kembar dizigotik.3
3. Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala
dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang
paling primitif anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan objek
cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi anxietas dihubungkan
dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi
berhubungan dengan fase oedipal sedangkan anxietas superego
merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan
pandangannya sendiri (merupakan anxietas yang paling matang).1,2
4. Teori Kognitif-Perilaku
Penderita GAD berespons secara salah dan tidak tepat terhadap
ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal
negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi
12

dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk


menghadapi ancaman.1,2

C. NEUROTRANSMITER
Tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan ansietas
berdasarkan studi hewan dan respons terhadap terapi oat adalah
norepinefrin, serotonin dan gamma-aminobutyric acid. System saraf
otonom pada sejumlah pasien dengan gangguan ansietas, terutama mereka
dengan gangguan panik menunjukan peningkatan tonus simpatik,
beradaptasi lambat terhadap stimulus berulang dan berespons berlebihan
pada stimulus sedang.2
Norepinefrin dalam gangguan ansietas adalah bahwa pasien yang
mengalami ansietas dapat memiliki system adrenergic yang diatur dengan
buru dan terjadi ledakan aktivitas kadang–kadang. Sel noradrenergic ini
terletak apda locus ceruleus di pins pars rostralis dan aksonya kehara
korteks serebri, system limbic, batang otak serta medulla spinalis.
Eksperimen pada primate menunjukan bahwa stimulasi pada locus
ceruleus menghasilkan respon rasa takut pada hewan, sedangkan ablasi
pada area yang sama menghilangkan kemampuan hewan membentuk
respons takut.2
Serotonin terdapat banyak nya reseptor serotonin dan diawali
aktivitas antidepresan serotonergik memiliki efek terapeutik pada sejumlah
gangguan ansietas mengesankan bahwa kemungkinan hubungan serotonin
dengan ansietas. Badan sel sebagian besar neuron serotonergik terletak di
raphe nuclei di batang otak pars rostralis dan menyalurkan impulsna ke
korteks serebri, system limbic (amigdala dan hipokampus), serta
hipotalamus.2
Gamma-aminobutyric acid atau GABA dalam gangguan cemas
paling kuat di dukung oleh efektivitas benzodiazepine yang tidak
meragukan, yang meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABAA, di
dalam terapi beberapa jenis gangguan ansietas. Walaupun bebzodiazepin
13

potensi rendah paling efektif untuk gejala gangguan cemas menyeluruh,


benzodiazepine potensi tinggi seperti alprazolam efektif dalam terapi
gangguan panik. Pada studi menemukan bahwa gejala system saraf
otonom pada gangguan ansietas dicetuskan ketiga agonis kebalikan
benzodiazepine beta-karbolin 3-asam karboksilat (BCCE) diberikan.
Antagonis benzodiazepine, flumazenil menyebabkan serangan panik berat
yang sering pada pasien dengan gangguan panik.2

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas
Menyeluruh ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan
cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang
berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana
perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga
pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu
spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya
terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan
terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya,
cemas kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung.
Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit tidur. 1,3,4
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel
di bawah:
Tabel 1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 1. Nafas pendek/terasa berat
2. Jantung berdebar-debar
3. Telapak tangan basah/dingin
14

4. Mulut kering
5. Kepala pusing/rasa melayang
6. Mual, mencret, perut tak enak
7. Muka panas/ badan menggigil
8. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan 1. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
Penangkapan berkurang 2. Mudah terkejut/kaget
3. Sulit konsentrasi pikiran
4. Sukar tidur
5. Mudah tersinggung

E. DIAGNOSIS
Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-V halaman 246,
300.02) ditegakkan bila terdapat kecemasan kronis yang lebih berat
(berlangsung lebih dari 6 bulan; biasanya tahunan dengan gejala
bertambah dan kondisi melemah) dan termasuk gejala seperti respons
otonom (palpitasi, diare, ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air
kecil), insomnia, sulit berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas,
gemetaran, waspada berlebihan, atau takut akan sesuatu yang akan terjadi.
Ada kecenderungan diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen
genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan sederhana
serta depresi mayor (terdapat pada 40% atau lebih pasien; meningkatkan
resiko bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini tidak`ditemukan etiologi stres
yang jelas, tetapi harus dicari penyebabnya.1,2,5
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III ditegakkan
berdasarkan :6
1. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”).
15

2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:


a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di
ujungtanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala,
mulut kering, dsb)
3. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama
Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi
kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan anxietas
fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan obsesif-
kompulsif (F.42.-) 1,3,6

Tabel 2. Generalised Anxiety Disorder Scale (GAD-7)1

F. DIAGNOSIS BANDING
16

Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan


akibat kondisi medis umum (neurologi, endokrinologi, metabolik) maupun
gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat.Diperlukan
pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes
fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol,
hipnotik-sedatif, dan anxiolitik.1
Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD
adalah gangguan panik, fobia, gangguan obsesif kompulsif, hipkondriasis,
gangguan somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan
gangguan kepribadian. Membedakan GAD dengan gangguan depresi dan
distimik tidak mudah, dan gangguan-gangguan ini sering kali terdapat
bersama-sama GAD.1
Untuk dapat menemukan kriteria gangguan cemas menyeluruh, pasien
seharusnya memaparkan keseluruhan sindrom, dan gejalanya juga tidak
dapat dijelaskan dengan adanya komorbid gangguan cemas. Untuk
mendiagnosis gangguan cemas menyeluruh pada konteks gangguan cemas
lainnya, penting untuk mendokumentasi cemas atau khawatir yang
berhubungan dengan lingkungan atau topik yang tidak berhubungan, atau
hanya berhubungan sedikit, dengan gangguan lainnya.2

G. TATALAKSANA
a. Farmakoterapi
1. Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepin
dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai
respons terapi. Penggunaan sediaan dengan waktu paruh menengah
dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak
diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu,
dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.1
2. Buspiron (Non Benzodiazepin)
17

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih


efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala
somatik pada GAD. Tidak menyebabkan withdrawl.
Kekurangannya adalah efek klinisnya baru terasa setelah 2-3
minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah
menggunakan benzodiazepin tidak akan memberikan respons yang
baik dengan buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara
benzodiazepin dengan buspiron kemudian dilakukan tapering
benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi buspiron
sudah mencapai maksimal.1
3. SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih baik
daripada fluoksetin. Pemberian fluoksetin dapat meningkatkan
anxietas sesaat. SSRI efektif terutama pada pasien GAD dengan
riwayat depresi.1
b. Psikoterapi
1. Terapi kognitif-perilaku (CBT Therapy)
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenali
gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan
untuk pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.1
2. Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih
bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.1

H. PROGNOSIS
Umur biasanya onset terjadi sulit dispesifikasi; kebanyakan pasien
dengan gangguan melaporkan telah cemas sejak lama. Pasien biasanya
mendapatkan perhatian dari klinisi pada umur 20-an, meskipun kunjungan
pertamanya ke dokter dapat pada usia berapapun. Hanya satu dari tiga
18

pasien yang memiliki gangguan cemas menyeluruh datang mencari terapi


psikiatri. Kebanyakan akan datang ke dokter umum, internis, kardiologis,
spesialis paru atau gastroenterologis.2
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis
yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita
akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan
depresi mayor.1

I. KESIMPULAN
Gangguan ansietas menyeluruh sebagai ansietas dan kekhawatiran
yang berlebihan mengenai beberapa peristiwa atau aktivitas hampir
sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan. berkaitan dengan gejala somatic.
Cemas tidak berfokus pada gambaran gangguan aksis I lain, tidak
disebabkan penggunaan zat atau keadaan medis umum, serta tidak hanya
terjadi selama gangguan mood atau psikiatri. Ansietas ini sulit
dikendalikan, secara subjektif menimbulkan penderitaan dan
mengakibatkan hendaya pada area penting kehidupan seseorang. Pasien
dengan gangguan ansietas menyeluruh biasanya mencari dokter umum
atau dokter penyakit dalam untuk membantu gejala somatic mereka.
Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh mungkin
adalah terapi yang menggabungkan pendekatan psikoterapeutik,
farmakoterapeutik, dan suportif.
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Redayani P. 2015. Gangguan Cemas Menyeluruh, Buku Ajar Psikiatri UI,


Jakarta.

2. Sadock B, Kaplan H, Sadock V. Kaplan & Sadock's synopsis of


psychiatry. Philadelphia: Wolter Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins;
2015.

3. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Islam Indonesia.

4. Eldido. 2008. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya.Medan.


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. American Psychiatric Association. DSM-5. 2013. Generalized anxiety


disorder.

6. Maslim R, 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas


dari PPDGJ III dan DSM-5, Cetakan Kedua, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai