GANGGUAN AFEKTIF
BIPOLAR
Disusun Oleh :
Diajukan Kepada :
1
LEMBAR PENGESAHAN
Presentasi Kasus
Oleh :
20100310220
Disetujui oleh,
DAFTA R ISI
2
PRESENTASI KASUS............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................ii
BAB I LAPORAN KASUS..........................................................................................1
A. IDENTITAS PASIEN........................................................................................1
B. AUTOANAMNESIS.....................................................................................1
C. ALLOANAMNESIS......................................................................................2
D. PEMERIKSAAN PSIKIATRI.............................................................................3
E. GENOGRAM...............................................................................................3
F. DIAGNOSIS................................................................................................4
G. TERAPI.......................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5
A. DEFINISI.....................................................................................................5
B. ETIOLOGI...................................................................................................5
1. Faktor Genetik.............................................................................................5
2. Faktor Biologis.............................................................................................7
3. Faktor Lingkungan.......................................................................................7
C. GEJALA KLINIS..............................................................................................8
1. Episode Manik.............................................................................................8
2. Episode Hipomanik......................................................................................9
3. Episode Depresi........................................................................................10
4. Tipe Campuran..........................................................................................11
D. KRITERIA.................................................................................................13
E. DIAGNOSIS..............................................................................................13
1. Pembagian menurut DSM-IV.....................................................................14
2. Pembagian Menurut PPDGJ III..................................................................18
F. TERAPI.....................................................................................................22
1. Farmakoterapi........................................................................................22
2. Non Farmakoterapi....................................................................................23
G. PROGNOSIS............................................................................................25
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
B. AUTOANAMNESIS
dan sudah dirasakan selama tiga minggu. Pasien meminta orang tuanya untuk
mengantar ke Grhasia agar dia dapat menenangkan diri. Pasien mengatakan kalau
dirinya tidak mampu mengontrol emosi dan suka berkelahi. Sebelumnya dia pernah
memukuli polisi karena menariknya saat berada di panggung saat “nyawer” (acara
dangdut). Dia mudah marah dan akan langsung mengejar kalau ada orang yang
“memblayer” motor untuk dipukuli, padahal dia sendiri suka “memblayer”. Dia
mengaku kalo dia suka minum miras. Pasien mengaku sebelumnya pernah dirawat di
RSUP Sardjito karena “ngedrop” sampai tidak bisa jalan paska dipukuli oleh teman-
bayangan-bayangan. Dia tidak pernah merasa dirinya dikejar-kejar atau ada orang
yang ingin menyakitinya. Dia tidak meniliki keahlian khusus seperti telepati atau hal-
hal magic lainnya. Dia merasa sedih dan bersalah kepada orang tuanya karena dia
merasa merepotkan orangtuanya. Dia tidak pernah memiliki niatan untuk bunuh diri
sebelumnya.
C. ALLOANAMNESIS
Ibunya menceritakan kalau pasien sering dipukuli saat di SMK. Sejak saat
itu pasien menunjukkan gejala seperti meosi yang labil dan mudah marah (2 bulan
setelah lebaran 2014) lalu dibawa ke Sardjito dan dirawat selama 1 bulan. Sepulang
dari Sardjito ibu pasien mengatakan kalau pasien sering melamun dan murung saat di
sekolah lalu memutuskan untuk tidak mau kembali ke sekolah. Sebelumnya pasien
merupakan anak yang pendiam dan tertutup, namun sejak sakit dia mulai suka
Grhasia pasien dituduh mencuri rokok tetangganya, mulai saat itu selama 12 hari
emosinya mulai labil lagi. Ibunya mengatakan kalau sebelumnya pasien mengambil
motor milik temannya, kemudian tanpa mengenakan kaos dia ngebut di jalan raya,
D. PEMERIKSAAN PSIKIATRI
E. GENOGRAM
pasien
F. DIAGNOSIS
Aksis I : F 31.1
Aksis II : F 61.1
Aksis V : 80-71
G. TERAPI
Olanzapine 5 mg 0-0-1
Risperidone 2 mg 1-0-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
dan ditandai oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya
sekurangnya dua bulan tanpa gejala penting mania atau hipomania. Tetapi pada
beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat bergantian secara cepat, yang
dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim dapat menunjukkan
B. ETIOLOGI
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan,
stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.1-3
1. Faktor Genetik
contoh, sanak saudara derajat kedua (sepupu) lebih kecil kemungkinannya dari pada
sanak saudara derajat pertama. Penurunan gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh
fakta bahwa kira-kira 50 persen pasien gangguan bipolar memiliki sekurangnya satu
orangtua dengan suatu Gangguan mood, paling sering gangguan depresif berat. Jika
anaknya menderita suatu Gangguan mood. Jika kedua orangtua menderita Gangguan
dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari
menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21)
yang berhubungan dengan neurotransmitter tersebut pun mulai diteliti seperti gen
menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu gen yang
terletak pada kromosom 11p13. Terdapat tiga penelitian yang mencari tahu hubungan
2. Faktor Biologis
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar.
tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang
berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam
Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdale dan
dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).
antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi
3. Faktor Lingkungan
faktor lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar
dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan
termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir
perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih
tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor
eksternal.1-3
C. GEJALA KLINIS
Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode depresi
1. Episode Manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami
mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau
lebih gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu :3,4
matang)
psikotik, hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya
Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa
sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas
yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham
2. Episode Hipomanik
Hipomania ialah derajat yang lebih ringan daripada mania, yang kelainan
suasana perasaan (mood) dan perilakunya terlalu menetap dan menonjol sehingga
tidak dapat dimasukkan dalam siklotimia, namun tidak disertai halusinasi atau
waham. Yang ada ialah peningkatan ringan dari suasana perasaan (mood) yang
enersi dan aktivitas, dan biasanya perasaan sejahtera yang mencolok dan efisiensi
baik fisik maupun mental. Sering ada peningkatan kemampuan untuk bergaul,
kebutuhan tidur; namun tidak sampai menjurus kepada kekacauan berat dalam
pekerjaan atau penolakan oleh masyarakat. Lebih sering ini bersifat pergaulan social
euforik, meskipun kadang-kadang lekas marah, sombong, dan perilaku yang tidak
bisa duduk dengan tenang untuk bekerja, atau bersantai dan menikmati hiburan; tetapi
ini tidak dapat mencegah timbulnya minat dalam usaha dan aktivitas baru, atau sifat
3. Episode Depresi
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah
ini : ringan, sedang, dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood)
yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya enersi yang
ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah :
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi
yang terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood
disforik), iritabel, marah, serangan panik, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide
bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan
perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik,
Siklus Cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode – depresi,
hipomania, atau mania – dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang
mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan
dalam beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan
Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang
waham nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak
serasi dengan mood. Pasien dengan gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai
skizofrenia. Ciri psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi
pasien dengan Gangguan bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan
prognosis yang buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara
gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social pramorbid yang
buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiliki penerapan terapi yang penting, pasien
dengan symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping
anti depresan atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk
Gangguan bipolar I
Terdapat satu atau lebih episode manik. Episode depresi dan hipomanik tidak
Gangguan bipolar II
Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor
Siklotimia
dan depresi yang ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor.
bipolar I dan II. Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala terlalu
yang terdapat dalam DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat
clinical Interview for DSM-IV (SCID). The Present State Examination (PSE) dapat
mayor sebelumnya.
b. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
diklasifikasikan.
c. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini
a. Saat ini dalam episode manik
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
medik umum.
e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan dan aspek fungsi penting
lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
a. Saat ini dalam episode campuran
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau
campuran
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif
medik umum
e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
a. Saat ini dalam episode hipomanik
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran
c. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna
diklasifikasikan.
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
a. Saat ini dalam episode depresi mayor
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
diklasifikasikan.
d. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna
penting lainnya.
Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
a. Criteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran.
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
penting lainnya.
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit
Gangguan Siklotimia
a. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-
tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan
gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
c. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama
Catatan : setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan
medik umum.
f. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada
waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek
disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa
mulai dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,
meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua
macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress
atau trauma mental lainnya (adanya stress tidak esensial untuk penegakan
diagnosis).
Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30); dan
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif
yang sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran
di masa lampau
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
campuran)
F. TERAPI
1. Farmakoterapi
dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala
psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal semakin sering
digunakan untuk episode manik akut dan sebagai mood stabilizer. Antidepresan dan
ECT juga dapat digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat).
stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode manik
dan depresi. Obat ini bekerja dengan cara menstabilkan mood penderita (sesuai
namanya), juga dapat menstabilkan manik dan depresi yang ekstrim. Antipsikosis
juga sering digunakan untuk menstabilkan manik akut, bahkan untuk menstabilkan
2. Non Farmakoterapi
Psikoterapi
yang efektif untuk gangguan bipolar. Terapi ini memberikan dukungan, edukasi, dan
petunjuk untuk seorang dengan gangguan bipolar. Beberapa jenis psikoterapi yaitu:
membantu penderita mengenali gejala awal dari episode baik manik maupun depresi
Diet
tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah
asupan garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum
Aktivitas
olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik
aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit
ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan respirasi dapat
lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita,
namun juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi
Penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi
kehidupannya.
G. PROGNOSIS
bagus.
dengan pasien dengan gangguan depresif berat. Kira-kira 40%-50% pasien gangguan
bipolar I memiliki episode manik kedua dalam waktu dua tahun setelah episode
pertama. Kira-kira 7% dari semua pasien gangguan bipolar I tidak menderita gejala
rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan 40% menderita gangguan
kronis. Pasien mungkin memiliki 2 sampai 30 episode manik, walaupun angka rata-
rata adalah Sembilan episode. Kira-kira 40% dari semua pasien menderita lebih dari
10 episode.3,6
BAB III
PEMBAHASAN
merasa “ngedrop” sampai tidak dapat jalan akibat dipukuli teman-temannya saat di
sekolah. Saat pulang dari RSUP Sardjito pasien mulai merokok dan minum-minuman
keras. Pasien juga mengaku kalu dirinya mudah sekali tersulut emosinya hanya
karena ada orang yang “memblayer” motor. Dari orang tua didapatkan bahwa pasien
sebelumnya merupakan pribadi yang pendiam dan sedikit tertutup. Semenjak pulang
dari RSUP Sardjito pasien mulai sering melamun dan enggan untuk bersekolah lagi.
Satu hari sebelum dibawa ke Grhasia, ibu pasien mengatakan kalau anaknya
mengambil motor milik teman pasien dan ngebut di jalanan tanpa mengenakan baju.
Menurut ibu pasien, emosinya menjadi tidak stabil setelah pasien dituduh mencuri
mengalami gejala depresi dan sekarang yang susah mengontrol emosi, mudah marah,
serta gangguan untuk tidur namun pasien tidak menunjukkan adanya halusinasi, ilusi
maupun waham sehingga pasien dapat didiagnosis dengan gangguan afektif episode
kini manik tanpa gejala psikotik. Dengan diagnosis tersebut pasien diberikan terapi
antimanik dan obat antipsikotik dengan efek sedasi karena pasien mengaku sulit tidur.
Obat antimanik yang diberikan pada pasien ini adalah asam valproatn dan
1 Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan sadock Buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2.
http://www.scribd.com/doc/77881152/Afektif-Bipolar
3 Bipolar disorder. National Institute of Mental Health.
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/bipolar-disorder/complete-
index.shtml.
4 Bipolar disorders. The Merck Manuals: The Merck Manual for Healthcare
Professionals.
http://www.merckmanuals.com/professional/psychiatric_disorders/mood_disorder
s/bipolar_disorders.html#v1028598.
5 Mood disorders. In: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders DSM-
IV-TR. 4th ed. Arlington, Va.: American Psychiatric Association; 2000.
http://www.psychiatryonline.com.
6 Hall-Flavin DK (expert opinion). Mayo Clinic, Rochester, Minn. Nov. 8, 2011.