Anda di halaman 1dari 29

Ruptur Tendon

Achilles
Pengampu:
dr. Ira Juliet Anestessia, Sp.OT

Disusun oleh:
Elfira Sutanto (31.191.021)
Kasus
Tn. Qori 30 tahun datang ke IGD RS tempat anda bertugas dengan keluhan nyeri
hebat di bagian belakang betis dan pergelangan kaki kanan. Keluhan ini dirasakan
setelah pasien terjatuh dan bertumpu pada kaki kanan disertai bunyi “pop” saat pasien
bermain bulutangkis. Status lokalis betis tegang, nyeri tekan di posterior ankle joint,
teraba massa irregular pada betis kanan dan gap, dorsifleksi ankle joint (R) bertambah
di bandingkan kontralateral, Thompson Test +.
Matles test
Dorsofleksi kaki kanan > dari kaki kiri
Tendo Achilles tidak tampak jelas
Foto ankle joint lateral
● Alignment dalam batas normal
● Korteks tulang kontinyu
● Tidak ada tanda-tanda fraktur
● Celah sendi dalam batas normal
● Kager’s fat pad tidak terlihat jelas
● Tidak terdapat soft tissue swelling
Analisa Kasus
● Laki-laki 30 tahun
● Keluhan utama:
○ Nyeri pada betis dan pergelangan kaki kanan- Akut
● Nyeri dirasakan setelah terjatuh main bulutangkis dan ada bunyi “pop”

PF:

● Betis tegang
● Nyeri tekan pada pergelangan kaki posterior
● Pada saat relaksasi tendo kaki kanan tidak terlihat jelas dan terdapat gap
● Dorsofleksi kaki kanan >> kiri
● Thompson’s Test (+)

Foto Ro. Ankle Joint Lateral Dextra

● Kager’s fat pad tidak terlihat jelas

Diagnosis kerja:

Ruptur Tendo Achilles


Anatomi
Definisi
Ruptur tendon Achilles adalah robekan
komplet atau parsial pada tendon Achilles
Epidemiologi
● Pada populasi umum, insidensi ruptur tendon Achilles dilaporkan berkisar 7-13 per 100.000 orang-tahun.
● Kejadian ruptur tendon Achilles dilaporkan terjadi 73% pada olahraga dengan weight bearing, multi
direction, jumping, running (basket, bulu tangkis, dll)
● 6-18% kasus terjadi pada atlet.
● Di Amerika Utara, insidensi bervariasi dari 5,5 sampai 9,9 kasus per 100.000 orang
Etiologi
● Cedera mekanik dengan:
○ Menopang badan dengan overekstensi sendi lutut
○ Dorsofleksi pergelangan kaki yang mendadak
○ Dorsofleksi berlebihan
Faktor Resiko
● Penggunaan steroid
● Penggunaan quinolone
● Athlete
● Episodic athlete- weekend warrior
● Obesitas
● Aging
Patofisiologi
Diagnosis
Anamnesis
● Ruptur tendon Achilles akan memberikan gejala nyeri seperti ditembak atau dipukul yang muncul mendadak di
tumit .
● Durasi timbul gejala,
● Perlu ditanyakan bagaimana riwayat kejadian:
○ Mekanisme trauma
○ Tatalaksana awal
● Tanda lainnya adalah terdapat audible pop/snap saat bermanuver, pembengkakan betis, kekakuan otot, dan sulit
berjinjit.
● Kebiasaan :
○ riwayat merokok
○ aktivitas sehari-hari
○ intensitas olahraga.
● Penggunaan obat : kuinolon (levofloxacin,dll) atau penggunaan steroid
Pemeriksaan Fisik
● Keadaan umum
● Status generalis
● Status lokalis:
○ Look:
■ lihat gait pasien, kemudian lakukan inspeksi kulit dan lihat apakah terdapat pembengkakan,
ecchymosis, dan benjolan pada otot
○ Feel:
■ Palpasi tendon untuk merasakan kekenyalan dan bentuk otot, apakah terdapat nyeri tekan atau teraba
gap, letak gap umumnya berada pada 2-6 cm di atas tulang calcaneus. Namun gap bisa tidak teraba
jika terdapat pembengkakan.
○ Move:
■ lakukan penilaian Range Of Motion (ROM) baik aktif dan pasif serta bandingkan kekuatan otot
dengan kontralateral. Jika terjadi ruptur, kekuatan plantarfleksi menurun sedangkan pergerakan pasif
dan aktif dorsofleksi tidak terpengaruh.
Thompson’s Test
● Tes ini disebut juga Simmond test atau Calf-squeeze test.
● Cara pemeriksaan:
○ Pasien dibaringkan posisi telungkup dengan kedua kaki
dan pergelangan kaki menggantung.
○ Kemudian pegang betis seperti gerakan memeras.
○ Pemeriksaan dinyatakan positif jika tidak terjadi plantar
fleksi pada kaki.
● Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 98% dan spesifisitas 93%.
Matles Test
● Pasien dalam posisi telungkup, lutut fleksi sebesar 90 derajat.
● Ruptur tendon Achilles ditandai dengan posisi kaki menjadi
netral atau dorsofleksi.
Copeland Test
● Cara pemeriksaan:
● pasien berbaring telungkup dengan kedua kaki dan pergelangan
kaki menggantung di meja periksa.
● Kemudian letakkan sphygmomanometer di pertengahan betis,
pompa sampai tekanan 100 mmHg lalu dorsifleksikan
pergelangan kaki.
● Pada kondisi normal, tekanan akan naik sampai 140 mmHg,
namun jika terdapat ruptur tendon Achilles maka kenaikan tidak
ada atau hanya sedikit.
O’Brien Neddle Test
● Tes ini lebih invasif dan jarang dilakukan.
● Cara pemeriksaan:
● Tes ini memasukkan jarum kira-kira pada insersi kalkaneus
● Kemudian dilakukan plantarfleksi pasif.
● Normalnya, jarum bergerak ke arah berlawanan sementara pada
ruptur tendon Achilles, posisi jarum tetap sama
Pemeriksaan Penunjang
● Lateral Ankle X-Ray: sulit untuk
menilai
● USG
● MRI
Tatalaksana
Tatalaksana Konservatif
● Pemberian analgetik
● Penanganan konservatif akan efektif jika cedera terjadi kurang dari 72 jam pada kondisi :
■ Non atlet
■ Pasien usia > 65 tahun
■ Memiliki kebiasan merokok
■ Pola hidup sedenter
■ Obesitas
■ Memiliki kontraindikasi operasi misalnya diabetes mellitus, neuropati, dan immunocompromised
Tatalaksana Konservatif dengan Immobilisasi
■ Imobilisasi dilakukan dengan menggunakan cast atau
functional brace selama 8-12 minggu.
■ Efek imobilisasi:
a. atrofi otot
b. kekakuan sendi
c. produktivitas berkurang
d. memperpanjang masa rehabilitasi.
■ Pada awal terapi, kaki diposisikan dalam plantarfleksi penuh
dan tidak menumpu beban. Kemudian, dalam 8-12 minggu kaki
perlahan-lahan diubah hingga posisi netral.
■ Kelemahan metode konservatif adalah lebih sering terjadi
ruptur ulangan, kekuatan dan ketahanan otot lebih rendah, serta
lebih sering terjadi elongasi tendon.
Tatalaksana Operatif
● Penanganan operatif dilaporkan menurunkan risiko ruptur ulangan, hasil kekuatan otot lebih baik, dan durasi rehabilitasi lebih
cepat dibandingkan tatalaksana konservatif.
● Pilihan pembedahan dianjurkan pada beberapa kondisi antara lain:
○ Pasien muda dengan usia < 40 tahun
○ Gaya hidup aktif dan butuh mobilitas tinggi
○ Kasus ruptur kronik
○ Gap lebih dari 5 mm
○ Gejala memburuk, menetap, atau berulang setelah 6 bulan ditangani secara konservatif.
Open Repair
● Dilakukan pada pasien muda dan aktif
● Resiko ruptur lebih rendah namun tingkat komplikasi post-op tinggi
● Dilakukan insisi pada pergelangan posterior
● Tendon yang putus disambung
● Lalu dilapisi lagi dengan sedikit jaringan gastroc atau pakai tissue graft
Mini Open Repair
● Insidensi ruptur ulang rendah
● Resiko cedera saraf minimal
● Pemulihan lebih cepat
● Dilakukan insisi pada pergelangan posterior namun tidak sepanjang open repair
● Digunakan alat untuk guide stitches
Percutaneous Repair
● Waktu pemulihan paling cepat namun resiko ruptur beerulang besar
● Cedera nervus sering terjadi
● Insisi paling minimal
Komplikasi
● Ruptur berulang
● Pasca operasi:
○ Cedera nervus
○ Kalsifikasi tendon
○ Penurunan ROM
○ Nekrosis tendon
○ Temporary drop foot
Prognosis
● Prognosis dinilai dengan ATRS
● Ad vitam : Bonam
● Ad sanationam : dubia ad malam
● Ad fungtionam : dubia
Pencegahan
● Olahraga rutin
● Menurunkan berat badan
● Pemanasan sebelum olahraga
● Increasing training intensity secara perlahan

● Pencegahan re-rupture:
● Protected weight bearing < 2 minggu (pakai
tongkat / brace)
● Pasien baru dapat berolahraga kembali 3-6
bulan

Anda mungkin juga menyukai