Anda di halaman 1dari 18

PEMERIKSAAN FISIK

ORTOPEDI
Naifah
Aisyah
Agung

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
-
RSUD Pasar Minggu Jakarta
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan fisik pada orthopedic pada kasus trauma meliputi
pemeriksaan pada daerah yang terkena trauma, persendian, saraf
perifer dan pembuluh darah.
• Pemeriksaan fisik meliputi ‘look’, ‘feel’ and ‘move’
• Dalam melakukan pemeriksaan orthopedic, perlu dilakukan
pemeriksaan pada daerah yang normal yang berfungsi untuk
membandingkan daerah yang terkena trauma dan daerah yang
normal.

Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition


STATUS GENERALIS
• Dimulai sejak pasien datang, amati: penampakan umum, raut muka,
cara berjalan, cara duduk dan cara tidur, proporsi tinggi badan,
keadaan simetris bagian tubuh kiri dan kanan, tingkah laku, ekspresi
wajah, kecemasan serta reaksi emosional lainnya.
• Pemeriksaan ortopedi yang dilakukan meliputi:
1. Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama.
2. Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber di tempat
lain (referred pain).

Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
STATUS LOKALIS
Pemeriksaan fisik ortopedi dilakukan dengan sistematik dengan urutan
sebagai berikut:
• Inspeksi (look)
• Palpasi (feel)
• Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (move)
• Auskultasi (listen)
• Pemeriksaan neurologis (neurological examination).
Kebanyakan dari kasus, pemeriksaan yang penting adalah cukup
dengan pemeriksaan look, feel dan move.
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
LOOK
KULIT
• Warna kulit dan tekstur kulit
• Apakah terdapat memar, luka, dan ulserasi?
• Sinus dan jaringan parut. Apakah sinus berasal dari permukaan saja,
mencapai tulang atau dalam sendi. Apakah jaringan parut berasal dari luka
operasi, trauma atau supurasi.
• Warna kulit menunjukkan status vascular dan pigmentasi – contoh pallor pada
ischaemia, cyanosis, kemerahan pada proses inflamasi, atau warna dusky
purple menunjukkan luka memar lama.

Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition.


Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
LOOK
JARINGAN LUNAK
• Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot (atropi atau hipertropi),
tendon, ligamen, jaringan lemak, fasia, dan kelenjar limfe.

TULANG dan SENDI


• Apakah terdapat kelainan bentuk atau adanya pemendekkan pada tulang dan
sendi.

Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
FEEL
Kulit
• Akral hangat / dingin? Lembab / kering? Apakah sensasinya normal?
Jaringan lunak
• Spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan jaringan
sekitar sinovia, adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan di dalam/di
luar sendi atau adanya pembengkakkan.
Pembuluh darah
• Pulsasi teraba atau tidak? Pulsasi yang abnormal atau tidak ada harus diperhatikan.
Aneurisma biasanya bisa digerakkan dari sisi ke sisi dibanding secara longitudinal,
berpulsasi dan bruit bisa didengar dengan auskultasi.

Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition.


Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
FEEL
Saraf
• Hilangnya sensorik, hiperestesia atau
paralisis bisa didapatkan pada bagian
distal anggota gerak yang terkena
trauma.
Tulang
• Diperhatikan bentuk, permukaan,
ketebalan, penonjolan dari tulang atau
adanya gangguan di dalam hubungan
yang normal antara tulang yang satu
dengan tulang yang lainnya? Apakah
synovium menebal? Apakah terjadi
kelebihan cairan sendi?
Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition.
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
FEEL
Panjang Anggota Gerak
• terutama untuk anggota gerak
bawah. Pengukuran berguna
untuk mengetahui adanya
atrofi/pembengkakkan otot
dengan membandingkannya
dengan anggota gerak yang sehat.

Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
FEEL
Nyeri Tekan
• apakah nyeri setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain.
Deformitas Menetap
• pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi tidak dapat diletakkan pada posisi
anatomis yang normal.

Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition.


Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
MOVE
Pemeriksaan pergerakan aktif harus terlebih dahulu dilakukan sebelum pergerakan pasif
dan pada anak-anak (untuk membandingkan) pergerakan harus dimulai dari sisi yang
normal.
Pergerakan aktif
• pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri
• Menentukan derajat mobilitas dan apakah terdapat nyeri dan disertai krepitasi, dan
menentukan kekuatan otot.

Pergerakan pasif
• pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa
• Menggerakan sendi pada setiap bidang anatomi dan perhatikan apakah terdapat
perbedaan jarak antara pergerakan aktif dan pasif.
Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition.
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition
MOVE
Range of movement (ROM)
• Dihitung dalam derajat, dimulai dari posisi anatomis sendi dan berhenti
pada pemberhentian Gerakan, baik karena rasa nyeri atau karena batas
anatomis.
• Agar akurat, ROM sebaiknya diukur dengan menggunakan goniometer
• Bandingkan sisi yang abnormal dengan sisi normal secara aktif dan pasif.
• Perhatikan apakah terdapat krepitasi ketika pemeriksaan dilakukan.
• Dikenal beberapa macam gerakan sendi, yaitu: abduksi, aduksi, ekstensi, fleksi,
rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi, supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi, plantar
fleksi, inversi dan eversi.

Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition.


Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition
MOVE
Kekuatan Otot
Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana
kekuatan otot dibagi dalam lima grade, yaitu:
• Grade 0: Tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot.
• Grade 1: Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan
dari tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak
dapat menggerakkan sendi.
• Grade 2: Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi
kekuatan tidak dapat melawan gravitasi.
• Grade 3: Otot dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak
kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
• Grade 4: Otot dapat melawan tahanan yang ringan.
• Grade 5: Kekuatan otot normal.

Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
LISTEN
Pemeriksaan auskultasi pada bidang ortopedi jarang dilakukan dan
biasanya dilakukan bila ada krepitasi, misalnya pada fraktur.

Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Bintang Lamumpatue. Makassar. 2000; 1-83.
NEUROLOGICAL EXAMINATION
• Jika didapat tanda-tanda kelemahan otot, inkoordinasi, atau
perubahan dalam sensibilitas maka perlu dilakukan pemeriksaan
neurologis.
• Pemeriksaan dilakukan secara sistematis, mulai dari pemeriksaan
secara umum kemudian menilai fungsi motorik (tonus otot, kekuatan
refleks) dan pemeriksaan sensorik (sensibilitas raba dan tekanan).

Bateson G. Diagnosis in Orthopaedics. In: Apley AG, Solomon L. Editors. System of


Orthopaedics and Fracture. 7th Ed. Butter Worth-Heinemann Ltd. Bath Press. 1993; 3-29.

Anda mungkin juga menyukai