Anda di halaman 1dari 20

HIPOPARATIROID

DEFINISI
◦ Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat
mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton).
◦ Keadaan ini antara lain disebabkan oleh
◦ defisiensi Ca dan vit D, misal akibat gangguan absorpsi atau jmlnya yg
memang tdk cukup dlm diet;
◦ hipoparatiroidisme yg dpt terjadi spontan, akibat pembedahan kelenjar
tiroid atau tindakan operasi lain pd daerah leher.
◦ Pengangkatan atau hipofungsi kelenjar paratiroid dpt menyebabkan suatu
sindrom akibat hipokalsemia berupa: tetani, parestesia, peningkatan
ambang rangsang sambungan otot- saraf, spasme laring, spasme otot dan
konvulsi.
ETIOLOGI
◦ Jarang sekali terjadi hipoparatiroidisme primer, dan jika ada biasanya terdapat pada
anak-anak dibawah umur 16 tahun. Ada tiga kategori dari hipoparatiroidisme:
1) Defisiensi sekresi hormon paratiroid:
a) Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi.
b) Sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat akibat dari suplai darah
terganggu.hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid.
c) Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).
2) Hipomagnesemia.
3) Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
4) Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
◦ Di George’s syndrome

◦ MEDAC syndrome (multiple endocrine deficiency, autoimmune candidiasis)

◦ HAM syndrome (hypoparathyroidism, Addison's disease, and mucocutaneous candidiasis)

◦ Congenital aplasia of the parathyroids

◦ Iron deposition in the glands

◦ Copper deposition

◦ Aluminum deposition

◦ Infiltration with metastatic carcinoma


Classification of Hypoparathyroidism

From the Primer on the Metabolic Bone Diseases and Disorders of


Mineral Metabolism, 7th Edition.
www.asbmrprimer.org

© 2008 American Society for Bone and Mineral Research


PSEUDOHIPOPARATIROIDISME
◦ Timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH dalam darah normal
atau meningkat.
◦ Penyebab: jaringan tidak berespons terhadap hormon (gangguan pada reseptor)
◦ Terdapat dua bentuk:
1. (lebih sering) terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak
dapat meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik.
2. (lebih jarang) respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.
MANIFESTASI KLINIS
NEUROMUSCULAR
◦ Paresthesias
◦ Tetany
◦ Chvostek's sign.
◦ Trousseau's sign
◦ Hyperventilation
◦ Adrenergic symptoms
◦ anxiety, tachycardia, sweating, and peripheral and circumoral pallor
◦ Convulsions
◦ more common in young people: generalized form of tetany followed by prolonged
tonic spasms; typical epileptiform seizure
◦ Extrapyramidal signs- Classic parkinsonism
◦ Gejala utama adalah reaksi neuromuskuler yang berlebihan yang disebabkan oleh
kalsium serum yang rendah.

◦ Tetanus:
Merupakan hipertonia otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontraksi spasmodik
atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan
volunter. Keadaan ini dapat menyebabkan: bronkospasme, spasme laring, spasme
karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi
karpofalangeal), aritmia jantung serta kejang.

◦ Keluhan penderita ± 70 % adalah tetani (hipertonia otot yang menyeluruh disertai


tremor dan kontraksi spasmodik atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa
upaya untuk melakukan gerakan volunter)
- Laten tetani: Mati rasa, tingling, kram pada tangan dan kaki.
- Over tetani: bronchospasme, laringospasme, spasme carpopedal,
dispagia, potophobia, cardiac disritmia.
CNS
◦ Depression
◦ Irritability
◦ Confusion
◦ Focal or generalized seizures

CVS
◦ Decreased myocardial contractility
◦ Hypotension
◦ Congestive heart failure

◦ CVS features seen particularly in patients with underlying cardiac disease, or those on
digoxin or diuretics

◦ ECG: prolonged QT

◦ Laryngeal or bronchospasm (rare)


MANIFESTASI KLINIS LAIN
◦ Perubahan tropik pada ectoderm: rambut jarang dan cepat putih, kulit kering dan
permukaan kasar, kuku tipis.
◦ Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal disertai steatore
◦ rambut kering dan kusam; kerontokan rambut spontan
◦ kuku jari tangan rapuh; dan memiliki garis tonjolan (krista) atau terlepas,
◦ kulit kering dan bersisik, dermatitis eksfoliatif.
PEMERIKSAAN FISIK
◦ Tetanus laten ditunjukan oleh tanda trousseau atau tanda Chvostek yang positif.
◦ Tanda trousseau
(+) terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat penyumbatan aliran darah ke
lengan selama 3 menit dengan manset tensimeter.
◦ Tanda Chvostek
(+) pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba didaerah nervous fasialis tepat di
kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasme atau gerakan
kedutan pada mulut, hidung dan mata.
Trousseau’s sign

Carpal spasm in
response to inflation
of BP cuff to 20 mm
Hg above SBP for 3
min
Chvostek’s sign

Elicited by tapping
over facial nerve
causing twitching of
ipsilateral facial
muscles
PEMERIKSAAN LAB & PENUNJANG
1. Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5-
6 mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.
2. Fosfat anorganik dalam serum tinggi
3. Fosfatase alkali normal atau rendah
4. Foto Rontgen:
a) Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak
b) Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid
5. Density tulang bisa bertambah
6. EKG: QT-interval lebih panjang
TATALAKSANA
◦ Tujuan adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5
mmol/L)
◦ Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi -> pemberian kalsium
glukonas intravena. Jika terapi ini tidak segera menurunkan iritabilitas neuromuskular
dan serangan kejang, preparat sedatif seperti pentobarbital dapat dapat diberikan.
◦ Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-obat
bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernafasan.
◦ Pemberian peparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi
hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya insidens
reaksi alergi pada penyuntikan parathormon, maka penggunaan preparat ini dibatasi
hanya pada hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon memerlukan
pemantauan akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.
◦ Tablet oral garam kalsium seperti kalsium glukonat, dapat diberikan sebagai suplemen
dalam diet. Gel alumunium karbonat (Gelusil, Amphojel) diberikan sesudah makan
untuk mengikat fosfat dan meningkatkan eksresinya lewat traktus gastrointestinal.
◦ Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau
Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya
diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.
FARMAKOLOGI HPT
◦ HPT hanya dpt diberikan secara suntikan, pemberian oral akan dirusak oleh enzim
proteolitik saluran cerna.
◦ Masa paruhnya kira-kira 20 menit.
◦ Dlm darah, sebagian HPT terikat oleh fraksi a-globulin protein plasma, ekskresinya
melalui urin < 1 %.
INDIKASI.
◦ Dahulu HPT digunakan untuk menjnggikan kadar ion Ca plasma, akan tetapi kini
hipokalsemia diatasi dg pemberian ion Ca dan/atau dg vitamin D.
SEDIAAN
◦ Suntikan HPT, didpt dr kelenjar paratiroid sapi.
◦ Peneraan hayati utk menentukan aktivitas sediaan dilakukan pd anjing sehat.
◦ Satu unit HPT potensinya kira2 sama dg 1/1.000 dr jml yg dibutuhkan utk meningkatkan
kadar ion Ca plasma sebesar 1 mg % dlm waktu 16 - 18 jam.
◦ Nonfarmako
 Diet tinggi kalsium rendah fosfor
Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan tinggi kalsium, jenis
makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfor yang tinggi. Bayam juga perlu
dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang tidak
laut.
Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus
memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba,
cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak.
DD
DAFTAR PUSTAKA
◦ Harrison’s Endocrinology second edition
◦ Sherwood edisi 8
◦ Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, 12rd edition
◦ Ganong’s Review of Medical Physiology 23rd edition
◦ Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai